BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari

Spektrofotometer UV /VIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

Hidrokinon dalam Kosmetik

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. yang lalu (Iswari, 2007). Bahan yang dipakai dalam usaha mempercantik diri. maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yaitu dapat menginaktivasi enzim tirosinase melalui penghambatan reaksi oksidasi

JURNAL PRAKTIKUM ANALITIK III SPEKTROSKOPI UV-VIS

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

MAKALAH Spektrofotometer

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK IMPOR YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR

Hukum Dasar dalam Spektrofotometri UV-Vis Instrumen Spektrofotometri Uv Vis

BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

GAMBARAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA KOSMETIK PEMERAH BIBIR YANG BEREDAR DIPASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmein artinya berhias. Kosmetik digunakan

PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI. A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan

BAB IV HASIL PENGAMATAN

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai teofilin adalah sebagai. Gambar 2.1 Struktur Teofilin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS SPEKTROSKOPI UV-VIS. PENENTUAN KONSENTRASI PERMANGANAT (KMnO 4 )

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB III METODE PENELITIAN

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS

UJI KUANTITATIF DNA. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

Tabir surya. kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tdk dpt memasuki kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar )

PENGENALAN SPEKTROFOTOMETRI PADA MAHASISWA YANG MELAKUKAN PENELITIAN DI LABORATORIUM TERPADU FAKULTAS KEDOKTERAN USU KARYA TULIS ILMIAH.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan, keriput sampai kanker kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen BKAK., (2014) uraian tentang parasetamol sebagai berikut:

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA PROSES PEMBUATAN KURVA STANDAR DARI LARUTAN - KAROTEN HAIRUNNISA E1F109041

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

INTERAKSI RADIASI DENGAN BAHAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan metode purposive sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan

Kelompok 2: Kromatografi Kolom

Berdasarkan interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat dari interaksi.

Tabir surya. kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tdk dpt memasuki kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar )

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

PENDAHULUAN. 1 (5 September 2006)

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

Spektrofotometri uv & vis

1. Tujuan Menentukan kadar kafein dalam sample Dapat menggunakan spektofotometer uv dengan benar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berabad abad yang lalu. Pada abad ke 19, pemakaian kosmetik mulai. besaran pada abad ke 20 (Tranggono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur dan jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang

PENENTUAN STRUKTUR MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV- VIS

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMERIKSAAN KUALITATIF HIDROKUINON DAN MERKURI DALAM KRIM PEMUTIH ABSTRACT ABSTRAK

BAB 3 METODE PENELITIAN

4 Hasil dan Pembahasan

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kosmetik Kosmetika berasal dari kata Yunani kosmetikos menghias, mengatur. Definisi kosmetika dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/Menkes/Pemenkes/1998 tentang bahan, zat warna, substratum, zat pengawet dan tabir surya pada kosmetik menyatakan bahwa kosmetika adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono dan Latifah, 2007). Kosmetik merupakan sediaan yang digunakan untuk tujuan meningkatkan keindahan dan menyembunyikan cacat terutama di wajah. Sediaan kosmetik meliputi sediaan perawatan kulit (krim, lotion, pelembab dan sediaan depigmentasi seperti hidrokinon, sediaan untuk rambut, parfum dan wewangian) (Encyclopaedia Brit, 1979 in Odumosu dan Ekwe, 2010). Kosmetik dapat didefinisikan sebagai sediaan yang diterapkan pada tubuh manusia untuk tujuan pembersihan, mempercantik dan menambah daya tarik atau mengubah penampilan tanpa mempengaruhi struktur tubuh dan fungsi. Kosmetik 4

5 umumnya digunakan untuk mempercantik penampilan dengan menghapus noda atau menutupi cacat dan untuk mencegah penyakit kulit. Kosmetik juga dapat digunakan untuk memperbaiki atau menyembunyikan ketidaksempurnaan kulit, membersihkan, menghiasi, melindungi dan merawat tubuh manusia (Reed, 2004 in Oyedeji dkk., 2004). Sebagian besar krim dan lotion mengandung lipid (minyak) dan air sebagai komponen utama. Bahan pendukung lainnya seperti pelembab, lilin, pengental, bahan aktif, tabir surya, antioksidan, warna, pengawet dan sebagainya (Andrade dkk., 2007). Kosmetika merupakan bahan atau campuran bahan yang dikenakan pada kulit manusia untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik serta mengubah rupa. Karena terjadi kontak antara kosmetika dengan kulit, maka ada kemungkinan kosmetika diserap oleh kulit dan masuk ke bagian yang lebih dalam dari tubuh. Jumlah kosmetika yang terserap kulit bergantung pada beberapa faktor, yaitu keadaan kulit pemakai, keadaan kosmetika yang dipakai, dan kondisi kulit pemakai. Kontak kosmetika dengan kulit menimbulkan akibat positif berupa manfaat kosmetika, dan akibat negatif atau merugikan berupa efek samping kosmetika (Wasitaatmadja, 1997). 2. Hidrokinon Hidrokinon adalah bahan aktif yang dapat mengendalikan produksi pigmen yang tidak merata, tepatnya berfungsi untuk mengurangi atau menghambat pembentukan melanin kulit. Melanin adalah pigmen kulit yang memberikan warna gelap kecokelatan, sehingga muncul semacam bercak atau

6 bintik cokelat atau hitam pada kulit. Banyaknya produksi melanin menyebabkan terjadinya hiperpigmentasi. Hidrokinon digunakan untuk mencerahkan kulit yang kelihatan gelap akibat bintik, melasma, dan titik-titik penuaan. Hidrokinon sebaiknya tidak digunakan pada kulit yang sedang terbakar sinar matahari, kulit yang iritasi, kulit yang luka terbakar, dan kulit pecah karena hidrokinon dapat memperparah keadaan kulit (Asih, 2006 in Prabawanti dkk., 2012). a. Sifat Fisika dan Kimia Hidrokinon Hidrokinon memiliki nama IUPAC yaitu 1,4-benzenediol, yang memiliki rumus molekul C 6 H 6 O 2 dengan berat molekul 110,11 g/mol. Struktur kimia dari hidrokinon adalah sperti pada Gambar 1. Gambar 1. Struktur Hidrokinon (Anonim, 1995). Hidrokinon berbentuk jarum halus, putih, mudah menjadi gelap jika terpapar cahaya dan udara. Mudah larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter. Hidrokinon mempunyai sifat depigmentasi kulit. Penggunaan krim yang mengandung hidrokinon tidak boleh digunakan di dekat mata atau kulit yang teriritasi, atau biang keringat (Mustofa, 1982). Bahaya pemakaian hidrokinon dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa terbakar juga dapat menyebabkan kelainan pada ginjal (nephropathy), kanker darah (leukemia), dan kanker sel hati (hepatocelluler adenoma) (Ditjen POM RI, 2009).

7 Hidrokinon merupakan golongan senyawa fenol. Fenol yang dibiarkan di udara terbuka cepat berubah warna karena pembentukan hasil-hasil oksidasi. Hidrokinon (1,4-dihidroksibenzena) sendiri teroksidasi menjadi kinon (1,4- benzokuinon). Kinon termasuk dalam golongan senyawa karbonil. Strukturnya siklik dan merupakan diketon yang berkonjugasi (Hart, 1983 in Astuti, 2012). Gambar 2 Struktur 1,4-benzokuinon (Hart, 1983 in Astuti, 2012). Hidrokinon telah digunakan selama beberapa dekade sebagai agen pencerah kulit. Sejak 1 Januari 2001, penggunaannya dalam kosmetik telah dilarang. Larangan ini adalah sebagai akibat dari efek jangka menengah seperti vitiligo leukoderma dan ochronosis eksogen. Metabolit dari hidrokinon terbentuk di hati, misalnya p-benzokinon adalah agen penyebab kanker utama. Hidrokinon yang terkandung dalam krim jika dioleskan dapat menimbulkan akumulasi senyawa ini, yang dapat menyebabkan kerusakan DNA dan mutasi (Westerhof dan Kooyers, 2005). Hati merupakan organ pemetabolisme dimana ketika hidrokinon dioleskan secara topikal, baik hidrokinon dalam bentuk bebas maupun protein terikat akan dapat terpenetrasi pada tubuh dan hidrokinon akan mencapai sumsum tulang dalam bentuk yang tidak dimetabolisme (Kipngetich, 2013). b. Efek Samping Hidrokinon Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, hidrokinon dapat menyebabkan toksisitas kronik. Hidrokinon juga dilaporkan dapat

8 menyebabkan kelainan pada ginjal (nephropathy) dan berpotensi sebagai karsinogenik (Mustofa,1982). Menurut banyak penelitian efek samping dari hidrokinon dapat menimbulkan rasa panas terbakar saat krim dioleskan pada kulit, dan jika digunakan lebih lanjut dalam jangka panjang tanpa menghindari eksposur sinar matahri, efek pemakaian yang ditimbulkan bisa sebaliknya yaitu akan timbul flek atau spot yang bertambah bahkan bisa muncul bintik kekuningan yang dikenal dengan nama okronosis, atau keadaan kulit menjadi lebih buruk dari semula. Efek samping hidrokinon secara umum dapat menimbulkan dermatitis kontak dalam bentuk bercak warna putih pada wajah atau hiperpigmentasi. Gejala awal dapat berupa iritasi kulit ringan, panas, merah, gatal, atau hitam pada wajah akibat kerusakan sel melanosit (Wassitaatmadja, 1997). 3. Krim Krim merupakan suatu sediaan berbentuk setengah padat mengandung satu atau lebih bahan kosmetik terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai, berupa emulsi kental mengandung tidak kurang 60 % air ditujukan untuk pemakaian luar. Yang diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak atau (water in oil, w/o) seperti penyegar kulit dan minyak dalam air (oil in water,o/w) seperti susu pembersih (Anief, 1993). Krim ada dua tipe yakni krim tipe M/A dan tipe A/M. Krim yang dapat dicuci dengan air (M/A), ditunjukan untuk penggunaan kosmetik dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vagina (Syamsuni, 2006).

9 Stabilitas krim akan rusak jika sistem campurannya terganggu oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi (adanya penambahan salah satu fase secara berlebihan). Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika sesuai pengencerannya yang cocok, yang harus dilakukan dengan teknik aseptis. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan karena setelah dilakukan pengenceran dan disimpan dalam jangka waktu lama maka dapat menyebabkan stabilitas krim rusak (Syamsuni, 2006). 4. Metode Pengujian Pengujian Hidrokinon dapat dilakukan dengan metode kromatografi Lapis Tipis (kualitatif) dan Metode Spektrofotometri UV Vis (kuantitatif). a. Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Penemu kromatografi pada tahun 1903 adalah Tswett, ia telah menggunakan kromatografi untuk memisahkan senyawa-senyawa yang berwarna, dan nama kromatografi diambil dari senyawa yang berwarna. Meskipun demikian pembatasan untuk senyawa-senyawa yang berwarna tak lama dan hampir kebanyakan pemisahan-pemisahan secara kromatografi sekarang diperuntukkan pada senyawa-senyawa yang tak berwarna (Sastrohamidjojo, 1985). Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan metode pemisahan dimana yang memisahkan terdiri atas fase diam yang ditempatkan pada penyangga berupa plat gelas, logam atau lapisan yang cocok. Kromatografi lapis tipis termasuk kromatografi adsorpsi (serapan), dimana fase diam digunakan zat padat yang disebut adsorben (penjerap) dan fase gerak adalah zat cair yang disebut dengan larutan pengembang. Campuran yang akan dipisahkan berupa

10 larutan ditotolkan berupa bercak atau pita, kemudian plat (lapisan) dimasukkan ke dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak) sehingga pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan). Zat penjerap pada KLT merupakan lapisan tipis serbuk yang dilapiskan pada lempeng kaca, plastik, atau logam secara merata (Stahl, 1985). Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda pada KLT : 1. Sifat dari penyerap dan derajat aktifasinya. (Biasanya aktifitas dicapai dengan pemanasan dalam oven, hal ini akan mengeringkan molekul-molekul air yang menempati pusat-pusat serapan dari penyerap). 2. Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap. Meskipun dalam prakteknya tebal lapisan tidak dapat dilihat pengaruhnya, tapi perlu diusahakan tebal lapisan yang rata. Ketidakrataan akan menyebabkan aliran pelarut menjadi tak rata pula dalam daerah yang kecil dari plat. 3. Pelarut dan Derajat kemurnian dari pelarut atau fase gerak. Kemurnian dari pelarut yang digunakan sebagai fase gerak pada kromatografi lapis tipis adalah sangat penting dan bila campuran pelarut digunakan maka perbandingan yang dipakai harus betul-betul diperhatikan. 4. Derajat kejenuhan dari uap dalam bejana pengembangan yang digunakan.

11 5. Jumlah cuplikan yang digunakan. Penetesan cuplikan dalam jumlah yang berlebihan memberikan tendensi penyebaran noda-noda dengan kemungkinan terbentuknya ekor dan efek tak seimbang lainnya sehingga mengakibatkan kesalahan-kesalahan pada harga-harga Rf. 6. Suhu. Pemisahan-pemisahan sebaiknya dikerjakan pada suhu tetap, hal ini terutama untuk mencegah perubahan-perubahan dalam komposisi pelarut yang disebabkan oleh penguapan atau perubahan-perubahan fase (Sastrohamidjojo, 1985). Laju migrasi senyawa pada plat gel silika tergantung pada polaritasnya. Pada lama waktu tertentu, senyawa-senyawa yang paling polar bergerak naik dengan jarak paling pendek pada plat tersebut, sedangkan senyawa yang polaritasnya paling kecil bergerak paling jauh (Watson, 2009). Fase gerak pada KLT biasanya dipilih dengan sistem yang paling sederhana yaitu campuran dua pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Sebelum digunakan plat Kromatografi Lapis Tipis biasanya diaktifkan dengan pemanasan pada suhu diatas 100 o C selama kurang lebih setengah jam atau lebih, guna untuk menghilangkan molekul air yang terjerap pada plat Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Plat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang telah kering biasanya disimpan dalam desikator untuk menjaga agar tetap kering dan bersih. Sebelum mengelusikan sampel dalam

12 fase gerak sebelumnya bejana kromatografi dilakukan penjenuhan terlebih dahulu. Untuk melakukan penjenuhan fasa gerak, biasanya bejan dilapisi dnegan kertas saring. Jika fasa gerak telah mencapai ujung atas kertas saring, maka dapat dikatakan bahwa fase gerak telah jenuh. Selama proses elusi, bejana kromatografi harus ditutup rapat, misalkan dengan lembar alumunium dan sebagianya (Rohman, 2007). Semakin polar suatu pelarut atau campuran pelarut, semakin jauh pelarut tersebut akan menggerakkan senyawa polar naik pada plat gel silika. Jika senyawa nonplar sedang dianalisis, tidak akan ada peningkatan yang nyata dalam jarak migrasi dengan peningkatan polaritas pada fase gerak (Watson, 2009). b. Spektrofotometri UV Vis Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu teknik analisis spektroskopi yang memakai sumber radiasi eleltromagnetik ultraviolet (190 nm - 380 nm) dan sinar tampak (380 nm - 780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif ketimbang kualitatif (Mulja dan Suharman, 1995). Spektrofotometer sesuai namanya adalah alat yang terdiri atas spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditranmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi

13 spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grafting, ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 300 nm 400 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya sperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun atas sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur pebedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding (Khopkar, 2008). Prinsip kerjanya berdasarkan penyerapan cahaya atau energi radiasi oleh suatu larutan. Jumlah cahaya atau energi radiasi yang diserap memungkinkan pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan secara kuantitatif. Molekul-molekul yang hanya mengandung satu gugus kromofor dapat mengalami perubahan pada panjang gelombang (Skoog dan West, 1971).

14 Spektrofotometer UV-Vis dapat melakukan penentuan terhadap sampel yang berupa larutan, gas, atau uap. Untuk sampel yang berupa larutan perlu diperhatikan pelarut yang dipakai antara lain: 1. Pelarut yang dipakai tidak mengandung sistem ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur molekulnya dan tidak berwarna. 2. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis. 3. Kemurniannya harus tinggi atau derajat untuk analisis (Mulja dan Suharman, 1995). Metode spektroskopi dapat digunakan untuk analisis kuantitatif zat-zat pengabsorbansi maupun zat-zat bukan pengabsorbansi. 1. Penggunaan pada zat pengabsorbansi Analisis spektroskopi berguna untuk setiap senyawa organik yang mengadung satu atau lebih gugus kromofor. Sejumlah zat-zatt anorganik juga mengabsorbansi dan secara langsung dapat ditentukan dengan baik, seperti beberapa logam transisi juga sejumalah zat lain yang memperlihatkan sifat absorbansi. 2. Penggunaan pada zat bukan pengabsorbansi Banyak pereaksi bereaksi secara selektif dengan zat-zat bukan pengabsorbansi menghasilkan produk yang mengabsorbansi secara kuat di daerah ultra violet atau sinar tampak. Pereaksi pembentuk warna juga banyak digunkaan untuk penentuan zat-zat pengabsorbansi. Seperti ion-ion logam transisi mempunyai absorbsivitas molar produk lebih besar dari pada zat asalnya. Zat-zat pengomplek berguna untuk penentuan zat-zat anorganik.

15 Contoh pereaksi anorganik molibdat, kobal dan tiosianat untuk besi (Hendayana dkk., 1994). Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Dachriyanus, 2004). Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang optimum, setiap komponen dari instrumen yang dipakai harus berfungsi dengan baik. Komponen-komponen spektrofotometri UV-Vis meliputi sumber sinar, monokromator, dan sistem optik. Sumber cahaya dipergunkan untuk pengukuran absorbsi. Sumber cahaya ini harus memancarkan sinar dengan kekuatan yang cukup untuk penentuan dan pengukuran, juga harus memancarkan cahaya berkesinambungan yang berarti harus mengandung semua panjang gelombang dari daerah yang dipakai. Kekuatan sinar radiasi harus konstan selama waktu yang diperlukan. Monokromator dipergunakan untuk memisahkan radiasi ke dalam komponen-komponen panjamg gelombang dan dapat memisahkan bagian spektrum yang diinginkan.

16 Detektor dipergunakan untuk menghasilkan signal elektrik. Dimana signal elektrik ini sebanding dengan cahaya yang diserap. Signal elektrik ini kemudian dialirkan ke alat pengukur. Rekorder dipergunakan untuk mencatat data hasil pengukuran dari detektor, yang dinyatakan dengan angka (Triyati, 1985). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan spektrofotometri ultraviolet yaitu: 1. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang dimana terjadi absorbansi maksimum artinya absorbansi larutan encer masih terdeteksi. Untuk memperoleh panjang gelombang serapan maksimum dapat diperoleh dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku dengan konsentrasi tertentu. 2. Pembuatan kurva kalibrasi Dilakukan dengan membuat seri larutan baku dalam berbagai konsentrasi kemudian asorbansi tiap konsentrasi diukur lalu dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. 3. Pembacaan absorbansi sampel Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,8 atau 15% sampai 70% jika dibaca sebagai transmitan. Hal ini disebabkan karena pada kisaran nilai absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal (Rohman, 2007).

17 Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi absorbansi meliputi jenis pelarut, ph, lautan, suhu, konsentrasi elektrolit yang tinggi, dan adanya zat pengganggu. Pengaruh-pegaruh ini harus diketahui ; kondisi analisis harus dipilih sedemikian hingga absorbansi tidak akan dipengaruhi sedikitpun. Kebersihan juga akan mempengaruhi absorbansi termasuk bekas jari pada dinding kuvet harus dibersihkan dengan kertas tisu dan hanya memegang bagian ujung atas kuvet sebelum pengukuran (Hendayana dkk., 1994). B. Kerangka Pemikiran Hidrokinon merupakan salah satu bahan aktif yang telah terbukti efektif sebagai pemutih khusus untuk mengatasi masalah hipermelanosis. Efek dari hidrokinon adalah depigmentasi dimana hidrokinon menghalangi pengeluaran melanin dari melanosit. Hidrokinon sebagai bahan kosmetik hanya boleh digunakan untuk bahan pengoksidasi warna pada pewarna rambut dan untuk kuku artifisial. Sedangkan penggunaan hidrokinon dalam sediaan krim pemutih telah dilarang oleh BPOM. Banyak produk-produk kosmetik di pasaran khususnya krim pemutih wajah yang tidak memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan oleh BPOM ditarik dari peredaran meskipun produk-produk tersebut mempunyai nomor registrasi dari BPOM. Hal ini dikarenakan terkandungnya bahan berbahaya dan dilarang yang digunakan untuk sediaan kosmetika salah satunya hidrokinon. Untuk mengidentifikasi kandungan hidrokinon dalam sediaan krim pemutih dapat dilakukan uji kualitatif. Uji kualitatif dapat dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis. Sedangkan untuk uji kuantitatif yaitu untuk mengetahui kadar hidrokinon yang terkandung dalam sediaan krim pemutih dapat

18 dilakukan dengan menggunakan metode Spektrofotometri UV Vis. Dalam penelitian ini digunakan metode Spektrofotmetri UV Vis karena umumnya relatif sederhana, praktis dan efisien dan dapat juga digunakan untuk analisis zat uji dalam jumalah atau kadar yang kecil. Penelitian mengenai penentuan kandungan hidrokinon ini perlu dilakukan guna untuk mengetahui ada tidaknya zat berbahaya dan dilarang hidrokinon yang terdapat pada sampel krim pemutih yang beredar di Kota Surakarta. Selain itu berguna untuk mengedukasi ataupun memberikan informasi kepada masyarakat agar lebih waspada dan selektif dalam memilih produk krim pemutih wajah. C. Hipotesis 1. Krim pemutih wajah bermerk dan teregistrasi BPOM yang beredar di Kota Surakarta diduga terdapat kandungan hidrokinon yang merupakan zat berbahaya dan dilarang oleh BPOM. 2. Kandungan hidrokinon dalam krim pemutih wajah bermerk dan teregistrasi BPOM yang beredar di Kota Surakarta diduga terdapat hidrokinon dengan kadar tertentu.