BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Internet telah menjadi salah satu sumber informasi yang sangat penting (Aboujaoude, 2010). Kemajuan teknologi saat ini menyebabkan masyarakat dapat dengan mudah mengakses internet dari rumah, sekolah, universitas, perpustakaan dan warung internet (warnet) (Johnson, 2010). Penelitian awal dari National Center of Education Statistics menyebutkan bahwa sebagian besar anak dan remaja di Amerika (5-17 tahun) telah mempunyai akses ke internet dan mulai terpapar dengan internet pada usia yang sangat dini (Mythily dkk., 2008). Jumlah pengguna internet di berbagai belahan dunia terus berlipat ganda dengan angka yang menakjubkan (Sasmaz dkk., 2013). Penelitian oleh Pew Research Center (2003) melaporkan bahwa penggunaan internet di Amerika Serikat telah meningkat dengan sangat pesat dimana pada tahun 2000 tercatat hanya kurang dari setengah jumlah penduduk, menjadi sekitar 59% pada akhir tahun 2002, dan dinyatakan bahwa hampir 6% dari jumlah sampel tersebut menderita kecanduan internet (Griffiths, 2005). Kecanduan internet memiliki efek buruk terhadap kemampuan akademis pelajar, mengganggu hubungan dengan keluarga, dan memengaruhi kondisi emosional pelajar
(Bushman dan Huesmann, 2006). Penelitian Ko dkk. (2009) melaporkan bahwa penggunaan internet yang berlebihan selama lebih dari enam bulan berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya depresi pada remaja. Penelitian Young melaporkan bahwa pada kelompok kecanduan internet, 58% sampel mengalami gangguan pada kemampuan akademis, 53% pada hubungan dengan keluarga dan kerabat, 52% pada kondisi keuangannya serta 51% pada pekerjaannya (Young, 1996). Chou dan Hsiao telah melakukan penelitian menggunakan IRABI (Internet- Related Addictive Behavior Inventory) dan Young Diagnostic Questionnaire (YDQ) terhadap 910 pelajar Taiwan, dan mereka menemukan bahwa 5,9% dari sampel merupakan pecandu internet (Chou dan Hsiao, 2000). Pada penelitian yang dilakukan oleh Xuanhui dan Gonggu, sebesar 9,6% pelajar di China diidentifikasi sebagai ketergantungan terhadap internet (Xuanhui dan Gonggu, 2001). Pada saat yang bersamaan, Wang di Australia melakukan penelitian serupa dan mendapatkan bahwa 9,6% pelajar di Australia menderita gangguan kecanduan internet (Wang, 2001). Morahan-Martin dan Schumacher menemukan bahwa sebesar 8,1% dari 283 orang pelajar di Amerika Serikat memiliki empat atau lebih gejala kecanduan internet (Morahan-Martin dan Schumacher, 2000). Penelitian serupa juga dilakukan oleh Johansson dan Gotestam dengan menggunakan Young Diagnostic Questionnaire (YDQ) untuk mempelajari kecanduan internet pada remaja di Norwegia, dan mereka
menemukan bahwa sekitar 10,66% dari responden memiliki gangguan kecanduan terhadap internet (Johansson dan Gotestam, 2004). Di Indonesia, perkiraan jumlah pengguna internet oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 1998 adalah 512 ribu orang, 25 juta orang pada tahun 2007 dan terus bertambah hingga kira-kira 82 juta orang pada tahun 2014 (Pangerapan, 2015). Dengan jumlah sebanyak ini, Indonesia sudah termasuk ke dalam 10 negara pengguna internet terbanyak di dunia (kemenkominfo, 2014) namun instrumen yang digunakan untuk deteksi adanya kecanduan internet belum ada. Amerika Serikat pada tahun 1996 telah menggunakan internet addiction test (IAT) yang diciptakan oleh Dr Kimberly S. Young untuk mendeteksi kecanduan internet dan didapatkan sebesar 4% pelajar sekolah menengah atas menderita kecanduan internet, berdasar pada hal tersebut maka instrumen tersebut akan dicoba untuk dilakukan di Denpasar dengan menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Berdasar masih sedikitnya penelitian yang berhubungan dengan hal tersebut terutama di Indonesia khususnya di Denpasar, maka timbul suatu pemikiran untuk memberikan suatu tambahan data tentang prevalens kecanduan internet pada pelajar sekolah menengah pertama yang menggunakan internet di Denpasar. 1.2 Rumusan Masalah Uraian ringkas dalam latar belakang masalah di atas, memberikan dasar bagi peneliti untuk merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana reliabilitas instrumen internet addiction test (IAT) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia? 2. Berapa prevalens kecanduan internet pada pelajar sekolah menengah pertama pengguna internet di Denpasar? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan atas latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, maka dirumuskanlah tujuan penelitian sebagai berikut 1.3.1 Tujuan umum Melakukan uji reliabilitas terhadap instrumen internet addiction test (IAT) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan mengetahui prevalens kecanduan internet pada pelajar sekolah menengah pertama pengguna internet di Denpasar. 1.3.2 Tujuan khusus a. Untuk mengetahui reliabilitas instrumen internet addiction test (IAT) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pada pelajar sekolah menengah pertama pengguna internet di Denpasar. b. Untuk mengetahui prevalens kecanduan internet pada pelajar sekolah menengah pertama pengguna internet di Denpasar. 1.4 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian tentang prevalens kecanduan internet pernah dilakukan sebelumnya di beberapa negara namun kebanyakan penelitian dilakukan terhadap mahasiswa atau orang dewasa. Penelitian seperti ini belum pernah dilakukan di
Indonesia. Dengan keadaan sosiodemografi yang berbeda dengan negara-negara tersebut, maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian ini di Indonesia. Tabel 1.1 memperlihatkan karateristik penelitian-penelitian tersebut. Tabel 1.1 Karakteristik Penelitian Prevalens Kecanduan Internet di Berbagai Negara Peneliti dan tahun Tempat Subyek Jumlah sampel Prevalens kecanduan internet Instrumen Penelitian Scherer (1997) Amerika Selatan Mahasiswa 531 13,0 Internet dependence Chou dan Hsiao Taiwan Mahasiswa 910 5,9 IAS (2000) Morahan-Martin dan US Mahasiswa 283 8,1 PIU scale Schumacher (2000) Anderson (2001) US Mahasiswa 1.300 9,8 Internet dependence Wang Australia Mahasiswa 293 9,6 IAD (2001) Mingyi China Mahasiswa 500 6,4 IAD (2002) Lin dan Tsai Taiwan SMU 753 11,7 Chinese IAS (2002) Johansson dan Norwegia 12 18 th 3.237 10,7 IAS 40 Gotestam (2004) Sato Jepang Mahasiswa 242 9,1 IAS 40 (2004) Niemz dkk. UK Mahasiswa 371 18,3 PIU (2005) Kim dkk. (2006) Korea SMU 1.573 39,6 IAS 40 (IAS: Internet Addiction Scale; PIU: Pathological Internet Use; IAD: Internet Addiction Disorder) sumber: Dimodifikasi dari dari Sato, 2006 1.5 Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.5.1 Manfaat Bidang Akademik Adanya instrumen untuk deteksi kecanduan internet yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi ilmiah dalam bidang Tumbuh Kembang Anak. 1.5.2. Manfaat Praktis Dengan adanya instrumen internet addiction test (IAT) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia ini, dapat dipakai sebagai alat deteksi dini kecanduan internet pada remaja dengan harapan dapat dicapai tumbuh kembang yang optimal nantinya saat terbentuk individu dewasa. Selain itu juga hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi ilmiah dalam bidang Ilmu Kesehatan Anak serta menjadi data dasar untuk pengembangan penelitian selanjutnya di masa yang akan datang..