KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah FH berasal dari Belanda bagian utara, tepatnya di Provinsi Friesland,

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

CROSSBREEDING PADA SAPI FH DENGAN BANGSA SAHIWAL. Oleh: Sohibul Himam Haqiqi FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008

Gambar 1. Produksi Susu Nasional ( ) Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2011)

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah secara umum merupakan penghasil susu yang sangat dominan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum : Chordata; Subphylum :

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

TINJAUAN PUSTAKA. : Artiodactyla. Bos indicus Bos sondaicus

TINJAUAN PUSTAKA. dimiliki dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Sapi potong merupakan salah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

TINJAUAN PUSTAKA. Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan atas

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketenangan dan akan menurunkan produksinya. Sapi Friesien Holstein pertama kali

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa Sapi Potong Tropis Bangsa sapi potong tropis adalah merupakan bangsa sapi potong yang berasal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sangat besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi susu bagi manusia, ternak. perah. (Siregar, dkk, dalam Djaja, dkk,. 2009).

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998).

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Perkembangan Sapi Perah Menurut Sudono et al. (2003), sapi Fries Holland (FH) berasal dari

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

TINJAUAN PUSTAKA. (Sumber : Damron, 2003)

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari Banteng (bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Payne dan Rollinson (1973)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

TINJAUAN PUSTAKA. dan dikenal sebagai Holstein di Amerika dan di Eropa terkenal dengan

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Lokasi BBPTU-SP Baturraden, Purwokerto

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH)

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa Sapi Sapi Brahman Cross (BX)

Gambar 1. Grafik Populasi Sapi Perah Nasional Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,

TINJAUAN PUSTAKA Kambing Kambing Perah

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

TINJAUAN PUSTAKA. atas sekumpulan persamaan karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimanfaatkan sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

KAJIAN KEPUSTAKAAN. menghasilkan susu. Terdapat beberapa bangsa sapi perah yaitu Ayrshire,

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

Transkripsi:

II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Fries Holland (FH) Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class Ordo Sub ordo Infra ordo Famili Genus Group Spesies : Chordata : Vertebrata : Mamalia : Theria : Eutheria : Artiodactyla : Ruminatia : Pecora : Bovidae : Bos (cattle) : Taurinae : Bos taurus (Sapi Eropa) Bos indicus (Sapi India/Sapi Zebu) Sapi perah Fries Holland atau FH, di Amerika Serikat disebut Holstein Friesian atau disingkat Holstein sedangkan di Eropa disebut Friesian adalah sapi perah dengan produksi susu tertinggi dibandingkan bangsa-bangsa sapi perah lainnya dengan kadar lemak susu yang rendah rata-rata 3,7%. Sapi FH berukuran besar dengan totol-totol warna hitam dan putih di sekujur tubuhnya. Dalam arti sempit, sapi FH mempunya ciri-ciri warna belang hitam putih, pada dahi terdapat pola hitam putih berbentuk segitiga. Dada, perut bawah, kaki dan ekor berwarna

8 putih. Tanduk kecil-pendek menjurus ke depan. Sapi FH bersifat tenang, jinak sehingga mudah dikuasai, tidak tahan panas, tapi mudah beradaptasi, dan lambat menjadi dewasa. Di Indonesia sapi jenis FH ini dapat menghasilkan susu 20 liter/hari, tetapi rata-rata produksi 10 liter/hari atau 3.050 kg susu 1 kali masa laktasi. Di Amerika sapi FH ini dapat memproduksi lebih dari 7.000 kg susu dalam 1 kali masa laktasi (Sudono dkk., 2003). Sapi FH juga bisa dimanfaatkan sebagai sapi pedaging, karena sapi FH mempunyai karkas yang berkualitas baik dan tubuh yang cukup besar. Diantara jenis sapi perah, FH memiliki ukuran tubuh lebih besar dibandingkan dengan sebagian besar jenis sapi perah yang lainnya. Berat badan sapi FH jantan 800-900 kg, sedangkan yang betina 600-625 kg dan tingginya rata-rata 1,35 meter (Budi, 2006). Bobot lahir anak mencapai 43 kg (Sudono dkk., 2003) dan bisa mencapai bobot lahir 48 kg (Bath dkk., 1985). Umumnya sapi FH dikawinkan pertama kali umur 18-21 bulan dan beranak umur 28-30 bulan. Pertumbuhan tubuh maksimum dicapai pada umur 7 tahun dengan kisaran 6-8 tahun. Berat pedet yang baru dilahirkan berkisar antara 25-45 kg atau sebesar 10% dari berat induk (Ensminger, 1980). Pertumbuhan pedet dapat mencapai 0,9 kg per hari sehingga baik untuk penghasil daging (Pane, 1986). 2.2 Masa Laktasi Sapi Perah Masa Laktasi adalah masa sapi sedang menghasilkan susu, yakni selama 10 bulan antara masa beranak dan saat masa kering kandang. Sapi mulai berproduksi setelah melahirkan anak, kira-kira setengah jam setelah sapi itu beranak. Produksi susu sudah mulai keluar dan saat itulah masa laktasi dimulai. Namun, sampai dengan 4-5 hari yang pertama produksi susu tersebut masih berupa colostrum yang

9 sangat baik untuk pedet untuk pertumbuhan pada kehidupan awal. Menurut Alim dan Hidaka (2002) masa laktasi menjadi tiga yaitu: masa laktasi awal (3 bulan setelah melahirkan), masa laktasi tengah (3-6 bulan) dan masa laktasi akhir (lebih dari 6 bulan). 2.3 Peternakan Sapi Perah Rakyat Menurut Subandriyo dan Adiarto (2009), ciri usaha peternakan sapi perah rakyat adalah: a. skala usaha kecil, motif produksi rumah tangga, b. dilakukan sebagai usaha sambilan c. menggunakan teknologi sederhana d. bersifat padat karya dan berbasiskan pada anggota keluarga e. kualitas produknya bervariasi. Sebagian besar peternakan sapi perah di Indonesia terkonsentrasi di Pulau Jawa dengan kepemilikan ternak 2-4 ekor per peternak. Pengelolaan usaha ternak sapi perah ini masih dilakukan dengan cara tradisional dengan melibatkan semua anggota keluarga. Usaha tenak ini bersifat non komersial dengan tingkat pendapatan yang rendah dan tidak ekonomis. Sapi perah yang dewasa ini dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah sapi Fries Holland (FH) yang memiliki produksi susu yang tinggi (Sudono 1999). Menurut Kusnadi dan Juarini (2007), walaupun usaha pemeliharaan sapi perah belakangan ini sudah begitu berkembang dan sudah dapat dijadikan sebagai salah satu mata pencaharian, namun pada kenyataannya pendapatan dari usaha tersebut masih relatif kecil, dimana untuk menutupi kebutuhan hidup peternak dan keluarganya pun masih kesulitan. Hal ini berakibat dalam pengembangan usaha

10 pemeliharaan sapi perah. Kondisi ini dibuktikan dengan perkembangan populasi sapi perah yang sangat lamban. Peningkatan populasi sapi perah selama periode tahun 1997 2003 misalnya hanya rata-rata 1,69% per tahun. Peningkatan populasi sapi perah yang lamban yang berarti juga pengembangan usaha pemeliharaan sapi perah yang lamban, berakibat kepada rendahnya peningkatan produksi susu nasional. Selama periode tahun 1997 2003 permintaan konsumen susu mencapai rata-rata 4,5% per tahun. 2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Karakteristik Sapi Perah Karakteristik fisik pada sapi perah merupakan sifat kualitatif dimana sifat ini tidak dapat diukur tetapi dapat dibedakan secara tegas misalnya warna bulu, ada tidaknya tanduk dan sebagainya. Sifat ini dikendalikan oleh satu atau beberapa gen dan sedikit atau tidak sama sekali dipengaruhi oleh lingkungan (Hardjosubroto, 1994). Menurut Warwick dkk (1990) sifat kualitatif adalah sifat luar yang tampak atau bahkan tak ada hubungannya dengan kemampuan produksi seperti warna, bentuk dan panjang ekor, ada tidaknya tanduk dan sebagainya. Secara praktis karakteristik fisik sapi perah ditentukan oleh pejantan yang digunakan. 2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Sapi Perah Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran tubuh yang meliputi perubahan bobot hidup, bentuk dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponenkomponen tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ serta komponen-komponen kimia termasuk air, lemak, protein dan abu (Soeparno, 1998). Suatu individu erat kaitannya dengan perkembangan dimana perkembangan adalah perubahan bentuk suatu komformasi tubuh, termasuk perubahan struktur tubuh, perubahan

11 kemampuan dan komposisi, Jadi dalam pertumbuhan seekor ternak ada dua hal yang terjadi, yaitu (1) bobot badannya meningkat sampai mencapai bobot badan dewasa, yang disebut pertumbuhan dan (2) terjadinya perubahan konformasi dan bentuk tubuh serta berbagai fungsi dan kesanggupannya untuk melakukan sesuatu menjadi wujud penuh yang disebut perkembangan. Perubahan bentuk tubuh atau dalam hal pertambahan berat badan sangat berguna untuk seleksi pada pemuliaan ternak sebagai petunjuk dalam performan kondisi pada grazing atau feedlot, meskipun demikian yang penting bahwa semakin mendekati dewasa tubuh pertambahan berat badan semakin rendah (Wello, 2007). Secara umum pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. 1. Faktor Genetik Bibit yang baik akan dihasilkan dari induk yang baik, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu sangatlah penting untuk melakukan seleksi induk dalam suatu populasi sapi perah. Selain itu pejantan yang digunakan juga memegang peranan penting yang akan menentukan pertumbuhan keturunannya. 2. Faktor Lingkungan Pakan sapi perah menjadi faktor utama yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi susu, serta bisa mempengaruhi kesehatan sapi, baik kesehatan tubuh maupun kesehatan reproduksinya. Secara umum, pakan sapi perah adalah hijauan (rumput) dan konsentrat sebagai pakan penguat. Meskipun demikian, pemberian pakan harus sesuai dengan bobot badan sapi, kadar lemak susu dan produksinya susunya. Pakan sapi yang diberikan pada ternak harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu: bahan pakan yang digunakan harus mudah didapat, tersedia terus menerus atau sepanjang tahun, harga relatif murah,

12 tidak mengandung racun, tidak bersaing dengan kebutuhan manusia dan mempunyai nilai gizi (Anggorodi, 1979). Sapi perah membutuhkan kondisi lingkungan yang ideal untuk memaksimalkan pertumbuhan dan produksi susunya. Untuk mencapai produksi yang optimal sapi perah sebaiknya dipelihara di tempat yang bersuhu rendah. Suhu lingkungan yang optimum untuk sapi perah dewasa berkisar antara 5-21 ºC, sedangkan kelembaban udara yang baik untuk pemeliharaan sapi perah adalah sebesar 60% dengan kisaran 50-75% (Adriyani dkk.,1980). Jika sapi perah ditempatkan pada lingkungan yang panas maka akan menyebabkan potensi stress yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan maupun produksi. WIilliamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa temperatur kritis pada sapi Friesian Holstein adalah 21-27 C. 2.6 Seleksi Sapi Perah Kemampuan memilih atau menyeleksi ternak untuk menghasilkan keturunan yang lebih baik dari pada tetuanya merupakan faktor yang sangat penting dalam manajemen pembiakan sapi. Seleksi merupakan suatu tindakan terencana yang dilakukan untuk memilih ternak yang mempunyai sifat unggul dan mempunyai nilai ekonomi untuk dikembangkan. Pada dasarnya memilih ternak dapat dilakukan melalui cara visual atau kualitatif dan melalui cara pengukuran atau kuantitatif. Pemilihan secara visual sering dilakukan peternak terutama sewaktu memilih ternak untuk dijadikan induk maupun bakalan. Karakter visual yang menjadi dasar memilih ternak meliputi bentuk tubuh, warna kulit, bentuk tanduk, bentuk kepala, bentuk moncong, panjang leher, warna rambut atau bulu, panjang ekor dan lain-lain. Bentuk luar ini selalu dihubungkan dengan potensi sifat unggul

13 yang diharapkan dimiliki oleh ternak tersebut. Pada umumnya sifat unggul yang diinginkan peternak adalah kecepatan pertumbuhan, kejinakan atau temperamen yang baik, kemampuan mengkonsumsi pakan berserat tinggi, daya tahan terhadap penyakit, kesuburan reproduksi, produksi air susu dan banyak yang lainnya (Panjahitan, 2010). Metode yang relatif dapat diandalkan dalam seleksi sapi perah adalah menilai (menyeleksi) ternak berdasarkan melalui pendugaan kemampuan genetik produksi susu yang dicerminkan oleh dugaan nilai pemuliaan (breeding value). Nilai pemuliaan (NP) merupakan kedudukan relatif ternak secara genetik di dalam populasinya. Ternak-ternak yang memiliki NP di atas rata-rata populasinya yang akan mengekspresikan keunggulan jika dipelihara (Mark dkk., 2005; Nielsen dkk., 2005). Kendala yang dihadapi untuk memperoleh nilai dugaan NP adalah perlu adanya program pemuliaan dalam waktu dan dana yang cukup memadai, dan hal ini biasanya sulit untuk dikerjakan oleh peternakan rakyat. Oleh karena itu ukuran tubuh dapat dijadikan alternatif pada seleksi sapi perah. 2.7 Persilangan Sapi Perah FH Sapi perah di Indonesia berasal dari sapi impor dan hasil dari persilangan sapi impor dengan sapi lokal. Pada tahun 1955, di Indonesia terdapat sekitar 200.000 ekor sapi perah dan hampir seluruhnya merupakan sapi FH dan keturunannya (Prihadi,1997). Perkawinan silang dapat meningkatkan produktivitas dan mutu genetik, namun membutuhkan biaya besar dan harus dilakukan secara bijak dan terarah, karena dapat mengancam kemurniaan ternak asli (Rusfidra, 2006). Hasil persilangan antara sapi lokal dengan sapi FH sering disebut sapi Peranakan Friesian

14 Holstein (PFH). Sapi ini banyak dipelihara rakyat terutama di daerah Boyolali, Solo, Ungaran, Semarang, dan Jogjakarta (Prihadi,1997). Sapi PFH merupakan sapi perah yang telah lama dipelihara oleh peternak. Sapi perah lokal yang banyak dikenal yaitu sapi Grati. Sapi Grati adalah sapi perah lokal yang telah beradaptasi dan berkembang di wilayah dataran rendah Pasuruan. Sapi Grati merupakan hasil persilangan antara sapi lokal (Sapi Jawa, Sapi Madura) dengan sapi-sapi Ayrshire, Jersey dan Friesian Holstein (Payne, 1970). Menurut Badan Standardisasi Nasional (2008), bibit sapi perah Indonesia adalah bibit sapi tipe perah yang lahir dan beradaptasi di Indonesia dan mempunyai ciri serta kemampuan produksi sesuai persyaratan tertentu sebagai bibit yang bertujuan untuk produksi susu dan menghasilkan anak.