Subsidi BBM pada Komposisi Subsidi pada Subsidi BBM selalu menjadi issue yang menarik perhatian jika dikaitkan dengan total beban subsidi pada. Hal tersebut dikarenakan subsidi BBM memberikan kontribusi terbesar dibandingkan dengan jenis subsidi yang lain pada postur. Grafik berikut menjelaskan bahwa sejak tahun 25 hingga saat ini, share subsidi BBM selalu menjadi yang terbesar dari semua jenis subsidi baik pada Induk, Perubahan maupun. Bahkan share subsidi BBM terhadap total subsidi pada selalu di atas kecuali pada tahun 29 dan 21. miliar rupiah 3. 25. 2. 15. 1. 5. 79% 79% 68% 61% 6% 6% 6% 53% 56% 47% 54% 59% 51% 51% 5 44% 44% 43% 3 33% 33% II -P -P -P 25 26 27 28 29 21 211 212 Sumber: NK dan tahun terkait (data diolah) Perkembangan Subsidi BBM pada -P BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN SETJEN DPR RI 16 12 8 4 Komposisi Subsidi pada -P -P 1% % - Perkembangan Subsidi BBM (21-212) Subsidi Lainnya Subsidi Kedelai Subsidi Pajak Subsidi Minyak Goreng Kredit Program PSO Subsidi Benih Subsidi Pupuk Subsidi Pangan Subsidi Listrik Subsidi BBM Persentase Subsidi BBM thd Total Subsidi 21 22 23 24 25 26 27 28 29 21 211 212 -P /Realisasi Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan SETJEN DPR-RI 1
Sumber: NK dan tahun terkait (data diolah) Grafik Perkembangan Subsidi BBM di atas menjelaskan bahwa sejak tahun 21 hingga saat ini besaran Subsidi BBM selalu mengalami fluktuasi dan sejak 29 trendnya menunjukkan kenaikan. Pada tahun 28 dan 211 realisasi subsidi BBM telah melampui angka 1, dan pada tahun 212 ini subsidi BBM juga diperkirakan akan lebih dari 1. Berdasarkan Tabel Perkembangan Subsidi BBM (21-212) di bawah, perubahan jumlah subsidi BBM dari ke -P atau dari -P ke /Realisasi sejak tahun 23 hingga 211 memperlihatkan trend kenaikan yang sangat signifikan, kecuali pada tahun 29 dan 21 yang menurun, seperti pada tahun 24 dengan perubahan sebesar 48% dan tahun 27 sebesar 151%. Hal ini menunjukkan perencanaan dalam menentukan besaran subsidi BBM kurang akurat, yang bisa disebabkan oleh banyak faktor, baik eksternal maupun internal pemerintah. Tabel Perkembangan Subsidi BBM (21-212) 21 22 23 24 25 26 27 28 29 21 211 212 68,4 3,4 13,2 14,5 19, 54,3 61,8 45,8 57,6 68,7 95,9 123,6 -P 68,4 31,2 24,5 59,2 76,5 64,2 55,6 126,8 52,4 88,9 129,7 /Realisasi n/a 31,2 3, n/a 95,6 64,2 83,8 139,1 45, 82,4 n/a Growth % 1% 122% 48% 12 1% 151% 11% 86% 93% 13 Sumber: NK dan tahun terkait (data diolah) Persentase Subsidi BBM terhadap Belanja Negara dan Belanja Pemerintah Pusat 1.6 1.4 1.2 1. 8 6 4 2 -Penyesuaian 2% 19% -P 9% 1%1% Realisasi 4% -P Subsidi BBM vs. Belanja Negara 6% 8% 4% -P 14% II 14% 19% 8% 9% 1% 8% 7% 11% -P BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN SETJEN DPR RI -P -P 13% 14% 3% 2% 1% 1% 8% 8% 8% 9% 7% 6% -P -P -P % 21 22 23 24 25 26 27 28 29 21 211 212 Belanja Pemerintah Pusat Subsidi BBM Persentase Subsidi BBM thd Belanja Negara Sumber: NK dan tahun terkait (data diolah) Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan SETJEN DPR-RI 2
Berdasarkan grafik di atas, trend persentase subsidi BBM terhadap, yang dalam hal ini dicerminkan oleh Belanja Negara, sejak tahun 21 hingga 212 mengalami fluktuasi, di mana pada -P 21 persentasenya sebesar 19% dan pada 212 sebesar 9%. Hal ini terjadi karena pertumbuhan Belanja Negara yang lebih dari 4 kali lipat pada 212 dibandingkan -P 21, sementara perkembangan subsidi BBM pada 212 hanya hampir 2 kali lebih besar daripada subsidi BBM pada tahun 21. Pada tahun 25 persentase subsidi BBM terhadap Belanja Negara juga mencapai angka yang cukup tinggi, yaitu 19%, yang disebabkan oleh peningkatan subsidi BBM yang cukup signifikan yaitu dari 76,5 pada II 25 menjadi 95,6 triliun pada 25, sementara Belanja Negara justru mengalami penurunan dari 565,1 menjadi 59,6. Sejak tahun 29 hingga 212 persentase subsidi BBM terhadap Belanja Negara bekisar di bawah angka 1% dengan trend kenaikan yang landai. Kecenderungan ini mencerminkan bahwa kenaikan jumlah subsidi BBM tidak sampai membuat guncangan yang berlebihan terhadap. Hal senada juga ditunjukkan oleh trend presentase subsidi BBM terhadap Belanja Pemerintah Pusat seperti grafik di bawah, dimana sejak tahun 21 hingga 28, terjadi fluktuasi yang besar terhadap persentase tersebut, bahkan hingga mencapai angka 26% pada 25. Sedangkan pada tahun 29 hingga 212 presentase subsidi BBM terhadap Belanja Pemerintah Pusat memperlihatkan trend kenaikan yang landai. 1.2 1. 8 6 4 2 -Penyesuaian 26% 2 -P 12% 14% 14% Realisasi -P Subsidi BBM vs. Belanja Pemerintah Pusat 12% 9% 6% -P 2% 7% II 19% 26% 13% 13%1 12% 11% -P BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN SETJEN DPR RI -P 17% 8% -P 18% 2% 3% 2% 14% 13% 11%12%11% 9% 1% 8% 8% 7% 21 22 23 24 25 26 27 28 29 21 211 212 Belanja Pemerintah Pusat Subsidi BBM Persentase Subsidi BBM thd Belanja Pemerintah Pusat -P -P -P % Sumber: NK dan tahun terkait (data diolah) BBM Bersubsidi Dari tiga jenis Bahan Bakar Minyak yang disubsidi oleh Pemerintah, Premium merupakan jenis BBM yang paling besar mendapatkan subsidi dalam volume subsidi. Berdasarkan 212, Volume Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan SETJEN DPR-RI 3
subsidi untuk Premium, Solar dan Minyak Tanah berturut-turut adalah 24.41 ribu kl, 13.89 ribu kl dan 1.7 ribu kl. Berdasarkan grafik-grafik di bawah, trend konsumsi Premium mengalami kenaikan yang signifikan, yaitu dari 11.867 ribu barel pada tahun 25 menjadi 148.575 ribu barel pada tahun 21. Demikian juga dengan trend impor yang mengalami kenaikan dari 39.9 ribu barel pada tahun 25 menjadi 78.226 ribu barel pada tahun 21 dan bahkan mencapai 86.246 ribu barel pada tahun 211. Sedangkan trend produksi BBM justru kenaikannya tidak signifikan, yaitu dari 71.13 ribu barel pada tahun 25 menjadi 77.174 ribu barel pada tahun 21, sehingga pada tahun 21 jumlah impor Premium telah melampaui jumlah produksi BBM. Hal ini jelas menunjukkan bahwa ketergantungan pada BBM impor semakin tinggi, yang tentunya membawa konsekuensi pada meningkatnya besaran subsidi BBM, dikarenakan BBM impor sangat dipengaruhi oleh nilai tukar dan harga minyak internasional. Sementara untuk Solar, trend konsumsi tidak mengalami kenaikan yang signifikan, demikian juga dengan trend produksinya. Sedangkan trend impornya justru mengalami penurunan. Hal ini menguntungkan karena pengaruh nilai tukar dan harga minyak internasional menjadi tidak begitu signifikan. Sejalan dengan program pengalihan dari minyak tanah ke LPG 3kg, trend konsumsi dan produksi minyak tanah mengalami penurunan yang signifikan. Bahkan impor minyak tanah sejak tahun 29 tidak lagi dilakukan. Ribu Barel 16. 12. 8. 4. Premium 24 25 26 27 28 29 21 211* BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN SETJEN DPR RI Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan SETJEN DPR-RI 4
Ribu Barel Solar 2. 16. 12. 8. 4. 24 25 26 27 28 29 21 211* Minyak Tanah 8. Ribu Barel 6. 4. 2. Sumber : Data Kementerian ESDM (data diolah) 24 25 26 27 28 29 21 211* Penyusun: Jeffry Simorangkir BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN SETJEN DPR RI Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan SETJEN DPR-RI 5