PROFIL BAHAN AJAR BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING MATERI ARCHAEBACTERIA DAN EUBACTERIA

dokumen-dokumen yang mirip
BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi

Pengembangan LKS Berbasis Contextual Teaching and Learning Materi Hama dan Penyakit Tumbuhan

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan kontekstual bukan merupakan suatu konsep baru. Penerapan pendekatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

DESKRIPSI INSTRUMEN 2 PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN BIOLOGI SMA/MA

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 2 PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN KIMIA UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH

DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 2 PENILAIAN BUKU TEKS SISWA UNTUK PEMINATAN FISIKA SMA/MA

BAB II LANDASAN TEORI. konsep baru. Penerapan pendekatan kontekstual di kelas-kelas yang diselenggarakan

PENULISAN BUKU AJAR/BUKU TEKS

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

KELAYAKAN TEORITIS PERANGKAT PEMBELAJARAN MATAKULIAH TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH UNTUK KELAS INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 2 PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN SEJARAH UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BUKU BERJENDELA SEBAGAI PENDUKUNG IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA MATERI JURNAL KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

DESKRIPSI INSTRUMEN 2 PENILAIAN BUKU TEKS PENJASORKES UNTUK SD/MI

Ika Santia 1, Jatmiko 2 Pendidikan matematika, Universitas Nusantara PGRI Kediri 1 2.

2 Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas Pasir Pengaraian

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

EFEKTIVITAS MODUL ANALISIS KOMPLEKS DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENGEMBANGAN MODUL LUAS DAN KELILING BANGUN DATAR YANG VALID DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL DI SEKOLAH DASAR

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-G SMP NEGERI 7 MALANG ARTIKEL

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

Apa itu CTL? M n e g n a g p a a p a h a h r a us u s C TL

Juli Mania Sembiring 1, Edy Surya 2

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 1 (BUKU SISWA) BUKU TEKS PELAJARAN SOSIOLOGI SMA/MA KELAS X

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Peningkatan Hasil Belajar Mengenai Kesebangunan dan Simetri Siswa Sekolah Dasar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA mencakup beberapa prosedur pengembangan. Langkah-langkah. pengembangan bahan ajar adalah sebagai berikut:

KISI-KISI LEMBAR PENILAIAN AHLI MATERI

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk mengkaji keefektifan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

LAMPIRAN A. A3. Surat Permohonan Izin Validasi Perangkat Pembelajaran. A4. Surat Keterangan Validasi Perangkat Pembelajaran

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN

BAB III METODE PENELITIAN. berpendekatan aunthentic inquiry learning ini merupakan desain Research

PENGEMBANGAN ISI BUKU AJAR/DARAS

Desain. Produk. Revisi Produk. Produksi Massal

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

Pengembangan LKS Untuk Melatih Kecakapan Hidup Pada Materi Sistem Ekskresi

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran dalam Satyasa (2007:3) diartikan sebagai semua benda

Profil LKS IPA SMP Berorientasi Active Learning dengan Strategi Belajar Mengajukan Pertanyaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, perubahan

BAB III METODE PENELITIAN. diuji kelayakannya dahulu sebelum diberikan kepada peserta didik.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 1 PENILAIAN BUKU TEKS SISWA UNTUK PEMINATAN FISIKA SMA/MA

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATISTIKA

BAB II PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung. Abstrak. n 1 +n 2 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PROSIDING SINDHAR Vol: 1 - ISSN: Penerbit: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Bosowa

PENGEMBANGAN MODUL KOMPUTER AKUNTANSI MYOB BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA KOMPETENSI DASAR PENCATATAN TRANSAKSI

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF INDUKTIF MENGGUNAKAN METODE KONTEKSTUAL. ( DESKRIPTIF PADA Siswa Kelas X SMA Darmayanti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran

PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk mendidik generasi penerus bangsa

Transkripsi:

ROFIL BAHAN AJAR BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING MATERI ARCHAEBACTERIA DAN EUBACTERIA Bertha uspitasari, Raharjo, Isnawati Jurusan Biologi FMIA UNESA Jalan Ketintang Gedung C3 Lt.2 Surabaya 60231, Indonesia e-mail puspitasaribertha@gmail.com Abstrak Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kelayakan bahan ajar berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) kelas X SMA pada materi Archaebacteria dan Eubacteria. Jenis penelitian ini adalah pengembangan, yang mengacu pada model pengembangan perangkat 4D. Model ini terdiri dari empat tahap, yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran. Hasil penelitian menunjukkan bahan ajar yang dikembangkan termasuk dalam kriteria kelayakan sangat layak pada komponen isi, kebahasaan, penyajian, dan kesesuaian pilar CTL. Kata kunci- pengembangan bahan ajar, CTL I. ENDAHULUAN Kurikulum Tingkat Satuan endidikan (KTS) menghendaki belajar tidak hanya menghafal konsep tetapi cara menggunakan konsep dan pengetahuan untuk mengasah kemampuan berpikir siswa (Fakhruddin, 2011). Begitu pula ilmu biologi, ilmu biologi bukan hanya penguasaan konsep saja tetapi suatu fakta dan penemuan sehingga guru tidak hanya mengajarkan konsep saja tetapi juga cara mengaplikasikan dalam kehidupaan nyata. Hasil wawancara guru mata pelajaran biologi di SMA Negeri 1 orong, selama ini dalam proses pembelajaran guru menggunakan dua buku ajar dari penerbit berbeda sebagai bahan ajar. Hasil pengamatan yang telah dilakukan peneliti pada dua buku ajar yang digunakan di SMA Negeri 1 orong masih belum mencakup tujuh pilar Contextual Teaching and Learning (CTL). Berdasarkan uraian di atas maka diperlukan bahan ajar yang mampu membantu siswa untuk menguasai konsep, menggunakan konsep dan pengetahuan untuk mengasah kemampuan berpikir siswa meliputi analisis, aplikasi, dan sintesis. Bahan ajar merupakan seperangkat materi pelajaran yang disusun secara sistematis dan memuat isi dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran (Depdiknas, 2004). Bahan ajar pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan salah satu bahan ajar yang menarik untuk dipelajari dan memudahkan siswa untuk belajar karena membantu siswa mengaitkan materi kehidupan nyata. Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu konsep pengajaran dan pembelajaran yang mengaitkan konten mata pelajaran situasi dunia nyata, serta memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapan dalam kehidupan (Trianto, 2007). Contextual Teaching and Learning (CTL) mencakup tujuh pilar di antarannya kontruktivisme (contructivist), inkuiri (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic assesment) (Syahza, 2010). Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimanakah kelayakan teoritis bahan ajar berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) kelas X SMA pada materi Archaebacteria dan Eubacteria?. Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan ditinjau dari tujuh pilar CTL bahan ajar berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) kelas X SMA pada materi Archaebacteria dan Eubacteria. II. METODE Rancangan penelitian pengembangan bahan ajar mengacu pada model pengembangan perangkat model 4D (diadaptasi dari Thiagarajan, 1974 dalam Ibrahim, 2002) model ini terdiri dari empat tahap, yaitu tahap pendefinisian (Define), tahap perancangan (Design), tahap pengembangan (Develop) dan tahap penyebaran (Deseminate). enelitian ini hanya sampai pada tahap ke tiga, yaitu pengembangan (Develop), sedangkan tahap ke empat penyebaran (Develop) tidak dilaksanakan karena untuk keperluan peneliti sendiri, dimana hasil pengembangannya akan diujicobakan secara terbatas di SMA Negeri 1 orong. engumpuan data telaah bahan ajar dilakukan cara memberikan lembar telaah kepada dosen biologi Universitas Negeri Surabaya dan guru mata pelajaran biologi SMA Negeri 1 orong. Analisis penilaian bahan ajar, skala penilaian dari penelaah adalah 1-4 kriteria penilaian yaitu, 1 (kurang), 2 (cukup), 3 (baik), dan 4 (sangat baik). resentase dari lembar telaah terhadap bahan ajar diketahui menggunakan rumus sebagai berikut: BioEdu Vol. 1/No. 2/Oktober 2012 a g e 22

Skor kriteria = skor tertinggi x jumlah aspek x jumlah penelaah ersentase yang diperoleh dikategorikan ke dalam kriteria berikut ini: 81,3% - 100% = Sangat layak 63,1% - 81,2% = Layak 43,8% - 62,5% = Cukup layak 25% - 43,7% = Kurang layak (diadaptasi dari Sugiyono, 2008) III. HASIL DAN EMBAHASAN Hasil penelitian pengembangan bahan ajar ini adalah berupa bahan ajar berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) pada materi Archaebacteria dan Eubacteria serta hasil telaah secara teoritis. Hasil penilaian kelayakan bahan ajar biologi materi Archaebacteria dan Eubacteria secara teoritis yang dilakukan oleh dosen biologi Universitas Negeri Surabaya dan guru mata pelajaran biologi SMA Negeri 1 orong dilihat pada Tabel 1. sebagai berikut: TABEL I HASIL TELAAH BAHAN AJAR BIOLOGI OLEH DOSEN DAN GURU BIOLOGI Skor Skor % No. Butir I II III enilai an Kelaya kan I. KOMONEN KELAYAKAN ISI A. CAKUAN MATERI 1. Keluasan 4 4 4 12 100 materi 2. Kedalaman materi 3 4 3 10 83,33 Rata-rata 91,67 B. AKURASI MATERI 1. Akurasi fakta 4 4 4 12 100 2. Akurasi 3 4 4 11 91,67 konsep 3. Akurasi teori 4 4 4 12 100 Rata-rata 97,22 Skor Skor % No. Butir I II III enilai an Kelaya kan C. KEMUTAKHIRAN 1. Kesesuian 4 4 4 12 100 perkembanga n ilmu 2. Keterkinian komponen 4 4 4 12 100 Rata-rata 100 D. MERANGSANG KEINGINTAHUAN 1. Menumbuhka 3 4 3 10 83,33 n rasa ingin tahu 2. Kemampuan 3 4 3 10 83,33 merangsang berfikir kritis 3. Mendorong untuk mencari informasi lebih jauh 3 4 4 11 91,67 Rata-rata 86,11 Rata-Rata Kelayakan Isi 93,75 A. KESESUAIAN BAHAN AJAR DENGAN KOMONEN CTL 1. Mengkonstru 4 4 4 12 100 ksi pengetahuan siswa 2. Mengandung 4 4 4 12 100 inkuiri 3. Menumbuhka 4 4 3 11 91,67 n motivasi bertanya 4. Merefleksi 4 4 4 12 100 pengetahuan siswa 5. Membentuk 4 4 4 12 100 siswa dalam kelompok belajar 6. Adanya 4 4 4 12 100 pemodelan 7. Mengandung penilaian autentik 4 4 3 11 91,67 Rata-Rata Kesesuaian Bahan Ajar Komponen CTL 97,62 II. KOMONEN KEBAHASAAN 1. Kesesuaian 3 4 3 10 83,33 perkembanga n siswa 2. Komunikatif 3 3 3 9 75 3. Lugas 4 3 4 11 91,67 4. Koherensi 3 4 4 11 91,67 dan keruntutan alur berpikir 5. Kesesuaian 4 3 4 11 91,67 kaidah bahasa Indonesia 6. enggunaan istilah dan simbol/lamba ng yang konsisten 4 3 4 11 91,67 Rata-Rata Komponen Kebahasaan 87,50 III. KOMONEN ENYAJIAN A. TEKNIK ENYAJIAN 1. Konsistensi 4 4 4 12 100 sistematika sajian Skor Skor % No. Butir I II III enilai an Kelaya kan 2. Keruntutan konsep 3 4 4 11 91,67 Rata-rata 95,83 B. ENDUKUNG ENYAJIAN MATERI 1. Kesesuaian/k 4 4 4 12 100 etepatan ilustrasi materi 2. enyajian 4 4 4 12 100 teks dan gambar disertai rujukan/sumb er acuan 3. Identitas tabel 4 4 4 12 100 dan gambar 4. Ketepatan 4 3 4 11 91,67 penomoran dan penamaan tabel dan gambar 5. embangkit 4 4 4 12 100 BioEdu Vol. 1/No. 2/Oktober 2012 a g e 23

motivasi belajar pada awal bab 6. Daftar isi 4 4 4 12 100 7. Rangkuman dan peta konsep 4 4 4 12 100 Rata-rata 99,17 C. ENYAJIAN EMBELAJARAN 1. Berpusat pada 3 4 3 10 83,33 siswa 2. Kesesuaian 3 4 4 11 91,67 karakteristik mata pelajaran 3. Menyajikan umpan balik untuk evaluasi 4 4 4 12 100 Rata-rata 91,67 Rata-rata Komponen enyajian 95,56 Keterangan: I = Dra. Isnawati, M.Si. II = Guntur Trimulyono, S.Si., M.Sc. III = Djoema ati Norfatma, S.d. Berdasarkan Tabel I. menunjukkan rata-rata skor penilaian penelaah dari dosen biologi dan guru mata pelajaran biologi. ada komponen isi persentase tertinggi terdapat pada sub komponen cakupan materi aspek keluasan materi, sub komponen akurasi materi aspek akurasi fakta dan akurasi konsep serta sub komponen kemutakhiran aspek kesesuaian perkembangan ilmu dan keterkinian komponen yaitu 100%. ersentase terendah terdapat pada sub komponen cakupan materi aspek kedalaman materi dan sub komponen merangsang keingintahuan aspek menumbuhkan rasa ingin tahu dan kemampuan merangsang berfikir kritis yaitu 86,11%. Rata-rata persentase komponen isi adalah 93,75%. Menurut Sugiyono (2008), bahan ajar yang layak digunakan apabila memiliki persentase mencapai 63,1%, demikian bahan ajar biologi yang dikembangkan telah layak digunakan ditinjau dari kriteria kelayakan isi. ersentase tertinggi pada kesesuaian bahan ajar komponen Contextual Teaching and Learning (CTL) terdapat pada aspek mengkonstruksi pengetahuan siswa, mengandung inkuiri, merefleksi pengetahuan siswa, membentuk siswa dalam kelompok belajar dan adanya pemodelan yaitu 100%. ersentase terendah terdapat pada aspek menumbuhkan motivasi bertanya dan mengandung penilaian autentik yaitu 91,67%. Berdasarkan data tersebut diperoleh rata-rata persentase kesesuaian bahan ajar biologi komponen CTL adalah 97,62%, artinya bahan ajar yang dikembangkan telah layak digunakan ditinjau dari kesesuaian bahan ajar komponen CTL karena memiliki nilai persentase 63,1%. Komponen kebahasaan persentase tertinggi terdapat pada aspek lugas, koherensi dan keruntutan alur berpikir, kesesuaian kaidah bahasa Indonesia serta penggunaan istilah dan simbol/lambang yang konsisten yaitu 91,67%. ersentase terendah terdapat pada aspek komunikatif yaitu 75%. Berdasarkan data tersebut diperoleh rata-rata persentase komponen kebahasaan adalah 87,50%, artinya bahan ajar biologi yang dikembangkan telah layak digunakan ditinjau dari kriteria kebahasaan karena memiliki nilai persentase 63,1%. ersentase tertinggi pada komponen penyajian terdapat pada sub komponen teknik penyajian aspek konsistensi sistematika sajian; sub komponen pendukung penyajian materi aspek kesesuaian/ketepatan ilustrasi materi, penyajian teks dan gambar disertai rujukan/sumber, identitas tabel dan gambar, pembangkit motivasi belajar pada awal bab, daftar isi, rangkuman dan peta konsep, daftar pustaka, glosarium serta evaluasi; dan sub komponen penyajian pembelajaran aspek menyajikan umpan balik untuk evaluasi diri yaitu 100%. ersentase terendah terdapat pada sub komponen penyajian pembelajaran aspek berpusat pada siswa yaitu 83,33%. Rata-rata persentase komponen penyajian adalah 95,56%. Hal ini menunjukkan bahan ajar biologi yang dikembangkan telah layak digunakan ditinjau dari kriteria penyajian karena memiliki nilai persentase 63,1%. Kelayakan bahan ajar biologi berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) pada materi Archaebacteria dan Eubacteria kelas X SMA dapat diketahui dari hasil telaah dosen biologi Universitas Negeri Surabaya dan guru mata pelajaran biologi SMA Negeri 1 orong. Bahan ajar yang dikembangkan dikatakan layak jika 63,1% (Sugiyono, 2008). Berdasarkan hasil telaah Tabel I. menunjukkan komponen isi mencakup empat sub komponen diantaranya cakupan materi, akurasi materi, kemutakhiran dan merangsang keingintahuan rata-rata persentase yaitu 93,75% yang artinya masuk dalam kategori sangat layak. Komponen ini terdapat aspek yang persentasenya mencapai 100% yaitu aspek keluasan materi sub komponen cakupan materi, aspek akurasi fakta dan akurasi teori sub komponen akurasi materi, aspek kesesuaian perkembangan ilmu dan keterkinian komponen sub komponen kemutakhiran. ersentase tergolong tinggi lainnya yaitu 91,67% terdapat pada aspek akurasi konsep sub komponen akurasi materi dan aspek mendorong untuk mencari informasi lebih jauh sub komponen merangsang keingintahuan. Komponen isi masuk dalam kategori sangat layak. Bahan ajar atau materi pembelajaran secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan (Mulyasa, 2010). Bahan ajar yang dikembangkan memuat konsep maupun teori yang disajikan dan disesuaikan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pembelajaran. Selain itu, materi disampaikan fitur-fitur yang menarik dan mencerminkan peristiwa, kejadian atau kondisi terkini serta disesuaikan perkembangan ilmu biologi. Hal ini sesuai kriteria bahan ajar yang baik menurut eraturan Menteri endidikian Nasional (ermen), Nomor 11 Tahun 2005 adalah bahan ajar yang dapat dipakai, baik dari segi isi maupun fisik buku, dalam masa kurun waktu paling sedikit lima tahun. Kurun waktu lima tahun dimaksudkan untuk mengakomodasi perubahan-perubahan yang bermakna dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (BSN, 2006). BioEdu Vol. 1/No. 2/Oktober 2012 a g e 24

ersentase terendah komponen isi yaitu 83,33% terdapat pada aspek kedalaman materi sub komponen cakupan materi, aspek menumbuhkan rasa ingin tahu dan aspek kemampuan merangsang berpikir kritis sub komponen merangsang keingintahuan. Walaupun aspekaspek tersebut masuk dalam kategori sangat layak namun persentase kelayakan belum mencapai 90%. Hal ini dikarenakan fitur-fitur yang disajikan cukup menunjukkan merangsang keingintahuan siswa. Aspek menumbuhkan rasa ingin tahu disajikan pada fitur bio link, eksperimen bio dan bio kreatif. Kiat untuk memperbaiki hal tersebut cara menambahkan fitur tugas kelompok. Siswa diberikan tugas untuk mencari informasi terkait peran bakteri dalam kehidupan, siswa dapat mengunjungi rumah sakit, pukesmas, home industry, mencari melalui sarana internet atau buku untuk mendapatkan informasi terkait peran bakteri dalam kehidupan. Aspek kemampuan merangsang berpikir kritis disajikan pada fitur eksperimen bio. Kiat untuk memperbaiki aspek ini adalah peneliti menambahkan tugas lanjutan pada fitur eksperimen bio untuk membuat laporan ilmiah hasil eksperimen. Bahan ajar biologi berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) yang dikembangkan bertujuan untuk menghasilkan makna menghubungkan muatan akademik konteks dari kehidupan sehari-hari (Johnson, 2007). Bahan ajar yang dikembangkan menyajikan fitur-fitur yang menarik dan sesuai tujuh pilar Contextual Teaching and Learning (CTL). Fitur-fitur tersebut meliputi poin kunci, uji diri, catatan kamu, bio link, tugas individu, tugas kelompok, wacana bio, ilmuwan bio, eksperimen bio, bio kreatif, evaluasi dan glosarium. Rata-rata persentase kesesuaian bahan ajar komponen Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah 97,62% artinya termasuk dalam kategori sangat layak. ada kesesuaian bahan ajar komponen CTL terdapat aspek-aspek yang persentasenya mencapai 100% yaitu mengkonstruksi pengetahuan siswa, inkuiri, merefleksi pengetahuan siswa, membentuk siswa dalam kelompok dan adanya pemodelan. ersentase tergolong tinggi lainnya yaitu 91,67% meliputi menumbuhkan motivasi bertanya dan mengandung penilaian autentik. Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL) terdiri dari tujuh aspek. Aspek yang pertama mengkonstruksi pengetahuan siswa, artinya siswa mampu membangun pengetahuan lewat fakta/proporsi yang mereka alami dalam kehidupannya (Muslich, 2007). Melalui aspek ini diharapkan siswa dapat membangun pengetahuan keterlibatan aktif melalui fitur-fitur yang disajikan dalam bahan ajar yang dikembangkan. Fitur-fitur tersebut antara lain bio link, tugas kelompok, wacana bio dan eksperimen bio. Adanya fitur-fitur tersebut dapat mengaktifkan dan membangun pengetahuan siswa melalui kegiatan eksperimen, diskusi dan mendapatkan informasi materi dari internet. Aspek yang kedua adalah inkuiri. engetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak hanya hasil mengingat fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya secara sistematis, berfikir kritis, logis dan analisis (Syahza, 2010). Hal ini membuat pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat apabila siswa menemukan sendiri. Fitur yang mencerminkan inkuiri dalam bahan ajar adalah eksperimen bio. Aspek yang ketiga adalah menumbuhkan motivasi bertanya. Bagi siswa bertanya merupakan kegiatan penting dalam melaksanakan pembelajaran (Syahza, 2010). Hal ini dikarenakan bertanya siswa dapat menggali informasi, mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui dan mengarahkan pada aspek yang belum diketahui. Oleh karena itu dalam aspek ini diharapkan siswa mampu membuat pertanyaan tentang apa yang belum dimengerti. Aspek ini disajikan pada fitur uji diri yang memuat perintah untuk menuliskan apa saja yang belum dimengerti pada materi yang telah dibahas. Aspek yang keempat adalah merefleksi pengetahuan siswa. Refleksi adalah perenungan kembali atau cara berpikir atas pengetahuan yang baru dipelajari (Syahza, 2010). Siswa memikirkan apa saja yang dipelajari, menelaah dan merespon semua kejadian atau aktivitas yang terjadi dalam pembelajaran. Siswa diharapkan dapat merefeksi tentang apa yang mereka pelajari yang tidak hanya dilakukan pada akhir bab tetapi di setiap sub bab. Aspek ini disajikan pada fitur poin kunci, uji diri, catatan kamu, tugas individu, rangkuman dan evaluasi. Aspek yang kelima adalah membentuk siswa dalam kelompok belajar, dalam pembelajaran tertentu kelompok belajar dapat digunakan untuk menyelesaikan sebuah permasalahan yang kompleks (Nur, 1999). Hasil pembelajaran bisa diperoleh melalui sharing antar teman atau antar kelompok, sehingga masing-masing pihak yang terlibat didalamnya sadar bahwa pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang dimilikinya bermanfaat bagi yang lain. Aspek ini dilakukan melalui tugas kelompok dan digunakan dalam belajar melalui penemuan (inkuiri) menerapkan metode ilmiah. Aspek ini disajikan pada fitur tugas kelompok dan eksperimen bio. Aspek yang keenam adalah pemodelan. Adanya pemodelan yang apabila diterapkan secara hati-hati dapat menjadi alat mengajar perilaku baru yang efektif dan efisien (Nur, 1999). Melalui aspek ini diharapkan siswa mampu mempraktekkan dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari suatu prosedur yang dicontohkan dari internet. Aspek ini disajikan pada fitur bio link yang memuat prosedur pembuatan yoghurt. Aspek yang ketujuh adalah mengandung penilaian autentik. enilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan informasi perkembangan belajar siswa (Trianto, 2007). Informasi perkembangan belajar siswa perlu diketahui karena untuk memastikan siswa melakukan proses pembelajaran benar. enilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa. Aspek ini disajikan pada fitur tugas kelompok, tugas individu, eksperimen bio dan evaluasi. Bahasa yang digunakan dalam bahan ajar harus mengacu pada kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, artinya semua bahan ajar harus memperhatikan komponen kebahasaan (BSN, 2006). Komponen bahasa terdiri atas enam aspek yaitu kesesuaian perkembangan siswa, komunikatif, lugas, koherensi dan keruntutan alur berpikir, kesesuaian kaidah bahasa Indonesia dan penggunaan istilah dan BioEdu Vol. 1/No. 2/Oktober 2012 a g e 25

simbol/lambang yang konsisten. Rata-rata persentase kelayakan komponen bahasa adalah 87,50% yang artinya termasuk dalam kriteria sangat layak. ersentase tergolong tinggi terdapat pada aspek lugas, aspek koherensi dan keruntutan alur berpikir, aspek kesesuaian kaidah bahasa indonesia dan aspek penggunaan istilah dan simbol/lambang yang konsisten yaitu 91,67%. Hal ini menunjukkan bahan ajar yang dikembangkan sesuai kriteria bahan ajar yang baik yaitu bahan yang ditulis menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi gambar dan keterangannya (Depdiknas, 2004). Hal ini sesuai materi yang disajikan dalam bahan ajar yang dikembangkan yaitu menggunakan bahasa yang sederhana, lugas dan mudah dipahami. Selain itu, materi yang disajikan dalam satu bab mencerminkan kesatuan tema dan keruntutan serta keterkaitan isi. enggunaan istilah dan simbol/lambang yang konsisten dan adanya ketepatan penulisan nama ilmiah bertujuan agar siswa mudah dalam mempelajari bahan ajar biologi dan lebih memahami konsep bahan ajar sehingga siswa dapat belajar lebih maksimal (BSN, 2006). ersentase tergolong rendah komponen kebahasaan yaitu 83,33% aspek kesesuaian perkembangan siswa dan 75% aspek komunikatif. Hal ini dikarenakan dalam bahan ajar yang dikembangkan terdapat bahasa yang kurang lazim dalam bahasa tulis bahasa Indonesia, seperti bakteri mengunyah. Kiat untuk mengatasi hal tersebut adalah cara memperbaiki bahasa dalam bahan ajar sehingga materi yang disajikan menggunakan bahasa yang lazim dalam bahasa tulis bahasa Indonesia serta kalimat yang digunakan lebih disederhanakan dan disesuaikan tingkat berfikir siswa. Komponen penyajian terdiri atas tiga sub komponen yaitu teknik penyajian, pendukung penyajian materi dan penyajian pembelajaran. Rata-rata persentase kelayakan komponen penyajian adalah 95,56% artinya termasuk dalam kriteria sangat layak. Komponen ini terdapat aspek yang persentasenya mencapai 100% yaitu aspek konsistensi sistematika sajian sub komponen teknik penyajian, aspek kesesuaian/ketepatan ilustrasi materi, penyajian teks dan gambar disertai rujukan/sumber acuan, identitas tabel dan gambar, pembangkit motivasi belajar pada awal bab, daftar isi, rangkuman dan peta konsep, daftar pustaka, glosarium dan evaluasi pada sub komponen pendukung penyajian materi, dan aspek menyajikan umpan balik untuk evaluasi diri pada sub komponen penyajian pembelajaran. ersentase tergolong tinggi lainnya yaitu 91,67% aspek keruntutan konsep sub komponen teknik penyajian, ketepatan penomoran dan penamaan tabel dan gambar sub komponen pendukung penyajian dan kesesuaian karakteristik mata pelajaran sub komponen penyajian pembelajaran. Komponen penyajian masuk dalam kategori sangat layak, hal ini menunjukkan komponen penyajian bahan ajar yang dikembangkan sangat layak digunakan dalam proses pembelajaran. Bahan ajar yang dikembangkan dapat memotivasi siswa untuk belajar, memuat petunjuk penggunaan bahan ajar, memberikan latihan soal-soal, menyediakan rangkuman, dan secara umum berorientasi pada siswa secara individual. Biasanya, bahan ajar bersifat mandiri, artinya dapat dipelajari oleh siswa secara mandiri karena sistematis dan lengkap (annen dan urwanto, 2001). Salah satu ciri bahan ajar adalah menimbulkan minat dari pembaca (annen dan urwanto, 2001). Secara keseluruhan bahan ajar yang dikembangkan dapat menarik minat siswa untuk membaca. Hal ini didukung oleh fitur-fitur yang menarik dan tentunya mendukung proses belajar siswa. Adanya ilustrasi dapat memperjelas konsep, pesan, gagasan, atau ide yang disampaikan dalam bahan ajar, selain itu ilustrasi yang menarik ditambah tata letak yang tepat dapat membuat bahan ajar menarik untuk dipelajari serta dapat memotivasi siswa untuk menggunakan bahan ajar dalam pembelajaran. Hal ini menunjukkan Ilustrasi memegang peranan penting dalam bahan ajar (Depdiknas, 2004). Bahan ajar ini juga dilengkapi bio link yang membantu siswa mendapatkan pengetahuan lain tentang materi dari internet, kata kunci yang memudahkan siswa menemukan konsep-konsep penting, rangkuman berisi ringkasan materi yang berasal dari ide-ide pokok materi, daftar pustaka bertujuan untuk membantu siswa mencari sumber referensi atau rujukan yang dibutuhkan dan glosarium yang berisi penjelasan istilah-istilah yang terdapat dalam bahan ajar. Beberapa komponen utama yang perlu ada dalam setiap bahan ajar yaitu tinjauan mata pelajaran, pendahuluan, penyajian, penutup, dan daftar pustaka (annen dan urwanto, 2001). Hal ini sesuai bahan ajar yang dikembangkan peneliti yang disusun secara sistematis dan memuat sistematika penyajian yaitu pendahuluan, isi dan penutup. endahuluan meliputi sampul bahan ajar, kata pengantar, petunjuk penggunaan bahan ajar, daftar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, peta konsep, kata kunci dan pengetahuan awal. Isi meliputi materi ajar, eksperimen bio, tugas kelompok, tugas individu, ilmuwan bio, bio link, catatan kamu, wacana bio, poin kunci, uji diri dan bio kreatif. enutup meliputi rangkuman, evaluasi, glosarium, daftar pustaka dan kunci jawaban evaluasi. enyajian konsep pada bahan ajar ini dimulai dari yang sederhana ke yang kompleks seperti disajikan pada bahan ajar yaitu dimulai dari ciri-ciri bakteri, struktur dan fungsi sel bakteri, reproduksi bakteri kemudian peran bakteri dalam kehidupan. Bahan ajar yang dikembangkan adalah bahan ajar berbasi CTL, sehingga penyajian bahan ajar ini memuat fenomena/peristiwa yang berhubungan kehidupan sehari-hari yang dapat memotivasi siswa untuk mencoba/mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya agar bisa menjadi siswa yang kreatif dan inovatif. engetahuan yang diperoleh siswa dapat terbentuk dari transfer of learning dari segala sesuatu yang dipelajari dari buku ke dalam kehidupan sehari-hari (BSN, 2006). Selain itu, bahan ajar yang dikembangkan juga menyajikan umpan balik untuk evaluasi diri seperti rangkuman/kesimpulan dan soal-soal latihan yang dapat mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan. BioEdu Vol. 1/No. 2/Oktober 2012 a g e 26

IV. KESIMULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan sangat layak, ditinjau dari kelayakan isi sebesar 93,75%, kelayakan bahasa sebesar 87,50%, kelayakan penyajian sebesar 95,56% dan kesesuaian bahan ajar pilar Contextual Teaching and Learning (CTL) sebesar 97,62%. DAFTAR REFERENSI BSN. 2006. Naskah Akademik Instrumen enilaian Buku Teks elajaran endidikan dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional endidikan. Depdiknas. 2004. edoman Umum engembangan Bahan Ajar Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas. Fakhruddin, Asef. 2011. Menjadi Guru Favorit. Jogjakarta: Diva press. Ibrahim, Muslimin. 2002. elatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi: engembangan erangkat embelajaran. Jakarta: Depdiknas. Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching and Learning. Bandung: MLC. Nur, Mohamad. 1999. Teori Belajar. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya erss. Mulyasa, E. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan endidikan. Bandung: Rosda. Muslich, Masnur. 2007. KTS (Kurikulum Tingkat Satuan endidikan) Dasar emahaman dan engembangan. Malang: Bumi Aksara. annen,. & urwanto. 2001. enulisan Bahan Ajar. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud. uspitasari, Bertha. 2012. engembangan Bahan Ajar Berbasis Contextual Teaching and Learning Kelas X SMA ada Materi Archaebacteria dan Eubacteria. Skipsi. Tidak Dipublikasikan. Surabaya: Unesa. Riduwan. 2011. Skala engukuran Variabel-Variabel enelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2008. Metode enelitian endidikan (endekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta. Syahza, Almasdi. 2010. embelajaran Kontekstual. (Online), (http://almasdi.unri.ac.id.), diakses pada tanggal 10 November 2011. Trianto. 2007. Model-Model embelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: restasi ustaka. BioEdu Vol. 1/No. 2/Oktober 2012 a g e 27