VI. RAMALAN HARGA DUNIA MINYAK NABATI DAN KERAGAAN INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
VII. KESIMPULAN DAN SARAN

V. KERAGAAN PASAR DUNIA MINYAK NABATI

II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

VIII. SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

PRODUKTIVITAS SUMBER PERTUMBUHAN MINYAK SAWIT YANG BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

I. PENDAHULUAN. kebutuhan akan minyak nabati dalam negeri. Kontribusi ekspor di sektor ini pada

1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU MEI 2017

Oleh Prof. Dr. Bungaran Saragih, MEc

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Minyak goreng sawit adalah salah satu jenis minyak makan yang berasal dari

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU APRIL 2017

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

PROSPEK TANAMAN PANGAN

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

VIII SKENARIO ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

PELUANG INVESTASI BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA. Makalah. Disusun Oleh : Imam Anggara

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU JULI 2017

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA

OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KELAPA SAWIT DAN KARET INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU DESEMBER 2016

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

meningkatkan pembangunan ekonomi dan menyejahterakan masyarakat. dicerminkan dari adanya pertumbuhan ekonomi negara bersangkutan.

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU JANUARI 2017

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU FEBRUARI 2017

OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU AGUSTUS 2016

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 DAMPAK KEBIJAKAN PAJAK PERTANIAN TERHADAP PRODUKSI, PERDAGANGAN, DAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU MARET 2017

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa. krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL 2015

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI MARET 2015

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU MARET 2016

BAB I PENDAHULUAN. interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU

III. TINJAUAN PUSTAKA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU JUNI 2017

OUTLOOK KOMODITI KAKAO

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara

Transkripsi:

VI. RAMALAN HARGA DUNIA MINYAK NABATI DAN KERAGAAN INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA TAHUN - 6.1. Ramalan Harga Minyak Nabati di Pasar Dunia Pergerakan harga riil minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari di pasar dunia minyak nabati periode tahun - dan ramalan tahun - disajikan pada Gambar 13. Neraca perdagangan minyak nabati di pasar dunia tahun - dan ramalan tahun - disajikan Gambar 14 (ket: neraca perdagangan dunia merupakan selisih antara volume ekspor dunia dan volume impor dunia). Hasil peramalan selengkapnya disajikan pada Lampiran 13. Rekapitulasi rerata harga riil minyak nabati dan minyak bumi periode tahun 1980-, tahun 1980- dan tahun - serta ramalan tahun - disajikan pada Tabel 31. 950 850 750 650 550 M. Kelapa Sawit M. Kedelai M. Rapeseed 350 450 Minyak Nabati: USD/metric ton cif Rotterdam Minyak Bumi: USd/barrel fob UK Brent 1050 M. Bj. Matahari Gambar 13. Pergerakan Harga Riil Minyak Kelapa Sawit, Minyak Kedelai, Minyak Rapeseed, Minyak Biji Bunga Matahari di Pasar Dunia Tahun - dan Ramalan Tahun -

151 2.75 2.25 juta metric ton 1.75 1.25 0.75 0.25 M. Kelapa Sawit M. Kedelai M. Rapeseed -0.75-0.25 M. Bj. Matahari Gambar 14. Neraca Perdagangan Minyak Kelapa Sawit, Minyak Kedelai, Minyak Rapeseed, Minyak Biji Bunga Matahari di Pasar Dunia Tahun dan Ramalan Tahun - Tabel 31. Rerata Harga Riil Minyak Kelapa Sawit, Minyak Kedelai, Minyak Rapeseed, Minyak Biji Bunga Matahari dan Minyak Bumi di Pasar Dunia Tahun 1980-, Tahun 1980- dan Tahun - serta Ramalan Tahun - Harga Dunia*) Rerata Ramalan Harga Riil Th. - Rerata Harga Riil Th. - Rerata Harga Riil Th. 1980- Rerata Harga Riil Th. 1980- Minyak Kelapa Sawit 532.09 512.84 479.17 472.99 Minyak Kedelai 699.72 645.48 534.58 512.35 Minyak Rapeseed 826.72 734.17 550.99 512.31 Minyak Biji Bunga Matahari 839.03 739.90 601.94 572.09 56.72 56.10 56.91 57.13 Minyak Bumi *) Satuan harga minyak nabati dalam USD/metric ton cif Rotterdam dan satuan harga minyak bumi dalam USD/barrel fob UK Brent Proyeksi harga riil keempat minyak nabati dan harga minyak bumi di pasar dunia untuk periode tahun - cenderung memiliki pola pergerakan harga yang sama dengan tren meningkat yang kecil. Tren peningkatan harga terbesar

152 dimiliki oleh harga dunia minyak kedelai, diikuti oleh harga dunia minyak rapeseed, harga dunia minyak biji bunga matahari dan harga dunia minyak kelapa sawit dengan tren peningkatan harga terkecil. Perkembangan harga dunia keempat minyak nabati di atas dipengaruhi oleh hasil peramalan harga dunia minyak bumi dan faktor eksternal lainnya (ket: metode peramalan variabel eksogen menggunakan metode STEPAR tren 2 dengan program SAS 9.1.) yang kemudian mempengaruhi konsumsi setiap minyak nabati di setiap negara dan akhirnya mempengaruhi keseimbangan ekspor dan impor dunia masing-masing minyak nabati. Berdasarkan Gambar 14, untuk periode tahun -, neraca perdagangan keempat minyak nabati diproyeksikan berada pada posisi surplus. Rerata surplus perdagangan tahun - untuk minyak kelapa sawit sebesar 2.04 juta ton/tahun atau 5.07% dari rerata volume ekspor dunia minyak kelapa sawit sebesar 40.20 juta ton/tahun, untuk minyak kedelai adalah 1.4 juta ton/tahun atau 9.60% dari rerata volume ekspor dunia minyak kedelai sebesar 14.6 juta ton/tahun, untuk minyak rapeseed sebesar 258.34 ribu ton/tahun atau 5.22% dari rerata volume ekspor dunia minyak rapeseed sebesar 4.95 juta ton/tahun, dan untuk minyak biji bunga matahari sebesar 85 ribu ton/tahun atau 1.51% dari rerata volume ekspor dunia minyak biji bunga matahari sebesar 5.66 juta ton/tahun. Pembentukan harga dunia setiap minyak nabati selanjutnya dipengaruhi oleh respon harga dunia minyak nabati terhadap perubahan ekspor dan impor dunia. Berdasarkan persamaan harga dunia minyak nabati seperti disajikan pada bab 5, diketahui bahwa setiap minyak nabati memiliki respon berbeda terhadap perubahan ekspor dan impor dunia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)

153 dalam pembentukan harga dunia untuk masing-masing minyak nabati relatif lebih responsif terhadap perubahan impor dunia daripada perubahan ekspor dunia, (2) respon harga dunia terhadap perubahan ekspor dunia paling besar dimiliki oleh harga dunia minyak kelapa sawit, diikuti oleh harga dunia minyak biji bunga matahari, harga dunia minyak kedelai dan harga dunia minyak rapeseed, dan (3) respon harga dunia terhadap perubahan impor dunia paling besar dimiliki oleh harga dunia minyak biji bunga matahari, diikuti oleh harga dunia minyak kelapa sawit, harga dunia minyak kedelai dan harga dunia minyak rapeseed. Pergerakan neraca perdagangan dan harga riil di pasar dunia minyak nabati untuk masingmasing minyak disajikan pada Gambar 15 hingga Gambar 18. 2.75 800 2.25 700 juta metric ton 500 1.25 400 0.75 USD/metric ton 600 1.75 300 0.25 200 100-0.75 0 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002-0.25 Neraca Perdagangan Dunia M. Sawit Harga Dunia Riil M. Sawit Gambar 15. Neraca Perdagangan dan Harga Riil di Pasar Dunia Minyak Kelapa Sawit Tahun 1980- dan Ramalan Tahun -

154 2.25 900 800 1.75 juta metric ton 1.25 600 500 0.75 400 0.25 USD/metric ton 700 300 200-0.25-0.75 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 100 Neraca Perdagangan Dunia M. Kedelai 0 Harga Dunia Riil M. Kedelai Gambar 16. Neraca Perdagangan dan Harga Riil di Pasar Dunia Minyak Kedelai Tahun 1980- dan Ramalan Tahun - 2.25 1000 900 1.75 800 juta metric ton 600 0.75 500 USD/metric ton 700 1.25 400 0.25 300 200-0.25-0.75 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 100 Neraca Perdagangan Dunia M. Rapeseed 0 Harga Dunia Riil M. Rapeseed Gambar 17. Neraca Perdagangan dan Harga Riil di Pasar Dunia Minyak Rapeseed Tahun 1980- dan Ramalan Tahun -

155 2.25 1000 900 1.75 800 juta metric ton 600 0.75 500 USD/metric ton 700 1.25 400 0.25 300 200-0.25-0.75 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 100 Neraca Perdagangan Dunia M. Matahari 0 Harga Dunia Riil M. Matahari Gambar 18. Neraca Perdagangan dan Harga Riil di Pasar Dunia Minyak Biji Bunga Matahari Tahun 1980- dan Ramalan Tahun - 6.2. Ramalan Keragaan Industri Kelapa Sawit Indonesia Ramalan keragaan industri minyak kelapa sawit Indonesia dalam penelitian ini meliputi: (1) luas areal perkebunan kelapa sawit dan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan Indonesia menurut pelaku usaha, (2) produktivitas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan menurut pelaku usaha, dan (3) volume produksi, ekspor dan konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia. Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit dan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan untuk masing-masing pelaku usaha periode tahun - dan ramalan tahun - seperti disajikan pada Gambar 19 hingga Gambar 21. Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit dan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan masing-masing pelaku usaha di tahun - diproyeksikan memiliki tren meningkat, khususnya PBS dan PR. Tren peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit dan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan untuk masing-masing pelaku usaha secara berturut-turut

156 yaitu: untuk PBN 1.53%/tahun dan 2.15%/tahun, untuk PBS 2.79%/tahun dan 2.76%/tahun, dan untuk PR sebesar 2.34%/tahun dan 2.28%/tahun. 1000 900 800 700 ribu ha 600 500 400 300 200 Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit PBN (LASIN) 0 100 Luas Areal Kelapa Sawit TM PBN (LASMIN) Gambar 19. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit dan Luas Areal Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan PBN Tahun - dan Ramalan Tahun - 6000 5000 ribu ha 4000 3000 2000 Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit PBS (LASIS) 0 1000 Luas Areal Kelapa Sawit TM PBS (LASMIS) Gambar 20. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit dan Luas Areal Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan PBS Tahun - dan Ramalan Tahun -

157 4500 4000 3500 ribu ha 3000 2500 2000 1500 1000 Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit PR (LASIR) 0 500 Luas Areal Kelapa Sawit TM PR (LASMIR) Gambar 21. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit dan Luas Areal Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan PR Tahun - dan Ramalan Tahun - Perkembangan produtivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan periode tahun - dan ramalan tahun - menurut pelaku usaha dan di tingkat nasional seperti disajikan pada Gambar 22. Ramalan rerata pencapaian produktivitas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan tahun - untuk masing-masing pelaku usaha dan di tingkat nasional secara berturut-turut adalah 4.12 ton minyak kelapa sawit/ha TM/tahun untuk PBN, 3.95 ton minyak kelapa sawit/ha TM/tahun untuk PBS, 3.13 ton minyak kelapa sawit/ha TM/tahun untuk PR, dan 3.64 ton minyak kelapa sawit/ha TM/tahun untuk tingkat nasional. Selain respon harga dan pengaruh tambahan areal baru tanaman kelapa sawit menghasilkan, tren produktivitas akan terkait dengan (1) komposisi umur tanaman kelapa sawit menghasilkan dan penerapan kultur teknis oleh masing-masing pelaku usaha, dan (2) pengaruh unmanageable factors seperti iklim. Secara teknis tanaman kelapa sawit menghasilkan dibagi kedalam 4 (empat) kelompok fase, yaitu fase tanaman muda (umur 4-5 tahun), remaja (umur 6-8 tahun), dewasa

158 (umur 9-15tahun) dan fase tanaman tua (umur 16 tahun). Setiap kelompok fase tanaman memiliki potensi produksi tandan buah segar (TBS) dan potensi rendemen minyak kelapa sawit. Fase tanaman muda memiliki potensi produksi TBS terendah, kemudian meningkat dengan pesat pada saat fase tanaman remaja, mengalami puncak pada fase dewasa dan kemudian menurun secar gradual saat memasuki fase tanaman tua. Sedangkan pola potensi rendemen minyak menurut kelompok fase tanaman adalah semakin meningkat dengan semakin tuanya fase tanaman. ton minyak sawit/ha TM kelapa sawit/tahun 4.5 4.0 3.5 3.0 NASIONAL YIESIN YIESIS 2.0 2.5 YIESIR Gambar 22. Perkembangan Produktivitas Areal Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan PBN, PBS, PR dan Tingkat Nasional Tahun dan Ramalan Tahun - Perkembangan produksi, ekspor dan konsumi domestik minyak kelapa sawit Indonesia periode tahun - dan ramalan tahun - seperti disajikan pada Gambar 23. Proyeksi produksi minyak kelapa sawit Indonesia untuk periode tahun - memiliki tren meningkat sebesar 2.39%/tahun. Sedangkan proyeksi laju perkembangan konsumsi dan laju perkembangan ekspor

159 minyak kelapa sawit Indonesia berturut-turut sebesar 3.09%/tahun dan 2.15%/tahun. Kondisi ini ini relatif berbeda dengan kondisi di tahun -. Di tahun - rerata laju peningkatan produksi minyak kelapa sawit Indonesia sekitar 12.75%/tahun dengan laju perkembangan konsumsi dan laju perkembangan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia berturut-turut sebesar 5.23%/tahun dan 18.42%/tahun. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa pasar domestik akan berperan penting dalam menunjang pengembangan industri kelapa sawit Indonesia di masa depan, yaitu didalam menunjang kestabilan harga maupun jaminan pemasaran hasil produksi. 35000 30000 ribu ton/tahun 25000 20000 15000 10000 Produksi Ekspor 0 5000 Konsumsi Domestik Gambar 23. Perkembangan Produksi, Ekspor dan Konsumsi MInyak Kelapa Sawit Indonesia Tahun - dan Proyeksi Tahun - Dari sisi pasar, Indonesia masih memiliki peluang untuk mengembangkan industri kelapa sawit. Selain pasar domestik, permintaan minyak kelapa sawit dan produk turunannya diperkirakan akan terus meningkat, baik untuk pangan maupun non pangan seiiring tren harga minyak bumi yang meningkat. Perkembangan

160 permintaan terutama diperkirakan akan datang dari Cina, India, Uni Eropa dan Pakistan. 6.3. Dampak Perubahan Faktor Eksternal dan Kebijakan Perdagangan Sub bab 6.3 membahas dampak perubahan faktor eksternal dan kebijakan oleh negara-negara eksportir dan importir dalam model terhadap perdagangan dunia minyak nabati dan khususnya terhadap produksi, konsumsi dan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Ringkasan hasil simulasi peramalan tahun sesuai dengan skenario dalam Tabel 3 pada sub bab 4.5 seperti disajikan Tabel 32. Tabel 32. Ringkasan Hasil Simulasi Peramalan Tahun - Variabel Endogen Nilai Dasar Predited Skenario 1 Harga Dunia Minyak Bumi Naik 1% Predicted % Skenario 2 Produksi Minyak Kelapa Sawit Malaysia Naik 10% Predicted % Skenario 3 Produksi Minyak Rapeseed USA dan Kanada Naik 10% Predicted % Skenario 4 Produksi Minyak Kedelai Argentina, Brasil dan USA Naik 10% Predicted % HSW 532.10 533.90 0.3383 508.30-4.4728 532.00-0.0188 531.70-0.0752 HKW 699.70 706.80 1.0147 697.80-0.2715 699.60-0.0143 639.40-8.6180 HRW 826.50 831.00 0.5445 820.20-0.7623 823.40-0.3751 823.00-0.4235 HMW 839.00 843.80 0.5721 838.80-0.0238 839.00 832.00-0.8343 HDSI 4921.00 4931.10 0.2052 4785.20-2.7596 4920.60-0.0081 4918.50-0.0508 HESI 451.40 453.00 0.3545 430.40-4.6522 451.40 451.00-0.0886 YIESIN 4.1234 4.1260 0.0631 4.0894-0.8246 4.1233-0.0024 4.1228-0.0146 YIESIS 3.9454 3.9534 0.2028 3.8414-2.6360 3.9451-0.0076 3.9437-0.0431 YIESIR 3.1276 3.1336 0.1918 3.0486-2.5259 3.1274-0.0064 3.1263-0.0416 PRODSI 24697.30 24745.40 0.1948 24064.70-2.5614 24695.70-0.0065 24686.80-0.0425 SDSI 9121.60 9123.10 0.0164 9103.60-0.1973 9121.60 9121.40-0.0022 CSI 7205.70 7204.20-0.0208 7226.10 0.2831 7205.80 0.0014 7206.10 0.0056 XSI 17436.80 17483.40 0.2673 16822.20-3.5247 17435.20-0.0092 17426.50-0.0591 XSW 40200.90 40247.80 0.1167 41052.70 2.1189 40199.30-0.0040 40190.60-0.0256 MSW 38162.60 38247.20 0.2217 38369.20 0.5414 38159.70-0.0076 38142.40-0.0529 XKW 14601.60 14601.60 14601.80 0.0014 14602.20 0.0041 15866.20 8.6607 MKW 13199.80 13276.00 0.5773 13179.00-0.1576 13198.60-0.0091 13390.90 1.4477 XRW 4953.10 4949.60-0.0707 4957.90 0.0969 5210.70 5. 4956.10 0.0606 MRW 4694.80 4731.50 0.7817 4643.60-1.0906 4712.40 0.3749 4666.80-0.5964 XMW 5659.60 5659.00-0.0106 5659.60 5659.60 5659.60 MMW 5574.20 5593.30 0.3427 5573.30-0.0161 5574.10-0.0018 5545.50-0.5149

161 Tabel 32. Lanjutan Variabel Endogen Nilai Dasar Predi-ted Skenario 5 Produksi Minyak Bj. Bng. Matahari Argentina Naik 10% Skenario 6 Produksi Minyak Nabati Eksportir Non Indonesia Naik 10% Predicted Predicted % % Skenario 7 Pajak Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia= Nol Predicted % Skenario 8 Depresiasi IDR/USD sebesar 8% Predicted % HSW 532.10 531.00-0.2067 506.70-4.7735 522.00-1.8981 527.60-0.8457 HKW 699.70 698.80-0.1286 636.40-9.0467 698.90-0.1143 699.40-0.0429 HRW 826.50 826.20-0.0363 813.40-1.5850 823.70-0.3388 825.40-0.1331 HMW 839.00 812.70-3.1347 805.50-3.9928 838.90-0.0119 839.00 HDSI 4921.00 4914.70-0.1280 4776.10-2.9445 4863.00-1.1786 5086.80 3.3692 HESI 451.40 450.40-0.2215 429.00-4.9623 442.50-1.9716 445.50-1.3070 YIESIN 4.1234 4.1221-0.0315 4.0875-0.8706 4.1076-0.3832 4.1145-0.2158 YIESIS 3.9454 3.9412-0.1065 3.8353-2.7906 3.8986-1.1862 3.9175-0.7072 YIESIR 3.1276 3.1243-0.1055 3.0437-2.6826 3.0929-1.1095 3.2231 3.0535 PRODSI 24697.30 24670.60-0.1081 24025.90-2.7185 24418.30-1.1297 24851.20 0.6231 SDSI 9121.60 9121.00-0.0066 9102.70-0.2072 8478.40-7.0514 9116.10-0.0603 CSI 7205.70 7206.60 0.0125 7227.30 0.2998 7214.70 0.1249 7181.10-0.3414 XSI 17436.80 17410.60-0.1503 16784.30-3.7421 17801.00 2.0887 17596.10 0.9136 XSW 40200.90 40174.60-0.0654 41014.50 2.0238 40563.80 0.9027 40359.70 0.3950 MSW 38162.60 38110.90-0.1355 38294.40 0.3454 38254.40 0.2405 38199.50 0.0967 XKW 14601.60 14601.60 15867.00 8.6662 14601.70 0.0007 14601.60 MKW 13199.80 13189.70-0.0765 13358.80 1.2046 13190.70-0.0689 13196.00-0.0288 XRW 4953.10 4953.30 0.0040 5218.70 5.3623 4955.30 0.0444 4953.90 0.0162 MRW 4694.80 4692.60-0.0469 4631.00-1.3590 4672.00-0.4856 4685.60-0.1960 XMW 5659.60 5832.90 3.0621 5833.00 3.0638 5659.60 5659.60 MMW 5574.20 5579.40 0.0933 5549.80-0.4377 5573.80-0.0072 5574.00-0.0036 - Besaran perubahan hasil simulasi dipengaruhi oleh share ekspor dan impor dalam perdagangan dunia minyak nabati oleh negara eksportir dan importir yang digunakan dalam permodelan. - Negara eksportir minyak kelapa sawit diwakili oleh Indonesia dan Malaysia dengan share terhadap total ekspor dunia tahun masing-masing sebesar 43.28% dan 45.70%. Negara importir diwakili oleh China, EU-15, India dan Pakistan dengan share terhadap total impor dunia tahun masing-masing sebesar 16.58%, 15.68%, 17.06% dan 5.21%. - Negara eksportir minyak kedelai diwakili oleh Argentina, Brasil dan Amerika Serikat dengan share terhadap total ekspor dunia tahun masing-masing sebesar 50.22%, 22.95% dan 11.46%. Negara importir diwakili oleh China, EU-15, India dan Iran dengan share terhadap total impor dunia tahun masing-masing sebesar 24.11%, 10.43%, 7.79% dan 3.94%. - Negara eksportir minyak rapeseed diwakili oleh Kanada dan Amerika Serikat dengan share terhadap total ekspor dunia tahun masing-masing sebesar 59.53% dan 7.47%. Negara importir diwakili oleh Amerika Serikat, EU-15 dan China dengan share terhadap total impor dunia tahun masing-masing sebesar 44.61%, 17.68% dan 11.36%. - Negara eksportir minyak biji bunga matahari diwakili oleh Argentina dengan share terhadap total ekspor dunia tahun sebesar 31.08%. Negara importir diwakili oleh EU-15, Mesir, dan Iran dengan share terhadap total impor dunia tahun masing-masing sebesar 29.54%, 6.05% dan 3.12%.

162 Kenaikan harga dunia minyak bumi (Skenario 1) secara umum mendorong peningkatan konsumsi minyak nabati di negara eksportir maupun importir yang akhirnya diikuti oleh kenaikan harga dunia minyak nabati. Namun, kenaikan harga dunia minyak nabati relatif lebih kecil dari kenaikan harga dunia minyak bumi, kecuali untuk harga dunia minyak kedelai yang mengalami laju kenaikan harga yang relatif sama dengan laju kenaikan harga dunia minyak bumi. Harga dunia minyak kedelai memperoleh dampak yang paling besar dari kenaikan harga dunia minyak bumi, diikuti oleh harga minyak biji bunga matahari, harga minyak rapeseed dan harga minyak kelapa sawit. Selain karakteristik kimiawi yang mempengaruhi cakupan pemanfaatan keempat minyak nabati sebagai subsitusi minyak bumi dalam kehidupan sehari-hari, secara umum keterbatasan volume produksi dunia minyak nabati dan pemenuhan kebutuhan sektor pangan merupakan kendala utama dalam pemakaian minyak nabati sebagai subsitusi minyak bumi. Bagi industri kelapa sawit Indonesia, kenaikan harga dunia minyak kelapa sawit akibat adanya kenaikan harga dunia minyak bumi menjadikan harga ekspor dan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia naik dan direspon dengan kenaikan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan oleh ketiga pelaku usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Peningkatan produktivitas dan harga ekspor minyak kelapa sawit mendorong kenaikan volume ekspor. Peningkatan produktivitas mendorong peningkatan penawaran domestik, namun pengaruhnya relatif lebih kecil daripada dampak kenaikan harga ekspor yang menjadikan harga domestik naik yang diikuti oleh penurunan volume konsumsi domestik minyak kelapa sawit Indonesia.

163 Hasil Skenario 2 yaitu peningkatan produksi minyak kelapa sawit Malaysia sebesar 10%, mendorong naiknya ekspor dunia minyak kelapa sawit dan kenaikan ekspor dunia minyak kelapa sawit menyebabkan penurunan harga dunia minyak kelapa sawit. Penurunan harga dunia minyak kelapa sawit mendorong kenaikan impor dunia minyak kelapa sawit, namun menurunkan impor dunia ketiga minyak lainnya yang selanjutnya diikuti oleh penurunan harga dunia ketiga minyak tersebut. Penurunan impor terbesar dialami oleh minyak rapeseed, diikuti oleh minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari. Penurunan harga dunia minyak kelapa sawit diikuti oleh penurunan harga ekspor dan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Respon selanjutnya dalam keragaan industri kelapa sawit Indonesia adalah penurunan produksi akibat penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan ketiga pelaku usaha dan penurunan volume ekspor. Di sisi lain, terjadi peningkatan volume konsumsi sebagai akibat penurunan harga domestik. Hasil Skenario 3 yaitu peningkatan produksi minyak rapeseed Amerika Serikat dan Kanada masing-masing sebesar 10%, mendorong naiknya ekspor dunia minyak rapeseed dan kenaikan ekspor dunia menyebabkan penurunan harga dunia minyak rapeseed. Penurunan harga dunia minyak rapaseed mendorong kenaikan impor dunia minyak rapaseed, namun menurunkan impor dunia ketiga minyak lainnya yang selanjutnya diikuti oleh penurunan harga dunia ketiga minyak tersebut. Penurunan impor terbesar dialami oleh minyak kedelai, diikuti oleh minyak kelapa sawit dan minyak biji bunga matahari. Bagi industri kelapa sawit Indonesia, penurunan harga dunia minyak kelapa sawit akibat kenaikan ekspor dunia minyak rapeseed diikuti oleh penurunan harga ekspor dan harga

164 domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Respon selanjutnya dalam keragaan industri kelapa sawit Indonesia adalah penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan ketiga pelaku usaha, penurunan produksi, dan penurunan volume ekspor. Di sisi lain, terjadi peningkatan volume konsumsi sebagai akibat penurunan harga domestik. Peningkatan produksi minyak kedelai Amerika Serikat, Argentina dan Brasil masing-masing sebesar 10% (Skenario 4), mendorong naiknya ekspor dunia minyak kedelai dan kenaikan ekspor dunia menyebabkan penurunan harga dunia minyak kedelai. Penurunan harga dunia minyak kedelai mendorong kenaikan impor dunia minyak kedelai, namun menurunkan impor dunia ketiga minyak lainnya yang selanjutnya diikuti oleh penurunan harga dunia ketiga minyak tersebut. Penurunan impor terbesar dialami oleh minyak rapeseed, diikuti oleh minyak biji bunga matahari dan minyak kelapa sawit. Seperti halnya pada Skenario 2, penurunan harga dunia minyak kelapa sawit diikuti oleh penurunan harga ekspor dan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Respon selanjutnya dalam keragaan industri kelapa sawit Indonesia adalah penurunan produksi akibat penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan ketiga pelaku usaha dan penurunan volume ekspor. Di sisi lain, terjadi peningkatan volume konsumsi sebagai akibat penurunan harga domestik. Peningkatan produksi minyak biji bunga matahari Argentina (Skenario 5) sebesar 10%, mendorong naiknya ekspor dunia minyak biji bunga matahari dan kenaikan ekspor dunia menyebabkan penurunan harga dunia minyak biji bunga matahari. Penurunan harga dunia minyak biji bunga matahari mendorong kenaikan impor dunia minyak biji bunga matahari, namun menurunkan impor

165 dunia ketiga minyak lainnya yang selanjutnya diikuti oleh penurunan harga dunia ketiga minyak tersebut. Penurunan impor terbesar dialami oleh minyak kelapa sawit, diikuti oleh minyak kedelai dan minyak rapeseed. Bagi industri kelapa sawit Indonesia, penurunan harga dunia minyak kelapa sawit akibat kenaikan ekspor dunia minyak rapeseed diikuti oleh penurunan harga ekspor dan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Respon selanjutnya dalam keragaan industri kelapa sawit Indonesia adalah penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan ketiga pelaku usaha, penurunan produksi, dan penurunan volume ekspor. Di sisi lain, terjadi peningkatan volume konsumsi sebagai akibat penurunan harga domestik. Hasil Skenario 6 yaitu kenaikan produksi seluruh minyak nabati di negara eksportir dalam model di luar Indonesia sebesar 2%, secara umum mendorong peningkatan ekspor dan impor dunia minyak nabati, kecuali untuk impor dunia minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari yang menurun. Efek subsitusi antar keempat minyak menurunkan konsumsi minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari di negara-negara importir yang diikuti oleh volume penurunan impor dunia. Dampak selanjutnya dari kenaikan produksi seluruh minyak nabati di negara eksportir di luar Indonesia adalah terjadi penurunan harga dunia untuk keempat minyak nabati. Penurunan harga terbesar dialami oleh minyak kedelai, diikuti oleh minyak kelapa sawit, minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari. Seperti halnya pada skenario 2, penurunan harga dunia minyak kelapa sawit ditransmisikan kepada penurunan harga ekspor dan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Respon selanjutnya dalam keragaan industri kelapa sawit Indonesia adalah penurunan produksi akibat penurunan produktivitas tanaman

166 kelapa sawit menghasilkan ketiga pelaku usaha dan penurunan volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Di sisi lain, terjadi peningkatan penawaran domestik dan konsumsi sebagai akibat penurunan harga domestik. Ekspor minyak sawit dunia yang meningkat pada saat ekspor minyak kelapa sawit Indonesia menurun adalah akibat kenaikan ekspor minyak kelapa sawit Malaysia yang lebih besar. Penghapusan pajak ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (Skenario 7) mendorong kenaikan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia, namun menurunkan penawaran domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Dampak peningkatan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia di pasar dunia minyak kelapa sawit adalah penurunan harga dunia minyak kelapa sawit dan diikuti oleh penurunan harga dunia tiga minyak nabati lainnya. Penurunan harga dunia minyak kelapa sawit ditransmisikan kepada penurunan harga ekspor dan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh penghapusan pajak ekspor terhadap kenaikan harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia adalah lebih kecil dibandingkan pengaruh penurunan harga dunia minyak kelapa sawit terhadap harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Hal serupa terjadi pada harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia, yaitu dampak penurunan jumlah penawaran domestik (ket: yang mendorong kenaikan harga domestik) relatif lebih kecil dibandingkan dampak penurunan harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Penurunan harga domestik mendorong peningkatan konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia. Akibat penurunan harga ekspor dan harga domestik, diikuti oleh penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan ketiga

167 pelaku usaha yang selanjutnya diikuti oleh penurunan produksi minyak kelapa sawit Indonesia. Hasil Skenario 8 yaitu depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sebesar 8% menyebabkan penurunan harga ekspor minyak minyak kelapa sawit Indonesia tetapi di sisi lain terjadi kenaikan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Kenaikan harga domestik diikuti oleh penurunan konsumsi, dan sebagai akibatnya mendorong ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Kenaikan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia mendorong kenaikan ekspor dunia yang akhirnya menyebabkan penurunan harga dunia minyak kelapa sawit. Di pasar dunia minyak nabati, penurunan harga dunia minyak kelapa sawit diikuti oleh penurunan harga dunia minyak kedelai dan harga dunia minyak rapeseed, sedangkan harga dunia minyak biji bunga matahari adalah konstan. Respon selanjutnya dalam keragaan industri kelapa sawit Indonesia adalah penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit PBN dan PBS yang berorientasi pada pasar ekspor. Sedangkan produktivitas PR meningkat seiiring peningkatan harga domestik dan secara total produksi minyak kelapa sawit Indonesia meningkat. Meskipun produksi meningkat, namun peningkatan produksi relatif lebih kecil daripada peningkatan ekspor dan menjadikan penawaran domestik minyak kelapa sawit Indonesia turun.