BAB I PENDAHULUAN. bersama-sama dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) tepat. Dengan diberlakukannya Undang undang Nomor 32 Tahun 2004

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Ngawi Tahun BAB I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan perumahan dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat secara keseluruhan (Munawar, 2004). Untuk tujuan tersebut, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

5.1 Kondisi dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perbatasan

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERAN DEVELOPER DALAM PENYEDIAAN RUMAH SEDERHANA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: IKE ISNAWATI L2D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijaksanaan Pemerintah yang diatur dalam Undang-undang Nomor 26

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. era lepas landas. Pembangunan di sektor perekonomian juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 6 Tahun 2016 Tanggal 18 Agustus 2016

BAB VI PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM DOKUMEN PERENCANAAN WILAYAH DI KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang dapat mengimplementasikan strategi secara tepat dan

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

CETAK BIRU EDUKASI MASYARAKAT DI BIDANG PERBANKAN

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan jumlah penduduk, kebutuhan akan rumah ikut meningkat. Ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar yang sampai saat ini belum dapat dipenuhi oleh

OLEH : TOMI DWICAHYO NRP :

PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN

BAB III METODE KAJIAN

BAB I PENDAHULUAN. upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong pembangunan ekonomi

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Selain sandang dan pangan, papan merupakan salah satu kebutuhan pokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sebidang lahan Utk perumahan/ pemukiman skala besar 1 lingkungan siap bangun (lisiba) atau lebih Pembangunan bertahap Prasarana primer + sekunder

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan perumahan, yang merupakan kebutuhan dasar bagi setiap warga

1. Σ aparatur yg mengikuti sosialisasi / bimbingan teknis 120 Org 275 Org 225%

BAB I PENDAHULUAN. manusia membangun rumah sebagai tempat bernaung dan membangun berbagai

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana pariwisata dapat menunjang sektor lainnya. Dimana dari Pariwisata negara atau

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN HANDPHONE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

TANTI NOVRIYANTI SILALAHI

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE AHP MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk pembuat keputusan, pengambil keputusan,

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN. sebuah negara berkembang dan notabene penduduknya sebagian besar golongan

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Bintan Tahun I-1

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut. dengan pasokan produk kelautan dan perikanan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti- peneliti sebelumnya yaitu :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA BATU

RPJMD Kabupaten Agam tahun IX - 1

LAPORAN TUGAS AKHIR SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENGEMBANGAN AREA PERUMAHAN PADA PERUMAHAN PALM TOWN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bottom-up learning.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan pertumbuhan kota lainnya adalah unsur penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah membutuhkan jasa angkutan yang

BAB 5 SIMPULAN. pengumuman PROPER dan ISRA tahun Penelitian ini bertujuan untuk

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah bersama-sama dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) memerlukan perencanaan yang baik, yang meliputi perencanaan jangka panjang, menengah, maupun pendek agar dapat berjalan pada jalur yang tepat. Dengan diberlakukannya Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) dan Undang undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421), menjadi kewajiban pemerintah provinsi/kabupaten/kota untuk menyusun perencanaan berupa Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) selama 25 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) selama 5 tahun masa kerja kepala daerah, dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) selama 1 tahun yang merupakan pengejawantahan dari RPJMD. Pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Ngawi yang dilaksanakan Pemerintah Daerah (PEMDA) Kabupaten Ngawi sampai saat ini telah membawa kemajuan baik fisik maupun bidang kesejahteraan sosial. Gambaran tersebut termuat dalam indikator mikro daerah sebagai tonggak 1

2 awal keberhasilan pelaksanaan urusan pemerintah daerah yang telah tercapai sampai dengan tahun 2009. Namum demikian selain keberhasilan tersebut masih banyak masalah dan kendala yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi dalam pelaksanaan pembangunan tersebut termasuk di antaranya yang masih perlu mendapat penanganan khusus adalah urusan wajib perumahan dan urusan wajib penataan ruang yang biasa disebut dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK). Kondisi penanganan perumahan yang terdapat di Kabupaten Ngawi dapat digambarkan secara garis besar adalah sebagai berikut a. Rumah tidak layak huni yang telah ditangani tahun 2010 sebesar 59 % sehingga sisa yang belum ditangani sebesar 41 %. b. Jumlah pemukiman / perumahan tahun 2010 sebesar 19.280 unit yang telah ditangani baru sebesar 75 unit, sehingga sisa yang belum ditangani sebesar 19.205 unit. c. Kondisi lingkungan kumuh yang telah ditangani pada tahun 2010 sebesar 27 ha, dari total 262 ha, sehingga masih ada permasalahan sisa yang belum ditangani sebesar 235 ha. Maka dapat disimpulkan permasalahan perumahan di Kabupaten Ngawi masih jauh dari target yang ditetapkan, sehingga masih perlu penanganan yang lebih intensif, dalam hal ini dapat dilakukan oleh Pemerintah sendiri atau pihak ketiga sebagai pelaku bisnis Perumahan. Perumahan dan pemukiman adalah dua hal yang tidak dapat kita pisahkan dan berkaitan erat dengan aktivitas ekonomi, industrialisasi dan

3 pembangunan. Pemukiman dapat diartikan sebagai perumahan atau kumpulan rumah dengan segala unsur serta kegiatan yang berkaitan dan yang ada di dalam satu wilayah / lokasi. Pemukiman dapat terhindar dari kondisi kumuh dan tidak layak huni jika pembangunan perumahan sesuai dengan standar yang berlaku, salah satunya dengan menerapkan persyaratan rumah sehat. Dalam pengertian yang luas, rumah tinggal bukan hanya sebuah bangunan (struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat-syarat kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan rumah dapat dimengerti sebagai tempat perlindungan untuk menikmati kehidupan, beristirahat dan bersuka ria bersama keluarga. Di dalam rumah, penghuni memperoleh kesan pertama dari kehidupannya di dalam dunia ini. Rumah harus menjamin kepentingan keluarga, yaitu untuk tumbuh, memberi kemungkinan untuk hidup bergaul dengan tetangganya, lebih dari itu rumah harus memberi ketenangan, kesenangan, kebahagiaan dan kenyamanan pada segala peristiwa hidupnya. Secara garis besar, rumah memiliki empat fungsi pokok sebagai tempat tinggal yang layak dan sehat bagi setiap manusia, yaitu : Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok jasmani manusia. Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok rohani manusia. Rumah harus melindungi manusia dari penularan penyakit. Rumah harus melindungi manusia dari gangguan luar. Bisnis perumahan merupakan usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini BUMN / BUMD atau pengembang dengan tujuan untuk memperoleh

4 keuntungan atas investasi yang ditanamkan. Dalam mengembangkan suatu bisnis perumahan, ada dua fungsi yang harus dilaksanakan oleh pengembang, yaitu fungsi bisnis dan fungsi teknis. Fungsi bisnis mempunyai arti bahwa setiap pengeluaran akan mempengaruhi pendapatan ataupun keuntungan, demikian pula sebaliknya. Fungsi teknis berarti pengembang harus membangun rumah-rumah beserta fasilitasnya bagi konsumen Pemilihan lokasi merupakan unsur penting dalam keberhasilan secara keseluruhan. Selain unsur biaya, perencanaan dan pengendalian sumber daya (manusia, bahan-bahan, mesin-mesin, uang, metode). Pemilihan lokasi dapat menarik minat calon konsumen untuk memilih rumah yang ditawarkan, pemilihan yang teliti akan sangat menentukan kelancaran pelaksanaan proyek serta dapat menjadi acuan Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah, apabila lahan yang dikembangkan atau yang dipilih dapat menunjang sektor perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Apabila pemilihan lokasi tidak dipertimbangkan secara matang maka akan mengakibatkan nilai ekonomis perumahan tersebut menjadi turun tidak ada lagi konsumen yang berminat untuk memilihnya, sehingga akan merugikan investor dalam hal ini Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi dan atau pengembang perumahan, sedangkan pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan lokasi adalah yang stategis misalnya akses yang dekat dengan fasilitas umum ( jalan raya, pasar, rumah sakit, perkantoran, sekolah dan lain lain).

5 Sistem pendukung keputusan adalah sekumpulan prosedur berbasis model untuk data pemrosesan dan penilaian guna membantu para pemangku kepentingan untuk mengambil keputusan. Sistem pendukung keputusan merupakan suatu pendekatan untuk mendukung pengambilan keputusan. Sistem pendukung keputusan menggunakan data, memberikan antarmuka pengguna yang mudah, dan dapat menggabungkan pemikiran pengambil keputusan. Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya ketidakpastian atau ketidaksempurnaan informasi. Penyebab lainnya adalah banyaknya faktor yang berpengaruh terhadap pilihan-pilihan yang ada, beragamnya kriteria pemilihan dan jika pengambilan keputusan lebih dari satu. Jika sumber kerumitan itu adalah beragamnya kriteria, maka Analytical Hierarchy Process (disingkat AHP) merupakan teknik untuk membantu permasalahan tersebut. AHP diperkenalkan oleh Thomas L.Saaty pada periode 1971 1975 ketika di Wharton School. Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran. AHP digunakan untuk menemukan skala rasio baik dari perbandingan pasangan yang diskrit maupun kontinyu. Perbandinganperbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau dari suatu skala dasar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan preferensi relatif. AHP memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan pada ketergantungan di dalam dan di antara kelompok elemen strukturnya.

6 B. Rumusan Masalah Sebagaimana diungkapkan dalam latar belakang, dapat dirumuskan masalah pokok berkaitan, bagaimanakah pemilihan lokasi perumda terbaik, dan lokasi mana yang terbaik untuk perumahan di kota Ngawi, yang diharapkan dapat menjadi acuan penentuan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRW) yang telah dijabarkan dalam urusan wajib perumahan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2010 2015 Kabupaten Ngawi. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pada prinsipnya tujuan yang hendak dilakukan dalam penelitian ini adalah 1. Menentukan lokasi perumda terbaik untuk pengambilan keputusan dengan menggunakan metode AHP. 2. Menentukan lokasi terbaik di tiga desa pada satu kecamatan di Kabupaten Ngawi. 2. Manfaat Penelitian 1. Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan pertimbangan kepada para pemangku kepentingan (stakeholder) serta pengembang (developer) dalam menentukan metode pemilihan lokasi perumahan daerah di Kabupaten Ngawi. 2. Memberi masukan bagi penelitian lanjutan tentang masalah yang berhubungan dengan pemilihan lokasi perumahan.

7 D. Batasan Masalah Mengingat keterbatasan waktu, dana dan sarana / prasarana dan agar lebih fokus pada tujuan penelitian ini, maka perlu ditentukan batasan dalam penelitian ini diantaranya adalah : 1. Lokasi Penelitian adalah di 3 Desa pada 1 Kecamatan di Kabupaten Ngawi 2. Pemilihan Metode analisis yang digunakan untuk menentukan prioritas strategi atau kebijakan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) dalam menentukan alternatif lokasi perumda di Kabupaten Ngawi.