GEJALA KONASI--MOTIVASI. PERTEMUAN KE 10

dokumen-dokumen yang mirip
PERSPEKTIF TEORI MOTIF DAN MOTIVASI

LANDASAN PSIKOLOGIS BK. Diana Septi Purnama

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB V HASIL PENELITIAN. ujian nasional dan skala kecemasan menghadapi ujian nasional dilakukan

BAB II LANDASAN TEORI

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelekatan. melekat pada diri individu meskipun figur lekatnya itu tidak tampak secara fisik.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi (menggerakkan) berasal dari bahasa latin yakni movere, yang berarti menggerakkan (to move) (Winardi, 2001).

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN. FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta dengan akreditasi A,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

UPAYA MENUMBUHKAN MOTIVASI BERKREASI MELALUI PEMBELAJARAN OLAHRAGA FUTSAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 NANGA PINOH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. menerus merupakan aspek yang harus dibina dalam olahraga. sampai sasaran perilaku. McClelland dan Burnham (2001), motivasi

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya adalah usaha sadar dan terencana

BAB II KERANGKA TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Olahraga di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi setiap kecerdasan individu yang beragam. Dengan begitu guru

2016 MOTIVASI KETERLIBATAN SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI BANDUNG

DASAR DASAR PERILAKU SOSIAL

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

HAKEKAT MOTIVASI KERJA WIDYAISWARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

ANXIETY. Joko Purwanto. Oleh : FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB II MOTIVASI DAN ORANG TUA. motivasi dapat didefinisikan sebagai kondisi internal yang memunculkan, mengarahkan, dan menjaga sebuah perilaku.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mampu dicapai oleh setiap individu ( teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Konsep Motivasi BAHAN AJAR 7

HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN BERAKTUALISASI DIRI DAN KONFLIK PERAN DENGAN CITRA DIRI. Skripsi

Psikologi Umum. By Hiryanto, M.si.

BAB II KAJIAN TEORITIS. diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu:

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

Manusia makhluk sosial sehingga membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Kemampuan manusia berinteraksi menjadi tolak ukur keberhasilan penyesuaian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Pengertian Motivasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Qodriannisa Puspaningrum, 2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Penelitian ini akan dilakukan di UD Anugerah Sejati Embroidery

KELOMPOK 3. Mia Resmiati Novi Febriyanti

KEPECAYAAN DIRI YAITU SUATU KEMAMPUAN PENAMPILAN HIDUP SEHARI-HARI YANG DISADARI, BAIK BERUPA AKTIVITAS FISIK ATAUPUN PSIKIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

Motivasi memiliki tiga aspek, yaitu : 1. Keadaan terdorong dalam diri seseorang (a drive state), yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan, misalnya :

Psikologi Dunia Kerja Frustasi & Pengaruhnya Dalam Pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia olahraga khususnya pada olahraga prestasi saat ini semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

BAB 2 KAJIAN TEORI A. Prestasi Belajar Matematika 1. Pengertian Prestasi Belajar

TINJAUAN PUSTAKA. perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. (Sadiman,1986:6). Sementara itu Briggs (dalam Sadiman 1986:6)

BAB II MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada hakekatnya merupakan usaha pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

DEFINISIKEPRIBADIANEPRIBADIAN

BAB I PENDAHULUAN. Stadion Si-jalak Harupat merupakan stadion kebanggaan masyarakat kabupaten

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGANTAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MASLOW. 02/02/2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB II TINJAUAN TEORITIS. kematangan mental, emosional dan sosial. remaja, diantaranya mengenai ciri-ciri masa remaja.

PELAKSANAAN PEMBINAAN MENTAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Tujuan Motivasi. proses sebagai langkah awal seseorang melakukan tindakan akibat

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membantu kita untuk menerangkan tingkah laku yang kita amati dan meramalkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. motivasi dan prestasi yang membentuk suatu kesatuan makna dan. berprestasi adalah usaha seseorang dalam menguasai tugasnya,

Avoiding Reality in Counseling (Menghindari Realita Dalam Konseling)

BATASAN PERILAKU ORGANISASI. Dr. H. Ngusmanto, M.Si Dosen FISIP UNTAN HP

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ASPEK PSIKOLOGI DALAM PEMBINAAN ATLET TENIS MEJA. A.M. Bandi Utama, M,Pd. FIK UNY

MOTIVASI BELAJAR. Tiga aspek motivasi menurut Walgito, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan

BAB I PENDAHULUAN. olahraga melalui slogan Memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan tanggung jawab setiap siswa dan kualitas hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

BAB II KAJIAN TEORI. neurophysiological yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan

Transkripsi:

GEJALA KONASI--MOTIVASI PERTEMUAN KE 10 aprilia_tinalidyasari@uny.ac.id

MOTIVASI Motivasi adalah sesuatu daya yang menjadi pendorong seseorang bertindak, dimana rumusan motivasi menjadi sebuah kebutuhan nyata dan merupakan muara dari sebuah tindakan. Motivasi adalah penggerak perilaku (the energizier of behaviour).

3 determinan terjadinya perilaku: 1. Determinan yang berasal di lingkungan 2. Determinan dari dalam diri individu 3. Tujuan/ insentif/ nilai dari suatu objek (berasal dari dalam atau luar individu. Ditinjau dari sifatnya, maka determinan tersebut dapat dikatakan: 1. Bersifat biologis 2. Bersifat mental 3. Bersifat objek atau kondisi dalam lingkungan

Ciri motivasi dalam perilaku: 1. Penggerakan perilaku menggejala dalam bentuk tanggapantanggapan yang bervariasi. 2. Kekuatan dan efisiensi perilaku mempunyai hubungan yang bervariasi dengan kekuatan determinan. 3. Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu. 4. Penguatan positif menyebabkan suatu perilaku tertentu cenderung untuk diulangi kembali. 5. Kekuatan perilaku akan melemah bila akibat dari perbuatan itu bersifat tidak enak.

MOTIF

a. DEFINISI MOTIF Motif berasal dari kata movere yang artinya bergerak atau mendorong untuk bertindak (Chaplin dan Krawisc, 1968). Chaplin (1995) dalam Kamus Psikologi yaitu motif merupakan keadaan ketegangan di dalam individu yang membangkitkan, memelihara dan mengarahkan tingkah laku menuju pada satu tujuan dan sasaran. Dakir (1993) berpendapat bahwa motif adalah pemberi alasan, penyebab, pendorong bagi seseorang sehingga yang bersangkutan dapat berbuat, dan motif selalu menuju ke suatu tujuan.

Dapat disimpulkan bahwa motif merupakan suatu dorongan yang berasal dari dalam individu yang menyebabkan individu bertindak atau berbuat, dan dorongan itu tertuju ke suatu tujuan tertentu.

1. Motif mempersoalkan mengapanya tingkah laku (bukan apa dan bagaimananya) 2. Motif tidak pernah bisa diamati secara langsung. 3. Sulit dikatakan apakah motif itu bersifat umum atau khusus.

Tingkah laku adalah respons seorang individu terhadap beberapa jenis perangsang (fungsi atau produk dari interaksi antara individu dengan situasi yang merangsang). Yang menentukan individu mereaksi sesuatu: 1. Keadaan alat indera 2. Memperhatikan situasi 3. Dipengaruhi oleh suatu perasaan 4. Pengalaman yang dipunyai yang ikut mempengaruhi arti situasi

b. Klasifikasi Motif Suryabrata (1995) membedakan motif berdasarkan jabatannya, yaitu: 1. Motif intrinsik Adalah motif yang berfungsinya tidak memerlukan rangsang dari luar, karena di dalam diri individu sendiri sudah ada dorongan itu. 2. Motif ekstrinsik Adalah motif yang berfungsinya memerlukan perangsang dari luar.

Woodworth dan Marquis (1955) membedakan motif menjadi 3 macam : 1. Kebutuhan organik Meliputi kebutuhan untuk minum, makan, bernafas, kebutuhan untuk berbuat dan untuk istirahat. 2. Motif darurat Mencakup dorongan untuk menyelamatkan diri, membahas, berusaha dan dorongan untuk memburu. Dorongan ini sudah ada sejak lahir dan bentuknya sesuai dengan perangsang dari luar, sehingga dorongan ini timbul kalau ada perangsang dari luar. 3. Motif objektif Meliputi atas rata-rata, biasanya mereka dapat mengembangkan minat yang kuat terhadap bidang pelajaran dan mengerahkan kemampuan dan usahanya untuk menguasai bidang pelajaran tersebut.

c. Konflik-konflik Motif Suatu saat individu menghadapi beberapa motif, padahal motifmotif tersebut mempunyai nilai yang sama dan kekuatan yang sama, tetapi sering juga motif itu mempunyai nilai yang berlawanan dan sama-sama kuat, artinya individu mempunyai dorongan-dorongan untuk mencapai tujuan dalam waktu yang bersamaan. Beberapa sikap yang diambil : 1. Melakukan seleksi atau pemilihan. 2. Melakukan kompromi, yaitu menggabungkan dua macam objek atau tujuan. 3. Bersikap meragukan. Hal ini terjadi apabila motif-motif tersebut mempunyai nilai positif dan negatif yang sama kuat dan perbedaan nilainya sangat kecil.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motif 1. Bersumber dari dalam individu itu sendiri atau disebut minat Minat dapat dipengaruhi oleh faktor pekerjaan, sosial ekonomi, bakat, umur, jenis kelamin, pengalaman, kepribadian dan lingkungan. Minat merupakan kunci pokok dalam mencapai tujuan dan sangat erat hubungannya dengan motif dan respon emosional. Adapaun peranan minat yaitu mengarahkan perilaku konsentrasi terhadap masalah, jadi merupakan faktor penting dalam mempertimbangkan sesuatu untuk berbuat. 2. Bersumber dari luar individu itu yaitu lingkungan atau sosial Faktor ini saling melengkapi dengan motif asli. Fungsinya antara lain untuk mendorong faktor yang efektif seperti memilih tujuan dan sebagainya. Motif yang bersumber dari lingkungan ini berkembang dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

e. Penelitian Motif pada Manusia 1. Situasi Persaingan Salah satu percobaan yang terkenal dengan menggunakan dinamometer. Seseorang diminta untuk menekan dinamometer, kemudian setelah dia melihat hasilnya, maka orang lain juga diminta untuk menekan dinamometer tersebut. Orang kedua itu menekan dinamometer lebih kuat dari orang pertama. Setelah itu orang pertama diminta untuk menekan dinamometer sekali lagi. Apakah orang pertama akan menekan lebih kuat daripada yang telah dilakukan sebelumnya. Ternyata situasi bersaing lebih mendorong orang pertama untuk menekan dinamometer lebih kuat. Dorongan untuk menjadi unggul dalam persaingan ini hampir bersifat uiversal, sehingga para ahli psikologi menganjurkan untuk membangkitkan sedikit persaingan, misalnya dalam belajar di sekolah atau di bidang olahraga. Perlu mendapat catatan bahwa situasi persaingan yang berlebihan dapat menimbulkan hal-hal yang tidak menguntungkan, karena nilai kerjasama antar teman, nilai sportifitas dan nilai-nilai yang lain akan tergeser karena persaingan.

2. Persaingan Diri Sendiri Persaingan dapat juga ditujukan pada diri sendiri dengan jalan setiap kali mengingatkan prestasi yang telah dicapai dan mendorong untuk memecahkan rekornya sendiri. Cabang-cabang olahraga, seperti lari jauh, loncat tinggi, renang, angkat besi dan lain-lain mudah di kenakan prinsip persaingan diri sendiri.

3. Goal Gradient Prinsip goal gradient menyatakan bahwa makin dekat individu dengan tujuannya, makin besar dorongannya. Prinsip ini dapat dijabarkan dan dilaksanakan dalam bentuk memecah-mecah suatu tujuan yang jauh menjadi beberapa tujuan yang singkat dan lebih nyata. Misalnya untuk menjadi seorang sarjana membutuhkan proses yang panjang, maka tujuannya dapat di pisah-pisah menjadi lebih pendek, belajar dengan tekun untuk meraih sukses di setiap semester.

4. Pace Making Prinsip goal gradient berlaku juga pada pace making, yakni cara yang biasa dilakukan untuk pelatih lari jauh dengan jalan agak mendahului si pelari dengan kendaraan, misalnya sepeda motor. Setiap kali hendak terkejar oleh si pelari jaraknya lebih dipercepat sedikit, sehingga tetap ada jarak antara si pelatih dengan si pelari. Hal ini dilakukan berulangulang, sehingga si pelari tetap termotivasi untuk mengejar si pelatih. Jarak antara sepeda motor dengan si pelari jangan terlalu jauh, karena hal ini dapat mengendorkan semangatnya

f. Motif terkait dengan gejala kemauan (konasi) 1. Dorongan Kekuatan dari dalam yang mempunyai tujuan tertentu dan berlangsung di luar kesadaran. Terbagi menjadi dua : Dorongan nafsu dan dorongan rohaniah. Kesemuanya berpangkal pada 3 macam dorongan asli yaitu: a) Dorongan mempertahankan diri b) Dorongan mempertahankan jenis c) Dorongan mengembangkan diri.

2. Keinginan Dorongan nafsu yang tertuju kepada sesuatu benda tertentu, atau yang kongkrit. Keinginan yang dipraktekan bisa menjadi kebiasaan. 3. Hasrat Suatu keinginan tertentu yang dapat diulang-ulang. 4. Kecenderungan Hasrat yang aktif yang menyuruh kita agar lekas bertindak. 5. Hawa nafsu Hasrat yang besar dan kuat yang dapat menguasai seluruh fungsi jiwa kita. Hawa nafsu ini bergerak dan berkuasa di dalam kesadaran.

6. Kemauan Kekuatan yang sadar dan hidup dan atau menciptakan sesuatu berdasarkan perasaan dan fikiran. Proses kemauan melalui beberapa tingkat: 1. Motif (alasan, dasar, pendorong) 2. Perjuangan motif. 3. Keputusan 4. Perbuatan kemauan.

1. Kebutuhan yang timbul karena determinan tertentu 4. Tujuan 2. Tegangan (tension) 3. Perilaku untuk memenuhi kebutuhan

Keterangan: Perilaku terjadi karena suatu determinan tertentu. Determinan akan merangsang timbulnya suatu keadaan tertentu yang disebut kebutuhan. Kebutuhan menciptakan suatu keadaan tegang (tension), dan ini mendorong perilaku untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bila kebutuhan sudah dipenuhi, maka ketegangan akan melemah (relief), sampai timbul ketegangan lagi karena ada kebutuhan baru. Itulah daur motivasi.

TEORI TTG MOTIVASI

Teori motivasi yang dikembangkan oleh aliran psikologis humanis (pemenuhan kebutuhan yang tersusun secara hierarkis): 1. Kebutuhan fisiologis 2. kebutuhan akan keselamatan (security) 3. kebutuhan akan cinta dan kasih 4. kebutuhan akan harga diri 5. kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri.

A. Teori Homeostasis (teori drive vs teori arousal) Teori Drive didasarkan atas determinan-determinan yang sifatnya biologis. Bila tubuh organisme kekurangan zat tertentu, maka akan timbul suatu kebutuhan yang menciptakan ketegangan dalam tubuh (tension). Ketegangan ini akan makin hebat bila kebutuhan tidak segera terpenuhi. Keadaan ini akan mendorong organisme berperilaku untuk menghilangkan ketegangan atau mengembalikan keseimbangan tersebut dengan cara memenuhi kebutuhan tadi. Keadaan keseimbangan itu disebut homeostatis, yang merupakan tujuan dari perilaku bermotif.

Namun teori Drive memperoleh kritik-kritik yang cukup tajam karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa organisme berperilaku tidak semata untuk mencapai homeostatis, tetapi untuk sesuatu yang lain.

Menurut teori Arousal, organisme tidak selalu berusaha menghilangkan ketegangan, tetapi justru organisme sering kali berusaha meningkatkan ketegangan dalam dirinya. Homeostatis menurut teori ini adalah suatu keadaan tegangan optimum, yaitu tidak terlalu rendah atau terlalu tinggi dan tingkat ketegangan optimum ini sangat subjektif dan berbeda antar individu.

B. Teori Atribusi Motivasi seseorang ditentukan oleh determinan-determinan lingkungan. Bagaimana seseorang berusaha mengerti apa yang melatarbelakangi peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya akan menentukan perilakunya. Orang yang cenderung beranggapan bahwa perilakunya didorong oleh faktor-faktor di luar dirinya disebut mempunyai lokus kontrol eksternal. Orang yang cenderung beranggapan bahwa perilakunya diakibatkan oleh daya-daya yang ada di dalam dirinya disebut mempunyai lokus kontrol internal.

C. Teori Harapan Motivasi merupakan produk kombinasi antara besarnya keinginan seseorang untuk mendapatkan reward tertentu (valensi), besarnya kemungkinan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diperlukan (harapan), dan keyakinannya bahwa prestasinya tersebut akan menghasilkan hadiah yang diinginkan (instrumentalitas).

D. Teori Aktualisasi Diri Maslow: motivasi tertinggi dalam kehidupan manusia adalah aktualisasi diri. Perilaku manusia dikuasai oleh the actualing tendency, yaitu suatu kecenderungan manusia untuk mengembangkan kapasitasnya sedemekian rupa guna memelihara dan mengembangkan diri.

Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri Kebutuhan untuk dihargai Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi Kebutuhan akan rasa aman dan tentram Kebutuhan-kebutuhan fisiologis dasar

E. Teori Motif Berprestasi Mc Clelland membedakan tiga kebutuhan utama yang mempengaruhi perilaku manusia: 1. Kebutuhan berprestasi atau n-ach tercermin dari perilaku individu yang selalu mengarah pada suatu standar keunggulan (standard of exellence). 2. N-power, tercermin dari perilaku individu yang selalu berusaha menanamkan pengaruh atas orang lain demi reputasinya sendiri. 3. N-aff, tercermin dari perilaku individu yang menyukai kumoul-kumoul bersama orang lain, membina hubungan baik, dan menjalin hubungan-hubungan baru.

F. Motivasi Takut Berprestasi Manusia terbagi menjadi dua tipe: 1. Orang-orang yang lebih termotivasi untuk berprestasi daripada menghindari kegagalan. Orang-orang pada tipe ini akan mempunyai performance terbaik pada tugas-tugas dengan taraf kesulitan sedang. 2. Orang orang yang lebih ternmotivasi oleh ketakutan akan gagal. Orang-orang pada tipe ini akan mempunyai performance terbaik pada tugas-tugas dengan taraf kesulitan amat tinggi atau amat rendah.

Frustasi adalah keadaan di mana suatu kebutuhan tidak terpenuhi atau pemenuhan kebutuhan tersebut terhambat. Faktor-faktor yang menyebabkan: 1. Hambatan fisik individu. 2. Hambatan fisik di luar individu. 3. Hilangnya rangsang memperkuat timbulnya kebutuhan. 4. Dilakukan tindakan yang kurang tepat sehingga kebutuhan tidak terpenuhi.

A. Hipotesis Frustasi-Agresi Bila individu ingin melakukan sesuatu namun terhambat oleh faktor dari dalam diri atau faktor lingkungan sehingga ia tidak dapat bertindak, maka energi yang sudah disiapkan cenderung dimanifestasikan dalam bentuk tindakan agresif.

B. Frustasi dan Mekanisme Pertahanan Diri Bentuk mekanisme ini: 1. Represi: individu berusaha menekan pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan ke alam bawah sadar. 2. Regresi: individu bertingkah laku seperti anak kecil. 3. Rasionalisasi: individu berusaha menalar situasi frustasinya selogis mingkin. 4. Proyeksi: individu berusaha melemparkan penyebab frustasinya kepada orang lain. 5. Reaksi-formasi: adanya rasa benci terhadap suatu hal yang menyebabkan kecemasan, sehingga reaksi yang diperlihatkan adalah kebalikan dari rasa benci itu dan berlebihan. 6. Sublimisasi atau displacement: motif yang tidak terpenuhi kemudian diarahkan pada saluran lain.

C. Frustasi dan apati Keadaan frustasi pada beberapa orang mengakibatkan orang tersebut merasa tidak berdaya dan akhirnya membuatnya menarik diri dari lingkungan.