Morfometrik dan Karakteristik Serangan Coptotermes sp. Pada Gedung Pemerintahan di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan

dokumen-dokumen yang mirip
PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA

Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya

RAYAP KAYU (ISOPTERA) PADA RUMAH-RUMAH ADAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

IDENTIFIKASI JENIS JAMUR PATOGEN UNTUK PENGENDALIAN RAYAP TANAH Coptotermes sp.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL BIOLOGI 2016

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL. lorong kembara di batang tanaman (b) Data ukuran sarang rayap yang ditemukan.

IDENTIFIKASI, SEBARAN DAN DERAJAT KERUSAKAN KAYU OLEH SERANGAN RAYAP COPTOTERMES (ISOPTERA: RHINOTERMITIDAE) DI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

Rayap, Serangannya, dan Cara Pengendalian

KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON

Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati flora dan fauna. Kondisi iklim tropis dan berbagai jenis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis-jenis Rayap (Isoptera) di Kawasan Hutan Bukit Tengah Pulau dan Areal Perkebunan Kelapa Sawit, Solok Selatan

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

KEY TO THE LACESSITTERMES HOLMGREN (TERMITIDAE: NASUTITERMITINAE) FROM SUMATRA

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Biologi Rayap

ANATOMI SALURAN PENCERNAAN RAYAP BAGIAN TENGAH DAN BELAKANG PADA RAYAP Macrotermes gilvus UTAMI RAHADIANI

Lampiran 1 Kunci identifikasi rayap kasta prajurit mayor Macrotermes gilvus (Haviland) (Ahmad 1965)

Anang Kadarsah ABSTRACT

KERAGAMAN SPESIES RAYAP TANAH DI JAKARTA BARAT DAN JAKARTA TIMUR KARA GUS LANTERA E

BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA

IDENTIFIKASI SPESIES RAYAP PERUSAK TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Termite Species Identification as Pests to Jatropha curcas L.

commit to users I. PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TANAMAN

KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

KEANEKARAGAMAN JENIS RAYAP DI KEBUN KELAPA SAWIT PT. BUMI PRATAMA KHATULISTIWA KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil,

ANALISIS KERUGIAN EKONOMIS DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA DAN SMK KOTA PEKANBARU

II. TINJAUAN PUSTAKA

KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN)

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang. Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City

SILABUS & KONTRAK PEMBELAJARAN

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dilaksanakan dari bulan Mei 2016 sampai Juni 2016.

JENIS-JENIS RAYAP(INSEKTA: ISOPTERA) YANG TERDAPAT DI KECAMATAN BANGUN PURBA KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

Bahan dan Metode. Persiapan bahan

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 a) Tumbuhan tuba yang tumbuh di perladangan masyarakat; b) Batang tumbuhan tuba.

Uji Daya Hidup Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Isoptera : Rhinotermitidae) dalam Berbagai Media Kayu di Laboratorium

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya

BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren)

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

IDENTIFIKASI RAYAP YANG MENYERANG TUMBUHAN PADA ZONA PEMANFAATAN YANG BERBEDA DI KEBUN RAYA UNMUL SAMARINDA (KRUS)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika hama rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) menurut

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25-

SATUAN ACARA PERKULIAHAN Identitas Mata Kuliah

TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang

SEBARAN DAN KARAKTER MORFOLOGI RAYAP TANAH

METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian

BIOAKTIVITAS ASAP CAIR KULIT BUAH DURIAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET PAPAN PARTIKEL

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

STRATEGI PENGENDALIAN RAYAP SECARA TERPADU PADA PERTANAMAN KELAPA SAWIT STATEGY OF INTEGRATED CONTROL OF TERMITES ON OILPALM PLANTATION

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan merupakan tanaman yang tergolong dalam tanaman yang tahan terhadap

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

TEKNIK PENGAMATAN POPULASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN MUSUH ALAMI SERTA ANALISIS KERUSAKAN

KERUGIAN EKONOMI AKIBAT INFESTASI RAYAP PADA BANGUNAN PERUMAHAN (STUDI KASUS DESA GANDASULI, BOBOTSARI, PURBALINGGA, JAWA TENGAH)

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

TINJAUAN PUSTAKA. setiap kecamatan di Kota Medan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data jumlah sekolah menengah pertama di setiap kecamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POPULASI DAN SERANGAN RAYAP (COPTOTERMES CURVIGNATHUS) PADA PERTANAMAN KARET DI SUMATERA SELATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

TINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik

Oleh : Nur Fariqah Haneda

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu merupakan tanaman asli daerah tropika basah. Tanaman ini dapat tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

SNI 2404:2015 dan SNI 2405:2015 SEBAGAI WUJUD IPTEK YANG BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG INFRASTRUKTUR BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG HANDAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid.

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan siklus hidup rayap dapat dilihat gamabar dibawah ini: Gambar 1. Siklus hidup rayap

TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda Entomopatogen

SI KARAT TEBU DI MUSIM HUJAN

TERMITES SPECIES RICHNESS AND DISTRIBUTION AT RESIDENTIAL AREA IN PT ARUN LNG

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

POTENSI HUTAN TRIDHARMA USU SEBAGAI TEMPAT PENGUJIAN KEAWETAN KAYU

Zulkaidhah 1), Abdul Hapid 1) dan Ariyanti 1) Staf Pengajar Jurusan Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako Palu,

Transkripsi:

Morfometrik Karakteristik Serangan Coptotermes sp. Pada Gedung Pemerintahan di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan ASTUTI ARIF1, IRA NURDIANTY2 Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea, Makassar email: astuti_arif@yahoo.com 2 Mahasiswa Prodi Kehutanan, Program Pascasarjana, Hasanudin University Jl. Perintis Kemerdekaan Km 10 Makassar 90245 email: astuti_arif@yahoo.com 1 ABSTRAK Coptotermes merupakan spesies rayap tanah yang bersifat sangat destruksif dalam menimbulkan kerusakan pada struktur bangunan berkayu serta tanaman pertanian kehutanan di dunia, termasuk juga di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis morfometrik rayap prajurit karakterakteristik serangan Coptotermes. Specimen rayap dikoleksi secara insidential sampling dari bangunan pemerintahan di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan pada tahun 2015. Sebanyak 10 individu dari kasta prajurit diamati diukur untuk tujuan analisis morfometrik, yang meliputi PKTM (panjang kepala tanpa mandibel), LMK (lebar maksimum kepala), LKDM (lebar kepala pada dasar mandibel), PMK (panjang mandibel kiri), PP (panjang pronotum), LP (lebar pronotum), PPos (panjang postmentum), LPos (lebar postmentum), JSA (jumlah segmen antena); segkan karakteristik serangan diamati dari bentuk sarang yang dibangun oleh kasta pekerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran (mm) bagian kepala dari rayap parajurit adalah PKTM: 1,27-1,41 (1,35); LMK: 1,10-1,20 (1,15); LDKM: 0,63-0,71 (0,67); PMK: 0,80-0,87 (0,84); PP: 0,44-0,47 (0,46); LP: 0,75-0,87 (0,82); PPos: 0,72-0,95 (0,84); LPos: 0,38-0,42 (0,40), JSA sebanyak 13-15 segmen. Analisis cluster menunjukkan bahwa rayap yang ditemukan memiliki kesamaan dengan spesies Coptotermes sp. Rayap ini ditemukan menyerang dokumen yang tersimpan dalam lemari, yang dicirikan oleh sarang berbentuk karton (carton nest) kondisi dokumen yang terserang hebat sangat lembab. Kata Kunci: Coptotermes, morfometrik, rayap, Sulawesi Selatan PENDAHULUAN Efektivitas produktivitas kerja suatu institusi atau individu akan ditentukan oleh kondisi lingkungan di tempat kerja, termasuk kesehatan lingkungannya. Suhu kelembaban ruangan kerja seringkali diabaikan tanpa disadari telah memunculkan berbagai dampak yang juga potensial membahayakan kesehatan properti dari pekerja. Jamur rayap adalah organisme yang keberadaannya sangat dipengaruhi oleh suhu kelembaban tersebut. Beberapa jenis jamur dapat menimbulkan penyakit, khususnya dari kelompok jamur yang bersifat patogen. Alergi merupakan salah satu respon awal terjadinya serangan jamur, yang dikenal sebagai mycose. Beberapa jamur juga mengandung produk metabolik yang bersifat racun terhadap inang/manusia, yang dikenal sebagai mycotoxin (Betina, 1989). Di sisi lain, rayap pekerja mengumpulkan memakan hancuran tanaman kayu. Fecal pellet dari serasah yang telah dicerna oleh rayap pekerja dibuat menjadi combs dalam ruangan atau chamber (Abbadie and Lepage, 1989). Miselium jamur selanjutnya akan mengkolonisasi menembus setiap comb. Tahapan aseksual atau konidia dari jamur miselium merupakan bagian yang sangat penting dari diet rayap (Ingold and Hudson, 1983; Thompson, 1998). Pertumbuhan miselium jamur yang terasosiasi dengan serangan rayap yang menghasilkan mycotoxin /atau spora dapat berdampak pada kesehatan individu pekerja. Hal ini bermakna ~157~

bahwa serangga ini perlu dicermati dipantau keberadaan kejadian serangannya, khususnya di lingkungan kerja. Pada kondisi lingkungan yang lembab, seperti saat musim hujan, rayap seringkali lebih mudah ditemukan menyerang kayu atau material turunan kayu pada bangunan. Tidak hanya bangunan perumahan, bahkan gedung perkantoran pun tidak terlepas dari gangguan serangga ini. Arsip ataupun dokumen penting yang berada dalam lemari penyimpanan seringkali tanpa disadari telah terserang, sehingga kerugian ekonomis tidak terhindarkan. Apalagi jika arsip atau dokumen tersebut tidak mendapatkan pemeliharaan pemantauan secara berkala. Kasus serangan rayap inilah yang ditemukan terjadi pada arsip dokumen di salah satu gedung pemerintahan di Kabupaten Bantaeng di awal tahun 2015. Kasus yang sama juga sebenarnya banyak terjadi di sekitar lingkungan kita, namun catatan yang memuat kejadian serangan tersebut tidak terdokumentasi dengan baik. Oleh karena itu, informasi tentang jenis rayap yang menyerang kondisi kerusakan yang terjadi seringkali sulit diketahui dengan jelas, sehingga tindakan penanganan pengendalian pun sulit dilakukan. Pengamatan awal menunjukkan bahwa rayap yang menyerang tersebut termasuk dalam genus Coptotermes (Isoptera: Rhinotermitidae), yang ditandai dengan aya cairan putih susu yang dikeluarkan oleh rayap prajurit saat dilakukan pembongkaran lokasi serangan. Beberapa spesies dari genus ini dikenal sebagai rayap yang bersifat invasif dari 28 spesies invasif yang tercacat di seluruh dunia (Evans et al., 2013), yaitu C. formosanus, C. acinaciformis, C. curvignathus, C. frenchi, C. gestroi, C. sjoestedti. Bahkan rayap ini merupakan jenis hama utama di Amerika, Asia, Australia yang sangat destruktif menyerang kayu bahan berkayu (Takematsu et al., 2000; Lo et al., 2006; Takematsu et al., 2006), termasuk di Indonesia (Takematsu et al., 2000). Survei analisis molekuler berbasis mitochondrial DNA cytochrome oxidase subunit II (mtdna COII) terhadap spesies dari genus Coptotermes yang dilakukan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ini memperlihatkan aya beberapa spesies berdasarkan high similirity analysis yaitu: C. sjoestedti, C. gestroi, C. amanii, Coptotermes sp. (identik voucher P2Wo), C. curvignathus, Coptotermes sp. (Astuti, 2013). Spesies rayap tersebut keseluruhanya ditemukan menyerang pada komponen kayu pada bangunan tanaman pertanian, perkebunan kehutanan. Dalam kegiatan pengendalian hama secara terpadu, kejadian serangan rayap pada bangunan perlu dicermati dengan baik. Penentuan spesies secara tepat perlu dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam penanganannya. Mengingat tidak semua spesies rayap bersifat merusak, tetapi umumnya justru sangat berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem, khususnya keseimbangan unsur hara tanah. Pada penelitian ini, temuan kejadian serangan rayap pada gedung pemerintahan di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan difokuskan pada pengamatan morfometrik untuk mengetahui spesies mengenali karakter serangan dari rayap tersebut. METODE Rancangan Penelitian Teknik Sampling. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif, yang bersifat terbuka untuk menggali informasi sebanyak mungkin yang terkait dengan penelitian yang dilakukan. Pengumpulan spesimen dilakukan dengan teknik insidential sampling, artinya spesimen rayap dikoleksi diawetkan dari lokasi dimana ditemukan aya kejadian serangan rayap. Dalam hal ini, spesimen rayap diperoleh dari bagian bangunan yang mengalami serangan rayap, yaitu Kantor Dinas Kehutanan Perkebunan Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan pada Januari 2015. Koleksi pengawetan Spesimen. Spesimen yang dikumpulkan disesuaikan dengan kasta rayap yang ditemukan di lokasi, yaitu kasta pekerja prajurit. Spesimen tersebut dimasukkan dalam wadah berisi ~158~

etanol 70% untuk tujuan pengamatan morfologi pengukuran morfometrik. Pengukuran Morfometrik. Data morfometrik diperoleh dengan melakukan pengukuran terhadap 10 individu rayap prajurit. Untuk membandingkan mengidentifikasi karakteristik ukuran yang berguna dalam pemisahan spesies dilakukan pengukuran terhadap sembilan bagian anatomi eksternal rayap prajurit tiga nilai indeks yang diadaptasi dari Takematsu and Vongkaluang (2012), yaitu: PKTM (panjang kepala tanpa mandibel), LMK (lebar maksimum kepala), LKDM (lebar kepala pada dasar mandibel), PMK (panjang mandibel kiri), PP (panjang pronotum), LP (lebar pronotum), PPos (panjang postmentum), LPos (lebar postmentum), JSA (jumlah segmen antena). Nilai indeks yang dimaksud adalah indeks LKDM/LMK, indeks LMK/PKTM, indeks PMK/PKTM. Pengukuran bagianbagian anatomi eksternal dari bagian kepala rayap prajurit tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Pengamatan pengukuran dilakukan menggunakan stereomikroskop Stemi 2000 dengan phototube camera ERc 5S. Selain JSA, semua variabel yang diukur menggunakan satuan mikrometer, yang selanjutnya dikonversi dalam millimeter. Selain itu, juga dilakukan dokumentasi pengamatan secara visual untuk mendapatkan gambaran karakteristik khas dari spesimen yang dikoleksi. Karakteristik Serangan Rayap. Pengamatan dilakukan secara visual terhadap kondisi bukti terjadinya serangan, seperti bentuk sarang yang dibangun oleh kasta pekerja keadaan arsip atau dokumen yang terserang. Analisis Data. Data morfometrik dianalisis secara secara deskriptif untuk mengetahui kecenderungan rataan, standar deviasi kisaran dari masing-masing populasi rayap yang ditemukan. Selain data spesimen, juga diikutkan dalam analisis cluster data morfometrik spesies Coptotermes (Astuti, 2013) untuk membandingkan kesamaan karakter morfometrik. Analisis cluster hierarki menggunakan software SPSS Version 16.0. Gambar 1. Pengukuran rayap: (A) kepala, (B) pronotum, (C) mandibel kiri, (D) postmentum; (a) PKTM, (b) LKDM, (c) LMK, (d) PP, (e) LP, (f) PMK, (g) PPos, (h) Lpos (Takematsu and Vongkaluang, 2012). ~159~

Gambar 2. Morfologi spesimen dari kasta prajurit HASIL Morfometrik Diagnosis Prajurit. Kasta prajurit bersifat monomorfik. Kepala oval. Fontanel terlihat sangat menonjol, berukuran besar, memiliki bukaan berbentuk bulat. Kasta ini mengeluarkan cairan putih susu dari fontanel saat diganggu. Mata tidak ada. Antena berbentuk moniliform, dengan jumlah untaian antara 13-15 segmen. Labrum berbentuk subtriangular, dengan ujung hyaline yang sedikit meruncing. (Gambar 2). Bentuk dari bagian kepala prajurit secara detail diperlihatkan pada Gambar 3, dengan ukuran dari masing-masing variabel nilai indeks diuraikan sebagai berikut: (a) Kepala atau caput. Kepala berbentuk oval, dengan ukuran panjang kepala tanpa mandibel berkisar 1,27-1,41 mm (1,35 ± 0,05), lebar kepala maksimum berkisar 1,10-1,20 mm (1,15 ± 0,03) lebar kepala pada dasar mandibel antara 0,630,71 mm (0,67 ± 0,02). Nilai indeks LKDM/LMK antara 0,56-0,61 (0,58 ± 0,02), indeks LMK/PKTM 0,79-0,91 (0,85 ± 0,03), indeks PMK/PKTM antara 0,58-0,69 (0,62 ± 0,03). Kepala dicirikan oleh rambut yang panjang jarang. (b) Mandibel. Mandibel kiri dengan krenulasi pada pertengahan basal berukuran besar, projeksi basal berbentuk knob. Panjang mandibel kiri antara 0,80-0,87 mm (0,84 ± 0,02). Mandibel kanan tanpa krenulasi atau gigi. (c) Postmentum. Postmentum berbentuk gada, dengan panjang postmentum antara 0,72-0,92 mm (0,84 ± 0,06) lebar postmentum antara 0,38-0,42 mm (0,40 ± 0,01). Pada postmentum hampir tidak ditemukan rambut. Bagian tersempit postmentum berada sekitar 1/2 dari jarak antara margin posterior dengan titik terlebar. (d) Pronotum. Pronotum berbentuk datar atau flat, dengan ukuran dengan panjang pronotum antara 0,44-0,47 mm (0,47 ± 0,01) lebar pronotum antara 0,75-0,86 mm (0,82 ± 0,04). Pronotum berambut panjang jarang, yang berada pada bagian marginal dari pronotum; hampir tidak ada pada bagian permukaan dorsal. Analisis Cluster. Pengelompokan berdasarkan kesamaan karakteristik yang dimiliki oleh spesimen spesies lain dari genera yang sama menunjukkan bahwa spesimen ini memiliki kemiripan dengan Coptotermes sp. Karakteristik serangan. Serangan rayap pada kayu bangunan maupun tanaman dilakukan oleh rayap pekerja, yang berfungsi khususnya mencari makanan membangun sarang. Spesimen ditemukan menyerang arsip dokumen yang tersimpan dalam lemari, dengan karakteristik serangan dari rayap tanah ini, yaitu: ~160~

Gambar 3. Bentuk rayap prajurit dari Coptotermes sp.: (A) kapsul kepala antena, (B) bagian thoraks, termasuk pronotum, (C) bentuk postmentum Gambar 4. Karakteristik serangan Coptotermes sp.: (a) sarang yang dibentuk oleh rayap, (b) kondisi dokumen yang terserang (1) Sarang berbentuk cartoon, yang dihasilkan dari partikel tanah, saliva, kotoran atau pellet fecal, sisa material yang dimakannya (Gambar 4a). (2) Kondisi material yang diserang sangat lembab mengalami serangan sangat hebat. Sebagian besar dokumen tidak bisa dikenali sebagai material yang terbuat dari kertas karena sudah diubah menjadi produk biogenik; hanya sebagian kecil yang dikenali sebagai dokumen meskipun sudah berlubang terdegradasi (Gambar 4b). PEMBAHASAN Hasil pengamatan pengukuran morfologi serta analisis cluster memperlihatkan spesimen yang ditemukan menyerang gedung pemerintahan di Kabupaten Bantaeng ini memiliki kemiripan ukuran morfometri dengan spesies Coptotermes sp. yang ditemukan di kabupaten yang sama, tetapi wilayah yang berbeda. Hasil analisis molekuler berbasis mytochondrial DNA cytochrome oxidase subunit II (mtdna COII) memperlihatkan bahwa spesies tersebut identik dengan Coptotermes sp. voucher P2Wo dari genbank (Astuti, 2013). Prajurit dari Coptotermes sp. ini juga dekat dengan prajurit C. gestroi (Takematsu and ~161~

Vongkaluang, 2012) yang dikoleksi dari Thailand sangat sulit untuk membedakan, kecuali bahwa jumlah segmen antena dari spesimen 13-15 14-15 pada C. gestroi. Ditinjau dari semua nilai indeks juga relatif sama. Pada prajurit spesimen, nilai indeks LKDM/LMK menunjukkan ukuran keruncingan kepala pada rayap, dengan nilai yang mendekati satu mengindikasikan kepala memiliki bentuk mendekati persegi panjang (rectangular), segkan nilai mendekati setengah mengindikasikan kepala yang berbentuk bulat telur (oval). Nilai tengah indeks ini adalah 0,58 yang berarti bahwa kepala spesimen berbentuk oval dengan ujung lebih meruncing. Untuk nilai indeks LMK/PKTM menunjukkan ukuran panjang lebarnya kepala, dengan nilai >1 mengindikasikan bentuk kepala rayap lebih melebar, nilai sama dengan 1 mengindikasikan bentuk kepala yang seimbang antara panjang lebarnya, segkan nilai <1 mengindikasikan bentuk kepala lebih memanjang. Nilai tengah indeks ini adalah 0,85 yang berarti bahwa bentuk kepala rayap tersebut lebih panjang. Pada nilai indeks PMK/PKTM menunjukkan ukuran mandibular kepala, dengan nilai >1 mengindikasikan kepala rayap memiliki mandibel lebih pendek dari ukuran panjang kepala; segkan nilai <1 mengindikasikan mandibel lebih panjang dari ukuran panjang kepala. Nilai tengah indeks ini adalah 0,62 yang berarti rayap tersebut memiliki ukuran kepala lebih pendek dari panjang mandibelnya. Secara morfologi, antara prajurit spesies Coptotermes sp. C. gestroi sangat sulit dibedakan karena aya variasi ukuran sulitnya mendapatkan kunci determinasi untuk rayap. Selain itu, kesulitan mendapatkan rayap bersayap (alate) semakin menyulitkan untuk membedakan di antara keduanya. Spesimen yang ditemukan dapat dipastikan bukan spesies Coptotermes curvignathus karena ukuran tubuh rayap ini lebih besar dibandingkan spesies Coptotermes yang ada. Ukuran morfometrik kepala prajurit spesimen tidak berada dalam kisaran ukuran yang dimiliki oleh rayap C. curvignathus, termasuk keberadaan rambut yang sangat panjang lebat yang merupakan karakteristik khas dari C. curvignathus (Takematsu et al., 2000; Takematsu and Vongkaluang, 2012; Astuti, 2013). Rayap C. curvignathus C. gestroi merupakan spesies yang telah lama dikenal menyerang kayu pada bangunan tanaman pertanian kehutanan (Kalshoven, 1981; Tarumingkeng, 1981; Takematsu et al., 2006). Mengingat kemungkinan masih terdapatnya spesies rayap baru dari daerah Hutan Hujan Tropis (Kambhampati and Eggleton, 2000), termasuk spesies Coptotermes, sehingga setiap temuan kejadian serangan rayap dari genus ini tidak bisa digeneralisasi sebagai salah satu dari kedua jenis tersebut. Tetap diperlukan kajian morfologi dukungan analisis lain, seperti DNA, untuk memastikan spesies yang ada. Serangan rayap Coptotermes pada bangunan lebih sulit dikenali dikendalikan dibandingkan serangan dari rayap tanah lainnya. Spesies ini memiliki tanda serangan yang tidak terlihat dari luar, seperti aya terowongan dari tanah yang biasa ditemukan pada spesies rayap tanah yang juga ditemukan menyerang pada bangunan dari genus Microcerotermes, Nasutitermes, Macrotermes (Astuti, 2013). Aya serangan akan terlihat setelah terjadi kerusakan yang parah pada bangunan atau material lain yang terdapat pada bangunan, sebagaimana yang ditemukan pada kasus penelitian ini. Oleh karena itu, serangan rayap dari spesies ini perlu diwaspadai dengan melakukan inspeksi secara rutin pada bangunan atau properti lainnya. KESIMPULAN Spesimen yang ditemukan adalah Coptotermes sp. (identik voucher P2Wo) berdasarkan kemiripan morfologi morfometrik kasta prajurit analisis cluster. Serangan rayap ini dicirikan oleh bentuk sarang cartoon nest kondisi material yang sangat lembab terserang hebat DAFTAR PUSTAKA Abbadie L, Lepage M. 1989. The role of subterranean fungus comb chambers (Isoptera, Macrotermitinae) in soil nitrogen cycling in a Preforest Savanna (Côte ~162~

Divoire). Soil Biology and Biochemistry 21, 1067-1071. Astuti. 2013. Identifikasi, sebaran derajat kerusakan kayu oleh serangan rayap Coptotermes (Isoptera: Rhinotermitidae) di Sulawesi Selatan [Disertasi]. Makassar: Program Pascasarjana. Universitas Hasanuddin. Betina V. 1989. Mycotoxin: chemical, biological and environmental aspects. New York: Elsevier Science Publishing Company, Inc. Evans TA, Forschler BT, Grace JK. 2013. Biology of invasive termites: a worldwide review. Annual Review of Entomology 58, 455 474. Ingold CT, Hudson HJ. 1993. The biology of fungi. London: Chapman & Hall. Kalshoven LGE. 1981. The pests of crops in Indonesia. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve. Kambhampati S, Eggleton P. 2000. Taxonomy and phylogeny of termites. In: Abe T, Bignell DE, Higashi M. (Eds.). Termites: evolution, sociality, symbioses, ecology. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers. Lo N, Eldridge RH, Lenz M. 2006. Phylogeny of Australian Coptotermes (Isoptera: Rhinotermitidae) species inferred from mitochondrial COII sequences. Bulletin of Entomological Research 96, 433-437. Takematsu Y, Vongkaluang C. 2012. A taxonomic review of the Rhinotermitidae (Isoptera) of Thailand. Journal of Natural History 46, 1079 1109.. Takematsu Y, Yoshimura T, Takahashi M, Yusuf S, Sukartana P. 2000. Present Status of an Important Pest Termite Genus, Coptotermes, in Indonesia. Sustainable Utilization of Forest Products: Sosio-Economical and Ecological Management of Tropical Forest. Proceeding on the Third International Wood Sciense Symposium. JSPS-LIPI Core University Program in Field of Wood Science 1995-2006, Kyoto, Japan, pp. 161166. Takematsu Y, Yoshimura T, Yusuf S, Yanase Y, Kambara K, Tashiro A, Doi S, Takeshi M, Sukartana P, Inoue T, Yuzawa H, Kudo T, Sornnuwat Y, Vongkaluang C. 2006. Termite Assemlages in Urban Areas of South East Asia: Diversity and Economic Impacts. In: Imamura Y. (Ed.) Sustainable Development and utilization of Tropical Forest Resources. Report of JSPS-LIPI Core University Program in Field of Wood Science 1995-2006, Kyoto, Japan, pp. 8491. Tarumingkeng R. 2001. Biologi prilaku rayap. Pusat Studi Ilmu Hayat. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Thompson MS. 1998. Environmental assessment of pathogenic fungi with specific reference to a Sydney unit infested with termites potential fungal impacts Environmental Health. Sydney: University of Western Sydney ~163~