BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu baik dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Jumingan (2006:239), kinerja keuangan bank merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dinda Yani Kusuma (2011)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perekonomian suatu negara. Perbankan mempunyai kegiatan yang. mempertemukan pihak yang membutuhkan dana (borrower) dan pihak

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja (performance) dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

ANALISIS KINERJA BANK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Riestyana Indri Hapsari (2012) Pengaruh LDR, IPR, NPL, APYD, IRR, BOPO, FBIR,NIM, PR, dan FACR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sekarang ini sudah tidak asing lagi mendengar kata-kata

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiata usahanya. Banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bursa Efek Indonesia Periode membutuhkan kajian teori sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian

CAKUPAN DATA. AKSES DATA Data Antar Bank Aktiva dapat di akses dalam website BI :

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KONSOLIDASI POS-POS. Des 2005 Des 2004 Des 2005 Des 2004 AKTIVA 41,215 28,657

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BANK. Alat likuid: uang kas di bank dan rekening giro yang disimpan di Bank Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini dan buku serta tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT. Bank Sahabat Sampoerna karena pada tanggal 9 Mei

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian bank menurut Kasmir (2006;2) mengemukakan bahwa: Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian saat ini adalah sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk mendapatkan revenue atau

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 30 SEPTEMBER 2003 & 2002

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran strategis tersebut terutama disebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad. produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur an dan Hadist.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada lima penelitian terdahulu tentang ROA (Return on Aseet) yang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dalam hal ini penulis akan melakukan analisa kinerja keuangan bank yang

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian perbankan dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.10 Tahun

Lampiran 1. Perhitungan Nilai CAR BRI periode

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. PADA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu mengembangkan dan memajukan perekonomian di

N E R A C A Per 30 September 2009 Dan 2008 (Dalam Jutaan Rupiah) Pos - Pos

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan di Indonesia. Keberadaan sektor perbankan memiliki peranan cukup penting,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB V PENUTUP. penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya dan implikasi bagi perbankan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan keuangan seperti tempat mengamankan uang, melakukan investasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini. Pada umumnya masyarakat mendefinisikan bank adalah tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Bank (LKB) merupakan lembaga keuangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau

BAB II LANDASAN TEORI

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 31 MARET 2007 (Dalam Jutaan Rupiah)

Laporan Keuangan Triwulanan 30 September 2009

Transkripsi:

18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Analisis Rasio Keuangan Bank Analisis rasio keuangan merupakan analisis dengan jalan membandingkan satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya baik secara individu maupun bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu baik dalam neraca maupun laporan laba-rugi (Abdullah, 2003:124). Menurut Riyadi (2004:137), rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data keuangan bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data keuangan tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara numerik, baik dalam persentase atau kali. Masing-masing rasio harus memiliki tujuan sehingga tidak akan ditemukan batasan yang jelas dan tegas berapa rasio yang terdapat pada setiap aspek yang dianalisis. Menurut Kasmir (2008:122), rasio keuangan merupakan perbandingan angka-angka dalam laporan keuangan dengan melakukan perbandingan antar komponennya sehingga menjadi angka dalam satu periode atau beberapa periode. Perbankan merupakan bisnis jasa yang tergolong dalam industri "kepercayaan" dan mempunyai rasio-rasio keuangan yang khas. Analisis rasio keuangan banyak digunakan oleh calon investor. Sebenarnya analisis ini didasarkan pada hubungan antar pos dalam laporan keuangan perusahaan yang akan mencerminkan keadaan keuangan serta hasil dari operasional perusahaan. Analisa srasio keuangan maka dapat digunakan untuk membandingkan rasio saat ini dengan rasio masa lalu dan akan datang dalam perusahaan yang sama. Jika

19 rasio keuangan diurutkan dalam beberapa periode tahun analisis dapat mempelajari komposisi perubahan dan menentukan apakah terdapat perbaikan atau penurunan dalam kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Rasio-rasio keuangan perbankan yang berhubungan dengan kinerja perusahaan perbankan adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas. Rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuiditas bank (Dendawijaya, 2005:120). Disamping itu, rasio ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara volume (jumlah) dan yang diperoleh dari berbagai hutang (jangka pendek dan jangka panjang) serta sumber lain di luar modal bank sendiri dengan volume penanaman dana tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank. Rasio ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan kecukupan modal bank dalam mendukung kegiatan bank secara efisien. Rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo (Dendawijaya, 2005:114). Dimensi konsep rasio likuiditas mencerminkan ukuran-ukuran kinerja manajemen ditinjau dari sejauh mana menajemen mampu mengelola modal kerja yang didanai dari utang lancar dan saldo kas perusahaa. Tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan kemampuan melaunasi utang jangka pendek semakin tinggi pula. Rasio rentabilitas menggambarkan kinerja fundamental perusahaan ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba (Harmono, 2009:109). Rasio ini juga dapat digunakan untuk

20 mengukur tingkst kesehatan bank. Dalam perhitungannya, biasanya dicari hubungan timbal balik antarpos, yang terdapat pada laporan laba rugi bank dengan pos-pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan (Dendawijaya, 2005:118). Masalah efisiensi berkaitan dengan masalah pengendalian biaya. Efisiensi operasional berarti biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan keuntungan lebih kecil daripada keuntungan yang diperoleh dari penggunaan aktiva tersebut. Sebuah bank dituntut untuk memperhatikan masalah efisiensi karena meningkatnya persaingan bisnis dan standar hidup konsumen. Selain itu efisiensi operasional dapat dicapai mengurangi biaya dan meningkatkan output perusahaan (Koch, 2003:210). Bank yang tidak mampu memperbaiki tingkat efisiensi usahanya maka akan kehilangan daya saing baik dalam hal mengerahkan dana masyarakat maupun dalam hal penyaluran dana tersebut dalam bentuk modal usaha. Efisiensi operasional dapat ditinjau dari biaya operasional dengan pendapatan operasional bank. 2.1.2 Capital Adequacy Ratio (CAR) Modal bank bukan saja sebagai salah satu sumber penting dalam memenuhi kebutuhan dana bank, tetapi juga posisi modal bank akan mempengaruhi keputussan-keputusan manajemen dalam hal pencapaian tingkat laba, di satu pihak dan kemungkinan timbulnya resiko di pihak lain. Besar kecinya permodalan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan keuangan bank yang bersangkutan.

21 Berdasarkan pendekatan pada neraca bank, modal dapat dibedakan menjadi (Abdullah, 2003:56) : a) Modal inti Modal inti bank terdiri dari : 1. Modal disetor, adalah modal yang disetor secara efektif oleh pemiliknya terdiri atas simpanan pokok dan simpanan wajib 2. Laba ditahan, adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan. 3. Laba tahun lalu, adalah laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota. 4. Laba tahun berjalan, adalah laba yang diperoelh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. 5. Agio saham, adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya. 6. Cadangan umum, adalah cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan setelah dikurangi pajak. 7. Cadangan tujuan, adalah bagian laba setelah dikurangi pajak untuk tujuan tertentu. 8. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan, adalah modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan dengan penyertaan bank pada anak perusashaan tersebut.

22 b) Modal pelengkap Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang tidak dibentuk dari laba setelah pajak dan pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan modal. Beberapa modal pelengkap antar lain (Dendawijaya, 2005:40) : 1. Cadangan revaluasi aktiva tetap, adalah cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak. 2. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, adalah cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan. 3. Modal kuasi, adalah modal yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal. 4. Pinjaman subordinasi, adalah pinjaman yang harus memenuhi berbagai syarat, seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman mendapat persetujuan dari BI. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah indikator penilaian dari aspek permodalan pada perusahaan perbankan. Adapun fungsi penilaian modal pada bank antara lain (Harmono, 2009:115) : a) Ukuran kemampuan bank untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan. b) Alat pengukur besar kecilnya kekayaan bank atau kekayaan yang dimiliki oleh para pemegang saham. c) Untuk memungkinkan manajemen bank bekerja dengan efisien sesuai dengan yang dikehendaki pemilik modal.

23 Salah satu fungsi modal (CAR) adalah untuk memenuhi standar modal minimum. Ketentuan tentang modal minimum bank umum yang berlaku di Indonesia mengikuti standar Bank for International Settlements (BIS). Persentase kebutuhan modal minimum yang diwajibkan BIS ini disebut Capital Adequacy Ratio (Dendawijaya, 2005:40). Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank dinyatakan sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%. Hal ini didasarkan pada ketentuan BIS. Nilai kredit dihitung untuk CAR=o% atau negatif, nilai kredit = 0, untuk setiap kenaikan 0,1% nilai kredit ditambah 1 dengan nilai maksimum 100. Bobot CAMEL untuk rasio kecukupan modal (CAR) adalah 25% (Harmono, 2009:116). Perhitungan kebutuhan modal minimum bank Perhitungan didasarkan pada rasio atau perbandingan antara modal yang dimiliki bank dan jumlah aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR). ATMR merupakan penjumlahan ATMR aktiva neraca (aktiva yang tercantum dalam neraca) dan ATMR administrasi (aktiva yang bersifat administrasi). Langkah-langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank sebagai berikut: 1. ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot resiko dari masing-masing pos aktiva neraca tersebut. 2. ATMR aktiva administrasi dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot resiko dari masing-masing pos rekening tersebut.

24 3. Total ATMR= ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administratif. 4. Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara modal bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR. Rasio tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut (Harmono, 2009:116) : CAR= x 100% Skala predikat kesehatan bank, rasio CAR untuk permodalan bank sebagai berikut (Harmono, 2009:116) : Tabel 2.1 Skala predikat Capital Adequacy Ratio No Predikat Rasio CAR 1. 2. Sehat Cukup sehat 8,00% - 9,00% 7,90% - < 8,00% Setiap penurunan 0,1% ditentukan dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9% Sumber : Harmono (2009) 2.1.3 Return on Assets (ROA) Pada umumnya, untuk memantapkan posisinya di dunia perbankan, bank harus memperhatikan tingkat profitabilitasnya yang salah satunya dapat dikur dengan Return on Assets Ratio (Koch, 2003:112). Return on Assets adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antar laba (sebelum pajak) dengan total aset bank (Riyadi, 2003:137). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut

25 dari segi penggunaan aset (Dendawijaya, 2005:118). Besarnya ROA dapat dihitung dengan rumus (Harmono, 2009:119) : x 100% Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank, terdapat perbedaan kecil antara perhitungan ROA berdasarkan teoretis, laba yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dalam sistem CAMEL, laba dihitung setelah pajak. Selain itu, jika memperhitungkan pajak, maka nilai ROA akan mengalami perubahan sesuai besarnya pajak yang berlaku. Nilai kredit dapat dihitung sebagai berikut (Harmono, 2009:120) : 1. Untuk rasio sebesar 0% atau lebih, nilai kredit = 0. 2. Untuk setiap kenaikan 0,015%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Bobot CAMEL untuk ROA adalah 5%. Tabel 2.2 Skala predikat Return on Assets No Predikat Rasio Nilai kredit 1. 2. 3. 4. Sehat Cukup sehat Kurang sehat Tidak sehat Sumber : Harmono (2009) 1,22% - 1,5% 0,99% - < 1,22% 0,77 - < 0,99% 0% - < 0,77% 81 100 66 - < 81 51 - < 66 0 - < 51 2.1.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima bank (Dendawijaya, 2005:116). LDR dapat dihitung dengan rumus (Riyadi, 2004:146) : LDR= x 100%

26 Menurut Surat Edaran Bank Indonesia tanggal 29 Mei 1993, termasuk dalam pengertian dana yang diterima oleh bank adalah sebagai berikut: 1. KLBI (Kredit Likuiditas Bank Indonesia) jika ada. 2. Giro, deposito, dan tabungan masyarakat. 3. Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, tidak termasuk pinjaman subordinasi. 4. Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan. 5. Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari bulan. 6. Modal pinjaman 7. Modal inti LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Dalam penilaian kesehatan bank, Bank Indonesia menetapkan ketentuan nilai kredit LDR sebagai berikut (Harmono, 2009:121) : 1. Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih, nilai kredit = 0 2. Untuk setiap penurunan 1% mulai dari 115% diberi nilai kredit ditambah 4, nilai maksimum 100. Bobot CAMEL untuk LDR adalah 5%.

27 Tabel 2.3 Skala predikat Loan to Deposit Ratio No Predikat Rasio Nilai kredit 1. 2. 3. 4. Sehat Cukup sehat Kurang sehat Tidak sehat Sumber : Harmono (2009) 94,75% 94,76% - 98,5% 98,51% - 102,25% > 100 81 100 66- < 81 51- < 66 0- < 51 2.1.5 Loan to Asset Ratio (LAR) LAR digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit melalui jaminan sejumlah aset yang dimiliki (Abdullah, 2003:126). Rasio ini merupakan perbandingan seberapa besar kredit yang diberikan bank dibandingkan dengan besarnya total aset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah aset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar. LAR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Dendawijaya, 2005:117) : LAR= x 100% 2.1.6 Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Biaya operasional adalah semua biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha banak yang dirinsi sebagai berikut (Dendawijaya, 2005:111) : 1. Biaya bunga, adalah semua biaya atas dana-dana yang berasal dari Bank Indonesia, bank-bank lain, dan pihak ketiga bukan bank. 2. Biaya valuta asing lainnya, adalah ssemua biaya yang dikeluarkan bank untuk berbagai transaksi devisa.

28 3. Biaya tenaga kerja, adalah seluruh biaya yang dikeluarkan bank untuk membiayai pegawainya. 4. Penyusutan, adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk penyusutan bendabenda tetap dan inventaris. 5. Biaya lainnya, seperti premi asuransi / jaminan kredit, sewa gedung kantor/ rumah dinas dan alat-alat lain, biaya pemeliharaan. Pendapatan operasional terdiri atas semua pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha bank yang benar-benar diterima. Pendapatan bunga terdiri dari (Dendawijaya, 2005:111) : 1. Hasil bunga, adalah pendapatan bunga, baik dari pinjaman yang diberikan maupun dari penanaman yang dilakukan bank seperti giro, simpanan berjangka, obligasi, dan surat pengakuan utang lainnya. 2. Provisi dan komisi, adalah pendapatan yang diterima oleh bank dari berbagai kegiatan yang dilakukan bank, seperti provisi kredit, komisi pembelian, dan lain-lain. 3. Pendapatan valuta asing lainnya, adalah keuntungan yang diperoleh bank dari berbagai transaksi devisa. 4. Pendapatan lainnya, adalah hasil langsung dari kegiatan operasional lainnya yang tidak termasuk dalam rekening pendapatan diatas, misalnya dividen yang diterima dari saham yang dimiliki. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Mengingat kegiatan utama bank adalah menghimpun dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat, maka biaya dan pendapatan yang mendominasi pada bank adalah biaya bunga dan hasil

29 bunga. Hal yang terpenting untuk mencapai kefisiensian operasional adalah meningkatkatn produktivitas perusahaan, menekan biaya, sehingga menghasilka output yang maksimal dan akan mempengaruhi laba (Koch, 2003:112). Rasio ini ddapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Harmono, 2009:120) : BOPO= x 100% 2009:120): Kriteria nilai kredit BOPO dapat dihitung sebagai berikut (Harmono, 1. Untuk rasio 100% atau lebih, nilai kredit = 0. 2. Untuk setiap penurunan sebesar 0,08%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Bobot CAMEL untuk rasio BOPO adalah 5%. Tabel 2.4 Skala predikat Beban Opeasional terhadap Pendapatan Operasional No Predikat Rasio Nilai kredit 1. 2. 3. 4. Sehat Cukup sehat Kurang sehat Tidak sehat Sumber : Harmono (2009) 93,52% - 92% 94,72% - < 93,53% 95,92% - <94,73% 100% - < 95,92% 81-100 66 - < 81 51 - < 66 0 - < 51 2.1.7 Pertumbuhan Laba Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) memiliki pengertian mengenai income. Income diterjemahkan sebagai penghasilan. Dalam konsep dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, income (penghasilan) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

30 Laba adalah perbedaan antara pendapatan (revenue) yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut. Sedangkan pada penelitian ini, laba yang dimaksud adalah laba sebelum pajak. Laba merupakan jumlah residual yang tertinggal setelah semua beban (termasuk penyesuaian pemeliharaan modal jika ada) dikurangkan pada penghasilan. Jika beban melebihi penghasilan, maka jumlah residualnya merupakan kerugian bersih sehingga laba merupakan perbedaan antara pendapatan dalam suatu periode dan biaya yang dikeluarkan untuk mendatangkan laba. Laba merupakan selisih antara pendapatan dan biaya secara akrual. Pengertian seperti ini akan mempermudah di dalam pengukuran dan pelaporan laba secara objektif. Pendefinisian laba seperti ini juga akan lebih bermakna sebagai pengukur kembalian atas investasi daripada sekedar perubahan kas. Laba adalah informasi penting dalam suatu laporan keuangan. Angka ini penting untuk perhitungan pajak, berfungsi sebagai dasar pengenaan pajak yang akan diterima negara, untuk menghitung dividen yang akan dibagikan kepada pemilik dan yang akan ditahan dalam perusahaan, untuk menjadi pedoman dalam menentukan kebijaksanaan investasi dan pengambilan keputusan, untuk menjadi dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang, untuk menjadi dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi, untuk menilai prestasi atau kinerja perusahaan, segmen perusahaan, divisi. Menurut Harianto dan Sudomo dalam Aini (2006), pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

31 1. Besarnya perusahaan Perusahaan jika semakin besar maka ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi. 2. Umur perusahaan Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam meningkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah. 3. Tingkat leverage Perusahaan yang memiliki tingkat hutang tinggi, maka manajer cenderung memanipulasi laba sehingga mengurangi ketepatan pertumbuhan laba. 4. Tingkat penjualan Tingkat penjualan di masa yang akan datang yang meningkat membuat pertumbuhan laba semakin tinggi. 5. Perubahan laba masa lalu Perubahan laba di masa lalu jika semakin besar, semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa yang akan datang. Ada dua macam analisis untuk menentukan pertumbuhan laba yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. 1. Analisis fundamental adalah analisis kinerja perusahaan berdasarkan data yang berasal dari perusahaan, baik berupa laporan keuangan, laporan tahunan maupun informasi lain mengenai seluk-beluk perusahaan (Raharjo, 2006:127). Para analis fundamental mencoba memprediksikan pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengestimasi faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi pertumbuhan laba yang akan datang, yaitu kondisi ekonomi dan kondisi keuangan yang tercermin melalui kinerja perusahaan.

32 2. Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau catatan pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya untuk memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengamati perubahan laba di masa lalu. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan. Analisis yang digunakan untuk menentukan pertumbuhan laba dalam penelitian ini adalah analisis fundamental. Analisis fundamental merupakan analisis yang berkaitan dengan kinerja perusahaan. Salah satu bagian dari analisis fundamental adalah analisis rasio yaitu analisis dengan menggunakan hubungan matematis antarvariabel keuangan yang satu dengan yang lain. Pertumbuhan laba yang dimaksud dalam penelitian ini dihitung dari selisih jumlah laba tahun yang bersangkutan dengan jumlah laba tahun sebelumnya dibagi dengan jumlah laba tahun sebelummnya. Pertumbuhan laba dapat dirumuskan sebagai berikut : Δ Yn = Keterangan : Δ Yn = Pertumbuhan laba tahun ke-n Yn-1 = laba tahun sebelumnya n = tahun ke-n Laba pada perbankan terdiri dari laba operasional, laba sebelum pajak dan manfaat, serta laba bersih. Pertumbuhan laba ditentukan oleh kinerja perusahaan yang diukur dari rasio modal (CAR), rasio rentabilitas (ROA), rasio likuiditas

33 (LDR dan LAR), serta dapat dinilai dari efisiensi operasional (Dendawijaya, 2005:116). 2.2 Penelitian Terdahulu Aini (2006), melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh CAR, LDR, ROA, dan Besaran Perusahaan terhadap Perubahan Laba Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEJ. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari rasio keuangan ( CAR, LDR, BOPO) terhadap tingkat profitabilitas selama enam tahun (1999-2004) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Hasil dari penelitian ini menyatakan, secara simultan berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba tetapi persentasenya sangat kecil, karena dipengaruhi lebih besar oleh variabel lain diluar penelitian. Secara parsial, variabel bebas berpengaruh secara positif terhadap tingkat profitabilitas perbankan yang terdaftar di BEI. Penelitian lain juga dilakukan oleh Hapsari (2005) dengan judul Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank terhadap Pertumbuhan Laba masa Mendatang pada Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di BEJ. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aspek modal yaitu CAR, aspek likuiditas yaitu LDR, ROA secara parsial dan simultan terhadap tingkat pertumbuhan laba perbankan. Hasil penelitian ini adalah terdapat pengaruh secara simultan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dan secara parsial juga menunjukkan adanya pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. Penelitian juga dilakukan oleh Sintya (2010) dengan judul Pengaruh Aspek Capital, Asset, Earning Dan Liquidity Terhadap Pertumbuhan Laba Bank

34 Umum Di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh CAR, NPL, NIM, BO/PO, GWM, dan LDR terhadap pertumbuhan laba pada bank. Hasil penelitian ini adalah terdapat pengaruh secara simultan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dan secara parsial setiap variabel bebas tidak berpengaruh dengan variabel terikat. 2.3 Kerangka Konseptual Konsep adalah abstraksi atau generalisasi suatu realita atau fenomena yang membutuhkan beberapa kata untuk menjelaskannya (Sumarni,2005). Kegunaan kerangka konseptual adalah untuk mendesain hipotesis dan pengukuran untuk menguji hipotesis atau bahkan mungkin akan menciptakan konsep baru untuk menyatakan pemikiran peneliti. Menurut Dendawijaya (2005), ada tiga rasio terpenting dalam menganalisis kinerja bank, yaitu analisis rasio solvabilitas, analisis rasio rentabilitas (profitabilitas), dan analisis rasio likuiditas. Pada penelitian ini, masing-masing analisis menggunakan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Loan to Asset Ratio (LAR). Selain itu, penelitian ini juga mempertimbangkan tingkat efisiensi operasional bank yang diukur dengan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BO/PO). CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh danadana dari sumber diluar bank, seperti dana dari masyarakat, pinjaman, tabungan,

35 deposito, dan giro (Dendawijaya, 2005: 121). CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko. Tinggi rendahnya nilai CAR suatu bank, akan mempengaruhi kinerja dan kemampuan bank untuk melaksankan kegiatan operasionalnya. Permodalan yang kuat akan meningkatkan kepercayaan para nasabah terhadap kinerja bank. Dan hal ini akan berdampak pada pertumbuhan laba perusahaan. Semakin tinggi nilai CAR suatu bank, maka kemampuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan akan semakin baik, sehingga laba perusahaan pun akan ikut meningkat. Tetapi jika sebaliknya semakin rendah nilai CAR suatu bank, maka kemampuan kinerjanya akan sulit dipertahankan, dan laba perusahaan pun akan menurun. Hal lain yang menyebabkan CAR berpengaruh terhadap pertumbuhan laba adalah bank mampu menutupi nilai risiko yang dimiliki sehingga tidak akan mengalami kerugian. ROA adalah rasio rentabilitas (profitabilitas) yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan (Dendawijaya 2005:118). Dengan demikian, tinggi rendahnya nilai ROA akan mempengaruhi pertumbuhan laba perusahaan perbankan. Semakin besar nilai ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan (laba) yang dicapai bank tersebut dan semakin posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. LDR adalah rasio likuiditas yang menyatakan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan (Riyadi 2003:146). Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah, dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera

36 memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Semakin tinggi rasio ini, mengindikasikan semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Di lain pihak, kondisi LDR yang tinggi dapat diartikan bahwa jika pemberian kredit kepada masyarakat semakin tinggi, maka akan mempengaruhi pertumbuhan laba perusahaan perbankan. Karena salah satu sumber keuntungan (laba) bank adalah berasal dari pinjaman kredit. Dengan demikian tinggi rendahnya LDR juga dapat mempengaruhi perolehan laba, LDR yang tinggi berarti jumlah kredit yang disalurkan semakin tinggi, sehingga akan menyebabkan laba meningkat. Tetapi jika sebaliknya, pinjaman kredit menurun diikuti rendahnya kemampuan untuk melunasi kewajibannya, maka pertumbuhan laba perusahaan pun akan turun (Hasibuan 2004:100). LAR (Loan to Asset Ratio) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki bank (Dendawijaya 2005:117). Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah aset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar. Jika bank terus berada dalam kondisi seperti ini, maka pemanfaatan aset yang dimiliki akan kurang maksimal. Hal ini juga akan berpengaruh pada pertumbuhan laba perbankan, karena aset yang seharusnya dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan yang lain, hanya dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban bank.

37 Efisiensi operasional merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan produksivitas dan pelayangan bank. Hal ini dapat dilakukan dengan mengurangi biaya dan mengutamakan kinerja bank (Koch, 2003:210). Efisiensi operasional diindikasikan oleh besarnya beban operasional perusahaan terhadap pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur efisiensi kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dana dan menyalurkannya kembali, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga (Dendawijaya 2005:120). BO/PO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional, semakin rendah tingkat rasio BO/PO berarti semakin baik kinerja bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada dalam perusahaan (Riyadi 2003:140). Pertumbuhan laba bank juga dipengaruhi oleh besarnya pendapatan operasional bank dan biaya atau beban operasionalnya. Semakin tinggi pendapatan operasioanl dibanding dengan biayanya, maka pertumbuhan laba bank semakin meningkat. CAR (X 1 ) ROA (X 2 ) LDR (X 3 ) Pertumbuhan laba (Y) LAR (X 4 ) BOPO (X ) 5 Sumber : Aini (2006), Dendawijaya (2005). Sumarni (2005). Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

38 2.4 Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.