LAPORAN KEMAJUAN PENGABDIAN IbM

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN KEMAJUAN (I b M)

BAB 2 PRODUK 2.1 Spesifikasi Produk Tabel 2.1 Kandungan Gizi JamurTiram No Komposisi Dalam %

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar.

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

I. PENGANTAR. konsumsi (edible mushroom), yang telah banyak dibudidayakan, karena selain

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

IbM ABON JAMUR TIRAM KELOMPOK TANI JAMUR TIRAM KARANGMALANG SRAGEN

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan

Pelatihan Pengolahan Aneka Masakan dari Bahan Jamur Tiram Segar

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Limbah dibedakan menjadi dua yaitu limbah anorganik dan limbah

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK KENTANG

I. PENDAHULUAN. Tingginya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang, masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

TANAMAN PENGHASIL PATI

Pemberdayaan Kelompok Tani Usaha Budidaya Jamur Tiram Kelurahan Kambo Kecamatan Mungkajang Kota Palopo. Sapar 1 Muh. Halim Palatte 2 Imran Ukkas 3

TUGAS AKHIR SB091358

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dengan kekuasaan dan kehendak-nya telah menumbuhkan. berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini yang di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa var. chinensis) DENGAN PEMBERIAN PUPUK KANDANG DAN PUPUK ORGANIK CAIR

IPTEKS BAGI MASYARAKAT ( I b M) PADA KELOMPOK TANI BUDIDAYA JAMUR KONSUMSI SUBUR MAKMUR DESA PARONGPONG KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

III. METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

BAB I PENDAHULUAN. bagi pertumbuhan ekonomi negara, baik negara berkembang maupun negara

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dalam mendukung perekonomian, sehingga bidang pertanian

BAB I PENDAHULUAN. lemak. Selain itu jamur juga banyak membutuhkan peluang usaha yang

I. PENDAHULUAN. negara agraris yang sangat kaya dengan hasil bumi, baik yang dilakukan di area

Usaha Kuliner Lingkungan Bisnis Keripik Jamur Tiram

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan,

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. masih bertumpu pada beras. Meskipun di beberapa daerah sebagian kecil penduduk

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun,

PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari melalui hortikultura. Hortikultura

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TUGAS AKHIR PENERAPAN SISTEM TANAM HIDROPONIK SECARA VERTIKULTUR PADA TANAMAN SAYUR SELADA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PEMBUATAN KARAK NON-BORAKS DI DESA TAWANG SARI, BOYOLALI. Oleh : Asri Laksmi Riani 1), Machmuroch 2)

SOSIALISASI DAN PEMBUATAN NUGGET DARI AMPAS TAHU UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT GAMPONG LENGKONG, KECAMATAN LANGSA BARO, KOTA LANGSA

LAPORAN ILMU TEKNOLOGI PANGAN Pembotolan Manisan Pepaya. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

merang terutama selulosa (Subaryanto, 2011). Bersumber dari pernyataan tersebut, sangat mungkin sekali mengganti media tumbuh jamur merang yang

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELOMPOK SANTRI MELALUI BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH DI PONDOK PESANTREN DARUL HUDA, JABON, SIDOARJO

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010).

LAPORAN PENGANTAR ILMU EKONOMI PEMANFAATAN BUDIDAYA KEONG SAWAH SEBAGAI PAKAN IKAN. Disusun Oleh : 1. Abdul Kholid ( )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gram jamur kering juga mengandung protein 10,5-30,4%, lemak 1,7-2,2%, kalsium 314 mg, dan kalori 367 (Suwito, 2006).

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Kaitan Geografi Ekonomi dengan Budidaya Jamur Tiram

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

INOVASI PRODUK USAHA OLAHAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA JUAL LELE

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI DESA PAGERJURANG KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

MEMBUAT BISNIS KECIL DAN SEHAT

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGEMBANGAN USAHA JAMUR TIRAM DI KAMPUS II UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

KEBUTUHAN NUTRISI ITI PEDAGING : SUPRIANTO NIM : I

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

Nutrisi Jamur Posted by admin on May 27, Comments

Transkripsi:

1 LAPORAN KEMAJUAN PENGABDIAN IbM IbM PENGEMBANGAN AGROBISNIS JAMUR DI KOTA SURAKARTA Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun SETYOWATI,SP.MP (NIDN: 0022037106) FANNY WIDADIE,SP.M Agr(NIDN. 0006068502) UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SEPTEMBER 2013

2

3 RINGKASAN Jamur merupakan makanan yang bergizi tinggi. Kandungan lemaknya yang rendah menyebabkan jamur layak dikonsumsi, apalagi bagi yang berdiet. Jamur tiram yang teksturnya mirip dengan daging ayam merupakan makanan favorit bagi vegetarian. Kandungan nutrisi pada jamur juga terbilang lengkap. Selain kaya vitamin dan serat, jamur juga memiliki kandungan mineral seperti kalium, kalsium, natrium, fosfor, besi dan magnesium. Komposisi dan kandungan nutrisi setiap 100 gram jamur tiram adalah 367 kalori, 10,5-30,4 persen protein, 56,6 persen karbohidrat, 1,7-2,2 persen lemak, 0.20 mg thiamin, 4.7-4.9 mg riboflavin, 77,2 mg niacin, dan 314.0 mg kalsium. Serat jamur juga sangat baik untuk pencernaan. Kandungan seratnya mencapai 7,4-24,6 persen sehingga cocok untuk para pelaku diet. Kelompok Tani Jamur Alumni 149 memiliki 15 orang anggota dengan diketuai oleh Ibu Muryati dan bendahara Ibu Surani. Mekanisme pengelolaan jamur dari kelompok tani jamur Alumni 149 adalah masing-masing anggota mendapatkan jadwal piket untuk mengurus budidaya jamur yang ada di satu rumah jamur (kumbung) setiap harinya. Bisnis budidaya ini juga disebut usaha bersama. Jika masa panen tiba, keuntungan dari penjualan jamur dibagi rata untuk semua anggota. Pada tahun 2010, Ibu Surani kemudian mendirikan usaha budidaya jamur sendiri dengan berbekal ilmu yang diperoleh dari Kelompok Tani Jamur Alumni 149. Budidaya jamur dari milik Kelompok tani Jamur Alumni 149 sudah berdiri sejak tahun 2009 dan Usaha Tani Mandiri Ibu Surani berdiri satu tahun setelahnya (Tahun 2010). Dengan kumbung berukuran sekitar 100 m 2, kedua usaha ini dapat terus berjalan. Kapasitas rumah jamur (kumbung) tersebut dapat memuat 6000 baglog, tetapi saat ini kumbung tersebut baru diisi oleh sekitar 1000-1200 baglog. Dari baglog yang ada, setiap hari usaha jamur Kelompok tani Jamur Alumni 149 dan Usaha Tani Mandiri Ibu Surani dapat menghasilkan jamur sekitar 12-15 kg dengan masa panen lebih kurang 4 bulan. Dengan harga jual sekitar Rp 10.000,- sampai Rp

4 15.000,- per kilogram, usaha ini memiliki prospek yang cerah untuk terus dikembangkan. Disamping minimnya modal dan peralatan, pengetahuan khususnya mengenai manajemen keuangan dan pembukuan dalam budidaya jamur masih kurang baik, hal tersebut ditunjukkan dengan belum dilakukannya pembukuan kegiatan maupun keuangan dan pengelolaan keuangan secara baik. Kelompok tani Jamur Alumni 149 dan Usaha Tani Mandiri Ibu Surani masih belum mempunyai catatan pembukuan keuangan usaha, pembukuan kegiatan, pembukuan pemesanan produk (waktu pemesanan, harga, dan lain-lain). Selain itu keuangan usaha juga belum dikelola dengan baik, keuangan usaha dengan keuangan keluarga masih bercampur. Berdasarkan uraian tersebut, menarik kiranya untuk melakukan pendampingan usaha bagi UKM jamur milik Kelompok tani Jamur Alumni 149 dan Usaha Tani Mandiri Ibu Surani untuk dapat membantu meningkatkan omzet para petani jamur. Selain itu, diharapkan dapat menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar untuk terlibat dalam proses budidaya jamur.

5 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia, rahmat dan hidayah Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kemajuan pengabdian pada masyarakat mono tahun dengan judul IbM Pengembangan Agrobisnis Jamur di Kota Surakarta yang merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh dana penelitian Dikti Penyusunan laporan pengabdian ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya bantuan dari semua pihak, baik instansi maupun perorangan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof.Dr.Ir.Darsono,MSi selaku Ketua LPPM UNS 2. Bapak Prof.Dr. Bambang Pujiasmanto selaku dekan Fakultas Pertanian UNS 3. Ibu Setyowati,SP.MP selaku Ketua pengabdian pada masyarakat ini 4. Bapak Fanny Widadie, SP.MAgr selaku Anggota pengabdian pada masyarakat ini. 5. Bapak Kepala Kecamatan Mojosongo Surakarta 6. Bapak Kepala Desa Ngemplak Mojosongo Surakarta 7. Bapak dan ibu anggota Kelompok Tani Alumni 149 Ngemplak Mojosongo Surakarta Penulis menyadari bahwa laporan kemajuan pengabdian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun di kesempatan yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga sumbangan pemikiran dalam pengabdian ini akan dapat bermanfaat. Terimakasih. Surakarta, 25 Oktober 2013 Tim Pengabdian

6 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii RINGKASAN... iii PRAKATA... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB 1. PENDAHULUAN... 1 A. Analisis Situasi... 1 B. Permasalahan Mitra... 8 BAB 2. TARGET DAN LUARAN... 9 BAB 3. METODE PELAKSANAAN... 10 BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI 11 BAB 5. HASIL YANG DICAPAI 14 BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA.. 15 BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN 16 DAFTAR PUSTAKA 17 LAMPIRAN 18

7 DAFTAR TABEL Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian 10

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Salah satu sisi kumbung jamur Kelompok Tani Jamur Alumni 149 Gambar 2a. Baglog yang rusak karenakontaminasi jamur lain Gambar 2b. Pemadatan baglog yang kurang sempurna Gambar 2c. Tampak depan baglog-baglog yang rusak Gambar 3. Autoclave baglog jamur

9 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Foto-foto kegiatan pengabdian masyarakat

1 BAB 1. PENDAHULUAN 1. ANALISIS SITUASI Jamur merupakan makanan yang bergizi tinggi. Kandungan lemaknya yang rendah menyebabkan jamur layak dikonsumsi, apalagi bagi yang berdiet. Jamur tiram yang teksturnya mirip dengan daging ayam merupakan makanan favorit bagi vegetarian. Kandungan nutrisi pada jamur juga terbilang lengkap. Selain kaya vitamin dan serat, jamur juga memiliki kandungan mineral seperti kalium, kalsium, natrium, fosfor, besi dan magnesium. Komposisi dan kandungan nutrisi setiap 100 gram jamur tiram adalah 367 kalori, 10,5-30,4 persen protein, 56,6 persen karbohidrat, 1,7-2,2 persen lemak, 0.20 mg thiamin, 4.7-4.9 mg riboflavin, 77,2 mg niacin, dan 314.0 mg kalsium. Serat jamur juga sangat baik untuk pencernaan. Kandungan seratnya mencapai 7,4-24,6 persen sehingga cocok untuk para pelaku diet. Usaha jamur merupakan usaha yang memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan tingginya animo masyarakat untuk mengkonsumsi makanan sehat. Oleh karena itu, Kelompok tani Jamur Alumni 149 dan Usaha Tani Mandiri Ibu Surani melakukan budidaya jamur, khususnya jamur tiram. Kelompok Tani Jamur Alumni 149 memiliki 15 orang anggota dengan diketuai oleh Ibu Muryati dan bendahara Ibu Surani. Mekanisme pengelolaan jamur dari kelompok tani jamur Alumni 149 adalah masing-masing anggota mendapatkan jadwal piket untuk mengurus budidaya jamur yang ada di satu rumah jamur (kumbung) setiap harinya. Bisnis budidaya ini juga disebut usaha bersama. Jika masa panen tiba, keuntungan dari penjualan jamur dibagi rata untuk semua anggota. Pada tahun 2010, Ibu Surani kemudian mendirikan usaha budidaya jamur sendiri dengan berbekal ilmu yang diperoleh dari Kelompok Tani Jamur Alumni 149. Budidaya jamur dari milik Kelompok tani Jamur Alumni 149 sudah berdiri sejak tahun 2009 dan Usaha Tani Mandiri Ibu Surani berdiri satu tahun setelahnya (Tahun 2010). Dengan kumbung berukuran sekitar 100 m 2, kedua usaha ini dapat terus berjalan. Kapasitas rumah jamur (kumbung) tersebut dapat memuat 6000

2 baglog, tetapi saat ini kumbung tersebut baru diisi oleh sekitar 1000-1200 baglog. Dari baglog yang ada, setiap hari usaha jamur Kelompok tani Jamur Alumni 149 dan Usaha Tani Mandiri Ibu Surani dapat menghasilkan jamur sekitar 12-15 kg dengan masa panen lebih kurang 4 bulan. Dengan harga jual sekitar Rp 10.000,- sampai Rp 15.000,- per kilogram, usaha ini memiliki prospek yang cerah untuk terus dikembangkan. Dari segi bisnis, budidaya jamur memiliki perputaran modal yang cepat. Dengan masa inkubasi selama 30 hari dan selanjutnya dapat dipanen setelah 120 hari (4 bulan) membuat usaha budidaya ini menjadi sangat menguntungkan. Di samping itu, budidaya jamur memiliki kelebihan seperti kemudahan mendapatkan bahan baku, teknologi budidaya yang relative mudah dipelajari, memiliki resiko gagal yang kecil dan hemat tempat karena dapat memanfaatkan ruang kosong di sekitar rumah mengingat Surakarta sudah menjadi Kota yang maju yang hanya memiliki sedikit lahan kosong. Dalam menjalankan usahanya, usaha Kelompok tani Jamur Alumni 149 dan Usaha Tani Mandiri Ibu Surani kadang mengalami kendala, khususnya mengenai cuaca panas. Budidaya jamur paling baik dikembangkan pada lingkungan bersuhu 22-28 o C, sedangkan lokasi usaha jamur milik Kelompok tani Jamur Alumni 149 dan Usaha Tani Mandiri Ibu Surani di Kota Surakarta kadang mencapai 32.5 o C. Cuaca yang panas ini dapat mengganggu kelembaban media tanam. Di samping suhu udara, kelembaban udara juga berpengaruh pada pertumbuhan jamur tiram. Jamur tiram idealnya tumbuh pada lingkungan dengan kelembaban udara berkisar antara 60-70%. Oleh karena itu, petani jamur seperti Kelompok tani Jamur Alumni 149 dan Usaha Tani Mandiri Ibu Surani harus menjaga suhu dan kelembaban udara kumbungnya supaya jamur tumbuh subur dengan cara mengatur ventilasi dan penyiraman. Selain itu, hal lain yang harus diperhatikan adalah sirkulasi udara, tingkat keasaman hingga cahaya. Permasalahan kondisi lingkungan ini kadang menyebabkan pertumbuhan jamur menjadi kurang optimal sehingga hasil produksi tidak maksimal. Gambar kumbung Jamur Kelompok tani jamur Alumni 149 dapat dilihat pada Gambar 1 berikut :

3 Gambar 1. Salah satu sisi kumbung jamur Kelompok Tani Jamur Alumni 149 Permasalahan ini terjadi juga di Kelompok tani Jamur Alumni 149 dan Usaha Tani Mandiri Ibu Surani. Kumbung yang ada pada dua petani jamur ini masih kurang sesuai untuk pertumbuhan budidaya jamur. Suhunya yang panas dan udara yang terlalu kering menjadi penyebabnya. Akan tetapi, karena kekurangan modal, maka perbaikan kumbung tidak dapat dilakukan. Peluang pasar jamur masih sangat luas. Pembeli jamur lokal mayoritas berasal dari restoran/hotel yang menyajikan menu olahan jamur. Selain itu, swalayan sebagai lokasi penjualan jamur juga dapat dijadikan pasar untuk menjual jamur dalam jumlah besar. Akan tetapi, pasar jamur di swalayan, restoran dan hotel ini acapkali sudah diisi oleh pengusaha besar dan system pembayarannya juga sangat lama. Oleh karena itu, kedua usaha ini memilih untuk memasarkan jamur melalui pedagang di pasar tradisional seperti pasar Gede, Pasar Legi dan pasar tradisional lain yang ada di Kota Surakarta. Permintaan jamur di pasar tradisional juga cukup besar. Tingginya permintaan jamur ini kadang tidak dapat dipenuhi oleh Kelompok

4 tani Jamur Alumni 149 dan Usaha Tani Mandiri Ibu Surani. Hal ini berkaitan dengan jumlah ketersediaan modal dan pertumbuhan jamur yang kurang optimal. Jamur yang dijual oleh kedua petani ini adalah jamur segar. Jamur segar idealnya dipasarkan tidak lama setelah dipanen mengingat umur simpannya yang pendek. Jika terlalu lama disimpan, jamur akan busuk dan tidak laak dikonsumsi. Selain itu, penanganan yang salah pada saat panen juga dapat menyebabkan penurunan kualitas jamur. Jamur akan berwarna kuning kecoklatan, pecah-pecah dan kering. Meski masih layak untuk dikonsumsi, jamur yang mengalami penurunan kualitas ini tidak dapat dijual. Selama ini, jamur yang mengalami penurunan kualitas ini dikonsumsi sendiri bahkan kadang dibuang begitu saja jika jumlahnya terlalu banyak. Padahal jamur yang masih layak konsumsi ini dapat juga dijadikan peluang bisnis melalui berbagai produk olahan jamur. Ada berbagai macam produk olahan jamur yang memiliki umur simpan yang cukup lama seperti abon jamur, keripik jamur dan kerupuk jamur. Untuk kerupuk jamur pun dapat dibuat dengan berbagai rasa sehingga dapat menarik minat konsumen. Pada kesempatan ini, petani jamur akan diajarkan proses pembuatan berbagai olahan jamur sehingga dapat memberikan nilai tambah pada jamur yang sudah tidak layak jual tapi layak konsumsi dan mendatangkan margin keuntungan yang lebih bagi Kelompok tani Jamur Alumni 149 dan Usaha Tani Mandiri Ibu Surani Budidaya jamur dilakukan dengan menginokulasi bibit jamur ke dalam media yang biasa disebut dengan baglog. Baglog ini berisi media-media yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur seperti apas kayu gergaji, bekatul, kapur tepung jagung dan tepung tapioka. Pada awalnya, baik pada usaha jamur Kelompok tani Alumni 149 dan Usaha Tani Mandiri Ibu Surani, baglog ini tidak dibuat sendiri melainkan membeli langsung dari daerah Polokerto, Mojolaban-Karang anyar. Harga baglognya adalah berkisar Rp 2000-Rp 2500/buah. Akan tetapi, kualitas baglog yang tidak konsisten menyebabkan banyak baglog yang rusak karena terkontaminasi oleh jamur perusak. Oleh karena itu, saat ini kedua usaha budidaya jamur ini mulai membuat baglog sendiri.

5 Baglog yang dibuat oleh kedua kelompok tani ini memiliki kualitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan baglog yang dibeli dari supplier baglog. Hal ini terlihat dari persentase baglog yang rusak karena kontaminasi jamur. Dari 60%, sekarang jumlahnya tidak sampai 30% dari jumlah baglog yang diproduksi. Akan tetapi angka 30% ini masih cukup tinggi dan masih perlu diturunkan lagi melalui pembuatan baglog yang lebih baik. Gambar baglog yang rusak dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2a. Baglog yang rusak karena kontaminasi jamur lain

6 Gambar 2b. Pemadatan baglog yang kurang sempurna Gambar 2c. Tampak depan baglog-baglog rusak

7 Pembuatan baglog ini juga menyebabkan permasalahan lain khususnya mengenai kapasitas produksi. Proses pemadatan baglog jamur merupakan bottleneck dari kegiatan pembuatan baglog ini. Selain itu, kapasitas autoclave yang ada hanya memuat 100-140 baglog. Hal ini membuat rendahnya kapasitas produksi jamur. Gambar autoclave yang dimiliki oleh Kelompok Tani jamur Alumni 149 dapat dilihat pada Gambar 3 Gambar 3. Autoclave baglog jamur Disamping minimnya modal dan peralatan, pengetahuan khususnya mengenai manajemen keuangan dan pembukuan dalam budidaya jamur masih kurang baik, hal tersebut ditunjukkan dengan belum dilakukannya pembukuan kegiatan maupun keuangan dan pengelolaan keuangan secara baik. Kelompok tani Jamur Alumni 149 dan Usaha Tani Mandiri Ibu Surani masih belum mempunyai catatan pembukuan keuangan usaha, pembukuan kegiatan, pembukuan pemesanan produk (waktu pemesanan, harga, dan lain-lain). Selain itu keuangan usaha juga belum dikelola dengan baik, keuangan usaha dengan keuangan keluarga masih bercampur. Berdasarkan uraian tersebut, menarik kiranya untuk melakukan pendampingan usaha bagi UKM jamur milik Kelompok tani Jamur Alumni 149 dan Usaha Tani Mandiri Ibu Surani untuk dapat membantu meningkatkan omzet para

8 petani jamur. Selain itu, diharapkan dapat menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar untuk terlibat dalam proses budidaya jamur. 2. PERMASALAHAN MITRA Permasalahan yang dihadapi oleh mitra petani jamur adalah : 1. Tidak bias memenuhi permintaan pasar jamur karena rendahnya hasil produksi jamur akibat kapasitas produksi yang kurang dan masih cukup banyak baglog yang terkontaminasi jamur. 2. Kondisi lingkungan yang kurang mendukung untuk budidaya jamur sehingga pertumbuhan jamur masih kurang optimal. 3. Kurangnya modal sehingga menyebabkan petani jamur kesulitan untuk mengembangkan usahanya khususnya untuk memperbaiki kumbung jamur. 4. Kurang menguasai manajemen usaha khususnya manajemen keuangan dan pembukuan sehingga pengelolaan administrasi masih lemah. 5. Rendahnya produksi baglog sehingga mengurangi kapasitas produksi. 6. Rendahnya penguasaan manajemen waktu dalam menentukan waktu pembibitan agar produksi dapat terus berkesinambungan. 7. Terdapat jamur tiram yang tidak layak dijual segar tetapi layak makan yang belum dimanfaatkan secara optimal. 8. Kurangnya pengetahuan petani jamur dalam membuat produk-produk olahan jamur sehingga tidak dapat menambah nilai jual produk, khususnya jamur yang tidak layak untuk dijual segar.

9 BAB 2. TARGET DAN LUARAN Jenis luaran yang ditargetkan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut : a. Kumbung yang sesuai dengan syarat tumbuh jamur, khususnya suhu, kelembaban cahaya dan sirkulasi udara. b. Penggunaan teknologi pada pembuatan baglog (mesin pengepress baglog dan autoclave skala besar) sehingga diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi baglog dari 100 buah/7jam/orang menjadi 4 kali lipat lebih banyak sehingga permintaan pasar terhadap jamur segar dapat dipenuhi. c. Terjadi peningkatan jumlah panen jamur segar sebesar 50-75 persen. d. Menurunnya jumlah baglog yang terkontaminasi menjadi < 5%. e. Peningkatan pengetahuan mitra dalam usaha budidaya jamur yang ditandai dengan meningkatnya kemampuan mitra dalam pemeliharaan jamur dan pengkondisian lingkungan untuk pertumbuhan jamur. f. Peningkatan ketrampilan mitra dalam memproduksi produk olahan dari jamur dengan meningkatnya ketrampilan menggunakan alat teknologi untuk memproduksi aneka olahan dari jamur. g. Dimanfaatkannya jamur yang sudah tidak layak jual segar tetapi layak makan menjadi aneka produk olahan jamur. h. Meningkatnya kemampuan mitra dalam membuat laporan keuangan/neraca usaha budidaya jamur.

10 a. Tahapan Survey BAB 3. METODE PELAKSANAAN Peninjauan lokasi pengabdian pada kelompok tani jamur dan identifikasi kebutuhan peralatan untuk peningkatan produksi budidaya jamur dan introduksi teknologi pengolahan pasca panen jamur. b. Tahapan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan pengabdian diantaranya yaitu dengan pemberian dan penyerahan alat budidaya jamur, pelatihan manajemen usaha jamur, pelatihan pembuatan baglog jamur, penggunaan mesin-mesin produksi dan pemeliharaan jamur, perbaikan kumbung jamur dan pelatihan pembuatan aneka produk olahan jamur. c. Tahapan Monitoring dan Evaluasi Kegiatan pendampingan dan evaluasi pasca tahapan pelaksanaan kegiatan pengabdian. Jadwal rencana kegiatan dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian No Nama Kegiatan Waktu Kegiatan (Bulan ke-) 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Pembuatan Proposal 2 Persiapan : - Survei lapangan - Pembelian alat dan bahan - Pengadaan materi pelatihan 3 Pelatihan in class : - Pelatihan kewirausahaan dan manajemen usaha - Pelatihan budidaya jamur 4 Pelatihan Outclass - Praktek pembuatan baglog - Praktek pembuatan aneka produk olahan jamur tiram - Praktek penggunaan mesin-mesin produksi dan pemeliharaan jamur 5 Perbaikan kumbung jamur 6 Pemberian Stimulan Modal Usaha 7 Pendampingan Usaha 8 Evaluasi dan monitoring 9 Seminar dan pelaporan 10 Tindak lanjut keberlanjutan program

11 BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI 1. Ketua Pelaksana : a. Nama Lengkap dan Gelar : Setyowati, SP.,MP b. Jenis Kelamin : Wanita c. Unit Kerja : Fakultas Pertanian UNS Agribisnis d. Bidang Keahlian : Manajemen Agrobisnis dan pemasaran pertanian e. Tugas dalam Kegiatan : Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan dari perencanaan sampai pelaksanaan dalam kegiatan program f. Alokasi Waktu : 15 jam/minggu g. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat : Pemanfaatan Pekarangan Sempit Dengan Teknik Vertikultur di Daerah Perkotaan Kabupaten Karanganyar tahun 2005 Peningkatan Status Gizi Balita Melalui Peningkatan Gizi Ibu Balita dan Pemberian Makanan Tambahan Kepada Balita di Posyandu Desa Baturan, Colomadu Karanganyar Tahun 2006 Pelatihan Pembuatan Susu Kedelai Sebagai Alternatif Pengganti Susu Bagi Masyarakat di Desa Dirman Karangmojo Tasikmadu Karanganyar Tahun 2006 Pelatihan Pembuatan Kerupuk Dari Ampas Tahu Untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat di Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Tahun 2007 Penyuluhan Adopsi Teknologi (Internet) pada Usaha Kecil dan Menengah di Kab Boyolali Tahun 2008 Introduksi Alat Pemipil Jagung Manual Untuk Mempercepat Proses Pemipilan Jagung Tahun 2008

12 Penyuluhan dan pelatihan: Pemanfaatan limbah pertanian menjadi pupuk bokashi untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk anorganik di kec Delanggu Kab Klaten Tahun 2009 Diversifikasi Produk Olahan Sukun Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Di Kecamatan Karangpandan Tahun 2010 Peningkatan Kinerja Agroindustri Tampar Pisang Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Komoditi Pisang Sebagai Unggulan Di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2011 2. Anggota Pelaksana : a. Nama Lengkap dan Gelar : Fanny Widadie, SP, M.Agr b. Jenis Kelamin : Pria c. Unit Kerja : Fakultas Pertanian UNS Jurusan Agrobisnis d. Bidang Keahlian : Ekonomi Pertanian e. Tugas dalam Kegiatan : Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan dari perencanaan sampai pelaksanaan dalam kegiatan program h. Alokasi Waktu : 10 jam/minggu i. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat : 1. Pelatihan Manajemen Usaha Melalui komputerisasi Sistem Pembukuan Pada Kelompok Pertanian Organik di Kecamatan Prambanan (2011) 2. Pengolahan Kelapa Terpadu di Yogyakarta (2012)

13

14 BAB 5. HASIL YANG DICAPAI Pengabdian IbM Pengembangan Agrobisnis Jamur di Kota Surakarta ini telah dilaksanakan sejak bulan Agustus 2013. Adapun kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Sosialisasi akan diadakannya kegiatan pengabdian IbM pada kelompok tani jamur oleh tim pengabdian 2. Peninjauan lokasi tempat usaha budidaya jamur pada kedua mitra pengabdian 3. Peninjauan tempat untuk kegiatan penyuluhan kepada mitra pengabdian yang berlokasi di rumah ketua kelompok tani jamur tiram alumni 149 4. Identifikasi alat-alat yang dibutuhkan oleh mitra pengabdian 5. Mempersiapkan kegiatan penyuluhan kepada mitra pengabdian tentang produkproduk olahan jamur tiram 6. Melaksanakan kegiatan penyuluhan pengabdian jamur : a. Penyuluh untuk motivasi usaha jamur tiram : Dr.Ir. Joko Sutrisno,MS b. Penyuluh untuk produk-produk olahan berbahan baku jamur tiram : Mei Tri Sundari, SP.MSi c. Pemberian alat-alat yang dibutuhkan oleh mitra pengabdian baik untuk budidaya jamur dan untuk pegembangan usaha olahan jamur yaitu: alat pengepres baglog, paranet, ekshaust fan, termo hygrometer, spinner, handsealer d. Praktek produk-produk olahan jamur yaitu kerupuk jamur, keripik jamur, jamur krispy, abon jamur

15 BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA Setelah kegiatan penyuluhan tentang motivasi usaha jamur dan produk-produk olahan jamur dilakukan maka tahapan yang selanjutnya adalah pemantauan kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani jamur, setelah penyuluhan dan pengadaan alat-alar untuk usaha dan budidaya jamur kepada mitra : 1. Apakah mitra pengabdian semakin bersemangat dalan menjalankan budidaya jamurnya 2. Apakah alat-alat yang telah diberikan seperti: paranet, exhaust fan, termo hygrometer telah digunakan untuk memperbaiki kumbung jamurnya agar lebih sesuai untuk budidaya jamur 3. Apakah praktek produk-produk olahan jamur seperti : kerupuk jamur, keripik jamur, jamur kryspy, abon jamur telah diterapkan untuk lebih mengembangkan usaha jamurnya dan menambah pendapatan bagi kelompok tani jamur di kedua mitra pengabdian

16 BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN Pengabdian IbM Pengembangan Agrobisnis Jamur di Kota Surakarta telah dapat dijalankan dengan baik dan tanpa halangan yang berarti. Dengan kerjasama tim pengabdian yang baik dan peran serta aktif dari penyuluh/narasumber dalam kegiatan pengabdian ini maka semuanya telah berjalan sesuai yang diharapkan dan harapannya dapat memberikan manfaat bagi mitra pengabdian masyarakat dalam keberlanjutan usaha dan budidaya jamur pada kedua kelompok tani mitra. Pengabdian yang kami lakukan ini telah sampai pada tahapan dilaksanakannya kegiatan penyuluhan tentang motivasi usaha jamur dan produk-produk olahan berbahan baku jamur tiram dan untuk selanjutnya akan kami lanjutkan sampai laporan akhir pengabdian masyarakat.

17 DAFTAR PUSTAKA Kusuma, Bagus. 2009. Mengapa Visi dan Misi Perusahaan itu?. www. arthapanghuripan.blogspot.com. Diakses tanggal 13 Januari 2010 Elang Lilik Martawijaya, Mochamad Yadi Nurjayadi, Bisnis Jamur Tiram Di Rumah Sendiri

19

2. Pelatihan Pembuatan Kerupuk Jamur 20

21

3. Pelatihan Pembuatan Jamur Crispy 22

4. Pelatihan Pembuatan Keripik Jamur 23