BAB I PENGEMBANGAN AFEKTIF ANAK USIA DINI

dokumen-dokumen yang mirip
PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

TINJAUAN PUSTAKA. keterlibatan siswa pada proses belajar mengajar, untuk berani mengemukakan

KOMPETENSI GURU MADRASAH IBTIDAIYAH MENDESAIN PENILAIAN SIKAP DALAM PEMBELAJARAN SESUAI KURIKULUM 2013

MANFA NFA TUJUAN PEMBELAJARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi satu sama lain, baik antara mahluk-mahluk itu sendiri maupun

Perumusan Tujuan Instruksional

Taksonomi Perilaku. 1.mengidentifikasikan. C1 Pengetahuan Mengatahui... Misalnya: istilah, kata benda, kata kerja

Kebijakan Assessment dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Hal ini menjadi tuntutan dalam dunia

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. Model pembelajaran experiential learning merupakan model yang. perlakuan/treatment saat pembelajaran.

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

Anterior Jurnal, Volume 13 Nomor 1, Desember 2013, Hal dari rencana pendidikan. Namun perlu dicatat

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Hakekat Kemampuan Siswa Mengubah Pecahan Biasa Menjadi Pecahan Desimal Pengertian Pecahan Biasa dan Pecahan Desimal

BAB I PENDAHULUAN. Praktikum biologi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam

EMOSI DAN SUASANA HATI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS SIKAP MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BOGA PADA PRAKTIK PENYELENGGARAAN EVENT ORGANIZER

Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( )

PENGERTIAN TUJUAN PEMBELAJARAN

Makalah Afektif. Siti Hamidah. Workshop Guru-Guru MAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhannya

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

Evaluasi Belajar Siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

Aplikasi Pengetahuan

I. PENDAHULUAN. hidup sebagai komponen biotik dan makhluk tak hidup sebagai komponen

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR

ESENSI PENGETAHUAN TRANSFER PENGETAHUAN. Penerapan Pengetahuan (Application of Knowledge) 12/05/2014

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1/20

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian,

Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian Kuantitatif Deskriptif. Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Yogyakarta Berdasarkan Sifat Materinya ini dilakukan di tiga SMA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN AFEKTIF SISWA MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakikat Hasil Belajar Siswa Tentang Perubahan Wujud Benda

PENGARUH PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS MASALAH GLOBAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN PENALARAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS X

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM LESSON STUDY UNTUK MENGASAH KEMAMPUAN ANALISIS MAHASISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No. 2 April 2015 ISSN

biasa (konvensional). Dalam hal ini, efektivitas model terlihat secara signifikan ditunjukkan dari indeks determinasi penerapan kedua model terhadap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal umum yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. 1 Untuk

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB II KAJIAN TEORITIS. 1. Kemampuan pemecahan masalah matematik. tinggidankompleksdibandingkandengantipebelajarlainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian terdiri dari dua kata,

BAB V PEMBAHASAN. A. Deskripsi Pengaruh Metode Bercerita Terhadap Hasil Belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

BAB II KAJIAN TEORI. keinginan. Sedangkan menurut Sudarsono (2003:8) minat merupakan bentuk

PEDOMAN DOSEN MM WIDYATAMA

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan era globalisasi, diperlukan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB II LANDASAN TEORITIS. tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain (Jones, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS. kata communication yang dalam Kamus Inggris-Indonesia berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. organisasi atau profesi Mowday et al., dalam Shaub (1993:148).

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. siswa

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Teori. 1. Sejarah. Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, sejarah dapat diartikan

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif.

MAKALAH. Workshop Penyusunan Rubrik Penilaian Sikap Taruna Akademi Kepolisian. Oleh: Dr. Ir. Elisa Kusrini, MT, CPIM, CSCP

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional

Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin dengan mengarahkan berbagai

Penanaman Nilai-nilai Keagamaan pada Siswa. Oleh: Siti Bahiroh

PROSEDUR PENYUSUNAN INSTRUMEN NON-TEST MENGGUNAKAN SKALA LIKERT

Bab IV Konsep Pendidikan Ar-Rafi Dalam Membangun Ahlak Mulia

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1) Hasil pengamatan sikap siswa terhadap lingkungan

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Transkripsi:

BAB I PENGEMBANGAN AFEKTIF ANAK USIA DINI A. Arti Kata Afektif Kata afektif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI (2001) adalah berbagai perilaku yang berkaitan dengan perasaan, sedangkan dalam KBBI online dijelaskan bahwa afektif adalah: (1) Berkenaan dengan perasaan seperti takut, cinta; (2) mempengaruhi keadaan perasaan dan emosi; dan (3) lingkungan mempunyai gaya atau makna yang menunjukkan perasaan (tentang gaya bahasa atau makna). Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kata afektif berarti adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan perasaan, seperti rasa cinta, benci, takut. B. Taksonomi Ranah Afektif Taksonomi ranah afektif yang paling luas dipakai adalah hasil rumusan Krathwohl, Bloom dan Masia yang disusun pada tahun 1964 (Supratiknya, 2012). Taksonomi ini mengklasifikasikan emosi atau perasaan siswa terhadap aneka pengalaman belajar yang diperolehnya di dalam maupun di luar kelas atau cara siswa menanggapi orang, benda atau situasi dengan menggunakan perasaannya. Emosi atau perasaan yang dimaksud meliputi sikap, minat, perhatian, kesadaran, nilai, apresiasi, hierarkis mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks dan yang tercermin dalam aneka bentuk perilaku siswa. Taksonomi tujuan pengajaran ranah afektif dapat dilihat pada tabel 1. 1

Tabel 1. Taksonomi Tujuan Pengajaran Ranah Afektif (Krathwohl, Bloom dan Masia dalam Supratiknya, 2012) Taraf Kemampuan Mau menginternalisasikan nilai-nilai (karakterisasi) Memiliki suatu sistem nilai yang dijadikan pedoman berperilaku, sehingga perilaku menjadi konsisten, bisa diprediksikan dan yang terpenting menjadi ciri atau karakteristik pribadi yang bersangkutan (Internalizing Values) Uraian Mau menunjukkan perilaku yang dikendalikan oleh suatu sistem nilai Kata Kunci: bertindak, menunjukkan, memperaktekkan, memodifkasikan, mendengarkan, mengusulkan, mengajukan pertanyaan, memverifikasikan, memberikan layanan Contoh: menunjukkan kemandirian saat mengerjakan sesuatu secara mandiri. Mampu bekerja sama dalam aktivitas kelompok. Menerapkan pendekatan sasaran (objective approach) dalam memecahkan masalah. Menunjukkan komitmen terhadap etika dalam praktik sehari-hari. Mau mengubah pendapat dan perilaku menyesuaikan diri dengan buktibukti baru. Meghargai orang lain apa adanya, bukan berdasarkan penampilan mereka. Mau mengorganisasikan nilainilai Mengorganisasikan nilai ke dalam skala prioritas (mengurutkan dari yang paling penting/bernilai sampai yang paling kurang penting/kurang bernilai) dengan cara membandingkan berbagai nilai yang berbeda, mengatasi konflik-konflik yang terjadi antar nilai-nilai yang berbeda tersebut Mau mengorganisasikan nilai-nilai mengikuti urutan prioritas tertentu Kata Kunci: menggabungkan, membandingkan, mempertahankan, menjelaskan, merumuskan, menggeneralisasikan, mengintegrasikan, memodifikasi,mengorganisasikan, menyintesiskan Contoh: menyadari pentingnya menyeimbangkan antara kebebasan dan tanggung jawab. Mau 2

dan akhirnya mampu menciptakan suatu sistem nilai yang khas bagi dirinya (Organization) bertanggung jawab atas tindakannya. Menjelaskan fungsi perencanaan sistematis dalam pemecahan masalah. Mau menerima dan mengikuti aneka standar etika profesi. Mampu menyusun rencana masa depan selaras dengan kemampuan, minat dan keyakinan pribadi. Mampu mengatur waktu secara efektif untuk memenuhi kebutuhan belajar dan bermain dengan teman Mau memberikan nilai/mau memandang bernilai, mulai dari sekedar menerima sesuatu sebagai bernilai sampai menunjukkan komitmen yang lebih kompleks. Kemampuan ini didasari oleh internalisasi terhadap serangkaian nilai-nilai spesifik tertentu (valuing) Mau memberikan nilai pada sesuatu Kata Kunci: menunjukkan, menjelaskan, mengikuti, mempersilakan, memberikan pembenaran, mengusulkan, memilih, mempelajari Contoh: menunjukkan keyakinan tentang keunggulan proses yang demoktratis. Peka terhadap keberagaman individu maupun budaya. Menunjukkan kemampuan memecahkan aneka masalah. Mau mengusulkan suatu rencana perbaikan kehidupan bersama dan mengikutinya dengan penuh komitmen Mau memberikan respon terhadap fenomena tertentu, meliputi mau berpartisipasi aktif, mau memberikan perhatian dan reaksi terhadap fenomena tertentu. Hasil belajar yang ditekankan : mau menjawab dan merasakan kepuasan dengan memberikan respon (Responding to Phenomena) Mau berperan aktif dalam kegiatan belajar, berpartisipasi Kata Kunci: mau menjawab, memberikan bantuan, mau mengikuti perintah, memberi salam, mau membantu, mau melakukan, memilih Contoh: mau berpariispasi dalam diskusi kelas. Mau memberikan 3

Mau menerima fenomena tertentu, yaitu mau menyadari, mau mendengarkan atau mau memberikan perhatian (Receiving Phenomena) presentasi di depan kelas. Mau mengajukan pertanyaan tentang aneka gagasan, konsep model yang baru di dengar untuk lebih memahaminya. Mengetahui aturan tentang kebersihan dan mau mematuhinya Mau menyadari, menunjukkan kemauan untuk mendengarkan Kata Kunci: bertanya, memilih, mendeskripsikan, mengikuti, memberikan, menyebut nama, menunjuk, duduk, menjawab pertanyaan Contoh: mendengarkan guru atau teman dengan rasa hormat. Mendengarkan dan mengingat nama orang atau teman baru yang diperkenalkan Taksonomi tujuan pengajaran ranah afektif menurut Krathwohl, Bloom, dan Masia di atas dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1. Taksonomi Ranah Afektif (Krathwohl, Bloom dan Masia, 1964) 4

Lebih lanjut dijelaskan bahwa beberapa sikap bersifat eksplisit dalam arti kita sadar akan sikap mengenai hal tertentu, dan sikap ini membentuk keputusan berikut tindakan yang kita disadari serta dapat diukur menggunakan kuesioner laporan diri (self report). Sementara sikap-sikap lainnya bersifat implisit dalam arti kita tidak menyadarinya namun sikap ini memberikan pengaruh pada kita melalui cara-cara yang tidak kita kenali, dan biasanya diukur dalam berbagai cara pengukuran tidak langsung. Slameto (1995) mengatakan bahwa sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan. Sikap terbentuk melalui bermacam-macam cara, antara lain: a. Melalui pengalaman yang berulang-ulang atau dapat pula melalui suatu pengalaman yang disertai perasaan yang mendalam (pengalaman traumatik) b. Melalui imitasi (peniruan), yang dapat terjadi tanpa disengaja dapat pula dengan sengaja. Apabila peniruan terjadi dengan sengaja, individu harus mempunyai minat dan rasa kagum terhadap model yang diimitasi. Selain itu, diperlukan pula pemahaman dan kemampuan untuk mengenal dan mengingat model yang hendak ditiru. Peniruan akan terjadi lebih lancar apabila dilakukan secara kolektif daripada perorangan c. Melalu sugesti (pengaruh), disini seseorang membentuk suatu sikap terhadap objek tanpa suatu alasan dan pemikiran yang jelas, tetapi semata-mata karena pengaruh yang datang dari seseorang atau sesuatu yang mempunyai wibawa dalam pandangannya d. Melalui identifikasi, di sini seseorang melakukan peniruan atas dasar keterikatan emosional. Identifikasi didasari oleh kecenderungan untuk menyamai objek yang ditiru. Identifikasi seperti ini sering terjadi antara anak dengan orangtuanya. 2. Minat Hurlock (1995) mengatakan bahwa minat (interest) merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Apabila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat dan merasa puas. Akan tetapi, apabila kepuasan berkurang, minat juga berkurang. Pendapat lain dikemukakan oleh Slameto (1995) yang mengatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri 6