Menurut Borroret al (1992) serangga berperan sebagai detrivor ketika serangga memakan bahan organik yang membusuk dan penghancur sisa tumbuhan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anggapan ini terbentuk berdasarkan observasi para ahli akan keanekaragamannya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hymenoptera. Ordo Hymenoptera memiliki ciri-ciri empat sayap yang tipis

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya

BAB I PENDAHULUAN. mereka berukuran kecil, mereka telah menghuni setiap jenis habitat dan jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu

BAB I PENDAHULUAN. satu keaneragaman hayati tersebut adalah keanekaragaman spesies serangga.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melebihi 80% dari hewan yang ada di dunia (Grimaldi dan Engel,

TAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid.

I. PENDAHULUAN. Dampak penambangan yang paling serius dan luas adalah degradasi, kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati hidupan liar lainnya (Ayat, 2011). Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan dan hewan yang sangat tinggi (mega biodiversity). Indonesia terletak di

TINJAUAN PUSTAKA Serangga Ordo Hymenoptera

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

TINJAUAN PUSTAKA. Parasitoid

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan beberapa kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia. sumber daya alam dan dapat dijadikan laboratorium alam.

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki luas wilayah lebih dari 7,2 juta km 2 yang merupakan

I. PENDAHULUAN. memiliki keanekaragaman spesies tertinggi di dunia, jumlahnya lebih dari

I. PENDAHULUAN. pertanian organik dan sistem pertanian intensif (Notarianto, 2011). Salah satu desa

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan medium atau substrat tempat hidup bagi komunitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. bawah, biasanya pada pelepah daun ke Satu tumpukan telur terdiri dari

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Ekologi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea

SKRIPSI. Oleh : Siti Latifatus Siriyah Nim :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah tepatnya di kabupaten Karanganyar. Secara geografis terletak

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada 8000 SM yaitu ke Pulau Solomon, Hebrida Baru dan Kaledonia Baru.

A. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan tanaman pinus. Pinus yang memiliki klasifikasi berupa : Species : Pinus merkusii (van Steenis, et al., 1972).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastropoda atau dikenal sebagai siput merupakan salah satu kelas dari filum

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Primak et al, tahun 1998 bahwa Indonesia merupakan daerah yang

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya hutan dalam dasawarsa terakhir dihadapkan pada

Pendahuluan: Konsep-konsep Dasar Ekologi Manusia. Tim Pengajar MK Ekologi Manusia Tujuan Pengajaran

Ekologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari hubungan timbal balik antara makluk hidup dan lingkungannya. Kata ekologi pertama diusulkan

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah Brazil dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dunia dan akhirat sebagai wahyu ilahi, di dalam Alqur an banyak berisi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Identifikasi Serangga Pada Perkebunan Apel Semiorganik dan Anorganik Desa Poncokusumo Kabupaten Malang.

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. migran. World Conservation Monitoring Centre (1994) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Arthropoda merupakan filum terbesar dalam dunia Animalia yang mencakup serangga, laba-laba, udang,

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

BAB I PENDAHULUAN. negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Pulau yang satu dengan

Oleh. Firmansyah Gusasi

KEHATI & KLASIFIKASI KELAS LINTAS MINAT

I. PENDAHULUAN. pantai yang mempunyai arti strategis karena merupakan wilayah terjadinya

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengeksplor kekayaan alam Indonesia. kehendak Allah SWT yang tidak ada henti-hentinya memberikan keindahan

Mata Kuliah Parasit dan Penyakit Ikan. Insects dan Arachnids

Biogeografi Daluga Untuk Prospek Ketahanan Pangan Nasional

I. PENDAHULUAN. ekosistem asli (alami) maupun perpaduan hasil buatan manusia yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan bagi masyarakat Indonesia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini, dikenal dua sistem pertanian yaitu pertanian intensif dan

II. Tinjuan Pustaka. A. Bulu Babi Tripneustes gratilla. 1. Klasifikasi dan ciri-ciri

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae; Subkingdom:

I. PENDAHULUAN pulau dengan luas laut sekitar 3,1 juta km 2. Wilayah pesisir dan. lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, subsektor perkebunan mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembentukan, peruntukan, dan perkembangannya ditujukan untuk memenuhi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangga masuk dalam filum Arthropoda dan kingdom Animalia yang memiliki keragaman Spesies terbesar dibandingkan dengan binatang yang lain yaitu hampir 75% dari total binatang yang hidup di dunia (Listiani, 2008). Serangga telah hidup di bumi kira-kira 350 juta tahun yang lalu, dibandingkan dengan manusia yang kurang dari dua juta tahun yang lalu. Selama kurun ini mereka telah mengalami evolusi dalam beberapa hal dan dapat menyesuaikan kehidupan pada hampir setiap tipe habitat (Borror et al., 1992). Menurut Adebanjo (2012) serangga memiliki integumen yang kuat dan ringan, membentuk kulit luar yang digunakan untuk melindungi organ yang ada di dalam tubuhnya. Kulit luar dari serangga biasanya dilapisi oleh lapisan kitin yang berguna untuk mencegah hilangnya air dari dalam tubuh karena adanya penguapan.hal ini, merupakan bagian yang penting bagi binatang khususnya yang bertubuh kecil yang hidup di darat. Serangga memiliki banyak peran di dalam berbagai ekosistem, termasuk sebagai perombak bahan organik, pamakan tumbuhan, parasitoid, predator dan penyerbuk. Sebagai penyerbuk, serangga memiliki peran sangat strategi dalam dalam mempertemukan serbuk sari (polen) dengan putik (calon buah) sehingga terjadi pembuahan. Tanpa proses polinasi tidak pernah ada pembentukan buah dan secara ekosistem tidak terjadi regenerasi tumbuhan.serangga yang berperan sebagai penyerbuk, melakukan proses penyerbukan lebih dari seperempat juta Spesies tanaman yang ada di dunia. Untuk itu tanpa adanya serangga maka keseimbangan lingkungan dan ekosistem global tidak akan terjaga. Peranan lain serangga adalah sebagai Herbivora, Predator, dekomposer dan parasitoid juga sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem(mcgavin, 2007). 12

Menurut Borroret al (1992) serangga berperan sebagai detrivor ketika serangga memakan bahan organik yang membusuk dan penghancur sisa tumbuhan. Selain itu, serangga juga berperan bioindikator dalam memantau perubahan lingkungan serta kesehatan dan kelestarian dari hutan baik pada ekosistem perairan maupun terestrial.serangga sebagai bioindikator sangat penting untuk menggambarkan adanya keterkaitan dengan kondisi faktor biotik dan abiotik lingkungan. Indonesia memiliki puluhan ribu Spesies serangga sebagai predator dan Spesies sebagai parasitoid (ubaidillah & perscom, 2015). Hymenoptera merupakan salah satu dari 4 Ordo terbesar dalam serangga(lasalle and Gauld, 1993).Ordo Hymenoptera, SuperFamiliChalcidoidea merupakan SuperFamili kedua terbesar di dalam Ordo ini, diperkirakan terdapat sekitar 21 ribu Spesies (Boucek, 1988; Noyes, 1989).Kebanyakan dari Famili ini adalah parasitoid, fitofag dan terdapat pula predator bagi serangga yang lain (Boucek, 1988; Noyes, 1989; Arias, 2003). Saat ini, Ordo Hymenoptera memiliki lebih dari 80 Famili dan lebih dari 115 ribu Spesies yang telah dilakukan proses identifikasi. Hymenoptera memiliki dua Subordo, masing-masing adalah Symphyta dan Apocrita, dan pada Subordo Symphyta mempunyai ciri khusus yaitu memiliki venasi sayap lebih terikat sempurna dan tidak ada penyempitan pada abdomen pada ruas kedua, dan sering disebut dengan Subordo Hymenoptera primitif. Subordo Apocrita mempunyai ciri khas yaitu venasi sayap lebih sederhana dan ada penyempitan pada bagian abdomen ruas ke dua (Goulet & Hubert, 1993). FamiliChalcididae memiliki karakter tubuh yang mudah untuk dikenali dibandingkan dengan Famili dari Ordo Hymenoptera yang lain, antara lain tubuh yang kokoh dan sebagian berukuran besar, berwarna hitam atau berwarna kemerahan dengan tanda berupa guratan berwarna kuning, memiliki femur pada kaki belakang yang membesar, memiliki bagian perut yang bergerigi, tibia belakang melengkung untuk menopang femur, prepectus lebih kecil dari tegula, propodeum sebagian besar areolate, mesepisternum dengan bagian yang menonjol pada bagian ventral dibatasi carina epocnemial anterior. Karakter ini juga ditemukan pada Famili lain seperti Eurytomidae, Leucospidae dan Torymidae 13

tetapi tidak pernah terjadi kombinasi diantara karakter- karakter tersebut (Boucek, 1988 ;Lotfalizadeh et al., 2012). Sulawesi adalah salah satu pulau yang memiliki keragaman flora dan fauna yang melimpah.salah satu bagian pulau yang memiliki keanekaragaman tinggi adalah Sulawesi Tenggara (LIPI, 2014). Salah satu bagian pulau yang melimpah adalah Sulawesi Tenggara. Karena, memiliki berbagai tipe ekosistem yang membentuk kawasan konservasi dan berbagai tipe ekosistem antara lain ekosistem perairan laut, pesisir pantai dan terestrial. Berbagai flora dan fauna (dilindungi maupun tidak dilindungi) yang dominan di kawasan konservasi Provinsi Sulawesi Tenggara (Anonime, 2014).Penelitian parasitoid Hymenoptera baru di lakukan oleh beberapa peneliti termasuk Noyes (1989) Ubaidillah (2006) dan Ubaidillah dan Kojima (2006). Pegunungan Mekongga terdapat pada wilayah barat Sulawesi Tenggara, yaitu wilayahnya terletak di tiga Kabupaten. Sebelah utarawilayah Kabupaten Kolaka Utara, Sebelah timurwilayah Kabupaten Konawe, Sebelah selatan wilayah Kabupaten Kolaka. Mekongga adalah kawasan pegunungan yang memiliki tipe karst dan berada pada dataran tinggi yang merupakan kawasan dengan ciri khas yang spesifik dan menggambarkan berbagai jenis fauna dan flora yang hidup pada ketinggian yang bebeda. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka beberapa permasalahan yang hendak dikaji dalam penelitian ini yaitu: 1. Informasi keanekaragaman Spesies parasitoid Hymenoptera di Indonesia dan khususnya di Sulawesi masih sangat terbatas 2. Informasi hubungan antara serangga fitophagous dengan entomophagous (parasit) sangat sedikit khususnya kelompok Chalcididae yang merupakan komponen ekosistem yang sangat penting dalam dinamika ekosistem terkait. Serangga entomophagous (parasitoid) berperan penting didalam menjaga keseimbangan dinamika ekosistem tersebut karena entomophagous akan mengendalikan populasi fitophagous oleh karena itu pengetahuan 14

keanekaragaman Chalcididae sangat diperlukan untuk konservasi ekosistem hutan. 3. Bagaimana pola penyebaran anggota SpesiesChalcididae pada ekosistem di lokasi penelitian kawasan Gunung Mekongga, Desa Tinukari, Kecamatan Wawo, Kabupaten kolaka utara provinsi sulawesi tenggara? 4. Bagaimana proses identifikasi dari FamiliChalcididae sampai dengan Genus dan Spesies sebagai alat bantu untuk pengenalan keanekaragaman Spesies di kawasan Gunung Mekongga Desa Tinukari Kecamatan Wawo Kabupaten Kolaka Utara Provinsi Sulawesi Tenggara? C. Tujuan Tujuan penelitian ini antara lain: 1. Memahami pola penyebaran anggota SpesiesChalcididae pada ekosistem dari berbagai ketinggian di lokasi penelitian kawasan Gunung Mekongga, Desa Tinukari, Kecamatan Wawo, Kabupaten kolaka utara provinsi sulawesi tenggara. 2. Membuat alat bantu identifikasi dari FamiliChalcididae sampai dengan Genus dan Spesies untuk pengenalan keanekaragaman Spesies di kawasan Gunung Mekongga Desa Tinukari Kecamatan Wawo Kabupaten Kolaka Utara Provinsi Sulawesi Tenggara? D. Hipotesis Anggota Superfamili Chalcidoidea, Famili Chalcididae yang dapat ditemukan adalah Subfamili Chalcidinae, Haltichellinae, Dirhininae, Epitraninae yang memiliki penyebaran yang mengelompok pada ketinggian tertentu sehingga dapat menggambarkan habitat spesifik pada setiap Spesies. E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain 1. Mengetahui Informasi keanekaragaman Spesies parasitoid Hymenoptera di Indonesia dan khususnya di Sulawesi yang masih sangat terbatas 15

2. Mengetahui Informasi hubungan antara serangga fitophagous dengan entomophagous (parasit) kelompok Chalcididae yang merupakan komponen ekosistem. Serangga entomophagous (parasitoid) berperan penting didalam menjaga keseimbangan dinamika ekosistem tersebut karena entomophagous akan mengendalikan populasi fitophagous 3. Memiliki pengetahuan tentang bagaimana metode identifikasi terutama untuk tingkat Spesies, Genus dan FamiliChalcididae yang dilakukan dengan bimbingan ahli. 4. Mengetahui persebaran SpesiesChalcididae sebagai landasan untuk konservasi dan pemanfaatan Spesies parasitoids sebagai agen pengendali serangga hama (Biological control) di kawasan Sulawesi tenggara. 5. Data Spesies dan persebaran Chalcididae sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut dalam pengelolaan menajemen konservasi. 16