KUALITAS MINYAK BIJI KARET SEBAGAI MINYAK PANGAN ALTERNATIF PASCA PENGHILANGAN HCN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PERENDAMAN DAN PEREBUSAN TERHADAP KADAR HCN PADA BIJI KARET

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH GORENGAN DAN INTENSITAS PENGGORENGAN TERHADAP KUALITAS MINYAK GORENG

BAB I PENDAHULUAN. Minyak adalah satu bentuk umum senyawa kimia yang tidak bisa

OPTIMATION OF THE INCUBATION TIME FOR ENZYMATIC PRODUCTION OF COCONUT OIL USING THE FRUIT S LATEX OF Carica papaya L

Bab IV Hasil dan Pembahasan

I. PENDAHULUAN. dalam rangka pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Minyak goreng berfungsi

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

Ekstraksi Biji Karet

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi. Rendemen (%) 1. Volume Pelarut n-heksana (ml)

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Perbedaan minyak dan lemak : didasarkan pada perbedaan titik lelehnya. Pada suhu kamar : - lemak berwujud padat - minyak berwujud cair

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN

UJI KADAR AIR DAN ASAM PEROXIDA PADA MINYAK KELAPA TRADISIONAL (Studi Kasus Masyarakat di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo)

PENGARUH TEMPERATUR DAN F/S TERHADAP EKSTRAKSI MINYAK DARI BIJI KEMIRI SISA PENEKANAN MEKANIK

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

KELAPA SAWIT dan MANFAATNYA

TINJAUAN PUSTAKA. kelapa dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Salah satu bagian

BAB I PENDAHULUAN. Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

PEMBUATAN MINYAK KELAPA SECARA ENZIMATIS MENGGUNAKAN RIMPANG JAHE SEBAGAI KATALISATOR

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

11/14/2011. By: Yuli Yanti, S.Pt., M.Si Lab. IPHT Jurusan Peternakan Fak Pertanian UNS. Lemak. Apa beda lemak dan minyak?

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

BAB I PENDAHULUAN. alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN

METANA. Juni 2017 Vol. 13(1):13-22 ISSN: EISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

PROSES PEMBUATAN MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI-DESTILASI DENGAN PELARUT N-HEXAN DAN PELARUT ETANOL

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

BAB II PUSTAKA PENDUKUNG. Ketersediaan energi fosil yang semakin langka menyebabkan prioritas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. Halaman. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii PENDAHULUAN...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENGARUH FREKUENSI PENGGORENGAN TERHADAP ANGKA ASAM DAN PEROKSIDA MINYAK JELANTAH DARI KREMES YANG DITAMBAHKAN TEPUNG KUNYIT

BAB 1 PENDAHULUAN. jalan beragam. Contoh yang paling sering ditemui adalah pecel lele dan gorengan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. yang berasal dari bagian biji pada kebanyakan tanaman lebih banyak. diantaranya adalah daun singkong (Manihot utilisima).

BAB I PENDAHULUAN. Makanan gorengan menjadi hal yang tidak terlepas dari konsumsi masyarakat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANGKA PEROKSIDA PADA MINYAK KELAPA HASIL OLAHAN TRADISIONAL DAN HASIL OLAHAN DENGAN PENAMBAHAN BUAH NANAS MUDA

EKA PUTI SARASWATI STUDI REAKSI OKSIDASI EDIBLE OIL MENGGUNAKAN METODE PENENTUAN BILANGAN PEROKSIDA DAN SPEKTROFOTOMETRI UV

HIDROLISIS MULTI STAGE DAN ACID PRE-TREATMENT UNTUK PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI KARET

Korelasi Antara Kadar Air pada Kernel Terhadap Mutu Kadar Asam Lemak Bebas Produk Palm Kernel Oil

A. Judul Praktikum : Uji Keasaman Minyak (Uji Lipid) B. Tujuan Praktikum : untuk mengetahui sifat Asam dan Basa Minyak. C. Latar Belakang : Lipid

Seminar Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Kimia UNDIP 2009

BAB I PENDAHULUAN. Gorengan adalah produk makanan yang diolah dengan cara menggoreng

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN MARGARIN TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Judul PEMBUATAN MINYAK DARI SANTAN KELAPA DENGAN FERMENTASI. Kelompok B Pembimbing

BAB I PENDAHULUAN. (Theobroma cacao) dan biasa digunakan sebagai komponen utama dari coklat

BAB I PENDAHULUAN. antar jenis tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Gaya hidup modern turut mengubah pola makan masyarakat yang

OPTIMASI KONVERSI BIODIESEL DARI MINYAK BIJI KARET MENGGUNAKAN KATALIS ZEOLIT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI. lipids are those substances which are

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penentuan Bilangan Asam dan Bilangan Penyabunan Sampel Minyak atau Lemak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pangan yang digunakan untuk menghasilkan minyak goreng, shortening,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kerusakan bila teroksidasi oleh udara dan suhu tinggi, demikian pula beta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau santan dalam sayur-sayuran. Minyak kelapa murni mengandung asam laurat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak merupakan triester asam lemak dengan gliserol. Trigliserida alami

BAB I PENDAHULUAN. Prarencana Pabrik Keju Cheddar Substitute I-1

Transkripsi:

Kualitas minyak biji karet sebagai minyak pangan alternative pasca penghilangan HCN Rizka Karima KUALITAS MINYAK BIJI KARET SEBAGAI MINYAK PANGAN ALTERNATIF PASCA PENGHILANGAN HCN Quality of Crued Rubber Seeds Oil for Alternative Edible Oil after HCN Reduction Rizka Karima Balai Riset dan Standardisasi Industri Banjarbaru Jl. P. Batur Barat No.2.Telp.0511-4772461, 4774861 Banjarbaru E-mail : baristand.banjarbaru@gmail.com Diterima 05 Oktober 2015 disetujui 18 Nopember 2015 ABSTRAK Biji karet (Hevea brasiliensis) memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan, karena biji karet memiliki kandungan lemak atau minyak yang tinggi sehingga minyak tersebut dapat dimanfaatkan salah satunya menjadi minyak pangan. Namun, kendala yang dihadapi adalah adanya senyawa racun yang terdapat pada biji karet yaitu asam sianida (HCN) yang sangat berbahaya jika masuk ke dalam tubuh. Asam sianida pada biji karet dapat dikurangi melalui proses pengolahan seperti perendaman dan perebusan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kualitas minyak biji karet yang dihasilkan. Minyak biji karet dibuat setelah racun HCN dihilangkan dengan cara perendaman dan perebusan. Rata-rata rendemen minyak biji karet yang dihasilkan adalah 20,13%. Pengujian kualitas dilakukan dengan beberapa parameter utama pada minyak yaitu komposisi asam lemak, bilangan asam, bilangan peroksida dan bilangan iod. Total kadar asam lemak jenuh sebesar 14,1% dan asam lemak tak jenuh sebesar 85,9%, rata-rata nilai bilangan asam adalah 4,19 mgkoh/g, bilangan peroksida 11,17 MeqO/kg dan bilangan iod 140 g iod/100 g. Hasil ini menunjukkan kualitas minyak yang baik untuk minyak pangan jika dibanding dengan standar. Kata kunci: biji karet, minyak biji karet, minyak pangan ABSTRACT The rubber seeds (Hevea brasiliensis) can be used because rubber seed contains a high fat or oil contain so that it can be utilized as being edible oil. However, the problem is the presence of Hydrogen Cyanide (HCN) toxic compound in the rubber seeds which is so dangerous. Cyanide acid it can be reduces with soaking and boiling process. The purpose of this research were to known quality of rubber seeds. Rubber seeds oil was produced after HCN content was reduced. Mean yield of rubber seeds was 20,13%. Quality testing is done with a few key parameters on which oil fatty acid composition, acid number, peroxide number and iodine number. Total saturated fatty acid content was 14.1% and an unsaturated fatty acid was 85.9%, the mean value of the acid number was 4.19 mgkoh / g, peroxide value MeqO 11.17 / kg and iodine number of 140 g iodine / 100 g. These results indicate that good quality oil for edible oils when compared with the standard. Keywords : rubber seeds, rubber seeds oil, edible oil I. PENDAHULUAN Kalimantan Selatan merupakan salah satu provinsi penghasil karet (Hevea brasilliensis) di Indonesia dengan luas mencapai ± 239.442 ha pada tahun 2012. Hingga saat ini pemanfaatan secara umum dilakukan hanyalah sebatas pengambilan getah dari batang karet atau yang sering disebut dengan menyadap, sedangkan bagian pohon karet yang lain seperti biji karet, hanya menjadi produk sampingan yang belum termanfaatkan secara maksimal, padahal dalam 1 ha kebun karet bisa menghasilkan minimal 5000 biji karet (Indrawan, 2013). Kandungan gizi dalam 17

Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.7, No.2, Des 2015: 17 22 biji karet cukup tinggi, sehingga minyak tersebut potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku minyak pangan. Apalagi mengingat harga minyak pangan saat ini cukup tinggi dan tak terjangkau oleh beberapa kalangan masyarakat. Pemanfaatan biji karet yang sejauh ini dilakukan di wilayah Kalimantan adalah sebagai ransum atau pakan ternak. Menurut Siahaan et al (2012) beberapa penelitian terdahulu daging biji karet mempunyai komposisi kimia dengan kandungan lemak atau minyak berkisar 40-50%. Minyak tersebut dapat dihasilkan dengan proses ekstraksi menggunakan pelarut atau dengan cara press hidrolik dengan tekanan 8,5 ton, namun di dalam biji karet terdapat zat beracun yang jika terhidrolisis akan membentuk asam sianida (HCN). Oleh sebab itu perlu dilakukan perlakuan awal untuk menghilangkan racun tersebut (Saridjo, 2012). Penelitian awal telah dilakukan proses penghilangan racun HCN pada pengolahan minyak biji karet dengan cara perendaman dan perebusan, dengan hasil penurunan kadar HCN paling optimal pada perendaman selama 24 jam dilanjutkan perebusan selama 1,5 jam dengan kadar HCN awal sebesar 111,19 mg/l dan kadar HCN setelah perlakuan tersebut sebesar 1,93 mg/l. Minyak yang dihasilkan dari proses ekstraksi biji karet merupakan minyak nabati yang dapat dimanfaatkan sebagai minyak pangan atau minyak makan, baik berupa minyak goreng atau margarin. Sebelum proses ekstraksi dilakukan terlebih dahulu dilakukan proses perendaman dan perebusan untuk menghilangkan racun berupa HCN dalam biji karet tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kualitas minyak biji karet setelah proses penghilangan racun. II. BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan adalah biji karet yang diambil dari perkebunan karet milik warga Barabai - Kalimantan Selatan. Bahan penolong antara lain air dan bahanbahan kimia (AgNO 3, NaOH dan Asam sitrat). Alat yang digunakan adalah, alat pengupas biji, alat destilasi, alat press minyak, Gas Chromatografi, dan alat-alat gelas laboratorium. Biji karet terlebih dahulu dikupas dan dihancurkan agar pori-pori permukaan biji karet lebih besar. Setelah itu dilakukan perendaman di dalam wadah selama 24 jam, lalu dilakukan perebusan untuk menghilangkan racun HCN selama 1,5 jam. Hasil perebusan kemudian dikeringkan. Setelah biji karet kering dilakukan pengepresan untuk mendapatkan minyak biji karet, kemudian minyak yang dihasilkan diujikan kualitasnya. Komposisi asam lemak diuji dengan menggunakan alat Gas Chromatografi (GC), sedangkan bilangan asam, bilangan peroksida dan bilangan iod menggunakan metode titrimetri. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Biji karet memiliki kandungan senyawa toksik amigladin dan dhurin. Menurut Ketaren (2005), dari hidrolisis amigladin dan dhurin akan terbentuk asam sianida (HCN) ketika sampel ditambahkan air. Berdasarkan penelitian sebelumnya (Karima, 2015), bahwa proses perendaman biji karet yang tepat adalah selama 24 jam kemudian perebusan selama 1,5 jam. Maka dari itu proses pembuatan minyak biji karet pada penelitian ini dilakukan dengan tahapan tersebut. Biji karet mentah mempunyai kadar HCN sebesar 111,19 mg/kg. Setelah dilakukan perlakuan pada kondisi optimal seperti diatas, kadar HCN memilki penurunan sebesar 98,26 % yaitu menjadi 1,93 mg/kg. Batas aman kandungan HCN adalah sekitar 0,5-3,5 mg HCN/kg berat bahan (Ketaren, 2005). Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Lemak Pada Biji Karet No 1 2 Contoh Uji Biji Karet Mentah (sebelum perlakuan) Biji Karet Setelah Perlakuan Pengujian 1 2 Jumlah Rata-rata Kadar Lemak (%) 40,16 40,08 80,24 40,12 25,40 25,30 50,70 25,35 18

Kualitas minyak biji karet sebagai minyak pangan alternative pasca penghilangan HCN Rizka Karima Tabel Ulangan 2. Rendemen Perolehan Minyak Dari Biji Karet Bobot Biji Karet (g) Minyak Biji Karet (g) Rendemen (%) 1 90 20 22,22 2 77,5 15 19,35 3 79,6 15 18,84 Rata-rata 20,13 Biji karet mengandung 40%-50% minyak, yang terdiri atas 17%-22% asam lemak jenuh dan 77%-82% asam lemak tak jenuh (Swern, 1994). Menurut Ikwuagwu et al (2000) kadar lemak total dalam biji karet mentah adalah 45,63%. Pada Tabel 1 kadar lemak mentah yang diperoleh sesuai dengan teoritis yaitu sebesar 40,12%, sedangkan kadar lemak yang telah diberikan perlakuan perendaman dan perebusan yang optimal untuk mengurangi kadar HCN diperoleh hanya sebesar 25,35%. Terjadi penurunan kadar lemak dari kadar lemak awal sebesar 36,81%, sedangkan menurut Novia et al (2009) dalam biji karet kering yang sudah dijemur selama dua hari mengandung kadar lemak sebesar 15,3%. Proses pengambilan minyak dari biji karet dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan ekstraksi, rendering (krengseng) dan press hidrolik, pada penelitian ini dilakukan dengan cara press hidrolik agar diperoleh minyak lebih praktis dan maksimal (Novia et al, 2009) 3.1 Rendemen Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa rendemen minyak biji karet yang dihasilkan yaitu sebesar 20,13%, nilai ini lebih kecil dari kadar lemak total yang diperoleh yaitu 25,35%, hal ini disebabkan pada saat pengambilan minyak hasil press, tidak semua minyak yang dihasilkan dapat diambil, tapi sebagian masih menempel di alat dan bercampur dengan biji karet hasil press. Selain itu kualitas biji karet yang diperoleh juga tidak terlalu baik. Ada 3 faktor yang mempengaruhi mutu minyak biji karet, yaitu (Edison et. al., 1982): 1. Kualitas dan kemurnian bahan baku. Adanya bahan asing atau biji yang berkualitas jelek yang tercampur dalam bahan baku pada proses, akan menyebabkan minyak cepat rusak dan berbau. 2. Usia Biji. Biji karet yang usianya cukup tua akan menghasilkan minyak yang lebih baik kuantitas dan kualitasnya dibanding dengan biji karet yang lebih muda. 3. Kadar air yang terkandung dalam biji karet. Biji karet yang terlalu lama disimpan akan mengandung kadar air yang tinggi, sehingga dapat menghasilkan minyak dengan mutu yang kurang baik. 3.2 Komposisi Asam Lemak Tabel 3. Hasil Pengujian Komposisi Asam Lemak pada Minyak Biji Karet Parameter Uji Asam Lemak Jenuh : Kadar Asam Lemak (%) Butrik (C4) 0 Kaproik (C6) 0 Kaprilat (C8) 0 Kaprat (C10) 0 Laurat (C12) 0 Miristat (C14) 0,09 Palmitat (C16-0) 7,41 Stearat (C18-0) 6,60 Asam Lemak Tidak Jenuh : Oleat (C18-1) 20,6 Linoleat (C18-2) 36,6 Linolenat (C18-3) 28,7 Pada Tabel 3 dapat dilihat hasil perolehan pengujian komposisi asam lemak dari minyak biji karet diperoleh total lemak jenuh sebesar 14,1% dan total lemak tidak jenuh sebesar 85,9%, hal ini menunjukkan bahwa minyak biji karet yang diperoleh berkualitas baik karena asam lemak tidak jenuh dapat meningkatkan kolesterol baik dalam darah yang bisa menurunkan resiko serangan jantung, dapat menurunkan kadar insulin dalam 19

Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.7, No.2, Des 2015: 17 22 darah serta menurunkan tekanan darah (Wulan, 2011). Setyawardhani et al (2010) mengemukakan komposisi asam lemak dari biji karet terdiri atas asam palmitat 13,11%, asam stearat 12,66%, asam arachidat 0,54%, asam oleat 39,45%, asam linolenat 33,12% dan sisanya adalah asam lemak lain, nilai dari asam lemak jenuh yang dihasilkan dari penelitian tersebut lebih tinggi dari pada hasil yang diperoleh dalam penelitian ini. Hal ini dapat dikarenakan proses pengolahan dan penyimpanan minyak biji karet karena pembentukan asam lemak jenuh dapat dipengaruhi oleh pemanasan minyak atau penyimpanan minyak yang terlalu lama yang menyebabkan minyak tersebut teroksidasi (Rohman et al, 2007) Berdasarkan pada hasil pengujian komposisi asam lemak di atas, menunjukkan bahwa minyak biji karet yang dihasilkan sangat baik jika digunakan sebagai bahan baku minyak pangan (edible oil) karena komposisi lemak omega 3 (asam linolenat), omega 6 (asam linoleat) dan omega 9 (asam oleat) pada minyak tersebut sangat tinggi (Wulan, 2011). 3.3 Bilangan Peroksida Nilai bilangan peroksida cukup besar menunjukkan tingkat kerusakan minyak cukup tinggi. Ini bisa disebabkan karena kandungan lemak tak jenuh yang tinggi pada minyak tersebut. Seperti diketahui pada pengujian komposisi asam lemak, kandungan lemak tak jenuh yang diperoleh sebesar 86%, ikatan tak jenuh yang ada dalam lipida merupakan pusat aktif yang dapat bereaksi dengan oksigen, ikatanikatan rangkap pada lemak tak jenuh bereaksi dengan oksigen yang menyebabkan kerusakan, jadi semakin banyak ikatan tidak rangkap pada komposisi penyusun asam lemak maka semakin rentan minyak tersebut mengalami kerusakan. Nilai bilangan peroksida yang tinggi juga bisa disebabkan pada saat proses pengujian, karena terjadi reaksi alkali iodida yang digunakan dengan oksigen di udara, maka dari itu pada saat pengujian harus tertutup rapat (Ketaren, 2005). Pada umumnya senyawa peroksida mengalami dekomposisi oleh panas. Dalam jangka waktu yang cukup lama peroksida dapat mengakibatkan destruksi beberapa macam vitamin dalam bahan pangan berlemak. Peroksida mempercepat proses timbulnya bau tengik pada bahan pangan dan minyak goreng. Apabila jumlah peroksida pada bahan pangan dan minyak goreng tersebut melebihi standar mutu maka akan bersifat racun dan tidak dapat dikonsumsi. Jika minyak dan bahan pangan tersebut dikonsumsi, maka akan timbul gejala diare, kelambatan pertumbuhan, pembesaran organ, deposit lemak tidak normal, kontrol tidak sempurna pada pusat syaraf. Nilai gizi minyak goreng yang telah teroksidasi lebih rendah dibandingkan dengan minyak goreng yang masih segar, sehingga dapat mengganggu kesehatan dan pencernaan. Gangguan kesehatan yang terjadi antara lain gatal pada tenggorokan, iritasi saluran pencernaan, dan kanker (Herawati, 2011). Tabel 4. Hasil Penetapan Parameter Inti Pada Minyak Biji Karet Contoh Uji Minyak Biji Karet Ulangan Bilangan Peroksida (MeqO/Kg) Parameter Uji Bilangan Asam (mgkoh/g) Bilangan Iod (g iod/100g) 1 11,16 4,19 141 2 11,16 4,15, 143 3 11,18 4,23 136 Rata-rata 11,17 4,19 140 20

Kualitas minyak biji karet sebagai minyak pangan alternative pasca penghilangan HCN Rizka Karima 3.4 Bilangan Asam Bilangan asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar pula, yang berasal dari hidrolisa minyak atau lemak, ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi bilangan asam, maka makin rendah kualitasnya (Suastuti, 2009). Menurut Riyanti et al (2011) nilai bilangan asam yang baik pada minyak umumnya adalah kurang dari 5 MgKOH/g. Nilai pada Tabel 4 cukup tinggi tapi masih lebih kecil dari 5 mgkoh/g (Riyanti et al, 2011). Hal ini menunjukkan kualitas minyak karet yang dihasilkan mulai menurun. Hal ini dapat disebabkan faktor penyimpanan yang terlalu lama atau juga proses pengolahan yang banyak melibatkan air, karena air dapat menghidrolisi asam-asam lemak bebas sehingga menyebabkan nilai bilangan asam menjadi tinggi. Asam lemak bebas merupakan hasil degradasi/ deesterifikasi/ hidrolisis lemak yang dapat menunjukkan kualitas bahan makanan mulai menurun. Reaksi hidrolisis lemak adalah sebagai berikut: Trigliserida + 3 H 2O asam lemak + gliserol Reaksi diatas akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar asam lemak bebas yang terbentuk. Dalam perhitungan kadar asam lemak bebas, asam lemak yang terkandung dianggap sebagai Asam Palmitat (berat molekul 256). Minyak dari sumber nabati seperti minyak biji karet mengandung enzim lipase yang dapat menyebabkan kerusakan pada mutu minyak ketika struktur seluler terganggu, enzim yang berada didalam jaringan daging buah tidak aktif karena terselubung oleh lapisan vakuola, sehingga tidak dapat berinteraksi dengan minyak yang banyak terkandung pada daging buah. Masih aktif di bawah 15 o C dan non aktif dengan temperatur diatas 50 o C. Apabila trigliserida bereaksi dengan air maka menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas (Ketaren, 2005). Kerusakan minyak akibat terhidrolisisnya asam lemak dapat menyebabkan rupa minyak menjadi tidak menarik, cita rasa minyak menjadi tidak enak, serta menjadi penyebab kerusakan vitamin pada minyak dan lemak-lemak esensial yang terkandung pada minyak, sehingga jika dikonsumsi dapat mengakibatkan keracunan dalam tubuh yang berakibat diare, penggumpalan lemak dalam darah (arteriosklerosis), kanker dan juga menurunkan nilai cerna lemak (Ketaren, 2005). IV. KESIMPULAN Minyak biji karet yang dihasilkan memiliki kadar asam lemak jenuh sebesar 14,1% dan asam lemak tidak jenuh sebesar 85,9%. Hasil pengujian menunjukkan bahwa minyak biji karet memenuhi kriteria untuk dijadikan minyak pangan, setelah dihilangkan racun HCN nya. Namun perlu diperhatikan cara penyimpanan dan penanganan produknya untuk menjaga kestabilan kualitas minyak tersebut. DAFTAR PUSTAKA 1. Edison, et al. 1982. Hawley s Condinsed Chemical Dictionary. 8th dition. Van Nostraond. New York. 2. Herawati. 2011. Penurunan Bilangan Peroksida pada Minyak Goreng Sisa Pakai Menggunakan Wortel (Daucus cafota). Skripsi Analisis Kesehatan. Bandung. 3. Indrawan. 2013. Data Statistik Perkebunan. Direktorat Jendral Perkebunan. Kementerian Pertanian. 4. Ikwuagwu,O.E., Ononogobu,I.C., Njoku.O.V. 2000. Production of Biodiesel Using Rubber (Hevea brasiliensis) Seed Oil. Ind Corps Prod. 12. 57-62. 5. Karima, R. 2015. Pengaruh Perendaman dan Perebusan terhadap Kadar HCN pada Biji Karet. Jurnal Riset Industri Hasil Hutan. Baristand Banjarbaru. Vol 7. No 1.39-43. 21

Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.7, No.2, Des 2015: 17 22 6. Ketaren, S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan. UI Press. Jakarta. 7. Novia, Hareani Yuliyati, Riska Yuliandhika. 2009. Pemanfaatan Biji Karet Sebagai Semi Drying Oil Dengan Metode Ekstraksi Menggunakan Pelarut N-Heksana. Jurnal Teknik Kimia Universitas Sriwijaya. No 4. Vol 16. 8. Saridjo. 2012. Potensi Biji Karet Sebagai Produk Olahan Tempe Yang Bergizi. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Vol 18(3).13. 9. Setyawardani, Dwi Ardianan, Sperisa Distantina. 2010. Pembuatan Biodiesel dari Asam Lemak Jenuh Minyak Biji Karet. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. D-05-1. 10. Siahaan., Setyaningsih Dwi dan Hariyadi. 2013. Potensi Pemanfaatan Biji Karet (Hevea brasiliansis muell. Arg) Sebagai Sumber Energi Alternatif Biokerosin. Jurnal Teknologi Industri. Bogor. 19(3). 145-151. 11. Suastutu, Dwi Adhi. 2009. Kadar Air dan Bilangan Asam dari Minyak Kelapa yang Dibuat dengan Cara Tradisional dan Fermentasi. Jurnal Kimia 3. Universitas Udayana. 69-74. 12. Swern.D. 1994. Industrial Oil and Fat Production. Interscience Publ. New York. 13. Wulan, Septia Eka. 2011. Inilah Lemak Yang Baik Bagi Tubuh. Review. Balai Penelitian Kehutanan. Bogor. 22