BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya,

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang artinya masih rentan terhadap pengaruh dari luar. Oleh karena itu perlu adanya fundasi

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, ingin mencoba

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya masalah ekonomi itu adalah tentang bagaimana manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat. Hal ini diharapkan mampu menjadi basis kestabilan ekonomi bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

Perekonomian Suatu Negara

VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian ini menyajikan faktor faktor ekonomi yang mempengaruhi

VII. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan pemerintah dalam perekonomian tampaknya semakin besar dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan perekonomian dalam suatu negara dipengaruhi oleh tingkat inflasi. Inflasi

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang mengimpor maupun mengekspor akan menimbulkan suatu

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang fokus terhadap

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melakukan hedging kewajiban valuta asing beberapa bank. (lifestyle.okezone.com/suratutangnegara 28 Okt.2011).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi

I. PENDAHULUAN. yang merata baik material/spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. fluktuasi karena pengaruh dari kondisi perekonomian dunia. Beberapa contoh

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan salah satu

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan stabilitas di bidang ekonomi yang sehat dan dinamis, pemeliharaan di bidang ekonomi akan tercipta melalui pencapaian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

BAB I PENDAHULUAN. ekspor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel ekonomi

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB I PENDAHULUAN. Hutang luar negeri Indonesia memiliki sejarah yang sangat panjang.

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dengan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang dimulai dengan merosotnya nilai rupiah terhadap

1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang berintegrasi dengan banyak negara lain baik dalam hal perdagangan dan aliran keuangan. Perdagangan dilakukan Indonesia dalam ekspor dan impor barang jasa. Dalam aliran keuangan, salah satunya Indonesia melakukan pendanaan berupa utang luar negeri yang menjadi salah satu sumber pembiayaan maupun transfer payments yang berupa bantuan ke luar negeri. Utang luar negeri menjadi satu hal yang sangat penting diperhatikan sebagai upaya yang diambil pemerintah dalam keberlangsungan stabilitas kondisi perekonomian negara dalam hal pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat pencapaian atau ukuran dari keberhasilan suatu negara dalam pembangunan. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses pertumbuhan output perkapita jangka panjang yang terjadi apabila ada kecenderungan (output perkapita untuk naik) yang bersumber dari proses intern perekonomian tersebut, bukan berasal dari luar dan bersifat sementara. Atau dengan kata lain bersifat self generating, yang berarti bahwa proses pertumbuhan itu sendiri menghasilkan suatu kekuatan atau momentum bagi kelanjutan pertumbuhan tersebut dalam periode selanjutnya (Boediono, 1994). 1

Pada dasarnya aktivitas perekonomian yang dilakukan adalah proses penggunaan dari faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, yang akan diukur dari indikator GDP. Laju pertumbuhan GDP dapat dilihat pada tabel 1.1 yang menunjukkan pergerakan GDP yang cenderung mengalami peningkatan dari tahun 1986 dan mengalami penurunan akibat krisis di tahun 1998. Namun pada periode berikutnya cenderung meningkat secara perlahan. Tabel 1.1 : Laju GDP ( Gross Domestic Product ) Indonesia Total ( dalam USD ) 1,000,000 900,000 800,000 700,000 600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 0 ID: GDP: USD Sumber : Worldbank ( 2014 ) Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya yang melimpah dengan tingginya jumlah penduduk, luas wilayah, meskipun berbeda jika dilihat dari kondisi ekonomi. Kondisi ini cukup memprihatinkan apabila dibandingkan dengan kekayaan alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Fondasi ekonomi yang dimiliki oleh Indonesia sangat rapuh, yang berakibat pada tidak terkontrolnya pertumbuhan ekonomi Indonesia (Achsani,2003). 2

Namun kemampuan finansial yang dimiliki Indonesia masih jauh dari cukup dan tentunya membutuhkan bantuan dari pihak lain atau luar negeri. Kondisi perekonomian Indonesia juga tidak bisa stabil karena semakin derasnya globalisasi yang berkembang pesat yang sangat berpengaruh bagi perekonomian Indonesia. Sehingga Indonesia harus mengikuti perkembangan dengan keterbukaan untuk menjalin kerjasama dengan negara lain sebagai upaya pembangunan nasional. Sebelum adanya isntrumen berupa Surat Berharga Negara (SBN) dan pinjaman dalam negeri, pinjaman luar negeri merupakan sumber utama penerimaan alternatif untuk membiayai belanja pembangunan setelah penerimaan pajak dan non pajak. Sejak era reformasi, pinjaman luar negeri merupakan bagian dari instrumen pembiayaan APBN disamping instrumen utang lainnya seperti Surat Berharga Negara (SBN) dan pinjaman dalam negeri. Kontribusi pinjaman luar negeri dalam pembiayaan APBN dapat dilihat dalam tabel 1.2 berikut (Salim, 2015). 3

Tabel 1.2 Pembiayaan Anggaran 2014-2015 (dalam miliar rupiah) Sumber : Nota Keuangan, 2015 Di awal tahun 1980-an sampai pertengahan dekade 1990-an Indonesia mengalami kondisi perekonomian yang cukup baik karena pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 1986 sampai 1989 terus mengalami peningkatan dengan masing-masing peningkatan 5,9 persen di tahun 1986, 6,9 persen di tahun 1988, dan 7,5 persen di tahun 1989. Pada dekade tersebut angka inflasi cenderung stabil, jumlah pengangguran yang rendah dengan kondusifnya iklim investasi yang ditandai dengan kesempatan kerja yang terus meningkat, dan sebagainya. Namun perekonomian Indonesia akhirnya jatuh oleh krisis ekonomi yang terjadi secara global di tahun 1997-1998 yang ditandai dengan angka inflasi yang meningkat tajam, rupiah yang terdepresiasi, tingginya angka pengangguran seiring menurunnya kesempatan kerja, dan ditambah semakin 4

besarnya jumlah utang luar negeri Indonesia akibat kurs rupiah yang terdepresiasi. Hal ini terjadi karena tidak adanya dukungan dari sisi mikro yang kuat yang ditunjukkan dari meningkatnya praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme ( KKN ), sumber daya manusia yang kurang kompetitif, dan sebagainya ( Anggito Abimanyu, 2000 ). Tabel 1.3 Total utang luar negeri menurut peminjam (2009-2014) : Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Pemerintah dan 99.256 118.624 118.642 126.119 123.255 134.207 Bank Sentral Swasta / private 73.606 83.789 106.732 126.245 140.013 160.544 Sumber : Bank Indonesia (2015) Sejalan dengan longgarnya kebijakan pinjaman luar negeri, selama orde baru volume pinjaman mengalami peningkatan yang cepat. Posisi pinjaman luar negeri pada akhir tahun 1998 tercatat sebesar USD 150.886 juta masingmasing untuk pemerintah sebesar USD 67.328 juta dan swasta sebesar USD 83.558 juta. Setelah tahun 1998 posisi pinjaman sedikit mengalami penurunan berkaitan dengan kondisi perekonomian yang melemah akibat krisis, sehingga sulit untuk mendapatkan pinjaman baru. Tabel 1.3 diatas menunjukkan posisi pinjaman luar negeri yang terus meningkat pada setiap tahunnya. Seperti pada tahun 2014, total utang swasta meningkat dari USD 140.013 pada tahun 2013 menjadi USD 160.544 pada tahun 2014. Sedangkan untuk utang pemerintah dan bank sentral meningkat dari 123.255 pada tahun 2013 menjadi 134.207 pada tahun 2014. 5

Tabel 1.4 Posisi utang menurut jenis mata uang dan kreditur : No Jenis mata uang 1 Usd 2 Jpy 3 Idr 4 eur No Kreditur 1 Jepang 2 Singapura 3 Belanda 4 Amerika Sumber : Bank Indonesia (2015) Dari tabel 1.4 menunjukkan bahwa sebagian besar utang luar negeri Indonesia menggunakan jenis mata uang asing yaitu Dollar dan Yen. Hal ini membuat Indonesia harus melakukan hedging untuk menghindari pengaruh depresiasi mata uang, terlebih untuk perlindungan terhadap krisis utang. Fenomena krisis utang merupakan suatu fenomena siklus bisnis yang memiliki peluang untuk terulang kembali di kemudian hari. Fenomena krisis utang pertama kali tercatat pada tahun 1980an di Amerika Latin. Krisis utang saat itu disebabkan oleh tingginya penarikan utang luar negeri pemerintah yang tidak memperhitungkan kemampuan membayar kembali utang tersebut (Chowdhury dan Hossain 2000). Tercatat jumlah utang luar negeri yang dimiliki oleh Negara Amerika Latin lebih dari 600 miliar USD. Krisis utang kedua yang terjadi di dunia adalah krisis utang negara-negara berkembang Asia pada tahun 1998. Krisis tersebut diawali dari hilangnya kepercayaan investor pada negara Asia khususnya Asia Tenggara dikarenakan kegagalannya dalam memenuhi kewajiban utang yang jatuh tempo. Kejadian tersebut memicu capital outflow besar-besaran keluar Asia Tenggara. Capital outflow ditambah dengan masalah 6

distorsi kebijakan publik serta masalah struktural membuat negara-negara Asia Tenggara terjebak dalam krisis yang lebih dalam hingga krisis sosial ekonomi (Corsetti et al. 1999). Krisis utang juga kembali terjadi di tahun 2008 akibat krisis utang Yunani dan juga di Amerika Serikat akibat subprime mortagage. Hal tersebut menunjukkan bahwa krisis bisa terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Sebagai akibat krisis tersebut terjadi pembengkakan utang luar negeri pemerintah Indonesia seperti yang terjadi di tahun 1997. Utang luar negeri merupakan konsekuensi biaya yang harus dibayar sebagai akibat pengelolaan perekonomian yang tidak seimbang, efisien dan konsisten. Sehingga pemerintah Indonesia harus menambah utang luar negeri baru untuk membayar utang luar negeri lama yang jatuh tempo. Akumulasi utang luar negeri dan bunganya akan dibayar melalui APBN dengan mencicilnya pada tiap tahun anggaran. Hal ini menyebabkan berkurangnya kesejahteraan rakyat dimasa yang akan datang dan akan berdampak membebani masyarakat, khususnya para wajib pajak di Indonesia. Solusi yang dianggap bisa diandalkan untuk mengatasi kendala rendahnya mobilisasi modal domestik adalah dengan mendatangkan modal dari luar negeri, yang umumnya dalam bentuk hibah (grant), utang pembangunan (official development assistance), arus modal swasta, seperti utang bilateral dan multilateral; investasi swasta langsung (PMA); portfolio investment; utang bank dan utang komersial lainnya; dan kredit perdagangan (ekspor impor). Modal asing ini dapat diberikan baik kepada pemerintah maupun kepada pihak swasta (Atmadja. 2000). 7

1981 1983 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011 2013 Tabel 1.5 Laju Utang Luar Negeri dan GDP Indonesia tahun 1981 2013 (dalam juta USD) 1,000,000,000,000 800,000,000,000 600,000,000,000 400,000,000,000 200,000,000,000 0 ED GDP Sumber: International Finacial Statistics(2015), diolah Selain itu hasil penelitian yang dilakukan di United States of America menemukan bahwa ada beberapa dampak ekonomi yang dialami akibat adanya utang pemerintah. Dampak tersebut adalah dampak utang terhadap tabungan nasional dan formasi kapital, dampak terhadap output dan pendapatan, dampak terhadap distribusi pendapatan dan inflasi (tingkat harga) dan dampaknya terhadap nilai tukar dan transaksi luar negeri (Elmendorf dan Mankiw, 1998). Implikasi utang luar negeri terhadap kondisi moneter berupa dana yang masuk baik dari investasi maupun pinjaman dalam bentuk dana yang diberikan oleh pihak asing serta suku bunga yang relatif tinggi menyebabkan aktiva luar 8

negeri dalam sistem moneter mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari Bank Indonesia, pada akhir Januari 1996 posisi aktiva luar negeri sistem moneter tercatat sebesar Rp. 31.925 miliar dan meningkat setahun berikutnya menjadi Rp. 53.5112 miliar pada akhir januari 1997. Jumlah tersebut merupakan persentase sebesar 81,2 persen dari jumlah uang beredar dan 18,4 persen dari likuiditas perekonomian. Melihat besarnya aliran dana luar negeri dalam mempengaruhi jumlah uang beredar, dapat dilihat bahwa sangat sulit dalam pengelolaan moneter mengingat perubahan aliran dana tersebut sulit untuk diprediksikan. Aliran modal keluar juga menyebabakan implikasi yang lebih terhadap kondisi sistem moneter. Menjelang pertengahan tahun 1997 sektor eksternal diwarnai dengan fenomena baru. Apabila sebelumnya transaksi pinjaman masih menunjukkan surplus maka sejak tahun 1997 transaksi pinjaman mulai mengalami defisit yang berarti modal keluar. Masalah modal keluar tersebut menimbulkan implikasi yang kurang menguntungkan terhadap kestabilan moneter baik eksternal maupun internal.perkembanganpertumbuhanjumlahuangberedarriil,defisit anggarandanpertumbuhanekonomidiindonesiaditunjukkanoleh Gambar1.6. 9

Tabel 1.6 Jumlah Uang Beredar, Defisit Anggaran, dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2010:1-2012:4 12 10 8 6 Pertumbuhan Ekonomi 4 2 0 Defisit Anggaran (%PDB Nominal) -2-4 -6-8 Jumlah uang Beredar Riil (%PDB Riil) Sumber: BPS, Kemenkeu (2015, diolah) Tabel 1.6 menunjukkan defisit anggaran dan pertumbuhan ekonomi mengalami fluktuasi dari tahun 2010 hingga 2012, yang berarti bahwa defisit anggaran mempunyai pengaruh terhadap pergerakan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan di tahun tersebut, jumlah uang beredar relatif stabil berbeda dengan total utang luar negeri yang cenderung berfluktuasi. Dalam fiskal, keterkaitan utang luar negeri terutama pada beban pembayaran bunga dan cicilan dari pinjaman luar negeri yang dibebankan pada APBN disetiap tahunnya. Semakin besar pinjaman luar negeri yang dilakukan maka semakinbesar pula cicilan dan bunga yang harus dibayarkan. Besarnya 10

alokasi pembayaran cicilan dan bunga pinjaman tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi alokasi pembiayaan di sektor-sektor lain, apalagi jika penerimaan pemerintah relatif tidak banyak berubah. Selain itu jika beban tersebut terus berlangsung dalam periode yang cukup lama akan meningkatkan ekspektasi inflasi dan depresiasi. Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal memiliki peran utama dalam mempertahankan stabilitas makroekonomi di negara yang sedang berkembang. Dua kebijakan tersebut menjadi perdebatan diantara dua pandangan yaitu keynesian dan monetaris. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya, inflasi timbul sebagai akibat pertambahan jumlah uang beredar, sedangkan menurut pandangan keynesian, inflasi disebabkan oleh pengeluaran agregat yang melebihi penerimaan agregat sehingga terjadi defisit anggaran dimana defisit anggaran tersebut mendorong bank sentral untuk meningkatkan jumlah uang beredar (Nopirin, 1987:90-91) Namun terdapat banyak kontradiksi dalam teori dan penerapannya di Indonesia, maka penelitian ini akan membahas masalah utang luar negeri dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonominnya yang dilihat hubungannya dengan kebijakan fiskal dan moneter yang masing-masing menggunakan satu variabel sebagai ukuran. Budget defisit sebagai ukuran dalam pengaruhnya terhadap APBN atau kebijakan fiskal dan jumlah uang beredar untuk melihat 11

pengaruhnya terhadap kebijakan moneter. Sehingga penelitian ini mengangkat judul Analisis Pengaruh Utang Luar Negeri, Defisit Anggaran, dan Uang Beredar terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode Tahun 1981-2013. 1.2 Rumusan Masalah Indonesia sebagai negara berkembang membutuhkan dana yang besar untuk mencukupi pembiayaan terhadap pengeluaran dan pembangunan salah satunya bersumber dari utang luar negeri. Baik utang pemerintah ataupun swasta menjadi permasalahan di Indonesia karena kondisi utang luar negeri hingga saat ini terus meningkat dengan jumlah sangat besar dan cukup memprihatinkan membuat pinjaman luar negeri menjadi beban perekonomian yang sangat berat. Menjadi dilema pemerintah karena disatu sisi utang luar negeri menjadi salah satu sumber penerimaan pemerintah dalam anggaran dan pada sisi lain pembayaran utang luar negeri yang telah jatuh tempo menjadi beban dalam anggaran pemerintah sebagai pengeluaran rutin yang harus dikeluarkan. Dalam kaitannya terhadap anggaran pemerintah, peranan kebijakan moneter dan fiskal dalam mempertahankan stabilitas makroekonomi di negera berkembang menjadi perdebatan diantara kaum Keynesian dan Moneteris. Moneteris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter, artinya inflasi timbul sebagai akibat pertambahan jumlah uang beredar, sedangkan menurut Keynesian inflasi disebabkan oleh pengeluaran agregat yang melebihi penerimaan agregat sehingga tetrjadi 12

defisit anggaran dimana defisit anggaran tersebut mendorong bank snetral untuk meningkatkan jumlah uang beredar (Nopirin, 1987:90-91). Melihat bahwa utang luar negeri menjadi salah satu sumber pembiayaan yang mempunyai pengaruh kuat dalam perekonomian, maka kausalitas antara utang luar negeri dan indikator perekonomian yaitu anggaran pemerintah (defisit anggaran), jumlah uang berdar dan pertumbuhan ekonomi menjadi penting untuk diteliti. Dengan penjelasan yang dijabarkan diatas, maka pokok permasalahan yang di rumuskan dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah terdapat hubungan jangka panjang dan atau jangka pendek antara utang luar negeri, defisit anggaran, jumlah uang beredar dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia berdasarkan analisis Vector Error Correction Model (VECM)? 2. Bagaimana hubungan kausalitas antara utang luar negeri, defisit anggaran, jumlah uang beredar serta pertumbuhan ekonomi berdasarkan analisis Granger Causality Test? 3. Bagaimana respon pertumbuhan ekonomi terhadap kejutan (shock) pada variabel defisit anggaran dan jumlah uang beredar, serta respon utang luar negeri terhadap kejutan (shock) variabel krisis berdasarkan analisis impulse response function (IRF)? 4. Bagaimana kontribusi suatu variabel, baik variabel itu sendiri maupun variabel lain, meliputi utang luar negeri, defisit anggaran, jumlah uang 13

beredar serta pertumbuhan ekonomi berdasarkan analisis Forecast Error Decomposition of Variance (FEDV)? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Mengkaji hubungan jangka panjang dan atau jangka pendek antara utang luar negeri, defisit anggaran, jumlah uang beredar dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia berdasarkan analisis Vector Error Correction Model (VECM). 2. Menganalisis hubungan kausalitas antara utang luar negeri, defisit anggaran, jumlah uang beredar serta pertumbuhan ekonomi berdasarkan analisis Granger Causality Test. 3. Menganalisis respon pertumbuhan ekonomi terhadap kejutan (shock) pada variabel defisit anggaran dan jumlah uang beredar, serta respon utang luar negeri terhadap kejutan (shock) variabel krisis berdasarkan analisis impulse response function (IRF) 4. Menganalisis kontribusi variabel penelitian, baik terhadap variabel itu sendiri maupun variabel lain, meliputi utang luar negeri, defisit anggaran, jumlah uang beredar serta pertumbuhan ekonomi berdasarkan analisis Forecast Error Decomposition of Variance (FEDV). 14

1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi yang lebih dalam mengenai keberlanjutan utang luar negeriyang dilakukan pemerintah dengan melihat hubungannya dengan defisit anggaran dan jumlah uang beredar serta dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini juga dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk menentukan arah kebijakan yang tepat dalam mengelola utang luar negeri agar beban terhadap utang tidak berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi, pembangunan dan kesejahteraan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada analisis keberlanjutan utang luar negeri pemerintah Indonesia, terkait dengan variabel penelitian lainnya yaitu jumlah uang beredar, budget defisit, dan pertumbuhan ekonomi. Data yang digunakan berupa data tahunan periode 1981 hingga 2013. Variabel yang dianalisis diantaranya rasio utang luar negeri ( ED ) terhadap Gross Domestic Product (GDP), rasio budget defisit (BD ) terhadap Gross Domestic Product (GDP), dan rasio jumlah uang beredar ( M2 ) terhadap Gross Domestic Product (GDP). 15

1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan bagian utama dari penelitian ini disajikan sebagai berikut : Bab I sebagai bab pendahuluan yang akan memaparkan mengenai hal-hal yang menjadi latar belakang msalah, rumusan masalah, pertanyaan, tujuan, manfaat dan sistematika penulisan peneliti. Bab II sebagai bab tinjauan pustaka yang akan memaparkan mengenai landasarn teori dari judul penelitian, penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dan hipotesis penelitian. Bab III sebagai bab metodologi penelitian yang akan memaparkan mengenai jenis dan sumber data, variabel penelitian, model dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian. Bab IV sebagai bab hasil dan pembahasan yang akan memaparkan mengenai statistik deskriptif dari data yang digunakan dalam model, tahapantahapan analisis dan pembahasan hasil penelitian Bab V sebagai bab kesimpulan dan saran yang akan memaparkan mengenai kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini dan rekomendasi kebijakan bagi pemerintah serta saran untuk penelitian selanjutnya. 16