BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konstruktivisme a. Sejarah Konstruktivisme Menurut Von Glaserfield (1988), pengertian konstruktif kognitif

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Konstruktivisme a. Sejarah Konstruktivisme Revolusi konstruktivisme mempunyai akar yang kuat dalam sejarah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Strategic Management and The Philosophy of Science : The case for a constructivist methodology

FILSAFAT ILMU ( PHS 101 ) Strategic Management and The Philosophy of Science : The case for a constructivist methodology. oleh:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jean Piaget salah seorang ahli psikologi perkembangan. Skema (struktur), asimilasi, akomodasi, ekuilibrium, organisasi,adaptasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN TEORI KONSTRUKTIVISME SOSIAL (VYGOTSKY)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat

SKIM TRIGONOMETRI PADA JUMLAH DAN SELISIH DUA SUDUT BAGI SISWA KELAS XII SMA KRISTEN 1 SALATIGA

PENDIDIKAN KIMIA (Kode : A-14) FALSAFAH KONSTRUKTIVISME SEBAGAI ALTERNATIF LANDASAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI DI FKIP UNS

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan

TEORI BELAJAR PIAGET

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Belajar menurut pandangan konstruktivisme adalah proses. pengkonstruksian pengetahuan oleh individu pembelajar sebagai upaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

PENERAPAN TEORI BELAJAR VYGOTSKY DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Skim Pemecahan Bilangan Pencetus Tindakan dan operasi Hasil yang diharapkan

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

Teori Lev Vygotsky. Sejarah Hidup, Konsep Sosio Kultural, Perkembangan Bahasa, ZPD, Scaffolding dan Aplikasi Teori. Fitriani, S. Psi., MA.

Syamil pissn: , eissn: , Vol. 2 No. 1

IMPLEMENTASI SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH LINGKARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Aktualisasi Pemikiran Jean Piaget dalam Implementasi Kurikulum 2013 (Suatu Kajian Teoritis)

Perkembangan Kognitif dan Linguistik. Y. Joko Dwi Nugroho,S.Psi,M.Psi,Psikolog

Vol. III No Mei Oleh Sudirman ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pem-belajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut teori belajar konstruktivis, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Handayani Eka Putri, 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. matematika, (B) proses berpikir berdasarkan teori Jean Piaget, (C) tinjauan materi,

BAB II KAJIAN TEORI. aplikasi dari konsep matematika. Pengenalan konsep-konsep matematika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual,

Manfaat Teori Belajar Bagi Guru

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

Starlet Gerdi Julian / / juliancreative.blogs.uny.ac.id

MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASAR KONSEP KONFLIK KOGNITIF PIAGET

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sukar bagi sebagian besar siswa yang mempelajari matematika. dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.

JURNAL BELAJAR BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DosenPengampuDr. Hj. Sri EndahIndriwati, M.Pd

MAKALAH PERENCANAAN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA TEORI-TEORI BELAJAR

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

TEORI PEMBELAJARAN KONTRUKTIVISME

Teori Konstruktivistik

TEORI BELAJAR KOGNITIF

BAB II KAJIAN TEORITIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan

SCAFFOLDING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA 5

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada Bab II ini akan dikaji pustaka yang relevan dengan penelitian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Paham konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan

Tugas Individu. Manajemen strategik pendidikan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai

11 tahun sampai dewasa

Penerapan Teori Konstruktivisme

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR

BAB II PARADIGMA KONSTRUKTIVISME DALAM KONTEKS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. A. Konsep Konstruktivisme dalam Pembelajaran

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

Teori kognitif piaget

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN TEKNIK THIK- TALK-WRITE (TTW) Oleh: Usep Kuswari. Teknik TTW diperkenalkan oleh Huinker dan Laughin

Perkembangan Individu dan Pengaruhnya dalam Proses belajar

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

Proses Konstruksi Pengetahuan Siswa Bertipe Belajar Visual pada Pelajaran Biologi

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengembangan mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah berupaya

SKIM PERKALIAN BILANGAN PECAHAN KELAS VI SD NEGERI LOPAIT 02 TUNTANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk

BABH KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Matematika.

2014 PENERAPAN PENDEKATAN COLLABORATIVE PROBLEM SOLVING DALAMPEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUANKONEKSI MATEMATIS SISWA SMP

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Pembentukan Pengetahuan Menurut Model Konstruktivis

Meilantifa, Strategi Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu. Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dalam menentukan pilihan-pilihan yang mencerminkan kepribadian

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AKTIF DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU ` NI NYOMAN SATYA WIDARI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang pendidikan. Dalam era globalisasi ini, sumber daya

BAHAN AJAR PENGEMBANGAN KOGNITIF AUD Bagaimana Konsep Berkembang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang kompleks yang

KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:7), belajar merupakan tindakan dan

S K R I P S I OLEH: EMANUEL TATI TAENA. No. Reg

Cooperative Learning dalam Pembelajaran Matematika

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konstruktivisme a. Sejarah Konstruktivisme Menurut Von Glaserfield (1988), pengertian konstruktif kognitif muncul pada abad 20 dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun, bila ditelusuri lebih jauh, gagasan pokok konstruktivisme sebenarnya sudah dimulai oleh Giambatissta Vico, seorang epistemolog dari Italia. Dialah cikal bakal konstruktivisme. Tahun 1710, Vico dalam De Antiquissima Italorum Sapientia, mengungkapkan filsafatnya dengan berkata, Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan. Dia menjelaskan bahwa mengetahui berarti mengetahui bagaimana membuat sesuatu. Ini berarti bahwa seseorang itu baru mengetahui sesuatu jika ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu. Menurut Vico, hanya Tuhan sajalah yang dapat mengerti alam raya ini karena hanya Dia yang tahu bagaimana membuatnya dan dari apa Ia membuatnya. Sementara itu manusia hanya dapat mengetahui sesuatu yang telah dikonstruksikannya. Pengetahuan selalu menunjuk kepada struktur konsep yang dibentuk. Pada tahun 1920-an, seorang psikolog muda Swiss bernama Jean Piaget memulai kajiannya tentang cara berpikir anak-anak. Teori konstruktivisme yang dikembangkan oleh Piaget dikenal dengan nama konstruktivisme kognitif (personal constructivism). Menurut Piaget, setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual yaitu tahap sensori-motor, pra-operasional, operasional konkret, dan operasi formal. Teorinya menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi (Haryanto, 2009). Pada masa yang sama dengan Piaget, seorang sarjana bernama Vygotsky yang berasal dari Rusia memasuki dunia psikologi. Vygotsky merupakan satu di antara tokoh konstruktivis. Konstruktivisme adalah argumen bahwa pengetahuan merupakan konstruksi dari seseorang yang mengenal sesuatu. Vygotsky dalam Dahar (2011:152) mengungkapkan pentingnya faktor-faktor sosial dalam belajar, dan selama belajar 6

terdapat saling pengaruh antara bahasa dan tindakan dalam kondisi sosial. Vygotsky lebih memperluas pandangannya terhadap bahasa. Revolusi konstruktivisme mempunyai akar yang kuat dalam sejarah pendidikan. Perkembangan konstruktivisme dalam belajar tidak terlepas dari usaha dan kerja keras Jean Piaget dan Vygotsky. Kedua tokoh ini menekankan bahwa perubahan kognitif ke arah perkembangan terjadi ketika konsep-konsep yang sebelumnya sudah ada mulai bergeser karena ada sebuah informasi baru yang diterima melalui proses ketidakseimbangan (dissequilibrium). b. Konstruktivisme Piaget Dalam pandangan konstruktivisme, pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti sebuah kotak-kotak yang masing-masing mempunyai makna berbedabeda. Pada saat manusia belajar, sebenarnya telah terjadi dua proses dalam dirinya, yaitu proses organisasi informasi dan adaptasi. Proses organisasi adalah proses ketika manusia menghubungkan informasi yang diterimanya dengan struktur-struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau sudah ada sebelumnya dalam otak. Adaptasi merupakan suatu keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi (Baharuddin dan Wahyuni, 2008). Piaget dalam Nurhadi (2004) mengemukakan empat konsep dasar dalam proses adaptasi yaitu skemata, asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan. Skemata adalah suatu struktur mental atau kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Asimilasi dapat dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan yang baru dalam skema yang telah ada. Akomodasi adalah membentuk skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan baru atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu (Suparno, 1997). Equilibration adalah proses dari disequilibrium ke equilibrium. Proses tersebut berjalan terus dalam diri orang melalui asimilasi dan akomodasi. Equlibration membuat seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya skemata. Bila terjadi 7

ketidakseimbangan, maka seseorang dipacu untuk mencari keseimbangan dengan jalan asimilasi atau akomodasi. Tingkat Perkembangan Intelektual Piaget Menurut Piaget, setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual yaitu tahap sensori-motor, pra-operasional, operasional konkret, dan operasi formal. Tahap sensori-motor (0-2 tahun), anak membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik. Tahap pra-operasional (2-7 tahun), anak mulai mempresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar yang menunjukkan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensor dan tindak fisik. Tahap berikutnya adalah operasional konkret yang dimulai pada usia 7-11 tahun, dimana pada tahapan ini ditandai dengan pertumbuhan kognitif yang luar biasa dan merupakan tahapan formatif dalam pendidikan sekolah. Anak-anak mulai menunjukkan beberapa pemikiran abstrak meskipun biasanya didefinisikan dengan karakter atau tindakan. Anak juga memperlihatkan pikiran yang sudah lebih tidak egosentris dan bahasanya menjadi makin bersifat sosial. Cara berpikir anak pada tahapan ini tidak lagi didominasi oleh persepsi dan anak cenderung menggunakan pengalaman-pengalaman mereka sebagai acuan (Hergenhahn & Olson, 2008). Tahap terakhir yaitu operasional formal yang mengembangkan pikiran operasional konkret. Pikiran anak pada tahap ini tidak lagi hanya fokus pada hal-hal yang dapat dilihat dan anak mampu berpikir tentang lebih dari satu dimensi dan karakter-karakter abstrak. Egosentrisme muncul pada diri remaja di mana mereka membandingkan antara kenyataan dan kondisi ideal sehingga mereka sering memperlihatkan cara berpikir yang idealistik (Schunk, 2012). c. Konstruktivisme Vygotsky Menurut Slavin (2011), ada empat prinsip utama yang berasal dari gagasan Vygotsky adalah: 1) Pembelajaran Sosial Vygotsky menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu. 2) Zona Perkembangan Proksimal 8

Konsep utama kedua adalah gagasan bahwa siswa paling baik mempelajari yang berada dalam zona perkembangan proksimal (zone of proximal development). ZPD adalah sebuah konsep sentral dalam konstruktivisme sosial. ZPD mempresentasikan jarak antara tingkat perkembangan aktual dan potensial anak. Tingkat perkembangan aktual anak ditentukan oleh penyelesaian masalah secara mandiri, sedangkan tingkat perkembangan potensial ditentukan oleh penyelesaian masalah yang dapat mereka capai dengan instruksi dari orang dewasa atau teman sebaya yang lebih pandai (Upton, 2012). 3) Pemagangan Kognitif Konsep ini merujuk ke proses ketika siswa secara bertahap memperoleh keahlian melalui interaksi dengan ahli, orang dewasa atau teman sebaya yang lebih tua atau lebih maju. 4) Pembelajaran Termediasi. Penekanan Vygotsky yang keempat adalah pada penanggaan (scaffolding) atau pembelajaran termediasi. Vygotsky menekankan gagasan bahwa siswa hendaknya diberi tugas yang rumit, sulit dan realitas dan kemudian diberi cukup bantuan untuk mencapai tugas yang diberikan. Scaffolding adalah teknik yang melibatkan pengubahan tingkat dukungan untuk belajar. Scaffolding sering kali digunakan untuk membantu siswa mencapai batas dari zona perkembangan proksimal mereka (Santrock, 2009). d. Jenis-jenis Konstruktivisme Glaserfealt dalam Suparno (1997) membedakan tiga taraf konstruktivisme yaitu konstruktivisme radikal, realisme hipotesis, dan konstruktivisme yang biasa. 1) Konstruktivisme Radikal Konstruktivisme radikal berpegang bahwa kita hanya dapat mengetahui apa yang dibentuk/dikonstruksi oleh pikiran kita. Pengetahuan selalu merupakan konstruksi dari seseorang yang mengetahui, maka tidak dapat ditransfer kepada penerima yang pasif. Penerima sendiri yang harus mengkonstruksi pengetahuan itu. 2) Realisme Hipotesis Pengetahuan dipandang sebagai suatu hipotesis dari suatu struktur kenyataan dan berkembang menuju suatu pengetahuan sejati, yang dekat dengan realitas 9

3) Konstruktivisme yang biasa Menurut konstruktivisme yang biasa, pengetahuan siswa merupakan gambaran dari realitas. Pengetahuan siswa dipandang sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari kenyataan suatu objek dalam dirinya sendiri. 2. Skim dan Pembentukan Skim a. Pengertian Skim Dalam konstruktivisme mengatakan bahwa, skim merupakan bagian yang mendasar dalam pembentukan suatu pengetahuan. Skim merupakan satu bentuk aktivitas pikiran yang digunakan oleh siswa sebagai bahan mentah untuk proses refleksi dan pengabstrakan (Nik Aziz dalam Sutriyono, 2012). Piaget, Inhelder, Sinclair dan Nik Azis dalam Sutriyono (2007) menyatakan bahwa skim adalah alat asimilasi dan dengan itu merupakan generalisasi. Oleh karena itu, skim terlibat dalam setiap aktivitas kecerdasan. Bagaimanapun, setiap skim perlu menyesuaikan dirinya dengan situasi yang tertentu supaya penggunaannya mengimplikasikan satu bentuk keseimbangan antara asimilasi dengan akomodasi. Von Glaserfeld dalam Wilkins, Norton, Boyce (2013) mendefinisikan skim sebagai pembentukan individu secara alami dan berhubungan di situasi tertentu. b. Pembentukan Skim Piaget dalam Sutriyono (2012) menghubungkan pembentukan suatu skim dengan proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merujuk pada proses menafsir pengalaman baru dan mengatasi gangguan persekitaran dengan menggunakan skim yang sudah tersedia melalui proses fisik dan mental secara terus-menerus. Akomodasi merujuk pada proses mengatasi gangguan persekitaran dengan membentuk skim yang baru, membagi suatu skim kepada beberapa skim kecil atau mengubah dan menyesuaikan sesuai yang telah wujud. Menurut McCloskey & Norton (2009), operasional skim terdapat tiga komponen, yaitu pengetahuan awal, tindakan mental/operasi dan hasil yang diharapkan dari operasi tersebut. Steffe (2002) menyatakan bahwa pengetahuan awal merupakan struktur yang diasimilasikan. Struktur ini diperoleh dari gambaran mental yang diasosiasikan dengan suatu kegiatan. Asimilasi mengakibatkan terjadinya modifikasi persepsi masukan sehingga anak cocok dengan struktur konseptualnya. Dengan 10

demikian, pengetahuan awal berfungsi sebagai panduan dalam melakukan asimilasi yang menjadi pemicu bagi tindakan mental agar sesuai dengan hasil yang diharapkan (Wilkins, Norton, Boyce, 2013). B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan Rohkhayani (2014) menunjukkan bahwa siswa pada tingkat kognitif yang sama tidak selalu mempunyai skim pengurangan bilangan pecahan yang sama dan tidak selalu pengajaran yang diberikan guru dipahami sama pula oleh semua siswa. Penelitian tersebut menyatakan terdapat sebelas skim yang digunakan siswa dalam mengerjakan soal pengurangan bilangan pecahan. Selain itu, Kristanto (2014) juga menyatakan bahwa siswa dalam membangun dan mengkonstruksi sebuah pengetahuan, memiliki model dan proses berpikir yang berbeda-beda antara siswa yang satu dengan yang lainnya yang disebut dengan skim perkalian bilangan pecahan. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil penelitiannya yang menyatakan bahwa terdapat 12 jenis skim yang berbeda yang dimiliki oleh siswa dan diketahui adanya subskim, subsubskim, serta subsubsubskim pada beberapaskim yang dimiliki siswa, sehingga siswa mempunyai lebih dari skim dalam pengerjaan operasi perkalian bilangan pecahan. Penelitian Hasnul (1992) yang berjudul Skim Penambahan Integer Bagi Pelajar-Pelajar Tingkatan Dua menyatakan bahwa untuk mengenal pasti skim penambahan bilangan asli yang dipunyai siswa. Enam skim penambahan bilangan asli telah dikenal pasti meliputi tertambah yang lebih besar, skim yang melibatkan bilangan yang berkaitan, skim yang melibatkan garis bilangan, skim yang melibatkan konsep utang piutang, dan skim yang melibatkan operasi tambah dengan mengesampingkan tanda negatif. Selain itu, penelitian yang dilakukan Sutriyono (2012) yang berjudul Skim Pengurangan Bilangan Bulat Siswa SD Kelas 2&3 menunjukkan bahwa siswa pada peringkat kognitif yang sama tidak selalu mempunyai skim pengurangan bilangan bulat yang sama pula. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tidak selalu pengajaran yang diberikan oleh guru dipahami secara sama pula oleh semua siswa, oleh karena itu guru harus memberikan berbagai pendekatan dalam mengajar pengurangan bilangan bulat yang dipunyai siswa guna membantu siswa mengkonstruksi skim pengurangan bilangan bulat telah diperoleh. Penelitian di atas merupakan beberapa kajian yang mencoba menggambarkan tentang skim pada bilangan bulat, namun belum ada kajian yang memberi tumpuan khusus kepada skim 11

sistem persamaan linear dua variabel yang dipunyai siswa. Penelitian tentang skim sistem persamaan linear dua variabel ini mencoba mengkaji skim-skim yang digunakan siswa kelas X SMA dalam menyelesaikan soal sistem persamaan linear dua variabel, sehingga penelitian ini sangat berbeda dari penelitian sebelumnya. 12