IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

PEMETAAN SAWAH BAKU KABUPATEN SUBANG BAGIAN BARAT DENGAN CITRA SATELIT ALOS NADIA INOVA SARI A

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI CABANG DINAS DAERAH KABUPATEN SUBANG

PEMETAAN SAWAH BAKU KABUPATEN SUBANG BAGIAN TIMUR DENGAN CITRA SATELIT ALOS RINJANI YUSNI MAHARJANTI A

7.1. PERDAGANGAN NASIONAL

7. PERDAGANGAN 7.2. PRASARANA EKONOMI 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL

Legenda: Sungai Jalan Blok sawah PT. Sang Hyang Seri Kabupaten Subang

III. METODE PENELITAN ' ' KEC. BINONG KEC. PAMANUKAN KAB. INDRAMAYU KAB. SUMEDANG ' ' Gambar 2.

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penduduk dan Tenaga Kerja

Gambar 2. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Subang Tahun Figure 2. Trend Of Population Number In Subang,

Penduduk dan Tenaga Kerja Subang Dalam Angka Tahun PENDUDUK DAN TENAGA KERJA

Penduduk dan Tenaga Kerja Subang Dalam Angka Tahun PENDUDUK DAN TENAGA KERJA

2. PEMERINTAHAN,HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Aplikasi Citra Satelit QuickBird Untuk Kajian Alih Fungsi Lahan Sawah di Kota Denpasar

Gambar 2. Peta Batas DAS Cimadur

BAB III GAMBARAN UMUM DAN PROFIL KOMODITAS TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

HASIL DAN PEMBAHASAN. koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pemerintahan Subang Dalam Angka Tahun PEMERINTAHAN, HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Subang Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN

INDUSTRI PENGOLAHAN DAN

III. BAHAN DAN METODE

Pemerintahan Subang Dalam Angka Tahun PEMERINTAHAN, HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

A D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N

Phased Array Type L-Band Synthetic Aperture Radar (PALSAR)

6.2. AIR MINUM Selain industri di atas, industri penyediaan air minum merupakan salah satu industri vital bagi. Subang Dalam Angka Tahun

BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN

Industri Pengolahan Subang Dalam Angka Tahun 2010

III. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelititan

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI DAN PENYEDIAAN AIR BERSIH KABUPATEN SUBANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

JENIS CITRA

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

BAB II METODE PENELITIAN

Tahun. 3. Hutan Lindung 6.593, ,78 KPH Purwakarta Dokumen RPKH KPH Purwakarta , ,90 KPH Bandung Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik

Gambaran Umum BAB I GAMBARAN UMUM

III. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemetaan Sawah Baku 2.2. Parameter Sawah Baku

Bab IV Hasil dan Pembahasan

MATERI DAN METODE. Prosedur

BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan

METODOLOGI PENELITIAN. Bukit digunakan metode deskriptif, menurut Moh. Nazir (1983:63) Metode

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

BAB II DASAR TEORI. 2.1 DEM (Digital elevation Model) Definisi DEM

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

Gambar 10. Kabupaten Subang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Ketahanan Pangan Nasional

BAB III PENGOLAHAN DATA ALOS PRISM

BAB III METODE PENELITIAN

1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian


Bab III Pelaksanaan Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan data informasi penginderaan jauh terutama

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian atau metodologi suatu studi adalah rancang-bangun

JUDUL TUGAS AKHIR PEMETAAN GEOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA ALOS DI DAERAH PEGUNUNGAN SELATAN ( Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah )

Kata Kunci : Strategi, Implementasi, Wilayah Pengembangan (WP), dan Hirarki Kota

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 ALOS PRISM Pemetaan baku sawah pada penelitian ini menggunakan citra ALOS PRISM dan citra radar ALOS PALSAR pada daerah kajian Kabupaten Subang bagian Barat. ALOS PRISM adalah instrument penginderaan jauh pada satelit ALOS dengan sensor pankromatik yang memiliki resolusi spasial sebesar 2.5 m dengan lebar cakupan 35 km. Satelit ALOS PRISM memiliki mode OB1 nadir, forward, and backward views (triplet mode). Perekaman citra sudah dilakukan semenjak tiga tahun lalu khususnya di daerah Jawa Barat, tetapi belum semua daerah dapat direkam dengan baik karena citra ini bersifat optik yang tidak dapat menembus awan, maka masih ada beberapa daerah yang sulit direkam oleh satelit seperti terlihat pada Gambar 8. Oleh karena itu, pencitraan ini memiliki hasil yang kurang maksimal. Kenampakan secara visual citra ini dipilih dari hasil perekaman yang berawan sama dengan 2% untuk Kabupaten Subang. Kenampakan secara visual citra kawasan Kabupaten Subang dapat dilihat pada Gambar 9. Maka pada bagianbagian tertentu dicitra masih ada warna-warna putih sehingga menyebabakan objek masih sulit di identifikasi. Gambar 8. Perekaman ALOS di Jawa Barat (JAXA-ALOS, 2009)

Gambar 9. Letak ALOS PRISM Kabupaten Subang (JAXA-ALOS, 2009) Citra yang digunakan untuk analisis merupakan seri citra yang direkam oleh Badan Antariksa Jepang pada tahun 2007 di kawasan Kabupaten Subang. Kenampakan secara visual citra ALOS PRISM dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Citra ALOS PRISM Kabupaten Subang

Dalam pemetaan baku sawah ini dibantu perangkat lunak ArcView GIS 3.3 termasuk Image Analyst dan ENVI 4.1. Eksplorasi perangkat ini berfungsi untuk mengolah peta yang didasarkan pada data spasial. Data spasial merupakan data yang mengandung informasi lokasi geografi dari kenampakan-kenampakan permukaan bumi, yang disertai dengan informasi tertentu untuk memperjelas gambaran keadaan permukaan bumi tersebut. Tahapan awal yang dilakukan dalam pemetaan ini yaitu menetukan batasbatas kecamatan yang ada di Kabupaten Subang. Pada penentuan batas kecamatan diperlukan pengolahan citra ALOS PRISM dan data batas adminitrasi Kabupaten Subang. Untuk penentuan batas skala kecamatan dilakukan dengan menggunakan toolbar Query Builder yang didalamnya terdapat ekspresi kueri (query expression) yang terdapat pada perangkat lunak ArcView GIS 3.3. Pada toolbar ini dimasukkan sejumlah rumus yang akan dipilih, dari tahap ini akan didapatkan batas kecamatan dan terlihat kecamatan-kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Subang bagian Barat. Penentuan skala kecamatan yang termasuk Kabuten Subang bagian Barat berdasarkan peta topografi yang dibuat oleh Bakosurtanal, seperti terlihat pada Gambar 11. Selain itu penentuan batas kecamatan akan mempermudah dalam pengerjaan digitasi lahan-lahan sawah. Gambar 11. Ilustrasi Batas Kecamatan Kabupaten Subang bagian Barat 4.2 Digitasi Lahan Sawah

Digitasi on screen dilakukan oleh analis untuk mengidentifikasi lahan sawah yang ada pada Kabupaten Subang bagian Barat. Kabupaten Subang Bagian Barat terdiri dari delapan kecamatan, antara lain : (1) Kecamatan Sagalaherang, (2) Kecamatan Purwadadi, (3) Kecamatan Patokbeusi, (4) Kecamatan Cipeundeuy, (5) Kecamatan Pabuaran, (6) Kecamatan Belanakan, (7) Kecamatan Kalijati, dan (8) Kecamatan Ciasem. Hasil digitasi tergantung pada kemampuan dan pengetahuan operator dalam menginterpretasikan lahan sawah. Interpretasi ini berdasarkan pola dan tekstur yang dapat di identifikasi pada citra ALOS PRISM. Petak sawah berisi data feature yang besar dan memilki luasan maka membuatnya sebagai format poligon. Feature poligon menggambarkan unit-unit yang relatif sama. Identifikasi petakan sawah ini mempunyai batas toleransi sebesar 5 m untuk batas galengan. Jadi, apabila galengan petakan sawah melebihi 5 m maka pada kenampakan di citra, batas galengan tersebut dalam visual akan terpisah. Sebaliknya, apabila galengan tersebut kurang dari 5 m maka kenampakan di citra petakan sawah akan menyatu. Batas toleransi 5 m merupakan batas toleransi terkecil pada proses digitasi lahan sawah. Dengan cara ini analis dapat mendeleniasi dengan baik petakan sawah dengan batas galengan (5 m) yang ada pada citra tersebut. Dari Gambar 12 dapat dilihat bahwa lahan sawah hasil digitasi yang di ilustrasikan dengan warna kuning lebih banyak terletak di bagian Subang bagian utara dan Subang bagian tengah. Hal ini disebabkan karena kawasan bagian Subang Utara merupakan daerah dataran rendah dan bagian Subang Tengah merupakan daerah dataran rendah dan berbukit. Sedangkan bagian Subang Selatan merupakan daerah bergunung maka akan sedikit terdapat lahan sawah. Di daerah ini kebanyakan lahannya digunakan untuk hutan.

Gambar 12. Hasil Digitasi Lahan Sawah di Kabupaten Subang Bagian Barat

4.3 Identifikasi dan Analisis Lahan Sawah Kecamatan Ciasem Setelah melakukan digitasi lahan sawah, diperlukan penentuan batas per petak sawah dan kecamatan mana yang akan di analisis. Dalam hal ini penelitian dilakukan di Kecamatan Ciasem yang terlihat pada Gambar 13. Hal ini dikarenakan di kecamatan tersebut memiliki data-data yang relatif lengkap hingga tingkat data per desa. Penentuan batas per petak sawah diperlukan agar mempermudah perhitungan jumlah petakan sawah dan luas sawah dalam suatu wilayah (kecamatan atau desa). Gambar 13. Layout Lahan Sawah di Kecamatan Ciasem Batas wilayah Kecamatan Ciasem antara lain : (1) bagian Utara berbatasan dengan Kecamatan Belanakan, (2) bagian Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cikaum, (3) bagian Barat berbatasan dengan Kecamatan Patokbeusi, dan (4) bagian Timur berbatasan dengan Kecamatan Pamanukan. Daerah ini memiliki ketinggian antara 7-8 m dpl. Pada citra ALOS PRISM kecamatan ini terdiri dari sepuluh desa yang ditunjukan pada Gambar 14, antara lain : (1) Desa Sukamandijaya (2) Desa Ciasemgirang (3) Desa Ciasembaru, (4) Desa Ciasemtengah, (5) Desa Ciasemhilir, (6) Desa Dukuh, (7) Desa Jatibaru, (8) Desa Pinangsari, (9) Desa Sukahaji, dan (10) Desa Mandalawangi.

Gambar 14. Hasil Digitasi Lahan Sawah Kecamatan Ciasem per Desa Dari sepuluh desa yang ada, diambil tiga desa yang akan dianalisis, antara lain Desa Ciasembaru, Desa Ciasemtengah, dan Desa CIasemhilir. Desa-desa tersebut merupakan desa yang rata-rata penghasil komoditas padi, jadi akan banyak ditemukan lahan sawah di ketiga desa yang ditunjukan pada Gambar 15. Selanjutnya pembatasan lahan sawah per desa yang ada di Kecamatan Ciasem dapat dilakukan dengan menggunakan toolbar Query Builder. Gambar 15. Lahan Sawah Desa Ciasembaru, Desa Ciasemhilir, dan Desa Ciasemtengah

Desa Ciasemhilir (Gambar 16) yang di ilustrasikan berwarna ungu akan dianalisis hingga fase tanam, dan dua desa lainnya, yaitu: (1) Desa Ciasembaru (Gambar 17) yang di ilustrasikan berwarna biru, dan (2) Desa Ciasemtengah (Gambar 18) yang berwarna hijau dianalisis sebagai perbandingan jumlah petak sawah dan luas sawah. Gambar 16. Petak Sawah Desa Ciasemhilir Gambar 17. Petak Sawah Desa Ciasemtengah Gambar 18. Petak Sawah Desa Ciasemtengah Setelah menentukan batas petak sawah per desa maka dapat mencari nilai luas sawah (ha), jumlah petak sawah, dan rata-rata luas petak (ha) dengan menggunakan toolbar open theme table dengan memasukkan rumus di dalam toolbar yang ada pada ArcView GIS 3.3. Pengolahannya sebagai berikut : open theme table ketik field luas (ha) calculate [shape].return area ok. Dari hasil penghitungan rumus pada toolbar akan tersimpan sebagai data atribut

wilayah tersebut. Data atribut dipindahkan ke Microsoft Office Excel agar lebih mempermudah untuk penghitungan rata-rata luas per petak (ha). Selanjutnya diperoleh nilai seperti disajikan pada Tabel 5 : Tabel 5. Perhitungan jumlah petak, luas sawah (ha), dan rata-rata luas per petak (ha) dengan menggunakan interpretasi ALOS PRISM No. Desa Jumlah Petak Luas Sawah (ha) 1. Desa Ciasembaru 321 830,64 2,58 Rata-Rata Luas per Petak (ha) 2. Desa Ciasemtengah 149 569,89 0,0311 3. Desa Ciasemhilir 222 675,42 3,042 Dari data tabel diatas, dapat dilihat desa yang jumlah petakan sawah terbanyak yaitu Desa Ciasembaru sebesar 321 petak dengan luas sawah sebesar 830,63 ha dan rata-rata per petaknya sebesar 2,58 ha. Hal ini dikarenakan pada interpretasi ALOS PRISM terdapat banyaknya jumlah poligon petak sawah yang teridentifikasi di wilayah tersebut. 4.4 ANALISIS CITRA ALOS PALSAR Citra radar yang digunakan merupakan citra ALOS PALSAR yang direkam oleh JAXA S Tanegashima Space Center Jepang pada tahun 2007. ALOS PALSAR memiliki resolusi spasial sebesar 12.5 m dengan lebar cakupan 70 km. Citra yang dianalisis merupakan jenis FBD (Fine Resolution, Dual Polarisation Radar) dengan lebar kanal 14 MHz, polarisasinya dengan mode HH+HV, dan panjang bitnya sebesar 5 bit. Citra FBD dengan kemampuan DualPOL ditujukan untuk membantu dalam pengenalan fenologi tanaman padi sesuai dengan tanggal perekaman citra. PALSAR mempunyai keistimewaan tersendiri karena dapat menembus awan saat merekam obyek, sehingga informasi permukaan bumi dapat diraih setiap saat, baik malam maupun siang hari. Operasi pada citra menggunakan bantuan perangkat lunak ENVI 4.1. Dalam pengoperasian PALSAR ini berfungsi untuk mendeteksi lahan sawah dan

non-sawah di Kecamatan Ciasem. Selain itu, citra radar berfungsi untuk mengetahui siklus tanam dan laju tanam lahan sawah di Kecamatan Ciasem. Oleh karena itu, waktu perekaman citra sangat penting dalam proses pemetaan baku sawah. Terdapat tiga citra radar yang akan dianalisis. Citra-citra ini direkam pada waktu berbeda, yaitu pada bulan Juni 2007 (Gambar 19), September 2007 (Gambar 20), dan Oktober 2007 (Gambar 21). Citra-citra ini digunakan untuk mengidentifikasi persentasi kemajuan tanam. Gambar 19. Citra Radar Bulan Juni 2007 Gambar 20. Citra Radar Bulan September 2007

Gambar 21. Citra Radar Bulan Oktober 2007 Citra tersebut di overlay pada pasangan bulan Juni dan September yang terlihat pada Gambar 22 serta pasangan bulan September dan Oktober yang terlihat pada gambar 23, untuk dilakukan operasi perbedan citra (image difference).

Gambar 22. Citra Hasil Overlay antara Bulan Juni dan September 2007 Gambar 23. Citra Hasil Overlay antara Bulan September dan Oktober 2007 Fungsi dari perbedaan citra adalah untuk dapat mengetahui kemajuan tanam dan penentuan klasifikasi fase tanam. Penetuan klasifikasi fase tanam dilakukan berdasarkan dengan data rujukan realisasi tebar tanam pada musim tanam 2007 yang diperoleh dari PT Sang Hyang Seri. Pada data tersebut terlihat realisasi tebar dimulai pada bulan Maret 2007 dan realisasi tanam pada Juni 2007, dari sini dapat dirunut fase-fase tanam yang ada di Kecamatan Ciasem. Klasifikasi fase tanam, terdiri dari padi awal yang berwarna ungu, fase generatif yang berwarna hijau, fase padi akhir berwarna coklat, dan fase panen berwarna merah yang dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Klasifikasi fase tanam No. Warna Fase Tanam 1 Merah Panen 2 Hijau Fase Generatif 3 Ungu Padi Akhir 4 Coklat Padi Awal

Pada citra-citra diatas perekamannya adalah pada saat musim tanam utama (rendeng) yang berlangsung pada musim hujan. Untuk desa-desa yang dianalisis sebagian besar memasuki fase tanam yang berbarengan. Penentuan fase tanam dalam satu bidang petakan sawah di tentukan dengan warna yang paling dominan dalam petakan sawah tersebut. Berikut Gambar 24 yang menunjukkan pengambilan warna yang paling dominan untuk penentuan klasifikasi fase tanam. Gambar 24. Warna Dominan Pada Fase Tanam Secara umum citra hasil overlay khususnya pada Desa Ciasemhilir pada bulan Juni dan September 2007 didominasi fase tanam generatif yang divisualisasikan pada warna hijau seperti disajikan pada Gambar 25.

Gambar 25. Fase Tanam Desa Ciasemhilir Bulan Juni dan September Sebaliknya, hasil citra overlay antara bulan September dan Oktober 2007 lebih dominan berwarna merah yang menandakan bahwa wilayah tersebut telah memasuki fase panen yang terlihat pada Gambar 26. Gambar 26. Fase tanam Desa Ciasemhilir Bulan September dan Oktober Maka terjadi penurunan vegetasi yang terdeteksi oleh ALOS PALSAR yang terjadi pada bulan Juni hingga Oktober 2007. Dari sini kita dapat dilihat dan diduga luas lahan sawah, persentasi kemajuan tanam, dan penentuan klasifikasi fase tanam. Metode ini dapat dikatakan telah mendekati implementasi pemetakan baku sawah berbasis area frame. Metode dengan basis area frame membutuhkan biaya yang mahal pada tahap awal, namun setelah metode ini berjalan biayanya akan jauh lebih murah dibandingkan dengan menggunakan pemetaan baku sawah menggunkan alat GPS. Kegiatan ini merupakan aplikasi yang pertama kali di Indonesia untuk pemetaan baku sawah secara bersistem seperti yang sudah dicetuskan oleh gerakan BIMAS- 21.

4.5 Pengecekan Hasil Klasifikasi ALOS PRISM dan ALOS PALSAR dengan Data UPT BPP Untuk mengetahui penggunaan lahan maka perlu dibandingkan antara hasil yang diperoleh melalui pengolahan klasifikasi ALOS PRISM dan ALOS PALSAR dengan data lapang yang diambil dari UPT BPP. Menurut metodologi pengumpulan dan pengolahan data tanaman pangan, UPT BPP dalam pengambilan data khususnya tanaman padi terdapat beberapa jenis kuesioner antara lain jenis daftar SP I A yang frekuensi pengambilannya bersifat bulanan yang melaporkan luas tanaman padi dan jenis daftar SP V A yang frekuensi pengambilannya bersifat tahunan untuk laporan penggunaan lahan. Selain menggunakan GPS, Dinas Pertanian memiliki beberapa cara penaksiran luas tanaman, yaitu : 1) dengan menggunakan sistem blok pengairan, 2) laporan petani kepada Kepala Desa, 3) banyaknya bibit yang digunakan, 4) Eye estimate (pandangan mata) berdasarkan luas baku, 5) perkiraan berdasarakan pencatatan yang dilakukan oleh pegawai/petugas desa dengan syarat bahwa yang mengadakan taksiran harus yang sudah berpengalaman, dan 6) cara memperkirakan luas tanaman untuk kecamatan apabila ada yang belum tersedia informasinya, dapat dicari dengan melihat perkembangan dari desa yang ada informasinya pada bulan yang sama tahun yang lalu. Data UPT BPP (Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian) Kecamatan Ciasem dapat dilihat pada Tabel 7 Tabel 7. Luas Tanam di daerah Kecamatan Ciasem No. Desa Luas Tanam (ha) MT. 07/08 MT 08 MT. 08 1. Desa Ciasembaru 577 577-2. Desa Ciasemtengah 440 440 100 3. Desa Ciasemhilir 605 605 - Sumber : UPT BPP, 2008

Berikut nilai luas lahan sawah yang di dapat dari UPT BPP dan nilai yang di dapat dari interpretasi lahan sawah dengan menggunakan citra ALOS yang disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Nilai Luas Tanam antara UPT BPP dan Citra ALOS No. Desa Luas Tanam (ha) UPT BPP Citra ALOS 1 Desa Ciasembaru 577 830.64 2 Desa Ciasemtengah 440 569.89 3 Desa Ciasemhilir 605 675.42 Dari tabel di atas, dapat dilihat perbedaan data antara hasil interpretasi yang memanfaatkan ALOS PRISM dan data yang di dapat di lapang yang bersumber dari UPT BPP, yaitu berupa data laporan program penyuluhan pertanian Kecamatan Ciasem pada tahun 2009. Menurut data UPT BPP desa yang terluas tanamnya adalah Desa Ciasemhilir dengan luas tanam sebesar 605 ha sedangkan hasil iterpretasi analis menunjukkan desa yang terbesar luas tanamnya ialah Desa Ciasembaru sebesar 803 ha. Disini terjadi perbedaan nilai pada luas tanam. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : Pertama, UPT BPP melakukan perhitungan luas tanam dengan menggunakan beberapa cara penaksiran luas tanam seperti yang sudah disebutkan di atas. Selain itu pihak UPT BPP juga menggunakan alat GPS, maka sering terjadi over estimate (kelebihan area yang terdeteksi) atau under estimate (kekurangan area yang terdeteksi) jadi hasilnya kurang akurat. Kedua, pada pemetaan sawah baku dengan menggunakan citra ALOS khususnya pada Desa Ciasemhilir terjadi over estimate (kelebihan area yang terdeteksi). Hal ini disebabkan karena batas per petak sawah ada yang melebihi batas desa seperti pada Gambar 27. Ketiga, citra ALOS PRISM memiliki resolusi spasial sebesar 2.5 m maka objek terkecil yang terdeteksi pada citra hanya sebesar 2.5m dan identifikasi petak sawah memiliki batas toleransi sebesar 5 m, maka galengan yang terdeteksi di bawah 5 m akan menyatu dengan galengan yang lain dan akan di deleniasi menjadi satu blok.

Gambar 27. Petakkan Sawah yang Melebihi Batas Desa Petakkan sawah yang berwarna hitam terlihat melebihi batas desa yang di ilustrasikan berwarna ungu. Seharusnya hal ini di verifikasi ke lapangan agar mendapatkan data yang lebih akurat serta mengetahui batas per petakan sawah yang melebihi batas desa. Realisasi penebaran padi relatif bersamaan pada ketiga desa yang diamati, hanya beberapa wilayah kecil saja yang tidak seragam fase tanamnya. Pada saat dilakukan pengecekan lapang diketahui penyebabnya adalah hama tikus yang menyerang lahan-lahan sawah. Lahan sawah yang sudah ditanami padi secara serentak, akibat serangan hama tikus maka lahan sawahnya harus disulam kembali. Konsekuensinya, pada saat masuk fase panen tidak merata seluruhnya. Berikut ini adalah Gambar 28 yang menunjukkan salah satu wilayah bidang sawah yang tidak seragam fase tanamnya.

Gambar 28. Keragaman Fase Tanam Selain data dari UPT BPP, data lainnya di dapat dari BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Subang, tetapi data tersebut hanya mencakup data setingkat kecamatan. Tabel 9. Luas tanah sawah menurut Kecamatan di Kabupaten Subang, BPS Kabupaten Subang NO. KECAMATAN LUAS TANAH SAWAH (ha) 1 Sagalaherang 2574 2 Jalancagak 2076 3 Cisalak 2290 4 Tanjungsiang 1928 5 Cijambe 2111 6 Cibogo 2043 7 Subang 2677 8 Kalijati 2641 9 Cipeudeuy 1503 10 Pabuaran 4398 11 Patokbeusi 5854 12 Purwadadi 1307 13 Cikaum 2673 14 Pagaden 5377 15 Cipunagara 4989 16 Compreng 4871 17 Binong 8466 18 Ciasem 6810 19 Pamanukan 4890 20 Pusakanagara 6600 21 Legonkulon 2792 22 Belanakan 5300 Sumber : BPS Kabupaten Subang, 2007