BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN"

Transkripsi

1 BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN Ketika terjadi pergeseran paradigma pembangunan dari pembangunan yang berorientasi ekonomi (pertumbuhan ekonomi, kebutuhan dasar, kesejahteraan masyarakat dan pengembangan sumber daya manusia) kepada pembangunan yang berorientasi manusia maka terjadi pergeseran pusat perhatian pembangunan dari yang bersifat fisik kepada manusia. Ketika manusia menjadi titik sentral pembangunan maka secara otomatis manusia tidak hanya menjadi objek pembangunan tetapi juga menjadi subjek pembangunan dalam setiap tahap pembangunan. Sehingga pembangunan sesungguhnya adalah tentang penduduk (berupa pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial), untuk penduduk (berupa penciptaan peluang kerja melalui perluasan pertumbuhan ekonomi) dan oleh penduduk (berupa upaya pemberdayaan penduduk dalam partisipasi politik dan pembangunan). Keberhasilan pembangunan manusia pada akhirnya akan menentukan keberhasilan pembangunan secara keseluruhan. Untuk mengukur pencapaian keberhasilan pembangunan manusia dimanifestasikan dalam bentuk indeks pembangunan manusia (IPM) yang merupakan pengukuran perbandingan nilai harapan hidup, pengetahuan dan standar hidup layak. IPM dapat digunakan untuk mengklasfikasikan apakah suatu wilayah dikatagorikan maju, berkembang, atau terbelakang, dan digunakan untuk mengukur pengaruh dari kebijakan pembangunan terhadap kualitas hidup. Mulai tahun ini penghitungan IPM menggunakan metode baru yang lebih relevan dalam menggambarkan kondisi masyarakat. Berikut gambaran pencapaian indeks pembangunan manusia di Kabupaten Subang tahun 2015, dipaparkan menurut tingkat kecamatan. IPM Kabupaten Subang Tahun

2 4.1. Letak Geografis Kecamatan Secara geografis Kabupaten Subang terletak di Jawa Barat bagian utara, karakteristik sosial budaya masyarakat antar kecamatan cukup beragam. Kondisi ini erat kaitannya dengan tipologi wilayah tempat domisili penduduk yang sangat berbeda. Penduduk yang berdomisili di kecamatan-kecamatan bagian selatan wilayah Kabupaten Subang (sebesar 23,63 persen luas wilayah) menempati daerah pegunungan. Bagi yang berada di kecamatan pada bagian tengah yang merupakan bagian terbesar ( 48,37 persen) menempati daerah pedataran. Dan 28,00 persen dari luas wilayah berada di sekitar pantai dan ditempati oleh 29,84 persen penduduk Kabupaten Subang. Dengan perbedaan geografis dan sosial budaya penduduknya, maka permasalahan indikator IPM dihadapi setiap kecamatan mempunyai perbedaan. Pada bidang kesehatan, permasalahan-permasalahan yang ada disinyalir terkait dengan pola hidup bersih dan sehat, terutama dalam kesehatan lingkungan. Akses terhadap sarana pendidikan serta budaya masyarakat yang berbeda di daerah pegunungan, pendataran, dan pantai cukup berpengaruh terhadap pencapaian indikator di bidang pendidikan. Kondisi geografis dan sumber daya alam mempengaruhi jenis mata pencaharian, dan lapangan usaha masyarakat. Selain itu, distribusi barang/jasa juga sangat berpengaruh terhadap harga konsumen sehingga akhirnya berpengaruh kepada kemampuan daya beli. IPM Kabupaten Subang Tahun

3 Daerah Tabel 4.1. Luas Wilayah dan Penduduk Kabupaten Subang Menurut Kecamatan dan Katagori Wilayah Tahun 2015 Kecamatan Luas Wilayah % Wilayah Jumlah Penduduk 1.Sagalaherang 50,45 29,769 2.Serangpanjang 51,79 25,354 3.Jalancagak 40,86 46,426 Pegunungan 4.Ciater 53,86 29,363 23,63 5.Cisalak 79,41 40,747 6.Kasomalang 39,44 42,546 7.Tanjungsiang 75,32 44,385 8.Cijambe 93,63 39,447 1.Cibogo 53,71 45,897 2.Subang 54,00 130,036 3.Kalijati 98,04 64,335 4.Dawuan 82,98 39,821 5.Cipeundeuy 92,66 48,521 6.Pabuaran 65,43 61,377 Pedataran 7.Purwadadi 89,93 62,752 48,37 8.Cikaum 92,80 48,126 9.Pagaden 44,44 61, Pagaden Barat 48,25 33, Cipunagara 100,73 60, Compreng 63,86 44, Binong 50,98 43, Tambakdahan 54,58 41,078 1.Patokbeusi 80,62 80,486 2.Ciasem 110,49 106,183 3.Pamanukan 48,81 57,430 Pantai 4.Sukasari 51,79 40,785 28,00 5.Pusakanagara 53,29 39,136 6.Pusakajaya 59,46 45,563 7.Legonkulon 73,00 22,069 8.Blanakan 97,15 63,132 % Penduduk 19,36 51,11 29,53 Kabupaten Subang 2.051,76 100, ,00 IPM Kabupaten Subang Tahun

4 4.2. Pencapaian IPM per Kecamatan. Dalam mengevaluasi kinerja suatu program diperlukan pemahaman yang sama, bahwa tidak setiap program yang telah selesai dilaksanakan akan seketika mempengaruhi peningkatan IPM. Sebab seperti telah dikemukakan diatas bahwa peningkatan sebagian besar komponen IPM merupakan akibat dari suatu proses pembangunan jangka panjang. Sebagai contoh, peningkatan pendapatan rumah tangga melalui usahanya yang berkembang, belum tentu langsung meningkatkan daya beli apabila rumah tangga tersebut tidak mengalami perbaikan pola konsumsinya. Disamping itu pengaruh ekonomi makro (salah satunya inflasi) juga berpengaruh terhadap melemahnya daya beli. Maka perubahan yang berdampak kepada pola hidup yang menjadi lebih baiklah yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan IPM. Gambaran perkembangan indeks pembangunan manusia masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel 4.2. Pada tahun 2015 ada 11 kecamatan telah berada pada posisi di atas angka IPM Kabupaten (65,93) atau sebesar 36,67 persen. Posisi urutan teratas adalah Kecamatan Subang (73,56), Kecamatan Kasomalang (70,60) dan Kecamatan Purwadadi (69,42) sedangkan kecamatan yang paling terendah adalah Kecamatan Cikaum, kecamatan Legonkulon dan kecamatan Compreng yang masing-masing memiliki angka IPM sebesar (59,09), (59,85) dan (60,65). Berbagai upaya telah ditempuh dalam memacu angka IPM baik melalui peningkatan kualitas serta penambahan jumlah sarana maupun pembebasan pungutan biaya untuk mendapatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan dengan berbagai program (BOS, keaksaraan fungsional dan pendidikan luar sekolah, pelayanan kesehatan gratis, dsb) ataupun pelaksanaan program-program berkelanjutan seperti PKH dan lain-lain. Meskipun di beberapa wilayah dirasa belum optimal pelaksanaan dari program-program pembangunan tersebut sehingga masih membutuhkan perhatian yang lebih intensif lagi guna mempertajam hasil yang ingin dicapai. Sedangkan pada komponen daya beli sendiri pengaruh kondisi IPM Kabupaten Subang Tahun

5 pasar nasional maupun regional serta stabilitas ekonomi mempunyai pengaruh yang cukup besar walaupun Pemerintah Daerah melakukan intervensi. Tabel 4.2. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Subang Menurut Kecamatan Tahun 2015 No. Kecamatan IPM Tahun 2015 [1] [2] [3] 01. Sagalaherang Serangpanjang Jalancagak Ciater Cisalak Kasomalang Tanjungsiang Cijambe Cibogo Subang Kalijati Dawuan Cipeundeuy Pabuaran Patokbeusi Purwadadi Cikaum Pagaden Pagaden Barat Cipunagara Compreng Binong Tambakdahan Ciasem Pamanukan Sukasari Pusakanagara Pusakajaya Legonkulon Blanakan Kabupaten Subang 65,93 IPM Kabupaten Subang Tahun

6 Berkaitan dengan indikator kesehatan dan pendidikan merupakan komponen yang kontribusinya sulit untuk dipacu untuk menghasilkan peningkatan yang sifatnya spontan dan dapat dirasakan dalam waktu dekat. Peningkatan yang terjadi, seperti telah diungkapkan, tidak terlepas dari pondasi pembangunan yang telah diletakkan sebelumnya serta sifatnya relatif lebih stabil dan mudah mengalami kejenuhan apabila telah mencapai derajat tertentu. Semisal, Untuk melihat lebih jauh hasil yang telah dicapai pada proses pembangunan manusia di Kabupaten Subang, perlu kiranya kita telaah satu per satu kemajuan yang didapat untuk masing-masing komponen. Grafik 4.1. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Subang Menurut Kecamatan, Tahun IPM Kabupaten = IPM Sagalaherang Serangpanjang Jalancagak Ciater Cisalak Kasomalang Tanjungsiang Cijambe Cibogo Subang Kalijati Dawuan Cipeundeuy Pabuaran Patokbeusi Purwadadi Cikaum Pagaden Pagaden Barat Cipunagara Compreng Binong Tambakdahan Ciasem Pamanukan Sukasari Pusakanagara Pusakajaya Legonkulon Blanakan IPM Kabupaten Subang Tahun

7 4.3. Pencapaian IPM Dibidang Kesehatan. Berdasarkan Survei IPM 2015, capaian angka harapan hidup Kabupaten Subang mencapai sebesar 71,25, cukup tinggi bila dibandingkan dengan angka harapan hidup kabupaten lain di Jawa Bara. Walau demikian angka harapan hidup masih harus ditingkatkan dengan upaya yang bersifat komprehensif dan lintas sektor, agar perbaikan derajat kesehatan yang direfleksikan secara nyata melalui penurunan angka kematian bayi secara baik dapat terwujud di masa mendatang. Faktor utama yang besar pengaruhnya terhadap peningkatan derajat kesehatan adalah upaya menurunkan tingkat kematian bayi dan balita secara bertahap harus terus menjadi prioritas, begitu pula penanganan status gizi pada balita dari waktu ke waktu agar terus ditingkatkan, dengan tidak mengabaikan program-program lain yang bersentuhan langsung dengan perbaikan derajat kesehatan. Selain berpengaruh pada pencapaian derajat kesehatan, faktor kurangnya gizi juga menyebabkan anak sulit tumbuh kembang yang menyebabkan sulitnya mengikuti pelajaran dengan baik. Tingkat kesehatan bayi juga dipengaruhi oleh kondisi kesehatan lingkungan dan kesehatan ibu. Tidak sedikit anak yang mengalami lahir dengan berat badan rendah karena dilahirkan oleh ibu yang menderita kekurangan gizi. Dimana anakanak yang mengalami kondisi tersebut membutuhkan penanganan serius sebab mereka terancam untuk mengalami tumbuh kembang yang lambat serta kecerdasan rendah. Anak-anak yang berpotensi mangalami hal tersebut utamanya yang berasal dari keluarga tidak mampu. Melihat kondisi yang ada, derajat kesehatan yang di atas angka kabupaten baru 13 kecamatan (43,33 persen). Peringkat tertinggi adalah kecamatan Pamanukan sebesar (73,68 tahun) dan Kecamatan Subang (73,65 tahun), sedangkan yang berada pada urutan paling bawah adalah kecamatan Compreng sebesar (68,42). IPM Kabupaten Subang Tahun

8 Tabel 4.3 : Angka Harapan Hidup Usia 0 (AHHo) Tahun Di Kabupaten Subang menurut Kecamatan Tahun No. Kecamatan Angka Harapan Hidup Usia 0 (AHHo) Tahun Tahun 2015 [1] [2] [3] 01. Sagalaherang Serangpanjang Jalancagak Ciater Cisalak Kasomalang Tanjungsiang Cijambe Cibogo Subang Kalijati Dawuan Cipeundeuy Pabuaran Patokbeusi Purwadadi Cikaum Pagaden Pagaden Barat Cipunagara Compreng Binong Tambakdahan Ciasem Pamanukan Sukasari Pusakanagara Pusakajaya Legonkulon Blanakan Kabupaten Subang 71,25 IPM Kabupaten Subang Tahun

9 Grafik 4.2. Angka Harapan Hidup Usia 0 Tahun di Kabupaten Subang Menurut Kecamatan, Tahun AHHo Kabupaten = AHHo Yang perlu digali lebih mendalam adalah permasalahan yang terjadi di kecamatan- kecamatan yang dimana pencapaian harapan hidupnya masih relatif rendah. Perbaikan yang dapat dilakukan adalah melalui peningkatan pelayanan tenaga kesehatan dalam proses persalinan, peningkatan cakupan kunjungan balita ke posyandu, penanganan kasus kegawatdaruratan ibu dan anak, serta peningkatan sarana kesehatan dasar. Sagalaherang Serangpanjang Jalancagak Ciater Cisalak Kasomalang Tanjungsiang Cijambe Cibogo Subang Kalijati Dawuan Cipeundeuy Pabuaran Patokbeusi Purwadadi Cikaum Pagaden Pagaden Barat Cipunagara Compreng Binong Tambakdahan Ciasem Pamanukan Sukasari Pusakanagara Pusakajaya Legonkulon Blanakan IPM Kabupaten Subang Tahun

10 4.4. Pencapaian IPM Dibidang Pendidikan. Sebagai sarana penyiapan sumberdaya manusia yang berkualitas yang dapat beradaptasi dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi pembangunan. Meningkatnya pembangunan bidang pendidikan akan meningkatkan perkembangan pembangunan secara keseluruhan. Setidaknya ada empat permasalahan dalam pembangunan di bidang pendidikan (Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd,6), yaitu: Pertama, terkait dengan kualitas pendidikan, yang bisa dilihat dari tiga indikator utama yakni proses pembelajaran yang masih konvensional, kinerja dan kesejahteraan guru yang belum optimal, jumlah dan kualitas buku di sekolah yang belum memadai. Kedua, pemerataan pendidikan, yang bisa dilihat dari tiga indikator utama yakni kerusakan sarana dan prasarana ruang kelas, keterbatasan aksebilitas dan daya tampung serta kekurangan tenaga guru. Ketiga, efisiensi pendidikan, yang bisa dilihat dari tiga indiktaor yakni penyelenggaraan otonomi pendidikan yang belum optimal (MBS belum optimal), keterbatasan anggaran (kemampuan pemerintah yang terbatas dan rendahnya partisipasi masyarakat), dan mutu SDM pengelola pendidikan. Keempat, relevansi pendidikan, yang bisa dilihat dari tiga indikator yakni kemitraan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) yang belum optimal, kurikulum yang belum berbasis masyarakat dan potensi daerah, serta kecakapan hidup (life skill) yang dihasilkan belum optimal. Selain permasalahan tersebut, permasalahan lainnya yang sering menjadi kendala pada masyarakat adalah adanya faktor budaya dan lingkungan sehingga menghambat realisasi peningkatan rata-rata lama sekolah. Peningkatan angka rata-rata lama sekolah dan menurunan serta pencegahan angka rawan putus sekolah harus terus diupayakan dan menjadi prioritas disertai dengan peningkatan kualitas gedung-gedung sekolah dan memudahkan akses masyarakat untuk tetap bersekolah sebagai upaya meningkatkan partisipasi sekolah secara berkelanjutan. Sebab dengan komposisi IPM Kabupaten Subang Tahun

11 penduduk yang relatif besar di usia muda diperlukan persiapan sarana penunjang pendidikan yang memadai, utamanya ditujukan bagi penduduk usia tahun yang masih relatif besar. Selain dari upaya tersebut upaya penyuluhan dan pemberian motivasi tentang pentingnya pendidikan juga harus terus dilakukan. Pengukuran indikator pendidikan pada penghitungan IPM metode baru menggunakan dua variabel yaitu harapan lama sekolah (sebagai pengganti angka melek huruf pada IPM metode lama) dan rata-rata lama sekolah. Pada tahun 2015 indeks pendidikan di kabupaten Subang tidak bisa dikatakan tinggi, dengan indeks hanya sebesar 53,51 seharusnya dapat ditingkatkan lagi dengan memaksimalkan partisipasi sekolah bagi anak 7 tahun ke atas dan juga peningkatan kesempatan dalam menuju jenjang sekolah yang lebih atas. Harapan lama sekolah di kabupaten Subang mencapai 11,51. Harapan lama sekolah bisa meningkat apa bila partisipasi sekolah bagi anak berusia 7 tahun ke atas meningkat, penunjang sarana pendidikan dan berdirinya sekolah-sekolah baru adalah hal lainnya yang bisa meningkatkan harapan lama sekolah. Tumbuh suburnya sekolah boarding yang bertaraf internasional dan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta membuktikan bahwa Subang adalah dunia yang nyaman bagi pendidikan, akan tetapi pada kenyataannya partispasi sekolah pelajar tempatan Subang masih dirasa sangat kurang, motivasi pelajar Subang dalam melanjukan pendidikannya akan berdampak pada kualitas sumberdaya manusia sehingga meningkatkan kontribusinya dalam pembangunan kabupaten Subang. Harapan lama sekolah yang tertinggi dicapai oleh kecamatan kecamatan Cisalak (13.31) dan kecamatan Subang (12,64). Banyaknya pondok pesantren di kecamatan Cisalak turut berkontribusi terhadap harapan lama sekolah di kecamatan Cisalak, sementara kecamatan Subang merupakan daerah perkotaan dengan kesadaran pendidikan penduduknya cukup tinggi. Sementara kecamatan Blanakan memiliki harapan lama sekolah yang terrendah (9,75), hal ini menunjukan bahwa kesadaran pendidikan di kecamatan Blanakan perlu ditingkatkan secara optimal. IPM Kabupaten Subang Tahun

12 Rata-rata lama sekolah untuk penduduk lebih dari 25 tahun ke atas di kabupaten Subang masih belum sesuai harapan, dengan rata-rata lama sekolah sebesar 6,46 seharusnya bisa lebih ditingkatkan lagi. Budaya masyarakat dan faktor ekonomi mempengaruhi penduduk untuk melanjutkan pendidikannya. Pada tahun ini kecamatan dengan rata-rata lama sekolah tertinggi adalah kecamatan Subang (8,60) dan kecamatan Kasomalang (8,18). Sedangkan kecamatan Blanakan memiliki rata-rata sekolah 5,01, merupakan yang terrendah di kabupaten Subang. Peningkatan indeks pendidikan (yang ditunjang oleh harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah) kurun waktu lima tahun terakhir relatif cukup baik, ini merupakan keberhasilan perencanaan pembangunan tahun-tahun sebelumnya. Yang perlu terus diupayakan adalah memelihara upaya-upaya positif yang telah dirintis serta lebih mempertajam sehingga dapat dihasilkan capaian yang lebih baik. Jika aspek pendidikan tidak ditangani secara baik dan lebih dini, dikhawatirkan pada rentang waktu 3-5 tahun ke depan akan berdampak pada pencapaian angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Relatif belum optimalnya pencapaian rata-rata lama sekolah dimungkinan karena masih cukup besarnya penduduk dewasa Kabupaten Subang yang tingkat pendidikannya tidak tamat pendidikan dasar, sehingga meskipun partisipasi sekolah penduduk usia muda sudah sedemikian dipacu peningkatannya namun belum terasa hasilnya secara nyata. Perlu kiranya disusun intervensi strategis dalam upaya menaikkan kualitas SDM dari sisi pendidikan, khususnya bagi mereka yang telah putus sekolah sejak kurun waktu 5-10 tahun yang lalu. Program pendidikan dasar 9 tahun seyogyanya juga diupayakan lebih serius bagi penduduk putus sekolah yang belum mengenyam pendidikan dasar maupun menengah pertama meskipun usianya telah beranjak dewasa. Salah satu jalan keluarnya adalah dengan lebih mengoptimalkan pemanfaatan pendidikan luar sekolah (PLS) seperti, program Paket A, B dan C dan keaksaraan fungsional. IPM Kabupaten Subang Tahun

13 Kondisi tingkat pendidikan menurut kecamatan, apabila dibandingkan dengan daerah pedataran dan pantai, indeks pendidikan di daerah pegunungan relatif lebih baik. Hampir seluruh kecamatan di daerah pegunungan mempunyai indeks pendidikan di atas indeks kabupaten. Serta ada kecenderungan semakin mendekati daerah pantai dan kecamatan yang letaknya agak menjorok dari jalur transportasi, mempunyai indeks lebih kecil dibanding dengan indeks pendidikan di wilayah lainnya. IPM Kabupaten Subang Tahun

14 Tabel 4.4 : Harapan Lama Sekolah (HLS) penduduk Dewasa Di Kabupaten Subang menurut Kecamatan Tahun 2015 No. Kecamatan Harapan Lama Sekolah (HLS) [1] [2] [3] 01. Sagalaherang 10, Serangpanjang 10, Jalancagak 11, Ciater 10, Cisalak 13, Kasomalang 12, Tanjungsiang 12, Cijambe 11, Cibogo 12, Subang 12, Kalijati 11, Dawuan 11, Cipeundeuy 11, Pabuaran 11, Patokbeusi 10, Purwadadi 11, Cikaum 10, Pagaden 12, Pagaden Barat 12, Cipunagara 10, Compreng 10, Binong 12, Tambakdahan 10, Ciasem 11, Pamanukan 11, Sukasari 9, Pusakanagara 10, Pusakajaya 12, Legonkulon 10, Blanakan 9,75 Kabupaten Subang 11,51 IPM Kabupaten Subang Tahun

15 Grafik 4.3. Harapan Lama Sekolah Penduduk Kabupaten Subang Menurut Kecamatan, Tahun HLS Sagalaherang Serangpanjang Jalancagak Ciater Cisalak Kasomalang Tanjungsiang Cijambe Cibogo Subang Kalijati Dawuan Cipeundeuy Pabuaran Patokbeusi Purwadadi Cikaum Pagaden Pagaden Barat Cipunagara Compreng Binong Tambakdahan Ciasem Pamanukan Sukasari Pusakanagara Pusakajaya Legonkulon Blanakan IPM Kabupaten Subang Tahun

16 Komponen IPM bidang pendidikan lainnya adalah Rata-rata lama Sekolah No. Tabel 4.5 : Rata-rata Lama Sekolah (RLS) penduduk Dewasa Di Kabupaten Subang menurut Kecamatan Tahun Kecamatan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) [1] [2] [3] 01. Sagalaherang 7, Serangpanjang 5, Jalancagak 7, Ciater 7, Cisalak 7, Kasomalang 8, Tanjungsiang 6, Cijambe 7, Cibogo 5, Subang 8, Kalijati 6, Dawuan 7, Cipeundeuy 6, Pabuaran 5, Patokbeusi 5, Purwadadi 8, Cikaum 5, Pagaden 6, Pagaden Barat 5, Cipunagara 5, Compreng 5, Binong 6, Tambakdahan 5, Ciasem 6, Pamanukan 5, Sukasari 5, Pusakanagara 5, Pusakajaya 5, Legonkulon 5, Blanakan 5,01 Kabupaten Subang 6,46 IPM Kabupaten Subang Tahun

17 Grafik 4.4. Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Dewasa Kabupaten Subang Menurut Kecamatan, Tahun RLS Sagalaherang Serangpanjang Jalancagak Ciater Cisalak Kasomalang Tanjungsiang Cijambe Cibogo Subang Kalijati Dawuan Cipeundeuy Pabuaran Patokbeusi Purwadadi Cikaum Pagaden Pagaden Barat Cipunagara Compreng Binong Tambakdahan Ciasem Pamanukan Sukasari Pusakanagara Pusakajaya Legonkulon Blanakan Penduduk dengan tingkat pendidikan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya adalah di ibu kota kabupaten yaitu Kecamatan Subang (8,60 tahun). Hal ini dapat dimengerti, sebab Kabupaten Subang merupakan sentra pertanian dengan sebaran pusat perekonomian hanya berada di beberapa titik saja. Penduduk dengan tingkat pendidikan yang relatif lebih tinggi akan berusaha mencari lapangan usaha yang sesuai dengan tingkat pendidikan/ijazah yang dimilikinya. Peluang ini untuk mencari lapangan usaha tersebut biasanya terdapat di ibukota pemerintahan. Disamping itu, jenjang pendidikan menengah dan tinggi juga terkonsentrasi di Kecamatan Subang, sehingga banyak siswa dari seluruh pelosok di Kabupaten Subang yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi berpindah domisili ke Kecamatan Subang. Karena adanya kondisi tersebut, maka rata-rata lama sekolah penduduk Kecamatan Subang mencapai 8,60 tahun (setara dengan tamat kelas 2 SLTP). RLS Kabupaten = 6,46 tahun IPM Kabupaten Subang Tahun

18 Dari grafik sebelumnya (Grafik 4.4) kembali terlihat bahwa rata-rata sekolah kecamatan-kecamatan yang berada di daerah pegunungan umumnya lebih baik dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan di daerah pedataran dan pantai. Bahkan kecamatan-kecamatan yang berada di daerah pedataran dan pantai, hampir keseluruhan mempunyai rata-rata lama sekolah di bawah angka kabupaten. Fenomena ini perlu kajian yang lebih mendalam untuk perencanaan pembangunan di bidang pendidikan, sebagai upaya mendukung akselerasi pencapaian IPM di tingkat kecamatan. Permasalahan rendahnya tingkat pendidikan harus dapat teridentifikasi dengan baik, sehingga dapat menjawab apakah benar terpengaruh oleh ketersediaan sarana/layanan pendidikan? masalah ekonomi akibat mahalnya biaya pendidikan? Atau masalah sosial budaya lainnya? IPM Kabupaten Subang Tahun

19 4.5. Pencapaian IPM Dibidang Daya Beli. Kemampuan daya beli merupakan indikator yang tidak berdiri sendiri tetapi terkait dengan kondisi perekonomian secara makro, baik makronasional maupun makrointernasional, misalnya guncangan harga bahan bakar minyak (BBM), memberikan pengaruh terhadap perekonomian Kabupaten Subang dengan kenaikan BBM jelas mempengaruhi sekali kepada kemampuan daya beli masyarakat karena melambungnya harga-harga kebutuhan pokok, faktor lain yang mempengaruhi daya beli adalah pendapatan masyarakat itu sendiri. Berbicara masalah pendapatan terbentang sederet permasalahan yang terkait dengan tingginya angka pengangguran, jumlah penduduk miskin, iklim investasi dan rendahnya tingkat pendidikan. Pendek kata indikator daya beli tidak tunggal karena sangat tergantung kepada kondisi perekonomian, sehingga indikator daya beli relatif sulit untuk diintervensi. Dibandingkan dengan kondisi IPM di bidang kesehatan dan pendidikan, kondisi dibidang daya beli kecamatan-kecamatan di daerah pedataran dan pantai mempunyai pola yang berbeda. Ada kecenderungan daya beli di daerah pantai dan pedataran memiliki daya beli yang lebih besar di bandingkan dengan daerah pegunungan. IPM Kabupaten Subang Tahun

20 Tabel 4.6 : Daya Beli Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten SubangTahun 2015 No. Kecamatan Daya Beli (rupiah/kapita/tahun Tahun 2015 [1] [2] [4] 01. Sagalaherang Serangpanjang Jalancagak Ciater Cisalak Kasomalang Tanjungsiang Cijambe Cibogo Subang Kalijati Dawuan Cipeundeuy Pabuaran Patokbeusi Purwadadi Cikaum Pagaden Pagaden Barat Cipunagara Compreng Binong Tambakdahan Ciasem Pamanukan Sukasari Pusakanagara Pusakajaya Legonkulon Blanakan Kabupaten Subang IPM Kabupaten Subang Tahun

21 Dibukanya tol cikapali sejak Agustus 2015 seharusnya dapat memacu pertumbuhan ekonomi di kabupaten Subang, namun kondisi makro perekonomian nasional yang kurang menguntungkan turut berimbas terhadap daya beli masyarakat di kabupaten Subang, yang walaupun tumbuh akan tetapi tidak terjadi lompatan yang luar biasa. Secara umum penduduk kabupaten Subang memiliki indeks daya beli berkategori sedang. Dengan indeks sebesar 67,92, rata-rata daya beli penduduk kabupaten Subang mencapai PPP sebesar Rp ribu perkapita/tahun. Terdapat lima kecamatan yang memiliki pendapatan per kapita PPP tertinggi di kabupaten Subang dengan kemampuan daya beli yang hampir merata, yaitu Kecamatan Cibogo, Blanakan, Kalijati, Ciasem dan Subang. Besaran daya beli masing masing kecamatan tersebut adalah ; ; ; dan ribu rupiah per kapita/tahun. Sedangkan kecamatankecamatan dengan tingkat daya beli yang berada relatif rendah dibandingkan dengan kecamatan lainnya adalah Kecamatan Legonkulon (Rp ribu) dan Cikaum (Rp ribu), Cisalak (Rp ribu,-). Pemerintah Kabupaten Subang untuk meningkatkan komponen daya beli mesti menyiapkan strategi dan kebijakan yang berpihak pada masyarakat, seperti menyiapkan program ketahanan pangan secara berkelanjutan, mempertahankan kemampuan daya beli masyarakat miskin dan tertinggal, langkah-langkah pemerintah pusat dalam mengembangkan subsidi langsung tunai dapat pula dioptimalkan karena terbukti efektif menghindari merosotnya kemampuan daya beli masyarakat secara luas, walaupun dalam beberapa sisi harus ditinjau ulang agar berhasil dan tepat guna dalam mendongkrak daya beli masyarakat. IPM Kabupaten Subang Tahun

22 Grafik 4.5. Daya Beli Penduduk Kabupaten Subang Menurut Kecamatan Tahun , Daya Beli Kabupaten = Rp rb 10, , Daya Beli 6, , , Sagalaherang Serangpan... Jalancagak Ciater Cisalak Kasomalang Tanjungsiang Cijambe Cibogo Subang Kalijati Dawuan Cipeundeuy Pabuaran Patokbeusi Purwadadi Cikaum Pagaden Pagaden Barat Cipunagara Compreng Binong Tambakdahan Ciasem Pamanukan Sukasari Pusakanagara Pusakajaya Legonkulon Blanakan IPM Kabupaten Subang Tahun

BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN

BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN Ketika terjadi pergeseran paradigma pembangunan dari pembangunan yang berorientasi ekonomi (pertumbuhan ekonomi, kebutuhan dasar, kesejahteraan masyarakat dan pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN

BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN Undang-Undang Dasar 1945, mengamanatkan kepada pemerintah untuk mewujudkan kemakmuran setiap warga negara tanpa memandang perbedaan etnis, gender, dan wilayah, untuk

Lebih terperinci

7.1. PERDAGANGAN NASIONAL

7.1. PERDAGANGAN NASIONAL 7. PERDAGANGAN 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL Perdagangan mempunyai peran yang cukup penting dalam mendorong perekonomian di Kabupaten Subang. Sektor unggulan kedua setelah pertanian ini dari tahun ketahun

Lebih terperinci

7. PERDAGANGAN 7.2. PRASARANA EKONOMI 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL

7. PERDAGANGAN 7.2. PRASARANA EKONOMI 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL 7. PERDAGANGAN 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL Salah satu motor penggerak perekonomian di Kabupaten Subang adalah Perdagangan. Jumlah perusahaan perdagangan nasional di Kabupaten Subang pada tahun 2011 tercatat

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Indikator pembangunan manusia merupakan salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk menilai kualitas pembangunan manusia, ada tiga domain utama yang dinilai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 164 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan membahas mengenai kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, serta memberikan beberapa rekomendasi baik rekomendasi secara

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Indikator pembangunan manusia merupakan salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk menilai kualitas pembangunan manusia, ada tiga domain utama yang dinilai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI CABANG DINAS DAERAH KABUPATEN SUBANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI CABANG DINAS DAERAH KABUPATEN SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI CABANG DINAS DAERAH KABUPATEN SUBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUBANG Menimbang : a. Bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

Penduduk dan Tenaga Kerja Subang Dalam Angka Tahun PENDUDUK DAN TENAGA KERJA

Penduduk dan Tenaga Kerja Subang Dalam Angka Tahun PENDUDUK DAN TENAGA KERJA 3. PENDUDUK DAN TENAGA KERJA 3.1. PENDUDUK. Salah satu modal dasar pembangunan nasional selain sumber daya alam dan ilmu pengetahun dan teknologi (Iptek) adalah jumlah penduduk atau Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

Penduduk dan Tenaga Kerja Subang Dalam Angka Tahun PENDUDUK DAN TENAGA KERJA

Penduduk dan Tenaga Kerja Subang Dalam Angka Tahun PENDUDUK DAN TENAGA KERJA 3. PENDUDUK DAN TENAGA KERJA 3.1. PENDUDUK. Salah satu modal dasar pembangunan nasional selain sumber daya alam dan ilmu pengetahun dan teknologi (Iptek) adalah jumlah penduduk atau Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

Gambar 2. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Subang Tahun Figure 2. Trend Of Population Number In Subang,

Gambar 2. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Subang Tahun Figure 2. Trend Of Population Number In Subang, 3. PENDUDUK DAN TENAGA KERJA 3.1. PENDUDUK Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Dalam pembangunan, SDM yag dibutuhkan adalah yang secara kuantitas mencukupi dan secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Agustus 2009 di Laboratorium Pengindraan Jauh dan Intepretasi Citra, Departemen Ilmu Tanah

Lebih terperinci

Penduduk dan Tenaga Kerja

Penduduk dan Tenaga Kerja 3. PENDUDUK DAN TENAGA KERJA 3.1. PENDUDUK Kesejahteraan penduduk adalah parameter keberhasilan suatu bangsa, sehingga kesejahteraan penduduk ini selalu menjadi sasaran utama dalam proses pengelolaan negara.

Lebih terperinci

Pemerintahan Subang Dalam Angka Tahun PEMERINTAHAN, HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU

Pemerintahan Subang Dalam Angka Tahun PEMERINTAHAN, HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU 2. PEMERINTAHAN, HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU 2.1. PEMERINTAHAN DESA Komposisi Kecamatan pada tahun 2010 masih sama dengan tahun 2009 yaitu ada sebanyak 30 Kecamatan. Jumlah ini

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Luas dan Potensi Wilayah Luas fungsional daerah penelitian adalah 171.240 ha, secara administratif meliputi 3 (tiga) kabupaten, yaitu Kabupaten Subang, Sumedang,

Lebih terperinci

Pemerintahan Subang Dalam Angka Tahun PEMERINTAHAN, HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU

Pemerintahan Subang Dalam Angka Tahun PEMERINTAHAN, HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU 2. PEMERINTAHAN, HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU 2.1. PEMERINTAHAN DESA Pada tahun 2009 jumlah Kecamatan yang ada di Kabupaten Subang ada sebanyak 30 Kecamatan. Jumlah ini berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 16 BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1.Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Lokasi Wilayah Kabupaten Subang secara geografis terletak pada batas koordinat 107 o 31-107 o 54 BT dan di antara 6 o

Lebih terperinci

2. PEMERINTAHAN,HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU

2. PEMERINTAHAN,HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU 2. PEMERINTAHAN,HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU 2.1. PEMERINTAHAN Jumlah kecamatan pada tahun 2012 masih tetap sebanyak 30 kecamatan sesuai Peraturan Daerah Tingkat II (Perda) Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Inspektorat Daerah Kabupaten Subang telah dibentuk dengan

Lebih terperinci

INDUSTRI PENGOLAHAN DAN

INDUSTRI PENGOLAHAN DAN 6. INDUSTRI PENGOLAHAN DAN AIR MINUM 6.1. INDUSTRI PENGOLAHAN Industri pengolahan menjadi salah satu roda perekonomian yang mempunyai kemampuan cukup besar dalam menghasilkan nilai tambah barang dan menyerap

Lebih terperinci

6.2. AIR MINUM Selain industri di atas, industri penyediaan air minum merupakan salah satu industri vital bagi. Subang Dalam Angka Tahun

6.2. AIR MINUM Selain industri di atas, industri penyediaan air minum merupakan salah satu industri vital bagi. Subang Dalam Angka Tahun 6. INDUSTRI PENGOLAHAN DAN AIR MINUM 6.1. INDUSTRI PENGOLAHAN Industri pengolahan menjadi salah satu roda perekonomian yang mempunyai kemampuan cukup besar dalam menghasilkan nilai tambah barang dan menyerap

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 17 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Kabupaten Subang merupakan salah satu kabupaten di kawasan utara provinsi Jawa Barat terletak diantara 107º 31' sampai dengan 107º 54' Bujur

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Subang Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Subang Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Subang Tahun 2013 sebanyak 158.031 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Subang Tahun 2013 sebanyak 35 Perusahaan Jumlah

Lebih terperinci

A D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N

A D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N A D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N Nomor: 16/ADD.DOK.PENGADAAN.PB-ULP/KS.01.3/2014 Tanggal: 06 Oktober 2014 untuk Pengadaan Peralatan SIMKAH KUA Kecamatan Lingkup Kantor Kementerian Agama Kabupaten

Lebih terperinci

Gambaran Umum BAB I GAMBARAN UMUM

Gambaran Umum BAB I GAMBARAN UMUM BAB I GAMBARAN UMUM Pengertian pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. KONDISI DAN ANALISA KONDISI DEMOGRAFI 2.1.1. Kondisi Demografi Penduduk tidak saja berperan sebagai obyek pembangunan, tetapi lebih jauh lagi harus berperan sebagai

Lebih terperinci

Industri Pengolahan Subang Dalam Angka Tahun 2010

Industri Pengolahan Subang Dalam Angka Tahun 2010 6. INDUSTRI PENGOLAHAN DAN AIR MINUM 6.1. INDUSTRI PENGOLAHAN Klasifikasi perusahaan industri pengolahan dibedakan atas : Industri Besar, Sedang, Kecil dan Rumahtangga. Pengklasifikasian perusahaan industri

Lebih terperinci

Tabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk

Tabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk 86 BAB IV KAJIAN PEMBIAYAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH 4.1 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Proyeksi kebutuhan air bersih pada wilayah pelayanan yang telah ditentukan didapat berdasarkan guna lahan rencana Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam pembangunan wilayah. Hampir semua negara memandang bahwa industrialisasi adalah suatu keharusan

Lebih terperinci

ALOKASI PEMBIAYAAN JAMINAN KESEHATAN DI KABUPATEN SUBANG

ALOKASI PEMBIAYAAN JAMINAN KESEHATAN DI KABUPATEN SUBANG ALOKASI PEMBIAYAAN JAMINAN KESEHATAN DI KABUPATEN SUBANG ZAENAL HIRAWAN Dosen Tetap Pada Program Studi Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Subang zaenal_hirawan@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Renstra Disperindagsar

BAB I PENDAHULUAN. Renstra Disperindagsar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan Pembangunan Industri dan Perdagangan yang selama ini dilaksanakan di Kabupaten Subang telah memberikan hasil yang positif dengan adanya pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

Kinerja Pelayanan Publik Pemerintah Kabupaten Subang Pemenuhan Hak-Hak Warga

Kinerja Pelayanan Publik Pemerintah Kabupaten Subang Pemenuhan Hak-Hak Warga Kinerja Pelayanan Publik Pemerintah Kabupaten Subang Pemenuhan Hak-Hak Warga Temuan Survei Desember 21 Jl Lembang Terusan D-57, Menteng, Jakarta Pusat 131 Telp. (21) 391 9582, Fax (21) 391 9528 Website:

Lebih terperinci

Tahun. 3. Hutan Lindung 6.593, ,78 KPH Purwakarta Dokumen RPKH KPH Purwakarta , ,90 KPH Bandung Utara

Tahun. 3. Hutan Lindung 6.593, ,78 KPH Purwakarta Dokumen RPKH KPH Purwakarta , ,90 KPH Bandung Utara TABEL 1 LUAS KAWASAN HUTAN MENURUT FUNGSINYA DI KABUPATEN SUBANG TAHUN 2014 DAN No. Fungsi Kawasan Hutan Tahun Wilayah Dasar 2014 2015 1. Hutan Tetap 2.985,43 2.985,43 KPH Purwakarta Dokumen RPKH KPH Purwakarta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN. koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan. 25 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi 4.1.1 Kabupaten Subang Kabupaten Subang terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Utara pada koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DAN PROFIL KOMODITAS TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG

BAB III GAMBARAN UMUM DAN PROFIL KOMODITAS TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG 55 BAB III GAMBARAN UMUM DAN PROFIL KOMODITAS TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG 3.1 Kebijakan Pembangunan Untuk menciptakan suatu kondisi yang menjamin terlaksananya penataan ruang dan pembangunan wilayah

Lebih terperinci

9.4. LOGISTIK Selanjutnya terkait masalah persediaan beras, berdasarkan data dari Sub Divisi Regional Dolog Kabupaten Subang tahun 2011 telah

9.4. LOGISTIK Selanjutnya terkait masalah persediaan beras, berdasarkan data dari Sub Divisi Regional Dolog Kabupaten Subang tahun 2011 telah 9. KEUANGAN DAN HARGA-HARGA 9.1. KEUANGAN Realisasi penerimaan Pemerintah Daerah Kabupaten Subang selama tahun anggaran 2011 mencapai sekitar 1,410 triliyun rupiah lebih, sedangkan tahun 2010 sebesar 1,237

Lebih terperinci

4.2. OLAH RAGA DAN KESENIAN

4.2. OLAH RAGA DAN KESENIAN 4. S O S I A L 4.1. PENDIDIKAN Upaya pembangunan bidang pendidikan secara konprehensif menjadi salah satu titik tolak utama dalam rangka peningkatan kualitas SDM. Dengan terpenuhinya Anggaran Belanja Negara

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUBANG

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUBANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang - Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 39 BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 4.1 KARAKTERISTIK UMUM KABUPATEN SUBANG 4.1.1 Batas Administratif Kabupaten Subang Kabupaten Subang berada dalam wilayah administratif Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah

Lebih terperinci

Subang Dalam Angka 2014 Subang in Figures 2014

Subang Dalam Angka 2014 Subang in Figures 2014 Subang Dalam Angka 2014 Subang in Figures 2014 Subang Dalam Angka Tahun 2014 Subang in Figure 2014 ISSN / ISSN : 0215.4285 Nomor Publikasi / Publication Number : 32130.1403 Katalog BPS / BPS Catalogue

Lebih terperinci

Kata Kunci : Strategi, Implementasi, Wilayah Pengembangan (WP), dan Hirarki Kota

Kata Kunci : Strategi, Implementasi, Wilayah Pengembangan (WP), dan Hirarki Kota PERCEPATAN PENGEMBANGAN WILAYAH MELALUI STRATEGI IMPLEMENTASI WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) DAN HIRARKI KOTA-KOTA (Studi Kasus : Kabupaten Subang) ASEP HARIYANTO Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan kemajuan suatu kota ditandai dengan adanya berbagai kegiatan dan aktivitas yang beragam, seperti kegiatan pembangunan sarana dan prasarana publik, ditambah

Lebih terperinci

Subang Dalam Angka Tahun Subang in Figure 2015 ISSN : 0215.4285 Nomor Publikasi / Publication Number : 3213.1502 Katalog BPS / BPS Catalogue : 1102001.3213 Ukuran Buku / Book Size : 14,8 cm X 21 cm Jumlah

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER IPM (INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA) KABUPATEN PASER TAHUN 2011 Pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Paser pada kurun 2007 2011 terus mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Wilayah Penelitian Kabupaten Subang Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan lingkungan di setiap kabupaten masih menjadi permasalahan, begitu pula di Kabupaten Subang. Permasalahan ini bisa dilihat dari indikator kondisi sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nugroho dan Dahuri, 2004: 12 Adisasmita, 2005: 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nugroho dan Dahuri, 2004: 12 Adisasmita, 2005: 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara luas perencanaan pembangunan wilayah diartikan sebagai suatu upaya merumuskan dan mengaplikasikan kerangka teori kedalam kebijakan ekonomi dan program pembangunan

Lebih terperinci

Keuangan dan Harga-harga Subang Dalam Angka Tahun KEUANGAN DAN HARGA-HARGA

Keuangan dan Harga-harga Subang Dalam Angka Tahun KEUANGAN DAN HARGA-HARGA 9. KEUANGAN DAN HARGA-HARGA 9.1. KEUANGAN Realisasi penerimaan Pemerintah Daerah Kabupaten Subang selama tahun anggaran 2010 mencapai sekitar 1,2 triliyun rupiah lebih. Hal ini berarti telah terjadi kenaikan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI DAN PENYEDIAAN AIR BERSIH KABUPATEN SUBANG

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI DAN PENYEDIAAN AIR BERSIH KABUPATEN SUBANG 65 BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI DAN PENYEDIAAN AIR BERSIH KABUPATEN SUBANG Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 3 mengisyaratkan bahwa air dikuasai oleh negara untuk dipergunakan sebesar-besarnya

Lebih terperinci

Keuangan dan Harga-harga Subang Dalam Angka Tahun KEUANGAN DAN HARGA-HARGA

Keuangan dan Harga-harga Subang Dalam Angka Tahun KEUANGAN DAN HARGA-HARGA 9. KEUANGAN DAN HARGA-HARGA 9.1. KEUANGAN Realisasi penerimaan Pemerintah Daerah Kabupaten Subang selama tahun anggaran 2009 mencapai sekitar 987 milyar rupiah lebih. Hal ini berarti telah terjadi kenaikan

Lebih terperinci

L A P O R A N AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( L A K I P ) DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG Tahun 2015

L A P O R A N AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( L A K I P ) DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG Tahun 2015 L A P O R A N AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( L A K I P ) DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG Tahun 2015 PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN Jl. AIPDA KS.

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Subang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Subang BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Subang Kantor Pelayanan Pajak Pratama Subang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2007 tentang

Lebih terperinci

Gambar 10. Kabupaten Subang

Gambar 10. Kabupaten Subang 9255000 9270000 9285000 9300000 9315000 IV. LOKASI PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Lokasi PT. Sang Hyang Seri (Persero) sebagian besar arealnya terletak di Desa Ciasem Girang, Kecamatan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUBANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUBANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

REKAPITULASI JUMLAH TPS PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SUBANG

REKAPITULASI JUMLAH TPS PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SUBANG REKAPITULASI PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SUBANG NO. 1 SAGALAHERANG CURUGAGUNG 8 LELES 6 SAGALAHERANG KALER 10 SAGALAHERANG KIDUL 8 DAYEUHKOLOT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang dilaksanakan secara berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Tujuan utama

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG 3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia Manusia adalah makhluk Tuhan yang terdiri dari ruh dan jasad yang dilengkapi dengan potensi dan kelebihan dibandingkan makhluk lainnya,

Lebih terperinci

KABUPATEN SUBANG [3213]

KABUPATEN SUBANG [3213] KABUPATEN SUBANG [3213] 1 Kode Kecamatan Dan Nama Kecamatan No Kode Nama Kecamatan 1. 3213010 SAGALAHERANG 2. 3213020 JALANJAGAK 3. 3213030 CISALAK 4. 3213040 TANJUNGSIANG 5. 3213050 CIJAMBE 6. 3213060

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah memberikan keleluasaan wewenang kepada daerah untuk melaksanakan pembangunan daerah sesuai dengan potensi

Lebih terperinci

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal KOMPONEN IPM Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki manusia (masyarakat). Di antara berbagai pilihan, yang terpenting yaitu berumur panjang dan sehat,

Lebih terperinci

Data Pokok Pembangunan 2014 PEMBANGUNAN MANUSIA

Data Pokok Pembangunan 2014 PEMBANGUNAN MANUSIA PEMBANGUNAN MANUSIA Proses pembangunan yang sedang dilaksanakan terutama pada Negara berkembang hakikatnya adalah pembangunan terhadap manusianya. Taraf kualitas kehidupan manusia merupakan tujuan utama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Di banyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2015, VOL. 15, NO. 1

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2015, VOL. 15, NO. 1 JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2015, VOL. 15, NO. 1 Evaluasi Potensi Pakan Serat dan Daya Dukung untuk Pengembangan Ternak Ruminansia di Wilayah Kabupaten Subang (Evaluation of Forage and Agricultural Waste

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR DAERAH Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau pencapaian visi dan misi bupati dan wakil bupati pada akhir periode masa jabatan, maka ditetapkanlah beberapa indikator kinerja

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 (Oleh Endah Saftarina Khairiyani, S.ST) 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan era globalisasi menuntut setiap insan untuk menjadi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB VII P E N U T U P

BAB VII P E N U T U P BAB VII P E N U T U P Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Akhir Tahun 2012 diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja, baik makro maupun mikro dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap upaya pembangunan membawa konsekuensi terhadap kualitas lingkungan. Interaksi antara pembangunan dan lingkungan merupakan kajian penting untuk mengakomodir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang isi Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang tercantum dalam Perda Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Jawa Barat, yaitu Dengan Iman dan Taqwa Jawa

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2016

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2016 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, KEHUTANAN DAN KETAHANAN PANGAN Jln. Veteran-Sukamelang No.11 Telp/Fax. (0260) 415638-416082

Lebih terperinci

KOMITMEN MASYARAKAT INTERNASIONAL TERHADAP PENDIDIKAN KEAKSARAAN

KOMITMEN MASYARAKAT INTERNASIONAL TERHADAP PENDIDIKAN KEAKSARAAN KOMITMEN MASYARAKAT INTERNASIONAL TERHADAP PENDIDIKAN KEAKSARAAN Dasar Hukum Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 : Setiap warga negara mempuyai hak untuk memperoleh pengajaran Undang-Undang Nomor 20 Tahun

Lebih terperinci

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hilir tahun adalah Indragiri Hilir berjaya dan gemilang Pada

BAB I PENDAHULUAN. Hilir tahun adalah Indragiri Hilir berjaya dan gemilang Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pembangunan jangka panjang dalam dokumen Kabupaten Indragiri Hilir tahun 2005 2025 adalah Indragiri Hilir berjaya dan gemilang 2025. Pada perencanaan jangka menengah,

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (SKPD) DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG TAHUN

RENCANA STRATEGIS (SKPD) DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG TAHUN RENCANA STRATEGIS (SKPD) DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG TAHUN 4 8 PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN TAHUN 4 KATA PENGANTAR Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA SUBANG NOMOR: W10-A9/975/HK.05/III/2017

SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA SUBANG NOMOR: W10-A9/975/HK.05/III/2017 Membaca SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA SUBANG NOMOR: W10-A9/975/HK.05/III/2017 TENTANG PERUBAHAN SURAT KEPUTUSAN PENGADILAN AGAMA SUBANG NOMOR: W10-A9/654/HK.05/II/2017 TENTANG PANJAR BIAYA PERKARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi tentang..., Aris Roosnila Dewi, FISIP UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Studi tentang..., Aris Roosnila Dewi, FISIP UI, 2010. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka menengah dan panjang. Namun sampai saat ini masih banyak penduduk miskin yang memiliki

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan merupakan rangkaian kegiatan dari programprogram

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan merupakan rangkaian kegiatan dari programprogram I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan merupakan rangkaian kegiatan dari programprogram di segala bidang secara menyeluruh, terarah, terpadu, dan berlangsung secara terus menerus dalam

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau pencapaian visi dan misi walikota dan wakil walikota pada akhir periode masa jabatan, maka ditetapkanlah beberapa indikator

Lebih terperinci

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam perumusan strategi didasarkan pada kriteria : 1. Strategi yang realistis untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan 2. Menganalisis dan mengevaluasi faktor faktor

Lebih terperinci

Mudah-mudahan Profil Kesehatan Kabupaten Subang Tahun 2011 ini bermanfaat dalam mengisi kebutuhan data dan informasi kesehatan, amien

Mudah-mudahan Profil Kesehatan Kabupaten Subang Tahun 2011 ini bermanfaat dalam mengisi kebutuhan data dan informasi kesehatan, amien KATA PENGANTAR Puji dan syukur ke Hadirat Allah SWT, berkat limpahan dan rahmat -Nya, telah mengizinkan tersusunnya dokumen Profil Kesehatan Kabupaten Subang Tahun 2011. Profil kesehatan Kabupaten Subang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 02/10/Th. VII, 05 Oktober 2015 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 2010-2O14 (PENGHITUNGAN DENGAN MEMAKAI METODE BARU) Selama kurun

Lebih terperinci

PROFIL PROVINSI JAWA BARAT

PROFIL PROVINSI JAWA BARAT IV. PROFIL PROVINSI JAWA BARAT Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

DR. H. Sofyan Sauri, M.Pd (Ketua) Anggota : 1. Drs. H. Ade Sadikin Akhyadi, MSi 2. Drs. Yadi Ruyadi, MSi

DR. H. Sofyan Sauri, M.Pd (Ketua) Anggota : 1. Drs. H. Ade Sadikin Akhyadi, MSi 2. Drs. Yadi Ruyadi, MSi Program Akselerasi Peningkatan APK Dalam Rangka Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun Melalui Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mahasiswa UPI Di Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat dan Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 20 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada awalnya ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita, dengan asumsi pada saat pertumbuhan dan pendapatan perkapita tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan permasalahan yang dihadapi oleh seluruh Negara, terutama di Negara berkembang seperti Indonesia. Pemerintah Indonesia telah memberlakukan

Lebih terperinci

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA Abstrak Upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia telah menjadi prioritas di setiap era pemerintahan dengan berbagai program yang digulirkan. Pengalokasian anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan terus menjadi masalah utama di berbagai belahan dunia, khususnya di Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang. Kemiskinan yang terjadi

Lebih terperinci