II. TINJAUAN PUSTAKA. cenderung ditemukan dalam deposit sulfide (Manahan,2001). Kemelimpahan Cd

dokumen-dokumen yang mirip
4.1. Penentuan Konsentrasi Gel Pektin dalam Cookies

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah merubah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar perairan.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan teknologi dan berkembangnya dunia industri, ikut andil

pektat dan membentuk jembatan yang akan mengikat ion-ionlogam berat dalam suatu larutan(constenla dan Lozano, 2003).

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. di Indonesia dengan angka sebesar ton pada tahun Durian (Durio

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

II. TINJAUAN PUSTAKA. kondisi perairan tersebut (Wulan dkk, 2013).

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk buah terpopuler di negara-negara ASEAN. Buah khas daerah tropis ini

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

PENGAMBILAN PEKTIN DARI AMPAS WORTEL DENGAN EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PELARUT HCl ENCER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN GULA, GARAM DAN ASAM. Disiapkan oleh: Siti Aminah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan,

PEMBUATAN PEKTIN DARI KULIT COKELAT DENGAN CARA EKSTRAKSI

TINJAUAN PUSTAKA. sudah akrab dengan aroma, rasa, dan bentuk buah yang berduri. Buah khas daerah

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN PEKTIN KULIT BUAH JERUK SIAM (Citrus nobilis var. microcarpa) SEBAGAI ADSORBEN LOGAM TEMBAGA (Cu)

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, fungsinya bagi kehidupan tidak pernah bisa digantikan oleh senyawa

POTENSI PEKTIN KULIT PISANG KEPOK (Musa paradisiaca forma typica) UNTUK MENYERAP LOGAM BERAT KADMIUM (Cd)

I. PENDAHULUAN. Bidang industri di Indonesia pada saat ini berkembang cukup pesat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI. Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Durian adalah nama tumbuhan tropik yang berasal dari Asia Tenggara,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dan perubahan lingkungan tidak menghambat perkembangan industri. Hal ini

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Ginjal Puyuh yang Terpapar Timbal (Pb)

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman semangka (Citrullus vulgaris) merupakan tanaman yang berasal

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB I PENDAHULUAN. pengisi, bahan perekat pada selai dan jeli, bahan penambah gizi dan stabilizer

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada bidang industri di Indonesia saat ini mengalami kemajuan

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

SELAI PEPAYA. Selai adalah bahan dengan konsistensi gel atau semi gel yang dibuat dari bubur buah. Selai digunakan sebagai bahan pembuat roti dan kue.

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

PENGARUH KONSENTRASI PELARUT HCl PADA EKTRAKSI PEKTIN DARI KULIT PISANG AMBON

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian.

WASTE TREATMENT COMPETITION PEMANFAATAN KULIT DURIAN SEBAGAI BIOSORBEN LOGAM BERAT PADA LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN MINERAL DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. industri tapioka, yaitu : BOD : 150 mg/l; COD : 300 mg/l; TSS : 100 mg/l; CN - :

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Musa paradisiaca. Pisang merupakan tanaman hortikultura

I. PENDAHULUAN. bermanfaat jika diolah, misalnya dibuat marmalade (Sarwono, 1991). Bagian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Anonim (2011), produksi tomat Indonesia dari tahun 2008 hingga tahun

Pengaruh ph dan Waktu Ekstraksi Terhadap Karakteristik Pektin dari Kulit Coklat

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

Skala ph dan Penggunaan Indikator

HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan

Laporan Kimia Analitik KI-3121

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

ANALISA MAKANAN DAN MINUMAN ANALISIS KADAR ABU DAN MINERAL OLEH :

II. TINJAUAN PUSTAKA. sangat cocok diolah menjadi keripik, buah dalam sirup, aneka olahan tradisional,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. Hasil dan Pembahasan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menunjukkan

PENGARUH SUHU EKSTRAKSI KULIT BUAH PAPAYA DENGAN PELARUT HCL 0,1N PADA PEMBUATAN PEKTIN

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

EKSTRAKSI PEKTIN PADA KULIT BUAH NAGA SUPER MERAH (HYLOCEREUS COSTARICENCIS) DENGAN VARIASI SUHU EKTRAKSI DAN JENIS PELARUT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

PENGARUH KONSENTRASI HCl DAN Ph PADA EKSTRAKSI PEKTIN DARI ALBEDO DURIAN DAN APLIKASINYA PADA PROSES PENGENTALAN KARET

I. PENDAHULUAN. mencegah rabun senja dan sariawan (Sunarjono, 2003). Jeruk bali bisa dikonsumsi

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Logam Kadmium (Cd) Logam Kadmium (Cd) merupakan logam yang bernomor atom 48 dan massa atom 112,41. Logam ini termasuk dalam logam transisi pada periode V dalam tabel periodik. Logam Cd dikenal sebagai unsur chalcophile, jadi cenderung ditemukan dalam deposit sulfide (Manahan,2001). Kemelimpahan Cd pada kerak bumi adalah 0,13 µg/g. Pada lingkungan akuatik, Cd relatif bersifat mudah berpindah. Cd memasuki lingkungan akuatik terutama dari deposisi atmosferik dan efluen pabrik yang menggunakan logam ini dalam proses kerjanya. Di perairan umumnya Cd hadir dalam bentuk ion-ionnya yang terhidrasi, garam-garam klorida, terkomplekskan dengan ligan anorganik atau membentuk kompleks dengan ligan organik (Weiner,2008). Cd di sedimen perairan yang tak terkontaminasi berkisar antara 0,1 sampai 1,0µg/g bobot kering. Pada umumnya di air permukaan, baik Cd terlarut maupun partikulatnya secara rutin dapat terdeteksi. Koefisien distribusi Cd partikulat/cd terlarut pada perairan sungai di dunia berkisar dari 10 4 sampai 10 5. Fluks input antropogenik secara global per tahun jauh melebihi emisi Cd dari sumber alamiahnya seperti kegiatan gunung berapi, Windborne soil particles, garamgaram dari laut dan partikel biogenik sampai dengan satu tingkatan magnitude (Csuros and Csuros,2002). Secara global sumber utama Cd adalah dari deposisi atmosferik, proses smelting dan refining dari logam non ferrous, proses industri terkait produksi 9

10 bahan kimia dan metalurgi, serta air buangan limbah domestik. Hanya 15% saja dari deposisi atmosferi yang berasal dari sumber-sumber alamiah. Diperkirakan 1.000 ton Cd dilepaskan per tahun ke atmosfer dari smelters dan pabrik-pabrik yang mengolah Cd. Pelepasan Cd ke dalam perairan alamiah sebagian besar berasal dari industri galvanik, sumber lain polusi Cd adalah industri batrei, pupuk dan fungisida yang mengandung Cd dan Zn juga merupakan sumber potensial polusi kedua logam ini (Allen et al., 1998). Kadmium (Cd) merupakan logam yang bersifat kronis dan pada manusia biasanya terakumulasi dalam ginjal. Keracunan Cd dalam waktu yang lama membahayakan kesehatan paru-paru, tulang, hati, kelenjar reproduksi dan ginjal. Logam ini juga bersifat neurotoksin yang menimbulkan dampak rusaknya indera penciuman (Anwar,1996). B. Definisi Pisang Kepok (Musa paradisiaca forma typica) dan Taksonominya Pisang adalah tumbuhan yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tumbuhan pisang kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Iklim tropis yang sesuai serta kondisi tanah yang mengandung humus membuat tumbuhan pisang sangat cocok dan tersebar luas di Indonesia. Saat ini hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah penghasil pisang. Tumbuhan pisang banyak terdapat dan tumbuh di daerah tropis maupun sub tropis (Suyanti dan Supriyadi., 2008) Pisang merupakan jenis buah yang paling umum ditemui tak hanya di perkotaan tetapi juga di pedesaan. Ada beragam jenis buah pisang salah satunya

11 adalah pisang kepok. Pisang ini termasuk pisang yang enak setelah diolah. Bentuk buahnya agak pipih sehingga kadang disebut pisang gepeng. Berat per tandan dapat mencapai 14-22 kg dengan jumlah sisir 10-16, setiap sisir terdiri dari 12-20 buah (Napitupulu, 2010). Taksonomi pisang kepok menurut Satuhu dan Supriyadi (2008) adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Class Ordo Familia Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida : Zingiberales : Musaceae : Musa : Musa paradisiaca forma typica Gambar 1. Pisang Kepok (Satuhu dan Supriyadi., 2008) Pemanfaatan buah pisang yang besar untuk berbagai jenis makanan akan menghasilkan limbah berupa kulit pisang. Bobot kulit pisang mencapai 40% dari buahnya. Dengan demikian pisang menghasilkan limbah dengan volume yang besar. Kulit buah pisang mengandung pektin yang berkisar antara 0,9% dari berat kering.

12 C. Pektin 1. Definisi dan struktur pektin. Menurut Hanum dkk (2012), Pektin merupakan polimer dari asam D- galakturonat yang dihubungkan oleh ikatan β-1,4 glikosidik. Asam D- galakturonat memiliki struktur yang sama seperti struktur D-galaktosa, perbedaannya terletak pada gugus alkohol primer C6 yang memiliki gugus karboksilat seperti terlihat pada gambar 2. Gambar 2. Struktur pektin Pektin juga mengandung komponen non gula khususnya methanol, asam asetat, asam fenolat, dan terkadang gugus amida. Reaksi esterifikasi asam galakturonat dengan methanol atau asam asetat merupakan reaksi yang akan menentukan karakterisrik struktur pektin yang dihasilkan. Derajat esterifikasi (degree of esterification / DE) pektin menunjukan persentase gugus karbonyl yang diesterifikasi dengan metanol. Jika lebih dari 50% gugus karboksil dimetilasi, maka pektin yang dihasilkan tergolong High Methoxyl Pectin (HMP). Sedangkan jika kurang dari 50% yang dimetilasi, maka disebut Low Methoxyl Pectin (LMP) (Kurniasari dkk., 2012). Pektin pertama kali diisolasi tahun 1825 oleh Heneri Bracannot. Kegunaan utamanya adalah sebagai gelling agent dan stabilizer pada

13 berbagai industri pangan (Srivastava dan Malviya, 2011). Selain dibidang pangan, pektin juga banyak digunakan pada bidang farmasi dan kedokteran misalnya sebagai penggumpal pada terapi darah (Madhav dan Pushpalatha, 2002). Penggunaan pektin saat ini cukup luas, banyak dibutuhkan dalam industri pangan dan industri non pangan. Pektin dengan kadar metoksil tinggi digunakan untuk pembuatan selai dan jelly dari buah-buahan, kembang gula, pengental minuman dan sirup buah-buahan berkalori rendah serta digunakan dalam emulsi-emulsi flavor dan saus salad sebagai penstabil. Pektin berkadar metoksil rendah biasanya digunakan dalam pembuatan saus salad, pudding, gel buah dalam es krim, selai dan jeli berkalori rendah dan untuk orang yang menghindari gula, serta pektin bermetoksil rendah dapat digunakan sebagai biosorben logam berat(kurniasari dkk., 2012) 2. Ekstraksi Pektin Pektin dapat diperoleh dari jaringan tanaman dengan cara ekstraksi. Proses pembuatan pektin ini melalui beberapa tahap yaitu preparasi, ekstraksi, pemisahan, pencucian dan pengeringan. Preparasi (perlakuan pendahuluan) berfungsi menghilangkan kotoran-kotoran, senyawa gula dan bahan terlarut lainnya. Proses preparasi ini juga meliputi penghalusan bahan karena ekstraksi dapat berjalan dengan baik apabila bahan dihaluskan terlebih dahulu. Tahapan ekstraksi merupakan tahap pengeluaran pektin dari jaringan tanaman dengan menggunakan pelarut. Perbandingan jumlah bahan

14 yang diekstrak dengan larutan akan mempengaruhi jumlah pektin yang dihasilkan. Rasio pelarut bahan kira-kira 3:1 untuk bahan basah atau 12:1 untuk bahan kering (Braverman, 1963 dalam Octaviana, 2012). Proses pemisahan (Pengendapan) pektin merupakan suatu proses pemisahan pektin dari larutannya. Pektin adalah koloid hidrofilik yang bermuatan negatif (dari gugus karboksil bebas yang terionisasi) dan tidak mempunyai titik isoelektrik seperti kebanyakan koloidal hidrofilik. Pektin lebih utama distabilkan oleh hidrasi partikelnya daripada oleh muatannya. Penambahan etanol dapat mendehidrasi pektin sehingga mengganggu stabilitas larutan koloidalnya dan akhirnya pektin akan terkoagulasi (Rouse, 1997 dalam Hariyanti 2006). Tahapan pencucian (pemurnian) berfungsi untuk membebaskan pektin dari senyawa yang tidak diinginkan, biasanya pencucian dilakukan 2-3 kali. Suradi (1984) melakukan pencucian pektin dari kulit jeruk dengan alkohol 80% sampai batas khlorida. Salah satu tujuan pencucian pektin adalah untuk menghilangkan klorida yang ada pada pektin. Menurut Shi dkk (1996 dalam Lubis 2003) menyatakan bahwa pencucian endapan pektin perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya browning selama proses pengeringan dan mengurangi keasaman pada produk yang dihasilkan. Untuk mengetahui masih ada tidaknya khlorida di dalam endapan pektin, maka dapat ditambahkan perak nitrat pada larutan bekas pencucian endapan pektin yang akan membentuk endapan putih (AgCl) apabila bereaksi dengan khlorida.

15 Pengeringan adalah tahap akhir dalam produksi pektin. Pengeringan pektin dilakukan pada suhu kamar, dengan sinar matahari atau oven. Menurut McCready (1965) Pengeringan pektin kulit jeruk dilakukan menggunakan suhu 60 o C dibawah tekanan selama 16 jam. Sunarmani dkk (1999) melakukan pengeringan pektin pada suhu 50 o C-60 o C selama 6-7 jam dengan menggunakan pengeringan vakum. D. Mekanisme Daya Serap Pektin Pektin terdapat di seluruh jaringan tumbuhan terutama pada buah. Pektin memiliki kemampuan sebagai antidotum untuk pertama kali ditemukan pada tahun 1951, dan pada tahun 1952 dibuktikan secara in vivo terhadap penyerapan strontum dalam jaringan gastroinstentinal. Strontium 0,1% yang terdapat dalam darah setelah diberikan pektin berkurang dalam waktu 24 jam. Pengikatan logam oleh pektin karena adanya gugus-gugus yang memiliki pasangan elektron bebas terhadap kation logam seperti gugus karboksilat dan hidroksi yang terdapat pada polimer pektin, sehingga kation logam dapat tertarik dan berikatan membentuk kompleks pektin dan logam (Endress, 1991 dalam Lubis, 2003). Gugus karboksilat dari pektin mampu bereaksi dengan ion-ion logam berat untuk membentuk senyawa kompleks yang tidak larut dalam air dan dapat bereaksi dengan feses. Derajat esterifikasi sangat mempengaruhi reaktivitas pektin terhadap ion logam berat. Pektin didalam larutan berkumpul dan membentuk kantung-kantung yang dimana kantung tersebut dapat membentuk kompleks dengan kation logam (Kupchik dkk., 2005). Wong dkk (2008) menyatakan bahwa

16 daya serap pektin dapat ditingkatkan dengan cara memodifikasi pektin tersebut. Kelarutan pektin akan meningkat dengan derajat esterifikasi dan turunnya berat molekul. Semakin mudah pektin larut dalam air maka akan semakin mudah untuk mengendapkannya dengan suatu elektrolit. Waktu penyerapan atau waktu interaksi ion logam dan adsorben merupakan parameter penting untuk mengetahui kecepatan reaksi adsorpsi. Waktu interaksi antara ion logam dan adsorben akan mempengaruhi jumlah ion logam yang terikat pada adsorben, dimana semakin lama waktu interaksi, jumlah ion logam yang teradsorpsi juga semakin banyak (Krismastuti dkk., 2008). E. Spektrofotometer Serapan Atom Spektrofotometer serapan atom atau AAS adalah salah satu metode spektroskopi yang sangat berguna untuk menganalisis kadar logam dalam jumlah renik/kecil. Metode AAS dapat digunakan untuk menganalisis unsur-unsur logam pada konsentrasi dari kuantitas trans (renik) sampai kualitas makro. Metode ini mampu menganalisis kadar logam dalam berbagai pelarut. Prinsip kerja AAS adalah pengukuran intensitas yang diserap sampel yang harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang berada dalam keadaan dasarnya dan diukur pada panjang gelombang tertentu (Rochman, 2001). Konsentrasi larutan sampel dapat ditentukan dengan cara membandingkan absorbansi (A) larutan sampel dengan absorbansi larutan standar yang diketahui konsentrasinya. Selanjutnya dibuat kurva kalibrasi yaitu grafik hubungan antara absorbansi (A) terhadap konsentrasi larutan standar yang berupa garis lurus.

17 Larutan sampel diukur absorbansinya, kemudian diplot pada kurva kalibrasi tersebut. Dengan demikian konsentrasi substrat dapat ditentukan (Rochman, 2001). F. Hipotesis 1. Pektin kulit buah pisang kepok memiliki daya serap terhadap logam kadmium. 2. Berat pektin kulit pisang kepok dan lama waktu remediasi berpengaruh positif dengan kecepatan remediasi.