EFEKTIVITAS SKARIFIKASI DAN KONSENTRASI AIR KELAPA MUDA TERHADAP PERKECAMBAHAN BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L.)

dokumen-dokumen yang mirip
PERENDAMAN BENIH SAGA (Adenanthera pavonina L.) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI AIR KELAPA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KECAMBAH

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

RESPON DAYA KECAMBAH BIJI SAGA (Adenanthera pavonina L.) AKIBAT LAMA WAKTU PERENDAMAN DENGAN AIR

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. multiguna karena hampir seluruh bagian pohonnya dapat dimanfaatkan.

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.)

RESPON PERKECAMBAHAN BIJI TEMBESU (Fragraea fragrans Roxb.) PADA PERENDAMAN BERBAGAI KONSENTRASI GIBERELIN (GA 3 )

PEMBERIAN KNO 3 DAN AIR KELAPA PADA UJI VIABILITAS BENIH PEPAYA (Carica papaya L.) SKRIPSI OLEH :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Uji perkecambahan benih padi dengan menggunakan konsentrasi larutan Kalium Nitrat (KNO 3 ) 3%

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERLAKUAN PENGAMPLASAN TERHADAP KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH AREN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 2 No. 2, Mei 2014 (25 32)

PENENTUAN CARA PERLAKUAN PENDAHULUAN BENIH SAGA POHON ( Adenanthera sp.) Determinatiom of Seeds Pre-treatment Method of Saga Pohon (Adenanthera sp.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai

PENGARUH BEBERAPA KONSENTRASI KALIUM NITRAT TERHADAP VIABILITAS BENIH KOPI ARABIKA (Coffea arabica L) DAN ROBUSTA (Coffea robusta L) SKRIPSI OLEH :

SKRIPSI. PENGARUH PEMBERIAN 2,4-D DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) Oleh Nurul Mufidah H

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) dengan 20 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini

Unnes Journal of Life Science

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari 4 taraf perlakuan. Faktor kedua adalah lama perendaman (L) di dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman

PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTU PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR NASA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum Lam.

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN LAMA PENYIMPANAN DAN MEDIA SIMPAN TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

Sri Wira Karina 1), Elis Kartika 2), dan Sosiawan Nusifera 2) Fakultas Pertanian Universitas Jambi

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lokasi pembibitan CV. TAIDU Kecamatan Alor

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS UREA PADA BEBERAPA VARIETAS SORGUM ( Sorghum bicolor L.) TERHADAP HASIL DAN MUTU BENIH

KAJIAN PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT BIJI BOTANI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA BEBERAPA MACAM MEDIA

yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu terjadi karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas. (QS. Al-Baqarah : 61)

MORFOLOGI BENIH, PEMATAHAN DORMANSI DAN PERKECAMBAHAN BENIH KEMENYAN DURAME (Styrax benzoin Dryander)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penanaman tanaman kacangan penutup tanah (Legume Cover Crop/LCC)

PENGARUH PELAPISAN CHITOSAN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS BENIH DAN PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan menggunakan

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAB III METODE PENELITIAN. adalah konsentrasi PEG 6000 (Polietilena glikol) (K) yang terdiri dari 4 taraf

MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN ASAM SULFAT TERHADAP PERKECAMBAHAN BIJI AREN ( Arenga pinnata Merr. ) SKRIPSI

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

Pematahan Dormansi Benih Aren Secara Fisik Pada Berbagai Lama Ekstraksi Buah

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi larutan PEG (Polyethylene

LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN

PEMATAHAN DORMANSI BENIH

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. (United States Department of Agriculture, 2011). vertikal dan horizontal. Bagian akar yang aktif adalah pada kedalaman cm,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains. Oleh : Ida Rahmah Susiani NIM. M

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS JAGUNG KUNING DAN JAGUNG PUTIH

BAB III METODE PENELITIAN. (Allium cepa L.) terhadap viabilitas benih kakao (Theobrema cacao L.) ini bersifat

Pematahan Dormansi Benih Bintaro (Cerbera manghas Linn.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

PENGARUH KEMATANGAN BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L).Merrill)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Influence of Ripeness, Seed Drying and Seed Skin Condtion on The Germination Of Papaya Seeds (Carica papaya L.) Variety Callina

II. TINJAUAN PUSTAKA. daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala

MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

The Effects of Germination Substrate and Pre Germination Treatments on Noni Seed (Morinda citrifolia L.) Viability and Its Relation to Seed Dormancy

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

PERANAN AIR DAUN SIRIH (Piper betle Linn.) DALAM MENJAGA KUALITAS BENIH SENGON (Paraserianthes falcataria)

Pemberian H 2 so 4 dan Air Kelapa pada Uji Viabilitas Biji Kopi Arabika (Coffea arabika L.)

PENGARUH SUHU AIR AWAL DAN LAMA PERENDAMAN BENIH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KOPI ARABIKA (Coffea arabica L.)

PENENTUAN STADIA KEMASAKAN BUAH NANGKA TOAYA MELALUI KAJIAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI BENIH ABSTRAK

PENGARUH PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI SECARA KIMIA TERHADAP VIABILITAS BENIH DELIMA (Punica granatum L.) SKRIPSI. Oleh :

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 2 No. 2, Mei 2014 (71 78)

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi.

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak Kelompok

Prosiding Seminar Nasional Biologi dan Pembelajarannya Medan, 23 Agustus 2014 MAKALAH PENDAMPING #3 FISIOLOGI

PENGARUH JENIS ZAT PENGATUR TUMBUH DAN UKURAN BAHAN STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN NAGA SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian adalah penelitian eksperimen Rancanagn Acak Lengkap (RAL)

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

PEMATAHAN DORMANSI UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa L. Kelompok Aggregatum) DENGAN PERENDAMAN DALAM ETHEPON

Pengaruh Hormon Giberelin (GA 3 ) Terhadap Daya Kecambah dan Vigoritas Calopogonium caeruleum

Tipe perkecambahan epigeal

LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH UJI DAYA KECAMBAH

STUDI PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI BENIH DENGAN SKARIFIKASI MEKANIK DAN KIMIAWI

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 2 No. 1. Januari 2014 ( )

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut:

PENGUJIAN VIABILITAS DAN VIGOR DARI TIGA JENIS KACANG- KACANGAN YANG BEREDAR DI PASARAN DAERAH SAMARANG, GARUT

PENGARUH LAMA PERENDAMAN BIJI SENGON (Paraserianthes falcataria) MENGGUNAKAN AIR DAUN SIRIH (Piper betle Linn.) TERHADAP KUALITAS BENIH

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PABRIK KERTAS SEBAGAI MEDIA KECAMBAH BENIH KECAMBAH BENIH AKASIA (Acacia mangium Willd) DENGAN METODE HYDROSEEDING

PENGARUH CARA PELEPASAN ARIL DAN KONSENTRASI KNO 3 TERHADAP PEMATAHAN DORMANSI BENIH PEPAYA (Carica papaya L.)

PENGARUH LINGKUNGAN TUMBUH TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH BEBERAPA GENOTIPE JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

PERTUMBUHAN BIBIT BUD CHIPS TEBU (Saccharum officinarum L. ) PADA BERBAGAI UMUR BAHAN TANAMAN DENGAN PEMBERIAN BAP

Transkripsi:

EFEKTIVITAS SKARIFIKASI DAN KONSENTRASI AIR KELAPA MUDA TERHADAP PERKECAMBAHAN BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L.) Leni Oknasari 1, Siti Fatonah 2, Dyah Iriani 2 1 Mahasiswa Program S1 Biologi, FMIPA-UR 2 Dosen Jurusan Biologi FMIPA-UR Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya, Pekanbaru, 28293, Indonesia e-mail: Leni_oknasari@yahoo.com ABSTRACT The Seed of nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) has long germination time due to the physical and mechanical dormancy in fruit skin, therefore a pretreatment is necessary before seed planting. This study aimed to determine the effect of scarification and concentration of young coconut water on seed germination of nyamplung. The study had been carried out in the green house, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Riau, from August to November 2012. The design used was factorial Randomized Block Design (RBD) with two factors. The first factor was scarification with two treatments i.e. without scarification (S0) and with cracking scarification (S1). The second factor was without immersion (K0) and the concentration of young coconut water with five treatments i.e. immersion in water 0% (K1), 25% (K2), 50% (K3), 75% (K4), 100% (K5). Data were analyzed using Analysis of variace (ANOVA), if there was a significant effect then followed by Duncan's Multiple Range Test (DMRT) at the level of 5%. Scarification treatment increases the germination, while the coconut water treatment does not increase the germination and also there is no interaction between treatments scarification and coconut water concentration on the germination. The results showed that scarification treatments gave better results as follow: 44 th emergence day of sprout; 100% percentage of germination; 0.10 germination rate. Key words: Coconut water, concentration, nyamplung, scarification. ABSTRAK Biji nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) membutuhkan waktu yang lama untuk berkecambah yang disebabkan adanya dormansi fisik dan mekanik pada kulit buah, sehingga perlu perlakuan awal sebelum biji disemaikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh skarifikasi dan konsentrasi air kelapa muda terhadap perkecambahan biji nyamplung. Penelitian dilakukan di rumah kawat Jurusan Biologi 1

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam, Universitas Riau Pekanbaru, bulan agustus sampai november 2012. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial. Faktor pertama adalah skarifikasi yaitu perlakuan biji tanpa skarifikasi (S 0 ), skarifikasi dengan peretakan (S 1 ). Faktor kedua adalah konsentrasi air kelapa muda yaitu tanpa perendaman (K 0 ), perendaman dalam air 0% (K 1 ), 25% (K 2 ), 50% (K 3 ), 75% (K 4 ), 100% (K 5 ). Data dianalisis menggunakan Analysis of variance (ANOVA), jika terdapat pengaruh nyata dilakukan uji Duncan s Multi Range Test (DMRT) dengan taraf 5%. Perlakuan skarifikasi dapat meningkatkan perkecambahan, sedangkan perlakuan air kelapa tidak meningkatkan perkecambahan, dan juga tidak terdapat interaksi antara perlakuan skarifikasi dan konsentrasi air kelapa terhadap perkecambahan. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan skarifikasi memberikan hasil lebih baik (saat munculnya kecambah hari ke-44; persentase perkecambahan 100%; kecepatan perkecambahan 0,10 kecambah/hari. Kata kunci : air kelapa, nyamplung, skarifikasi. PENDAHULUAN Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) merupakan tumbuhan yang memiliki nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi. Pohon nyamplung dapat diperbanyak secara generatif (biji) dan vegetatif (stek). Namun untuk perbanyakan tanaman, umumnya diperoleh dari biji, karena buah nyamplung mudah diperoleh dan berbuah sepanjang tahun. Walaupun persentase perkecambahan biji nyamplung relatif tinggi yaitu mencapai ± 90%, tetapi perkecambahannya tergolong lama (1,5-3 bulan). Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk berkecambah disebabkan adanya dormansi fisik dan mekanis pada buah, yaitu memiliki kulit dengan tempurung (endokarpium) yang keras yang menghambat masuknya air dan gas dalam biji, dan menjadi hambatan terhadap munculnya embrio sehingga perlu dilakukan perlakuan pendahuluan untuk mematahkan dormansi tersebut. Pada umumnya pembibitan secara generatif menggunakan biji dengan cara ekstraksi buah yaitu melepaskan atau mengeluarkan biji dari buahnya dengan menggunakan alat logam seperti palu untuk memecahkan kulit buah untuk dapat mempercepat perkecambahan biji (Balitbanghut 2008). Perlakuan dengan ektraksi buah, biji dapat berkecambah setelah 7-12 hari dengan persentase perkecambahan 60-80%, tetapi kurang efisien karena membutuhkan tenaga kerja yang banyak, waktu yang lama, dan biji maupun embrio bisa rusak yang disebabkan pukulan alat logam waktu melakukan ekstraksi, sehingga perlu dicari alternatif lain yang lebih efisien yaitu dengan cara perlakuan skarifikasi dan perendaman dalam air kelapa muda dengan berbagai konsentrasi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh skarifikasi terhadap perkecambahan biji nyamplung, menentukan konsentrasi air kelapa muda yang dapat meningkatkan perkecambahan biji nyamplung secara optimal, serta mengetahui pengaruh interaksi antara skarifikasi dan konsentrasi air kelapa muda terhadap perkecambahan biji nyamplung. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data awal untuk pembibitan nyamplung secara generatif dengan memanfaatkan skarifikasi dan air kelapa. 2

METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di rumah kawat Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam, Universitas Riau Pekanbaru, bulan agustus sampai november 2012. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah palu, polibag yang berukuran 40x50 cm, timbangan analitik, terpal, botol mineral, hand sprayer, kertas koran, cangkul, ayakan, kertas label, alat tulis, erlenmeyer 1000 ml dan gelas ukur 1000 ml. Bahan-bahan yang digunakan adalah biji nyamplung yang masih melekat pada buah, air kelapa muda yang dagingnya tidak terlalu lunak, dan tidak terlalukeras untuk perlakuan, aquades, formalin 4%, tanah mineral, pasir, dan larutan Dithane M-45 2% untuk mencengah serangan jamur. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola factorial dua faktor. Faktor pertama adalah skarifikasi yaitu perlakuan biji tanpa skarifikasi (S 0 ), skarifikasi dengan peretakan (S 1 ). Faktor kedua adalah konsentrasi air kelapa muda yaitu tanpa perendaman (K 0 ), perendaman dalam air 0% (K 1 ), 25% (K 2 ), 50% (K 3 ), 75% (K 4 ), 100% (K 5 ). Setiap perlakuan pada penelitian ini terdiri dari lima ulangan, sehingga terdapat 60 satuan percobaan. Biji dikumpulkan dari bawah pohon nyamplung yang ada disekitar FMIPA dan Fakultas Pertanian. Media tanam yang digunakan terdiri dari campuran tanah kebun, pasir serta pupuk kompos dengan perbandingan 1:1:1. Tanah kebun dan pasir yang digunakan diayak terlebih dahulu, kemudian disterilisasi dengan formalin 4%. Media ditutup selama 3 hari, lalu dibuka dan dikeringanginkan hingga hari ketujuh. Media tersebut dimasukkan ke dalam 60 polibag sebanyak 3/4 dari tinggi polibag, kemudian biji disemaikan sebanyak 5 masing masing polibag. Parameter yang diamati yaitu viabilitas biji (saat munculnya kecambah, persentase perkecambahan, kecepatan perkecambahan), dan vigor biji (kecambah normal, kecambah abnormal, biji mati). Data dianalisis menggunakan Analysis of variance (ANOVA), jika terdapat pengaruh nyata dilakukan uji Duncan s Multi Range Test (DMRT) dengan taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Viabilitas Biji Berdasarkan hasil analisis ragam (ANOVA) perlakuan skarifikasi memberikan pengaruh sangat nyata terhadap saat munculnya kecambah, persentase perkecambahan, dan kecepatan perkecambahan, sedangkan konsentrasi air kelapa muda dan interaksi antara perlakuan skarifikasi dengan konsentrasi air kelapa muda tidak memberikan pengaruh nyata terhadap saat munculnya kecambah, persentase perkecambahan, dan kecepatan perkecambahan. Rerata hasil pengamatan parameter viabilitas biji nyamplung disajikan dalam Tabel 1. 3

Tabel 1. Rata - rata viabilitas biji dengan perlakuan skarifikasi dan konsentrasi air kelapa muda. Parameter Saat Munculnya Kecambah (hari) Persentase Perkecambahan (%) Kecepatan Perkecambahan (kecambah/hari) perlakuan konsentrasi % K 0 K 1 K 2 K 3 K 4 K 5 Perlakuan S 0 60 59 62 63 65 67 63 a S 1 48 42 44 49 47 39 45 b 54 50 53 56 56 53 S 0 80 76 80 60 64 64 70,67 a S 1 100 100 100 100 100 100 100 b 90 88 90 80 82 82 S 0 0,05 0,05 0,05 0,04 0,04 0,04 0,05 a S 1 0,09 0,10 0,09 0,09 0,10 0,11 0,10 b 0,07 0,08 0,07 0,07 0,07 0,08 Keterangan : So= Kontrol, S 1 = Skarifikasi, K 0 = Tanpa Perendaman, K 1 = 0%, K 2 = 25%, K 3 = 50%, K 4 = 75%, K 5 = 100%. Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 1, pada perlakuan skarifikasi dengan cara meretakkan kulit buah lebih cepat berkecambah, persentase perkecambahannya lebih tinggi, dan kecepatan perkecambahannya juga lebih tinggi. Biji yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji yang masih melekat pada buah. Pada biji yang diberi perlakuan skarifikasi terlihat nilai rerata saat munculnya kecambah nyamplung pada hari ke-45, sedangkan pada biji tanpa skarifikasi berkecambah pada hari ke-63. Pada buah yang diberi perlakuan skarifikasi juga menunjukkan hasil yang maksimal terhadap persentase perkecambahan yaitu 100%, sedangkan biji tanpa skarifiasi hanya 70,67%. Begitu juga dengan kecepatan perkecambahan yaitu 0,10, sedangkan tanpa skarifikasi hanya 0,05. Hasil ini disebabkan buah yang diberi perlakuan skarifikasi dapat mematahkan dormansi mekanik pada buah nyamplung, sehingga dapat mempermudah air dan gas masuk kedalam biji, dan biji terpacu untuk melakukan perkecambahan dengan cepat dan maksimal. Buah nyamplung termasuk dalam buah sejati tunggal berdaging (cornosus) berupa buah batu (nut). Lapisan buah nyamplung dari luar ke dalam tersusun atas: kulit luar (exocarpium/epicarpium), kulit tengah (mesocarpium), dan kulit dalam (endocarpium) (Friday dan Okano 2006). Lambatnya perkecambahan biji nyamplung disebabkan biji mengalami masa dormansi fisik dan mekanik pada buah yaitu memiliki kulit dengan tempurung (endokarpium) yang keras menghambat masuknya air dan gas dalam biji dan menjadi hambatan terhadap munculnya embrio. Skarifikasi pada buah mencapai endokarpium yaitu retaknya kulit buah dari eksokarpium, mesokarpium sampai ke endokapium sehingga dapat mematahkan dormansi pada buah nyamplung. Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan Tabel 1 juga terlihat bahwa perendaman dalam air kelapa tidak berpengaruh terhadap waktu munculnya kecambah, persentase perkecambahan, dan kecepatan perkecambahan biji nyamplung. Ini disebabkan keras dan tebalnya kulit biji nyamplung sehingga radikula susah untuk menembus kulit buah, walaupun sudah direndam dalam air kelapa selama 24 jam. Pada 4

biji tanpa skarifikasi, kulit buah yang keras menghambat proses imbibisi. Selain itu proses imbibisi juga terhambat karena tingginya konsentrasi air kelapa. Tingginya konsentrasi air kelapa menyebabkan menurunnya potensial air medium yang digunakan biji untuk imbibisi, sehingga proses imbibisi akan terhambat karena adanya hambatan fisik kulit biji, dan proses perkecambahan akan terhambat juga. Imbibisi terjadi karena potensial air dalam benih lebih rendah dari sekitarnya, sehingga air akan bergerak masuk kedalam biji (Beneach dan Sanchez 2004). Air kelapa yang diserap oleh biji nyamplung telah dapat menyebabkan embrio berkembang, tetapi radikula tidak mampu keluar menembus kulit buah nyamplung yang keras, sehingga proses perkecambahan tidak dapat terjadi, dan untuk radikula yang berhasil keluar menembus kulit buah yang keras akan berkecambah dan tumbuh menjadi kecambah normal, walaupun membutuhkan waktu yang lama. Untuk radikula yang gagal keluar menembus kulit buah yang keras senyawa senyawa yang terdapat dalam air kelapa seperti karbohidrat (glukosa, sukrosa, dan fruktosa) akan terkontaminasi, sehingga menyebabkan endosperm dan embrio yang berkembang maupun yang tidak berkembang akan membusuk hingga mati sebelum sempat berkecambah karena terhambatnya radikula yang menyebabkan menurunnya persentase perkecambahan dan kecepatan perkecambahan (Nadapdap 1999). Vigor Biji Pada penelitian ini parameter vigor biji yaitu perkecambahan normal, perkecambahan abnormal, dan biji mati. Daya kecambah memberikan informasi akan kemampuan biji untuk tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam lingkungan yang optimum. Berdasarkan hasil analisis ragam, perlakuan skarifikasi tidak berbeda nyata terhadap perkecambahan normal, tetapi sangat berpengaruh nyata terhadap parameter biji mati, sedangkan konsentrasi air kelapa dan interaksi antara perlakuan skarifikasi dengan konsentrasi air kelapa tidak memberikan pengaruh nyata terhadap semua parameter. Rata - rata vigor biji pada masing - masing perlakuan terdapat pada Tabel 2. Tabel 2. Rata - rata vigor biji dengan perlakuan skarifikasi dan konsentrasi air kelapa muda. Parameter Kecambah Normal (%) Biji Mati (%) Perlakuan K 0 K 1 K 2 K 3 K 4 K 5 Perlakuan S 0 100 100 100 100 100 100 100 S 1 100 100 100 100 100 100 100 pengaruh 100 100 100 100 100 100 konsentrasi S 0 14 17 20 40 36 36 27,17 a S 1 0 0 0 0 0 0 0 b pengaruh 7 8,5 10 20 18 18 konsentrasi Keterangan : So= Kontrol (biji tanpa skarifikasi), S 1 = Skarifikasi, K 0 = Tanpa Perendaman, K 1 = 0%, K 2 = 25%, K 3 = 50%, K 4 = 75%, K 5 = 100%. 5

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan Tabel 2 terlihat bahwa perlakuan skarifikasi maupun konsentrasi air kelapa memberikan hasil yang sama terhadap kecambah normal yaitu 100%, dan tidak terdapat kecambah abnormal. Setiap biji yang berkecambah pada semua perlakuan menghasilkan kecambah yang normal. Menurut kartasapoetra (2003) Kriteria kecambah normal adalah kecambah yang memperlihatkan kemampuan berkembang terus hingga menjadi tanaman normal jika ditumbuhkan dalam kondisi yang optimum; perakaran berkembang baik dan diikuti perkembangan hipokotil, plumula (daun), epikotil, dan kotiledon yang tumbuh sehat (Gambar 1a, 1b). Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan Tabel 2 juga dapat dilihat bahwa skarifikasi memberikan pengaruh sangat nyata terhadap biji mati. Biji yang diberi perlakuan skarifikasi dapat berkecambah semuanya, sehingga mencegah kematian biji nyamplung, sedangkan biji tanpa skarifikasi terdapat 70,67% biji yang berkecambah (Tabel 1), 27,17% biji mati, dan 2,16% merupakan biji yang belum tumbuh pada saat perkecambahan, tetapi biji tidak mengalami kebusukan. Adanya biji yang tidak tumbuh ini disebabkan kerasnya buah nyamplung ini, sehingga tidak dapat menyerap air sampai 3 bulan pengamatan. Kriteria biji mati ditujukan untuk biji - biji yang busuk sebelum berkecambah atau tidak tumbuh setelah jangka waktu pengujian yang ditetapkan, tetapi bukan dalam keadaan dorman. Pada penelitian ini biji mati disebabkan endosperm membusuk sebelum perkecambahan terjadi. Ini diduga disebabkan perendaman air kelapa mampu memacu pertumbuhan embrio pada biji nyamplung, tetapi tidak mampu mematahkan dormansi mekanik sehingga radikula tidak mampu menembus kulit buah nyamplung yang keras. Kandungan karbohidrat (glukosa, sukrosa dan fruktosa) yang terdapat dalam air kelapa akan terkontaminasi yang menyebabkan endosperm biji nyamplung membusuk,dan lembek hingga mati sebelum sempat berkecambah karena terhalang keluarnya radikula (Gambar 1c). a b c S 1 K 5 S 0 K 1 Gambar 1. Kekuatan tumbuh biji nyamplung setelah dikecambahkan selama 3 bulan. a. Bibit nyamplung pada biji skarifikasi, b. Bibit nyamplung pada biji tanpa skarifikasi, c.biji mati yang dibuka. Vigor biji merupakan kemampuan biji untuk tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam lingkungan yang optimum yang dipengaruhi oleh faktor genetik. Faktor genetik merupakan faktor bawaan yang berkaitan dengan komposisi genetika biji yang mempunyai genotipe baik seperti produksi tinggi, tahan terhadap hama penyakit, respon terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik, dan mempunyai sifat yang berkembang sesuai dengan tanaman induk dan keadaan lingkungan. Dengan mengetahui kualitas genetik maka dapat menghasilkan genetik varietas yang diinginkan. 6

Kualitas genetik adalah suatu tingkatan di mana suatu lot benih mewakili keragaman genetik dari sumber biji yang dipilih. (Sutopo 2004). Vigor biji juga dipengaruhi oleh kadar air yang terdapat dalam biji. Kadar air merupakan faktor yang paling mempengaruhi kemunduran biji. Kemunduran biji meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air biji, kadar air biji akan berpengaruh terhadap proses aktivasi enzim (perombakan makanan). Biji ortodok kadar air terlalu rendah menyebabkan keretakan, sedangkan bagi benih rekalsitran kadar air terlalu rendah menyebabkan gangguan fisiologis (Kamil 1982). Biji dikatakan mempunyai vigor yang tinggi apabila memiliki indikasi tahan simpan, berkecambah cepat dan merata, bebas dari penyakit, tahan terhadap gangguan berbagai mikroorganisme, tumbuh kuat dalam keadaan lahan basah/kering, bibit efisien dalam memanfaatkan cadangan makanan, laju tumbuh atau pertambahan berat kering bibit yang berfotosintesis tinggi (Sadjad 1972). KESIMPULAN Perlakuan skarifikasi memberikan pengaruh dalam memacu perkecambahan (saat munculnya kecambah hari ke-45, persentase perkecambahan 100%, kecepatan perkecambahan 0,1 kecambah/hari), sedangkan perlakuan air kelapa dan interaksi antara skarifikasi dan konsentrasi air kelapa tidak memberikan pengaruh terhadap perkecambahan. DAFTAR PUSTAKA Balitbanghut (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan). 2008. Nyamplung (Calophyl/um inophyl/um L) Sumber Energi Biofuel yang Potensial. Jakarta. Beneach, A.R., Sanchez. 2004. Handbook of Seed Physiology. Applications to Agriculture. Haworth Press. Inc. New York, London, Oxford. Friday JB, Okano D. 2006. Callophyllum inophyllum (kamani) Species Profiles for Pasific Island Agro Forestry. Kamil, J. 1982. Technology Benih I. Angkasa Raya. Bandung. Karnataka. 2011. Enhancement of seed germination through proper pre-sowing treatment in Calophyllum inophyllum, an important forest resource of the western ghats. J. Agric. Sci.,24 ( 3) : (413-414) 2011. Nadapdap, C. 1999. Penggunaan pupuk komersial dan air kelapa sebagai media perbanyakan in vitro tanaman kentang. Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sadjad, S. 1993. Dari Biji Kepada Biji. Jakarta. Grasindo. Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 7