BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan, namun pada

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Indonesia sebagai

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,16 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. usaha memajukan pembangunan bangsa karena terkait dengan kesejahteraan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan membangunan ekonomi setiap negara adalah tercapainya. pembangunan ekonomi yang adil dan merata. Pembangunan ekonomi adalah

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan peningkatan total output dalam suatu perekonomian. Struktur. perekonomian Indonesia didominasi oleh Pulau Jawa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah.

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sukirno (2000) dalam analisis

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang sering dihadapi

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, meratakan pendapatan dan meningkatkan hubungan antara daerah.

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan dasarnya. Seseorang yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

PDRB/PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2012

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasionalnya memiliki satu tujuan yaitu memajukan kesejahteraan umum.

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA AIR MINUM ISI ULANG

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 SEBESAR 4,89 PERSEN

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lain, negara yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. penanganan yang tepat agar dapat segera teratasi. Indonesia merupakan salah

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah

ANALISA PENGARUH INVESTASI PMA DAN PMDM, KESEMPATAN KERJA, PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PDRB DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi. 1. perkembangan ekonomi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam meningkatkan kesejahteraan tersebut, salah satunya ialah dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Economic Growth). Pembangunan diharapkan dapat mewujudkan peningkatan dalam kegiatan ekonomi dari tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya. Harus disadari bersama semakin cepat jalannya pembangunan, maka tantangan, hambatan dan kendala yang dihadapi juga semakin berat. Di samping itu pembangunan yang diarahkan pada pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi menitikberatkan kegiatan ekonominya pada sektor ekonomi. Oleh sebab itu, selalu diupayakan untuk menciptakan kiat baru untuk mengatasi hambatan sehingga dapat mencapai target dengan sempurna. Salah satu indikator yang digunakan untuk keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi atau lapangan usaha daerah dalam suatu periode tertentu (Nota Keuangan, 1999: 447). Ahli-ahli ekonomi mengartikan pertumbuhan ekonomi daerah sebagai kenaikan dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar 1

2 atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk (Sukirno, 1995: 14). Dari pengertian ini dapat diketahui, bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu ukuran yang dijadikan dasar perhitungan laju pertumbuhan ekonomi daerah. Kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) bagi suatu daerah merupakan cerminan keberhasilan daerah tersebut dalam menjalankan pembangunan ekonomi daerah tersebut. Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi dari 33 provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di Pulau Jawa bagian tengah. Yogyakarta merupakan daerah otonom dengan luas wilayah 3.185,80 km 2. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi yang sedang berkembang dan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan kesetabilan. Pembangunan nasional mengusahakan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, yang pada akhirnya memungkinkan terwujudnya peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat. Perkembangan pertumbuhan ekonomi di DIY, dapat dilihat pada Tabel 1.1 yang menerangkan bahwa pertumbuhan ekonomi DIY mengalami perubahan yang fluktuatif dari tahun ke tahun. Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi DIY 2005-2009 (%) Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%) 2005 4.73 2006 3.70 2007 4.31 2008 5.02 2009 4.39 Sumber: PDRB DIY, BPS dalam berbagai edisi.

3 Dari Tabel 1.1 terlihat bahwa secara umum, kinerja perekonomian Provinsi DIY selama periode 2005-2009 mengalami perubahan yang berfluktuasi, dengan rata-rata laju pertumbuhan 4.35% per tahun. Laju pertumbuhan ekonomi DIY mengalami perlambatan dari tahun 2005 yang mencapai 4,73% menjadi 3,70% pada tahun 2006, musibah gempa bumi yang melanda sebagian wilayah DIY pada akhir bulan mei 2006 cukup signifikan mempengaruhi produktifitas sektor perekonomian, sehingga laju pertumbuhan ekonomi pada tahun ini lebih lambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2007 dan 2008 perekonomian DIY kembali menguat dengan laju pertumbuhan mencapai 4,31% dan 5,02%, namun demikian akibat pengaruh krisis global pertumbuhan ekonomi DIY mengalami perlambatan, yaitu hanya mampu tumbuh 4,39% di tahun 2009. Secara sektoral, pada tahun 2009 semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif. Sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi berturut-turut, yaitu sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan sebesar 6,30%; sektor listrik,gas dan air bersih sebesar 6,10%; sektor pengangkutan dan komunikasi 5,97%; serta perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 5,75%. Di dalam suatu Negara atau daerah pasti ada hambatan yang dihadapi salah satunya adalah pengangguran dan kemiskinan, jika pengangguran dan kemiskinan di daerah tersebut masih tinggi dimungkinkan laju pertumbuhan perekonomian belum merata. Fluktuasi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi DIY dari tahun ke tahun berada dalam kisaran 5-8%. TPT

4 tertinggi sejak tahun 2005 terjadi pada November 2005 yang mencapai 7,59%. Kenaikan harga BBM yang cukup besar dan musim kemarau panjang pada saat itu kemungkinan dapat menjadi penjelas situasi. Setelah itu TPT cenderung menurun menjadi 5-6%. Pada Agustus 2006 TPT sekitar 6,31%, pada Agustus 2008 sebesar 5,38%, dan terakhir pada Agustus 2009 sebesar 6,00%. Jumlah pengangguran terbuka di Provinsi DIY pada Agustus 2009 diperkirakan sebesar 121 ribu orang. Bertambah sekitar 13,5 ribu orang bila dibandingkan keadaan Agustus 2008 yang sebesar 107,5 ribu orang, tetapi berkurang sekitar 2 ribu orang bila dibandingkan keadaan Februari 2009. Sedangkan tingkat kemiskinan pada periode 2006-2009 cenderung mengalami penurunan. Persentase penduduk miskin pada tahun 2006 sebesar 19,15%, turun menjadi 17,23% pada tahun 2009. Selama periode 2006-2009 telah terjadi penurunan penduduk miskin sebesar 1,92%. Tingkat kemiskinan di daerah perkotaan lebih kecil daripada perdesaan. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2009 adalah 14,25%, mengalami sedikit penurunan jika dibandingkan dengan keadaan Maret 2008 yang besarnya mencapai 14,99%. Persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada Maret 2009 adalah 22,60%, mengalami penurunan jika dibandingkan dengan keadaan Maret 2008 yang besarnya mencapai 24,32%. Gambaran situasi kemiskinan di daerah perdesaan lebih jelek dari pada di daerah perkotaan. Rata-rata defisit pengeluaran konsumsi penduduk miskin di perdesaan lebih besar dibandingkan defisit di perkotaan. Kesenjangan pengeluaran konsumsi antar penduduk miskin di daerah perdesaan juga lebih

5 lebar dibandingkan dengan di daerah perkotaan (Berita Resmi Statistik, BPS DIY). Upaya suatu Negara atau daerah untuk terlepas dari kemiskinan ada kala terhalang oleh berbagai masalah dan hambatan yang bisa disebut juga dengan lingkaran setan kemiskinan. Lingkaran setan kemiskinan pada intinya berasal dari fakta bahwa total produktivitas di suatu Negara atau wilayah sangat rendah akibat kekurangan modal, pasar yang tidak sempurna dan keterbelakangan perekonomian. Kalau dilihat dari sudut permintaan dapat dijelaskan bahwa rendahnya tingkat pendapatan nyata menyebabkan tingkat permintaan menjadi rendah, sehingga pada gilirannya tingkat investasi pun rendah. Tingkat investasi yang rendah menyebabkan modal kurang dan produktivitas rendah. Lalu dilihat dari sudut penawaran, produktivitas yang rendah tercermin di dalam pendapatan nyata yang rendah, selanjutnya menyebabkan tingkat keinginan tabungan juga rendah. Tingkat tabungan rendah menyebabkan tingkat investasi dan modal kurang sehingga kredit investasi juga terkena dampaknya. Kekurangan modal pada akhirnya bermuara pada produktivitas yang rendah pula. Baik dari sudut penawaran maupun sudut permintaan keduanya mengakibatkan tingkat perekonomian yang rendah, selanjutnya laju pertumbuhan ekonomi menjadi rendah pula atau tidak mengalami peningkatan sama sekali, sehingga dengan kondisi ini penyerapan terhadap tenaga kerjapun rendah (Jighan, 2000). Pengkajian secara teliti dan sistematis terhadap pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor yang berkaitan denganya harus terus dilakukan oleh berbagai

6 pihak. Perlu diketahui kontribusi faktor-faktor yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi itu sendiri, serta arah hubungan antara masing-masing faktor terhadap pertumbuhan ekonomi. Kredit investasi, tenaga kerja dan pengeluaran pembangunan, merupakan faktor-faktor yang berperan penting dalam menentukan naik turunnya pertumbuhan ekonomi. Namun peran faktor-faktor tersebut perlu dikaji lebih dalam dalam bentuk hubunganya, apakah faktor-faktor tersebut benar-benar menjadi penentu sehingga memberi pengaruh yang besar terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi. Kredit investasi dapat ditunjukkan oleh posisi kredit perbankan rupiah dan valuta asing menurut kelompok Bank dan jenis pengunaan. Kredit investasi ini diberikan oleh bank kepada para pengusaha untuk keperluan investasi, berarti untuk penanaman modal. Kredit ini bukanlah untuk keperluan penanaman modal kerja akan tetapi untuk keperluan perbaikan ataupun pertambahan barang modal (capital goods) beserta fasilitas-fasilitas yang erat hubungannya dengan itu. Sedangkan tenaga kerja dapat ditunjukkan oleh penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja menurut provinsi dan jenis pekerjaan utama selama seminggu yang lalu. Dan pengeluaran pembangunan dapat dilihat dari pengeluaran pembangunan untuk barang dan jasa. Pengeluaran pembangunan dalam bentuk barang dan jasa ini seperti : pembangunan jalan raya, pendidikan dan kesehatan (Kusuma, 1997: 6). Semua itu bertujuan untuk memajukan perekonomian suatu daerah yang tercermin lewat peningkatan Produk Domestik Bruto (PDRB).

7 Dari uraian di atas dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam kurun waktu 1989-2009. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh kredit investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta selama periode 1989-2009. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Untuk mengetahui pengaruh variabel kredit investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi DIY. b) Untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi DIY. c) Untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi DIY. d) Untuk mengetahui pengaruh variabel kredit investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran pembangunan secara bersama-sama terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi DIY.

8 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: a) Bagi dunia keilmuan Pembahasan ini dapat dipakai sebagai penambah pengetahuan dan wawasan baik praktis maupun teoritis dan sebagai informasi sekaligus sebagai bahan acuan untuk perbandingan. b) Bagi penulis Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta 1.5 Hipotesis Berdasarkan pada pokok permasalahan dan kerangka pemikiran di atas, maka peneliti dapat rumuskan formulasi hipotesis sebagai berikut : a) Kredit investasi diduga berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi DIY. b) Tenaga kerja diduga berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi DIY. c) Pengeluaran pembangunan diduga berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi DIY. d) Kredit investasi, tenaga kerja dan pengeluaran pembangunan diduga berpengaruh positif secara bersama-sama terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi DIY.

9 1.6 Sistematika Penulisan Pembahasan skripsi ini akan meliputi beberapa bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis, serta sistematika penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tuinjauan pustaka menguraikan tentang teori yang berhubungan dengan variabel yang akan dibahas pada penelitian sebelumnya, dan berisikan penjelasan mengenai tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian, serta studi terkait. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian akan menjelaskan lebih lanjut mengenai desain penelitian dalam penulisan skripsi ini. Antara lain: lokasi penelitian, data, sumber data, dan pengambilan sampel, metode analisis, tahapan penelitian serta batasan operasional. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data sekunder yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan metode yang sudah dikemukakan, selanjutnya akan dianalisis untuk mengetahui hasilnya.

10 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Menjelaskan kesimpulan serta implikasi yang sesuai dengan analisa dari hasil penelitian.