1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan Hujan Tropis merupakan salah satu tipe hutan yang memiliki keanekaragaman tinggi. Ekosistem hutan tropis terbentuk oleh vegetasi yang klimaks pada daerah dengan curah hujan 2.000-4.000 mm/tahun. Hutan Hujan Tropis tersebar di beberapa negara antara lain di Amerika Selatan (lembah Amazon), Amerika Tengah, Afrika (lembah Congo) dan Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, dan Filipina). Hutan Hujan Tropis merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki berbagai manfaat antara lain menyediakan biodiversitas, nilai budaya, tempat beribadah dan tempat rekreasi. Hutan Hujan Tropis juga berfungsi memberikan jasa lingkungan seperti pengatur tata air di daerah aliran sungai, pencegah banjir, erosi tanah, pemelihara kesuburan tanah dan pengatur iklim mikro serta iklim global (Arief, 2001; Indriyanto, 2006; Ninan et al., 2007). Sumberdaya hutan yang melimpah mendorong masyarakat untuk memanfaatkan hutan secara berlebihan, sehingga terjadi eksploitasi besar-besaran. Eksploitasi yang terjadi di beberapa Hutan Hujan Tropis mengakibatkan penurunan keanekaragaman hayati dan meningkatkan laju deforestasi. Laju deforestasi Hutan Hujan Tropis di Asia Tenggara merupakan yang paling tinggi dibandingkan Hutan Hujan Tropis di deaerah lainnya. Hal ini menjadi ancaman yang besar untuk keberlangsungan biota tropis (Sodhi et al., 2010). Aktivitas masyarakat merupakan salah satu penyebab utama yang memengaruhi keberadaan ekosistem hutan. Hutan yang berada di tengah-tengah
2 permukiman memiliki kerentanan yang tinggi terhadap usikan manusia. Banyak hutan dan cagar alam di Jawa Tengah yang berada di tengah permukiman, salah satunya yaitu Hutan Candi Batur. Hutan Candi Batur dimanfaatkan dan dikelola langsung oleh masyarakat Desa Bulakan. Status hutan yang belum jelas mengakibatkan masyarakat desa terlibat secara langsung dalam konservasi Hutan Candi Batur. Tidak adanya lembaga resmi dan peraturan hukum di hutan ini akan berdampak pada kondisi hutan untuk masa mendatang. Aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat Bulakan sejauh ini berupa pemanfaatan sumberdaya hutan dan penerapan nilai-nilai kearifan lokal. Kegiatan pemanfaatan hutan akan berpengaruh terhadap perubahan komunitas dan fungsi hutan (Rudel et al., 2009). Nilai-nilai kearifan lokal yang masih dipraktikan oleh masyarakat Bulakan juga membantu konservasi Hutan Candi Batur. Keberlanjutan konservasi Hutan dipengaruhi oleh aspek ekologi dan sosial budaya (Anthwal et al., 2010; Bhagwat et al., 2013; Allendrof et al., 2014). Adanya konservasi berbasis masyarakat mengakibatkan perubahan pada komunitas dari waktu kewaktu (Bhagwat et al., 2013). Gambaran kondisi vegetasi Hutan Candi Batur pada saat ini perlu dikaji untuk mengetahui kondisi Hutan. Kondisi Hutan dapat dilihat dari komposisi vegetasi. Analisis vegetasi merupakan salah satu cara untuk mempelajari komposisi vegetasi dalam komunitas. Parameter yang dapat digunakan untuk analisis vegetasi antara lain kepadatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dominansi, dominansi relatif, Indeks Nilai Penting (INP), indeks keanekaragaman, kemerataan spesies dan kesamaan jenis (Onyekwelu and Olusola, 2014).
3 Keberadaan vegetasi Hutan Candi Batur juga tidak lepas dari pengaruh kondisi fisik dan kimia lingkungan di dalam hutan. Faktor fisik yang diukur berupa faktor klimatik dan edafik. Faktor kimia lingkungan berupa unsur hara makro tanah di Hutan Candi Batur. Menurut Barbour et al. (1987), faktor abiotik dalam lingkungan yang mencakup aspek kimia dan fisik lingkungan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan distribusi tumbuhan. Adanya perubahan yang dinamis di dalam masyarakat mengakibatkan kajian tentang pengetahuan dan persepsi masyarakat tentang ekologi hutan sekarang sangat penting. Hal ini digunakan sebagai pertimbangan untuk mengetahui keterkaitan sifat manusia terhadap hutan. Persepsi masyarakat Desa Bulakan dapat dijadikan sebagai salah satu alat untuk menentukan strategi konservasi sumberdaya alam hayati Hutan Candi Batur. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang keberadaan hutan merupakan hal yang penting untuk pengembangan strategi dalam konservasi hutan (Anthwal et al., 2010). Konservasi hutan berbasis masyarakat merupakan salah satu trend di negara berkembang pada abad ini. Konservasi dilakukan oleh masyarakat lokal untuk melindungi hutan dan untuk mendukung kehidupan masyarakat tersebut. Komitmen masyarakat lokal merupakan aspek penting dalam penentuan strategi konservasi dan pengelolaan hutan (Rosyadi, 2005; Humphries, 2006; Vodouhe et al., 2010). Konservasi berbasis masyarakat memerlukan studi tentang persepsi masyarakat lokal. Persepsi masyarakat lokal memberikan kontribusi terhadap pemahaman kebutuhan dan aspirasi masyarakat, serta mengidentifikasi ide-ide, pendapat dan saran masyarakat lokal mengenai upaya yang akan dilakukan untuk
4 keberlanjutan hutan. Pemahaman terhadap persepsi masyarakat merupakan salah satu upaya konservasi yang paling efektif untuk sumberdaya hutan (Vodouhe et al., 2010; Badola et al.,2012). Berdasarkan latar belakang di atas, maka kajian kondisi fisikokimia lingkungan hutan, vegetasi komunitas Hutan Candi Batur, persepsi dan kearifan lokal masyarakat dalam upaya konservasi Hutan Candi Batur perlu dilakukan. Penilitian ini akan mempelajari kondisi fisikokimia lingkungan Hutan Candi Batur, komposisi vegetasi Hutan Candi Batur dan persepsi serta kearifan lokal masyarakat. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan kepada Kabupaten Pemalang dalam menentukan kebijakan terkait strategi dalam konservasi Hutan Candi Batur. 1.2 Keaslian Penelitian Berdasarkan kajian pustaka dan penelitian terdahulu belum ada yang melakukan penelitian dengan judul Konservasi Vegetasi Hutan Candi Batur Berbasis Masyarakat Di Desa Bulakan Kabupaten Pemalang. Penelitian ini mencakup aspek abiotik dan biotik komunitas Hutan Candi Batur serta aspek sosial budaya untuk menentukan strategi konservasi untuk keberlanjutan Hutan Candi Batur. Penelitian sebelumnya yang memiliki tema terkait disajikan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Penelitian Sebelumnya yang Memiliki Tema Terkait. No Judul Tujuan Metode Hasil 1. Sahid (2009). Model Spasial Ekologis Pengelolaan Hutan Lindung Berbasis Masyarakat di Hutan Lindung Gunung Slamet Jawa Tengah. Mengatahui debit limpasan dan kerapatan komunitas vegetasi serta pendapatan dan kearifan lokal masyarakat Gabungan antara - survei - PRA - model Baik fungsi hutan lindung dan kesejahteraan masyarakat saling terkait. Hutan lindung dan masyarakat saling membutuhkan dilanjutkan ke hal. 6
5 Lanjutan Tabel 1.1. 2. Sahlan (2011). Partisipasi Masyarakat Wana (Tau Taa Wana Bulang) dalam Mengkonversi Hutan Berdasarkan Kearifan Lokal di Provinsi Sulawesi Tengah. 3. Ahmad Sukri Akap (2011). Flora Penyusun Vegetasi Hutan Desa di Wilayah Kuasa Penambangan Pt Timah Tbk Sebagai Wujud Konservasi Lingkungan menurut Kearifan Lokal (studi kasus di Desa Petaling Kecamatan Mendo Barat Kabupaten Bangka) Mengidentifikasi strategi partisipasi kultural berdasararkan kearifan lokal yang dikembangkan oleh masyarakat wana untuk keberlanjutan fungsi hutan dan komoditas hutan. - Jenis tumbuhan penyusun komposisi vegetasi hutan. - Mengetahui spesies yang dimanfaatkan dan manfaat dari spesies dan jenis tumbuhan endemik. - Mengetahui tata nilai kearifan lokal dalam upaya konservasi flora. Analisis kuantitatif dan kualitatif Metode kuadarat plot dan analisis kualitaif naturalistik Strategi masyarakat wana dalam melestarikan dan mempertahankan kearifan lokal yaitu melanjutkan eksistensi hukum adat, bekerjasama dengan pemerintah dalam melestarikan hutan, dan menggunakan lembaga adat untuk mengelola hutan. Hutan Desa Petailing termasuk hutan sekuder. Indeks diversitas vegetasi lantai melimpah sedang, pohon dan sampling melimpah tinggi. Nilai-nilai lokal dalam pemanfaatan hutan dan sungai terangkum dalam sistem nilai budaya lokal berupa mitos, pantanan, norma, petandaan penanda, tradisi bercocok tanam dan tradisi ritual nganggung. 4. Ahsan Nurhadi (2011) Kearifan Lingkungan dalam Perencanaan dan Pengelolaan Hutan Wonosadi - Mengkaji kearifan lingkungan masyarakat dalam perencanaan dan pengelolaan Hutan Wonosadi pendekatan PRA Paradigma fenologi Analisis kualitatif Nilai nilai kearifan lingkungan telah mengakar kuat dimasyarakat. Wujud kearifan lokal dapat dan dipetakan secara spasial berdasarkan fokus metologi yang berkelanjutan. Hutan Wonosadi dapat terus dipertahankan dan dijaga kelestariannya karena masyarakat mempunyai kesadaran dalam rangka mitologi. 5. Catur Budi Wiati, 2011. Pengetahuan Lokal Masyarakat Muluy dalam Pemanfaatan Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) - Mengetahui pengetahuan masyarakat lokal Muluy dalam memanfaatkan dan mempertahanka n kelestarian HLGL Observasi partisipatif, Wawancara tidak terstruktur, dan FGD (focus group discussion) Mayoritas anggota masyarakat adalah petani, setiap keluara memiliki-4-5 orang anggota. Model evaluasi kelestarian hutan rakyat telah diuji coba masih perlu perbaikan Kondisi hutan rakyat yang masih ada harus dipertahankan
6 1.3 Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kondisi parameter fisikokimia yang mendukung eksistensi vegetasi Hutan Candi Batur di Desa Bulakan, Kabupaten Pemalang? 2. Bagaimanakah komposisi vegetasi penyusun komunitas Hutan Candi Batur di Desa Bulakan, Kabupaten Pemalang? 3. Bagaimanakah persepsi dan kearifan lokal masyarakat Desa Bulakan dalam upaya konservasi komunitas Hutan Candi Batur di Desa Bulakan, Kabupaten Pemalang? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengkaji kondisi parameter fisikokimia lingkungan yang mendukung eksistensi vegetasi Hutan Candi Batur, di Desa Bulakan, Kabupaten Pemalang. 2. Menganalisis komposisi vegetasi penyusun komunitas Hutan Candi Batur di Desa Bulakan, Kabupaten Pemalang. 3. Mengkaji persepsi masyarakat dan kearifan lokal yang untuk menentukan strategi dalam upaya konservasi komunitas Hutan Candi Batur di Desa Bulakan, Kabupaten Pemalang. 1.5 Manfaat Penelitian Secara teoritis, manfaat penelitian dapat dijadikan sebagai referensi bagi perkembangan dan menambah kajian ilmu lingkungan khususnya pada bidang konservasi vegetasi untuk mengetahui strategi dalam konservasi komunitas Hutan Candi Batur, Kabupaten Pemalang.
7 Penelitian ini juga bermanfaat bagi instansi terkait pemerintah Kabupaten Pemalang sebagai masukan dalam pengambilan keputusan untuk upaya perlindungan dan keberlanjutan Komunitas Hutan Candi Batur.