BAB I PENDAHULUAN. beban operasional perusahaan sehingga mengakibatkan jumlah jabatan struktural

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan rasa harga diri mereka (Schiemann, 2011). Untuk mencapai keunggulan bersaing, organisasi perlu untuk membuat

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, dengan keadaan yang selalu berkembang maka setiap perusahaan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inovatif. Kompetisi yang terjadi menuntut organisasi untuk senantiasa mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mengoptimalkan fungsi manajemennya melalui sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran

HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT. STUDIO CILAKI EMPAT LIMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM).

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini diawali dengan latar belakang peneliti dalam pemilihan topik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia. Hal ini sangat mendesak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperlukan karyawan yang memiliki loyalitas pada organisasi tempat mereka

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia) adalah suatu perusahaan yang memberikan layanan di bidang jasa

BAB I PENDAHULUAN. peralatan, standar profesi dan peningkatan manajemen rumah sakit. Manajemen sumber

BAB I PENDAHULUAN. pada sumber daya manusia (human resources) guna menjalankan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan oleh perusahaan adalah ketenagakerjaan (workforce) (Carnegie, 2012).

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

Sumber : Dokumen Perusahaan PT. Wijaya Karya Beton Tbk Gambar 1.1 Logo perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Karir sebagai akuntan publik merupakan profesi yang menarik untuk dipilih,

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, sumber daya alam dan sumber-sumber ekonomi lainnya untuk

BAB l PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Organisasi adalah sarana atau alat dalam pencapaian tujuan, sebagai wadah

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh orang yaitu karyawan dalam organisasi dapat memberikan sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan pekerjaannya.turnover intention harus disikapi sebagai suatu

1. PE DAHULUA. Universitas Indonesia. Perbedaan Fokus..., Marchantia Andranita, FPSIUI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian yang semakin komplek menuntut suatu perusahaan untuk

BAB II URAIAN TEORITIS. Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB)

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi yang penuh persaingan. Ritel adalah salah satu cara pemasaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang sangat pesat dan persaingan yang

MEMBANGUN EMPLOYEE ENGAGEMENT EMPLOYEE ENGAGEMENT. Dian Yanuar Roffanna, S.Psi., M.Psi. Bagian Sumber Daya Manusia

BABl PENDAHULUAN. Sektor perbankan memiliki peranan yang sangat penting, yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesuksesan organisasi di masa depan. Kemampuan perusahaan. efektif dan efisien (Djastuti, 2011:2).

BAB I PENDAHULUAN. sukarela atau tidak dari suatu organisasi atau perusahaan (Robbins dan Judge. atas kerja sama antara Hay Group dan Centre for

Bab I. Pendahuluan. pengelolaan yang baik pula organisasi akan mendapatkan karyawan-karyawan

PENGARUH PERSEPSI KARYAWAN MENGENAI PERILAKU KEPEMIMPINAN, KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi Pada CV. Lazatex Pekalongan)

BAB I PENDAHULUAN. berkontribusi pada organisasi daripada karyawan yang performanya buruk.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sasaran melalui sumber daya manusia atau manajemen bakat lainnya. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya dunia usaha saat ini membuat pola pikir seorang manajer

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya komunikasi dan teknologi, perusahaan dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era

BAB I PENDAHULUAN. organisasi juga dapat dikatakan sebagai suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, antara lain adalah

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar

BAB I PENDAHULUAN. karyawan ataupun pekerjaan yang dapat mempengaruhi kehidupan keluarga

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketidakpuasannya akan pekerjaannya saat ini. Keinginanan keluar atau turnover

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Dari hasil data dan pembahasan dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dicapai oleh pelaku bisnis dan perusahaan yang paling mampu. sanggup memberikan apa yang siap dibeli masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan komponen utama suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. efisien dalam menunjang tercapainya tujuan organisasi (Rusmayanti, 2013).

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan sistem-sistem organisasi yang menghasilkan output yang menurutkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dengan terciptanya mesin baru dan peralatan canggih. Terciptanya teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pencapaian tujuan tersebut, perusahaan membutuhkan tenaga-tenaga

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian kalangan organisasi. Perputaran karyawan memiliki

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh leader-member exchange

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting karena manusia merupakan penggerak utama dalam


BAB 1 PENDAHULUAN. listrikan Indonesia. PLN merupakan satu-satunya perusahaan milik negara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kominfo Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada tanggal 28 Nopember

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi memaksa setiap organisasi berupaya menciptakan keunggulankeunggulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan daya saing di era perdagangan bebas menjadi salah satu kunci ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bergerak pada bidang jasa penyedia paket perjalanan wisata

Sumber Daya Manusia. Pelatihan dan Pengembangan Karyawan

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Responden penelitian ini adalah seluruh karyawan Starbucks Coffee

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) adalah pelaksanaan job analysis, perencanaan SDM,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas SDM yang ada (Ambarwati, 2002), karena itu Sumber daya Manusia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia saat ini sudah mengarah pada human capital, dimana sumber daya

2015 HUBUNGAN FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISORY BEHAVIORS DAN TRUST IN SUPERVISOR DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT

BAB I PENDAHULUAN. (SDM). Sumber Daya Manusia merupakan salah satu elemen terpenting dalam

Judul : Pengaruh Keterikatan Kerja, Persepsi Dukungan Organisasional dan Komitmen Organisasional Terhadap Turnover Intention Karyawan Muji Motor

BAB I PENDAHULUAN. manajemen sumber daya manusia (Saks, 2006). Para praktisi organisasi dan para

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MAKSI Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK.

BAB I PENDAHULUAN. dan mampu menghasilkan produk yang bermutu serta benar-benar mampu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perusahaan atau organisasi. Sumber Daya Manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, sumber daya alam, dan sumber-sumber ekonomi lainnya untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aset penting bagi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin globalnya perekonomian yang disertai dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Konsentrasi dari sumber daya manusia berpusat pada orang-orang yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses

SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana S-1 Psikologi

BAB V PENUTUP. keadilan organisasional pada employee engagement. Peneliti melakukan. disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran industri dan perubahan perilaku karyawan. Sumber daya manusia (SDM)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dinamika lingkungan perusahaan menunjukkan persaingan yang ketat. Sehingga banyak perusahaan berusaha menjadikan organisasi mereka menjadi lebih efisien. Salah satunya adalah dengan melakukan restrukturisasi organisasi. Restrukturisasi dapat menyebabkan sumber daya manusia yang dibutuhkan di dalam organisasi menjadi semakin terbatas karena adanya efisiensi beban operasional perusahaan sehingga mengakibatkan jumlah jabatan struktural yang tersedia pada struktur organisasi semakin terbatas. Penggabungan fungsi dalam struktur organisasi dapat menjadi sarana untuk menjamin bahwa tugas terbagi dengan merata. Kondisi ini menuntut kapasitas individu pemangku jabatan menjadi semakin besar tanggung jawabnya tapi tidak menjanjikan imbalan yang secara proporsional lebih besar searah dengan peningkatan beban kerja dan tanggung jawab. Hal ini menyebabkan perlunya perusahaan untuk mencari dan mempertahankan sumber daya manusia yang tepat yang dapat bekerja dengan sebaik-baiknya dan memiliki engagement terhadap pekerjaan dan perusahaannya. Bagaimana situasi employee engagement secara global? Dari survei yang diselenggarakan konsultan SDM Aon Hewitt, pada periode 2008 hingga 2010, yang mencakup 6,7 juta karyawan pada lebih dari 2.900 organisasi di berbagai negara di dunia, diperoleh hasil menurunnya indeks engagement menjadi 56% di 12

tahun 2010 dari 60% pada tahun 2009. Penurunan level of engagement tersebut adalah yang terbesar selama 15 tahun sejak riset ini diadakan oleh Aon Hewitt (2010). Hasil ini menjadi tantangan bagi perusahaan untuk merekrut dan mempertahankan karyawan yang dapat menentukan keberhasilan perusahaan. Mengapa employee engagement dianggap penting? Manajemen tidak bisa hanya mengandalkan kepuasan kerja individu sebagai dasar untuk mendorong dan memelihara kinerja individu karyawan. Stephen Young, salah seorang eksekutif konsultan Towers dan Perrin mengungkapkan bahwa employee engagement merupakan prediktor kinerja individu yang lebih kuat dibandingkan dengan kepuasan kerja individu (Human Capital Journal, 2010). Employee engagement selama ini dikenal luas sebagai konsep yang dapat memberikan informasi mengenai tingkat keterikatan karyawan terhadap faktor organisasi. Faktor ini mendorong karyawan untuk melakukan usaha yang maksimal melebihi dari yang diharapkan. Bahkan faktor engagement ini juga mempengaruhi keputusan karyawan untuk bertahan atau meninggalkan perusahaan. Kedua hal tersebut pada akhirnya akan berperan pada tingkat kemajuan dan kinerja perusahaan. Argumen di atas diperkuat oleh riset yang dilakukan oleh Aon Hewitt (2010). Berdasarkan riset, Aon Hewitt menyimpulkan terdapat korelasi yang kuat antara employee engagement dan kinerja perusahaan termasuk ketika masa sulit. Dikatakan bahwa perusahaan dengan indeks employee engagement yang tinggi (65% ke atas), selalu berhasil melampaui indeks bursa saham dan menghasilkan tingkat pengembalian bagi para pemegang saham sebesar 22% lebih tinggi di 13

bandingkan rata-rata. Sebaliknya, perusahaan dengan indeks employee engagement yang lebih rendah (45% ke bawah), menghasilkan pengembalian 28% lebih rendah dari rata-rata untuk para pemegang saham. Riset ini juga menemukan bagaimana organisasi membuat perbedaan dan meraih keunggulan kompetitif melalui sumber daya manusianya dengan adanya tingkat employee engagement yang tinggi seperti meningkatnya retensi dan produktifitas, menghasilkan tingkat turnover yang rendah, talent pool yang besar dan kinerja bisnis yang bagus (Aon Hewitt Global Engagement Survey, 2010). Seperti juga riset Hewitt, Watson Wyatt menegaskan bahwa perusahaan yang memiliki level of employee engagement yang tinggi memiliki risiko turnover yang lebih rendah dan lebih mampu mendapatkan pegawai top (top talent). Secara umum menurut temuan survei Watson Wyatt, karyawan yang memiliki engagement yang tinggi, hampir 80% dari mereka memiliki kinerja paling bagus. Mereka juga 20% lebih sedikit tidak masuk kerja dibandingkan karyawan biasa. Sekitar tiga per empat dari mereka berhasil melampaui harapan dalam proses evaluasi kinerja terbaru. Dan karyawan yang memiliki employee engagement lebih tinggi cenderung lebih tangguh dan mendukung setiap inisiatif perubahan dalam organisasi (Work Asia Employee Attitudes Survey, 2005). Penelitian yang membahas tentang employee engagement atau keterikatan karyawan secara khusus masih jarang dilakukan di Indonesia. Salah satu penelitian yang dilakukan di Indonesia dilakukan oleh Watson Wyatt (A Study of Employee Attitudes in Indonesia, 2005) dengan sekitar 9.000 partisipan dari 46 perusahaan didapatkan hasil bahwa karyawan di Indonesia cukup puas dan bangga 14

dengan perusahaan tempat mereka bekerja dan mereka juga akan merekomendasikan tempat kerja mereka sebagai tempat yang baik untuk bekerja. Mereka pun mau untuk berada di dalam perusahaan untuk sekitar 1 tahun lagi, namun jika ada perusahaan lain yang menawarkan gaji, bonus, atau jabatan yang lebih menarik maka mereka akan mempertimbangkan untuk pindah. 1.2 Rumusan Masalah Saks (2006) menjelaskan ada beberapa faktor yang dapat digunakan untuk mengetahui apa yang menyebabkan seorang karyawan terikat dengan perusahaannya. Pertama adalah karakteristik pekerjaan (job characteristics). Menurut Robbins, (2002) ketika melakukan tugas yang memiliki karakteristik kerja yang tepat, karyawan akan merasa termotivasi untuk menampilkan kerja berkualitas tinggi, sangat puas pada pekerjaannya, mempunyai tingkat kemangkiran rendah dan turnover yang rendah pula. Karakteristik pekerjaan yang menantang, beragam, memperbolehkan karyawan untuk menggunakan keahlian yang bermacam-macam, dan diberikan kesempatan untuk memberikan kontribusi yang penting untuk perusahaan akan membuat kepuasan psikologis yang akan membuat karyawan lebih engaged (Saks, 2006; Kahn 1990). Kedua adalah penghargaan dan pengakuan (rewards and recognition). Saks, (2006) dan Kahn (1990) menjelaskan bahwa setiap orang berbeda tingkat keterikatannya karena berbeda pula keuntungan yang mereka peroleh dari perusahaannya. Ketika karyawan menerima penghargaan dan pengakuan dari 15

organisasinya, mereka akan merasa harus membalasnya dengan tingkat keterikatan mereka. Ketiga adalah persepsi dukungan dari organisasi dan atasan (perceived organizational and supervisor support). Esienberger (2002) berpendapat dukungan dari organisasi dan atasan merupakan sumber penting bagi kebutuhan psikologis karyawan seperti perasaan dihargai dan perasaan dipedulikan oleh organisasi dan atasan. Keempat adalah keadilan distributif dan prosedural (distributive and procedural justice). Menurut Gilliland (1993) keadilan prosedural terkait dengan bagaimana cara yang diterima atau yang dirasakan tersebut terjadi, sedangkan keadilan distributif terkait dengan apa yang diterima atau dirasakan. Situasi yang dapat diprediksi dan konsisten ini terlihat dalam hal distribusi penghargaan dan prosedur untuk mengalokasikan atau mendapatkan penghargaan tersebut yang akhirnya akan menyebabkan adanya rasa adil baik secara persepsi maupun secara cara dan prosesnya (Kahn,1990). Hasil dari penelitian hubungan antara faktor-faktor tersebut dengan keterikatan karyawan didapatkan bahwa seluruh faktor tersebut secara positif mempengaruhi employee engagement. Bagaimana dengan perusahaan pemerintah di Indonesia? Menurut Yuki dalam Jurnal Bisnis dan Manajemen (2003), organisasi milik pemerintah yang umumnya bergerak di sektor pelayanan publik, faktor employee engagement juga merupakan salah satu indikator keefektifan kinerja organisasi. 16

Studi kasus yang penulis ambil adalah perusahaan PT. Wijaya Karya. Perusahaan tersebut merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang konstruksi dan termasuk dari 3 yang terbaik di antara perusahaan-perusahaan konstruksi BUMN yang lain. Perusahaan tersebut satusatunya perusahaan konstruksi BUMN saat ini yang meneliti indeks engagement karyawannya secara berkala. Survey ini merupakan bentuk feedback atas pengharkatan perusahaan kepada karyawannya. Hasil survey berupa rekomendasi, kemudian ditindaklanjuti dalam bentuk program kerja. Jika dilihat pada Tabel 1.1 yaitu tabel perkembangan indeks engagement PT. Wijaya Karya, dapat diketahui bahwa pada tahun 2011 terjadi penurunan dalam level of engagement karyawannya. Pada tahun 2007 indeks engagementnya 4.03, lalu pada tahun 2009 naik menjadi 4, 09, dan pada tahun 2011 turun menjadi 4,06. Tabel 1.1 Tabel Perkembangan Indeks Engagement Level PT. Wijaya Karya Tahun 2007-2011 2007 2009 2011 SAY (Speak Positively about Organization) 4.06 4.07 4.00 STRIVE (Go Beyond What is Minimally Requirement) 4.07 4.22 4.21 STAY (Desire to be a Member of Organization) 3.96 3.98 3.96 4.03 4.09 4.06 (Sumber: Laporan Indeks Engagement Level PT. Wijaya Karya 2007-2011) 17

Meskipun jika dilihat dari Tabel di atas, indeks dari employee engagement di PT. Wijaya Karya terbilang tinggi, namun dari Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan PT. Wijaya Karya terhadap sejumlah karyawannya di Jakarta dan Surabaya didapat beberapa pandangan lain. Dalam FGD digali beberapa aspek antara lain aspek yang menanyakan apakah tujuan dan target kerja bagi tiap pegawai sudah jelas atau belum. Terhadap pertanyaan ini pegawai mengakui bahwa tujuan dan target kerjanya cukup jelas. Berdasarkan FGD dan wawancara yang dilakukan terungkap bahwa mengenai wewenang dan tanggung jawab ada keadaan di mana terungkap bahwa sebagian pegawai merasa pimpinan di unit tertentu sangat dominan dan tidak memberi keleluasaan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan. Bawahan, yang pada umumnya status level kepegawaiannya adalah staf dan pegawai yang tergolong baru bekerja, hanya dapat mengikuti perintah. Pada keadaan ini pegawai merasa kehilangan kegairahan kerja yang pada akhirnya terbiasa bekerja atas perintah saja.... di sini ada beberapa pimpinan yang maunya kita yang staf atau bawahannya menjalankan apa yang dipikirkannya benar. Tidak ada kesempatan bagi kita untuk berkreasi.. (FGD di Jakarta). Dari FGD juga diketahui bahwa pada umumnya mereka merasa kerja keras yang dilakukan tidak akan membuahkan dampak signifikan bagi penghasilan mereka. Dan apresiasi pimpinan unit dalam bentuk pujian pada prestasi atau karya bawahannya jarang terjadi. 18

... kalaupun kita punya prestasi melebihi tugas kita, tidak ada penghargaan... (FGD di Jakarta).... misalnya nyari konsep dan teknologi terbaru tidak gampang.. kita harus peras otak.. boro-boro dimasukkan prestasi, dipuji aja tidak... jadi kerjaan tidak menarik lagi... (FGD di Jakarta) Dari berbagai respon peserta FGD tentang aspek personnel policies and procedures, banyak persepsi yang dibangun oleh pegawai (peserta FGD) yang tidak sesuai dengan keadaan yang ada. Pegawai merasa informasi yang benar belum tersampaikan kepada mereka.... jadi seringkali bagi kami-kami di proyek, kebijakan-kebijakan itu hanya kami dengar sebagai selentingan... (FGD di Jakarta). Dan pegawai masih mempersepsikan bahwa peningkatan karir masih banyak ditentukan oleh subyektifitas. Pegawai merasa bahwa seberapa dekat seseorang dengan atasan langsung atau atasan yang menentukan karir, menjadi faktor penentu karir seseorang tersebut. Persepsi ini timbul karena melihat rekan kerja yang seangkatan jenjang karirnya meningkat secara cepat. Karir yang dimaksud di sini termasuk peningkatan skala. Hal ini menimbulkan kecemburuan pada pegawai yang tidak terlalu dikenal oleh atasan. Sehingga membuat apatis pegawai yang merasa tidak bisa membuat dirinya terkenal....saya tidak tahu ukuran apa yang digunakan, tapi menurut saya siapa yang dekat dengan atasan dia akan cepat naik... (FGD di Jakarta)..sebenarnya aturan dan prosedur karir sudah ada dari HC, seperti penyetaraan dan penjenjangannya, tapi aturan itu tidak berjalan sebagai mana mestinya. Ada unsur kedekatan dengan orang-orang tertentu, unsur subyektifitas 19

masih sangat kental. Kalau bicara aturan, terkadang orang yang diangkat sebenarnya kinerjanya belum mencapai untuk itu... (FGD di Jakarta). Dari FGD yang telah dilakukan diketahui bahwa terdapat adanya inkonsistensi antara tingkat indeks engagement karyawan dengan sikap karyawan pada saat diwawancara. FGD yang didapat juga menunjukkan bahwa berbagai hal berpengaruh pada employee engagement. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui variabel apa saja yang signifikan berpengaruh pada employee engagement di PT. Wijaya Karya. Berdasarkan masalah yang ada di atas maka penulis tertarik untuk meneliti faktor apakah yang berpengaruh pada keterikatan karyawan di PT. Wijaya Karya. 1.3 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan dari penelitian ini adalah: 1. Apakah ada pengaruh positif job characteristics pada employee engagement? 2. Apakah ada pengaruh positif reward dan recognition pada employee engagement? 3. Apakah ada pengaruh positif perceived organizational support pada employee engagement? 4. Apakah ada pengaruh positif perceived supervisor support pada employee engagement? 20

5. Apakah ada pengaruh positif procedural justice pada employee engagement? 6. Apakah ada pengaruh positif distributive justice pada employee engagement? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengevaluasi pengaruh job characteristics pada employee engagement. 2. Mengevaluasi pengaruh reward dan recognition pada employee engagement. 3. Mengevaluasi pengaruh perceived organizational support pada employee engagement. 4. Mengevaluasi pengaruh perceived supervisor support pada employee engagement. 5. Mengevaluasi pengaruh procedural justice pada employee engagement. 6. Mengevaluasi pengaruh distributive justice pada employee engagement. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis 1. Memberikan sumbangan yang berarti bagi aplikasi ilmu tentang Sumber Daya Manusia terutama yang berkaitan dengan topik employee 21

engagement yaitu memberi gambaran faktor-faktor yang berpengaruh terhadap employee engagement pada konteks BUMN 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi penelitianpenelitian selanjutnya, mengingat belum terlalu banyak penelitian mengenai materi-materi tersebut. 1.5.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman bagi PT. Wijaya Karya supaya lebih memahami kondisi perusahaannya dan memberikan referensi untuk pembuatan kebijakan atau rencana kerja di perusahaan untuk meningkatkan employee engagement. 1.6 Sistematika Penelitian Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I: Pendahuluan Menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian. BAB II: Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka diuraikan teori dan rumusan yang melandasi penelitian yang berhubungan dengan tujuan penelitian, konsep-konsep pengolahan data dan hipotesis dari setiap variabel. 22

BAB III: Metodologi Penelitian Dalam metode penelitian dijelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian, meliputi: tempat dan obyek penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, alat ukur, evaluasi alat ukur, prosedur pengumpulan data, dan metode analisis data. BAB IV: Analisis Hasil Penelitian Menguraikan hasil penelitian baik secara deskriptif melalui tabel-tabel maupun pengujian hipotesis dengan menggunakan kerangka statistik serta pembahasan atas hasil penelitian. BAB V: Kesimpulan dan Saran Bab ini merupakan bab penutup yang menjelaskan kesimpulan yang di dapat dari penelitian dan saran yang diberikan kepada perusahaan maupun terhadap penelitian ini untuk menjadi rekomendasi penelitian selanjutnya. Lampiran-lampiran disertakan dalam tesis ini untuk memperjelas penelitian. 23