FAKTOR PENENTU PRODUKSI USAHATANI CABAI MERAH DI KECAMATAN BULU DAN TLOGOMULYO, KABUPATEN TEMANGGUNG Renie Oelviani 1, Indah Susilowati 2,3, Bambang Suryanto 3 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah 2 Program Studi Magister Agribisnis Program Pascasarjana UNDIP 3 Program Studi Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Program Pascasarjana UNDIP ABSTRAK Cabai merah merupakan salah satu komoditas unggulan nasional yang penanamannya hampir tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Cabai merah juga merupakan komoditas yang sangat dibutuhkan oleh hampir semua orang dari berbagai lapisan masyarakat, Kebutuhan akan cabai merah selalu meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan beragamnya kebutuhan. Harga dan produksi yang fluktuatif menjadi ciri khusus komoditas ini. Banyak hal yang mempengaruhi produksi cabai merah terutama di kondisi cuaca yang ekstrim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani cabai merah di Kecamatan Bulu dan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung. Dalam kajian ini digunakan fungsi produksi frontier dan jumlah responden 100 yang dipilih secara acak dengan menggunakan metode acak sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada lima variable yang signifikan terhadap fungsi produksi usahatani cabai merah di Kabupaten Temanggung, yaitu luas lahan (X1), tenaga kerja (X2), benih (X3) dan pupuk organik (X7), pengalaman usahatani (X10). Kata Kunci : usahatani cabai merah, fungsi produksi frontier, Kabupaten Temanggung PENDAHULUAN Cabai merah merupakan salah satu komoditas unggulan nasional yang ditanam hampir tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Cabai merah juga merupakan komoditas yang sangat dibutuhkan oleh hampir semua orang dari berbagai lapisan masyarakat. Kebutuhan cabai merah selalu meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan beragamnya kebutuhan. Harga cabai merah pun selalu fluktuatif seiring dengan produktivitas dan ketersediaan cabai merah di kalangan petani dan masyarakat. Berdasar data Ditjen Hortikultura kebutuhan konsumsi cabai secara langsung dengan asumsi jumlah proyeksi penduduk tahun 2010: 234.181,4 juta jiwa, konsumsi cabai per kapita adalah 5,21 kg/kap/th atau 0,43 kg/kap/bln. Kebutuhan cabai di bulan tertentu yaitu Agustus, September, Oktober, Desember akan naik per bulan dari konsumsi normalnya, yaitu Agustus (puasa) naik 20%; September (puasa dan Idul Fitri) dinaikkan 10%; Oktober (Idul Adha) dinaikkan 10% dan Desember (natal dan tahun baru) dinaikkan 5% (Ditjen Hortikultura, 2010). Pada bulan Mei dan Juni produksi cabai petani diperkirakan turun 40 % dibandingkan dengan hari-hari biasanya saat cuaca teratur. Produksi cabai per bulan biasanya mencapai 100.000 ton tetapi pada Mei dan Juni 2010 turun 40 50 %. Kondisi ini diakibatkan lebih banyak karena hujan yang tidak menentu sehingga cabai menjadi rentan terhadap penyakit yang menyebabkan volume produksi turun dan akhirnya harga melonjak. (Tinjauan Ekonomi dan Keuangan, Deputi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan, Juni 2010). Perubahan cuaca yang ekstrem akan menurunkan produktivitas cabai dan mendorong lonjakan harga cabai merah. Selama ini telah dilakukan beberapa penelitian mengenai pengembangan teknologi budidaya cabai merah di Kabupaten Temanggung agar produktivitas cabai merah di daerah ini meningkat sesuai dengan harapan. Empat tahun terakhir produktivitas cabai merah di Kabupaten Temanggung mengalami fluktuasi. Faktor penyebabnya antara lain serangan El-Nina di tahun 2010, penggunaan faktor produksi dalam usahatani Prosiding Semiloka Nasional Dukungan Agro-Inovasi untuk Pemberdayaan Petani, 591
cabai merah yang masih bersifat konvensional dimana petani cabai merah adalah petani kecil yang proses pengambilan keputusan produksinya diduga tidak ditangani dan ditunjang dengan peramalan produksi dan harga yang baik. Berdasar latar belakang permasalahan di atas, perlu dilakukan penelitian faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi produksi cabai merah di Kabupaten Temanggung, agar bisa menjadi masukan bagi masyarakat petani untuk bisa lebih mengoptimalkan input agar produksi lebih baik lagi. METODOLOGI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah di Kecamatan Bulu dan Tlogomulyo Kabupaten Temanggung. Untuk tujuan tersebut digunakan metode deskriptif dan analisis fungsi produksi frontier. Daerah yang menjadi objek penelitian dipilih secara sengaja (purposive sampling), yaitu Kecamatan Bulu dan Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten Temanggung. Kedua kecamatan tersebut dianggap mampu mewakili deskripsi usahatani cabai merah di Kabupaten Temanggung mengingat kontribusi luas panen yang diberikan oleh kedua wilayah ini pada tahun 2010. Rancangan sampel petani cabai merah ini dipilih dengan metode multiple stage sampling yaitu sampel ditarik dari kelompok populasi tetapi tidak semua anggota populasi menjadi anggota sampel. (Nazir, 1998). Tahap kemudian adalah menentukan sampel responden petani sejumlah 100 dengan purposive sampling dengan kriteria: (1) Petani yang menanam cabai merah dalam 1 tahun terakhir, dan (2) Luasan lahan di bawah 1 hektar. Model Fungsi Produksi Usahatani Cabai merah dengan Pendekatan Frontier dalam hal ini menggunakan fungsi produksi Cobb- Douglas ini memasukkan beberapa variabel, dimana variabelnya adalah: Tabel 1. Parameter yang diamati, definisi, dan skala pengukurannya Variabel Kode Definisi Variabel Skala Pengukuran Produksi Y Produksi cabai per musim tanam Kg Luas lahan X1 Luas lahan per musim tanam Ha Tenaga Kerja X2 Jumlah tenaga kerja per musim tanam HOK Benih X3 Jumlah benih per musim tanam Gram Pupuk N X4 Jumlah pupuk per musim tanam Kg Pupuk P X5 Penggunaan pupuk P per musim tanam Kg Pupuk K X6 Penggunaan pupuk K, D=0, tidak menggunakan pupuk K D=1, menggunakan pupuk K Pupuk Org X7 Penggunaan pupuk organik D=0, tidak menggunakan pupuk organik D=1, menggunakan pupuk organik Kg Dummy Pesitida X8 Jumlah pestisida Dummy Organisasi X9 Keikutsertaan dalam kelompok tani (KT) D=0, tidak mengikuti KT D=1, mengikuti KT Dummy Pengalaman tani cabai X10 Lama melakukan usahatani Tahun 592 Prosiding Semiloka Nasional Dukungan Agro-Inovasi untuk Pemberdayaan Petani,
Adapun bentuk fungsi produksi Cobb- Douglas adalah sebagai berikut : Y = A X 1 a1 X Z a2 X 3 a3 X 4 a 4 X 5 a5 X 6 a6 X 7 a7 X 8 a8 X 9 a9 X 10 a10 e ui dimana bentuk log normalnya adalah: LnY = α +β 1 LnX 1 + β 2 LnX 2 + β 3 LnX 3 + β 3 LnX 3 + β 4 LnX 4 + β 5 LnX 5 + β 6 LnX 6 + β 7 LnX 7 + β 8 LnX 8 + β 9 LnX 9 + β 10 LnX 10 + µi dimana : Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 = Produksi cabai merah = Luas lahan = Jumlah tenaga kerja = Benih = Pupuk N = Pupuk P = Pupuk K = Pupuk Organik = Pestisida = Organisasi = Pengalaman petani cabai merah HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kabupaten Temanggung mempunyai luas 87.065 ha yang terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah dengan bentangan Utara ke Selatan 46,8 km dan Timur ke Barat 43 km. Secara administratif Kabupaten Temanggung terdiri atas 20 kecamatan. Kecamatan Bulu dan Kecamatan Tlogomulyo merupakan dua kecamatan terbesar penghasil cabai merah. Produksi cabai merah di dua kecamatan khususnya ini belum optimal di tahun 2010. Banyak hal yang mempengaruhi produksi usahatani cabai merah dalam penelitian ini, diantaranya diduga dipengaruhi oleh variabel luas lahan, jumlah tenaga kerja, benih, pupuk N, pupuk P, pupuk K, pupuk organik, pestisida, keikutsertaan petani dalam organisasi kelompok tani dan pengalaman menjadi petani cabai merah. Deskripsi kinerja dapat dilihat pada Tabel 2. Skala usahatani cabai merah di Kecamatan Bulu dan Tlogomulyo adalah skala usaha kecil yang bisa dilihat dari luas lahan yang dimiliki petani adalah 0,05 ha dan luas maksimal yang dimiliki adalah 1 ha, dengan rata-rata luas lahan 0,3245 ha. Luas lahan yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah memperhitungkan biaya sewa lahan walaupun lahan petani adalah milik sendiri. Dari hasil penelitian diperoleh sebagian besar petani responden mempunyai luas lahan garapan yang tidak terlalu luas yaitu 0,05 0,2 ha sebanyak 48 orang (48 %), luas lahan garapan 0,25 0,4 ha sebanyak 34 orang (34%), luas lahan garapan 0,45 0,6 ha sebanyak 10 orang (10%) dan luas lahan garapan 0,65 1 ha sebanyak 8 orang (8 %). Hampir sebagian lahan adalah milik petani sebesar 89 responden (89%). Sebesar 11 responden petani (11%) menyewa lahan berdasarkan musim tanam dari pihak lain. Biaya sewa lahan adalah Rp1.400.000,- - Rp1.600.000,- per tahun dimana harga sewa tergantung letak lokasi lahan garapan. Tenaga kerja yang diperhitungkan adalah semua biaya tenaga kerja yang dikeluarkan tanpa membedakan tenaga kerja dari anggota keluarga maupun menggunakan tenaga kerja dari luar. Tabel 2 Deskripsi variabel usahatani cabai merah di Kabupaten Temanggung No Variabel Mean Min Max Stdev 1. Luas Lahan 3245.5 500 10000 2155.274 2. Tenaga Kerja 92.917 13 224 47.349 3. Benih 141.91 10 500 106.112 4. Pupuk 1399.855 0 7500 1687.38 Organik 5. Pupuk N 38.09 0 138 32.948 6. Pupuk P 33.49 0 195 36.332 7. Pupuk K 6.41 0 129 15.262 8. Pestisida 1340.55 0 9000 1550.369 9. Pengalaman Usahatani Cabai Merah 6.57 2 13 2.536 10. Keikutsertaan Mengikuti Tidak mengikuti dalam Klpk Tani 57 43 Sumber : data dioalah (2010) Berdasarkan Tabel 2, rata-rata penggunaan tenaga kerja adalah 92.917 HOK. Rata-rata penggunaan benih adalah 141.91 g, penggunaan pupuk organik 1399.855 kg, serta rata-rata penggunaan pupuk N, P, dan K berturut-turut adalah 38.09 kg, 33.49 kg, dan 33.49 kg. Sedangkan rata-rata penggunaan pestisida di daerah penelitian cukup tinggi yaitu 1340.55 lt. Rata-rata pengalaman usahatani responden petani adalah 6,57 tahun. Prosiding Semiloka Nasional Dukungan Agro-Inovasi untuk Pemberdayaan Petani, 593
Estimasi Fungsi Produksi Frontier Stokastik Hasil estimasi fungsi produksi frontier stokastik usahatani cabai merah di Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada Tabel 3. Dari tabel tersebut di bawah dapat dilihat bahwa ada lima variabel yang signifikan terhadap fungsi produksi usahatani cabai merah di Kabupaten Temanggung, yaitu luas lahan (X1), tenaga kerja (X2), benih (X3), pupuk organik (X7), dan pengalaman usahatani cabai merah (X10). Kelima variabel tersebut signifikan pada α = 1 dan mempunyai tanda positif yang berarti bahwa semakin banyak input produksi tersebut maka produksi cabai merah akan meningkat. Tabel 3. Estimasi fungsi produksi Frontier Stokastik pada usahatani cabai merah di Kabupaten Temanggung No Variabel Koef t-ratio 1. Konstanta 6.18944 17.72727 2. Luas lahan (X1) 0.00009 2.27710*** 3. Tenaga Kerja (X2) 0.00479 3.40389*** 4. Benih (X3) 0.00205 2.69845*** 5. Pupuk N (X4) 0.00117 0.85218 6. Pupuk P (X5) -0.00007-0.06192 7. Pupuk K (X6) -0.00218-0.76338 8. Pupuk Organik (X7) 0.39292 3.91103*** 9. Pestisida (X8) -0.00005-1.62747 10. Organisasi (X9) 0.05531 0.50187 11. Pengalaman Tani 0.02874 12.79997*** Cabai Merah (X10) 12. Log likehood -48.84139 13. Mean TE 0.80454 14. βi 0.48277 15 N 100 Sumber: Data Primer, diolah (2010) Keterangan: *** : signifikan pada α 1 persen ** : signifikan pada α 5 persen *: signifikan pada α 10 persen t-tabel (α= 1 persen) t-tabel (α= 5 persen) t-tabel (α= 10 persen) Berdasarkan tabel di atas diketahui koefisien regresi yang identik dengan koefisien elasisitas, yaitu: Luas Lahan (X1) Berdasarkan Tabel 3 koefisien regresi X1 adalah 0.00009, koefisien yang positif dan signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan penggunaan luas lahan dapat memberikan peluang kepada petani untuk meningkatkan produksi cabai merah. Semakin luas lahan yang dimiliki petani maka produksi cabai merah akan semakin besar. Jika luas lahan bertambah sebesar 1 % maka ada kemungkinan terjadi peningkatan produksi sebesar 0,09 ton. Tenaga Kerja (X2) Koefisien regresi input tenaga kerja (X2) adalah 0.00478, koefisisen ini positif dan signifikan. Hasil estimasi ini menunjukkan bahwa apabila ada peningkatan tenaga kerja sebesar 1 HOK akan menaikkan produksi sebesar 4.78 kg. Hal ini tidak menunjukkan pengaruh yang terlalu signifikan karena sebagian petani memanfaatkan keluarga dan kerabat untuk membantu kegiatan usahatani cabai merah. Benih (X3) Variabel benih (X3), signifikan dan memiliki tanda positif. Hal tersebut mengindikasikan bahwa penggunaan benih dapat memberi peluang kepada petani untuk meningkatkan produksi cabai merah. Koefisien regresi untuk input benih (X3) adalah 2,05 ton, ini menggambarkan bahwa apabila penggunaan benih dinaikkan 1 kg dalam arti pembelian benih cabai merah yang lebih berkualitas, dimana benih cabai merah yang tahan akan virus dan penyakit serta benih cabai merah yang sesuai dengan lahan dataran tinggi, akan terjadi peningkatan produksi sebesar 0,00205%. Nilai ini berpengaruh sedikit terhadap produksi usahatani cabai merah karena benih bersifat inelastik. Pupuk Organik (X4) Koefisien regresi untuk input pupuk organik (X4) adalah 0.392. Variabel pupuk organik signifikan dan positif, hal ini menggambarkan bahwa apabila petani menambah pemakaian pupuk organik 1 kg maka akan terjadi kemungkinan peningkatan produksi cabai merah sebesar 0,3929 kg. Karena penggunaan pupuk organik dalam hal ini dapat meningkatkan jumlah hara dan mengembalikan tekstur tanah. Pemakaian pupuk organik yang terus-menerus akan meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah yang akhirnya penyerapan hara menjadi efisien, sehingga akan meningkatkan produksi cabai merah. 594 Prosiding Semiloka Nasional Dukungan Agro-Inovasi untuk Pemberdayaan Petani,
Pengalaman Tani Cabai Merah (X10) Pengalaman tani cabai merah ternyata mempunyai pengaruh yang positif terhadap usahatani cabai dari responden petani hal ini ditunjukkan dengan koefisien regresi yang ditunjukkan sebesar 0,0287. Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambah pengalaman tani cabai merah kedelai 1 kg akan menaikkan produksi cabai merah. Walaupun tidak terlalu signifikan tetapi angka ini menunjukkan bahwa pengalaman tani cabai merah mempunyai andil di dalam hal responden mengelola usahataninya. Semakin banyak ilmu yang diperoleh di dalam pengalaman mengelola usahataninya akan semakin mengasah ketrampilannya dalam hal mengelola usahatani cabai merah. KESIMPULAN Hasil analisis fungsi produksi frontier stokastik menunjukkan bahwa terdapat 5 variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap fungsi produksi usahatani cabai merah di Kabupaten Temanggung, yaitu luas lahan (X1), tenaga kerja (X2),benih (X3), pupuk organik (X4), dan pengalaman usahatani (X10). Nilai RTS secara keseluruhan adalah 0,4827, ini menunjukkan bahwa kondisi yang sudah jenuh, dimana apabila dilakukan penambahan input secara keseluruhan justru akan menurunkan tingkat produksi. DAFTAR PUSTAKA Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia. Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Jakarta, Rajawali Press.. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi, Jakarta, PT. Raja Grafindo.. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta, Universitas Indonesia.. 2000. Pembangunan Pertanian, Jakarta, Rajawali Press.. 2002. Teori Ekonomi Produksi dengan pokok bahasan analisis fungsi Cobb-Douglas, Cetakan ke 3, Jakarta, Rajawali Pers Sudjana. 1988. Metoda Statistika. Bandung, Tarsito. Suharsimi Arikunto. 2001. Metodologi Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta, BPFE. Susilowati, Indah. 2008. Penguatan Kinerja Agribisnis Tanaman Pangan Unggulan Propinsi Jawa Tengah Dalam Mendukung Ketahanan Pangan. Universitas Diponegoro. Prosiding Semiloka Nasional Dukungan Agro-Inovasi untuk Pemberdayaan Petani, 595