PENGARUH UMUR PEMOTONGAN TERHADAP KANDUNGAN FRAKSI SERAT HIJAUAN MURBEI (MORUS INDICA L. VAR. KANVA-2)

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

KOMPOSISI FRAKSI SERAT DARI SERAT BUAH KELAPA SAWIT (SBKS) YANG DI FERMENTASI DENGAN PENAMBAHAN FESES KERBAU PADA LEVEL BERBEDA

SIFAT FISIK DAN FRAKSI SERAT SILASE PELEPAH KELAPA SAWIT YANG DITAMBAH BIOMASSA INDIGOFERA (Indigoferazollingeriana)

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nama ilmiah tanaman murbei adalah Morus spp merupakan genus dari

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN RUMPUT BENGGALA ( Panicum Maximum ) TERHADAP KECERNAAN NDF DAN ADF PADA KAMBING LOKAL

Pengaruh Pemakaian Urea Dalam Amoniasi Kulit Buah Coklat Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara in vitro

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2017, VOL. 17, NO. 2. Annisa Savitri Wijaya 1, Tidi Dhalika 2, dan Siti Nurachma 2 1

HASIL DAN PEMBAHASAN. Korelasi Analisa Proksimat dan Fraksi Serat Van Soest

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI

PENGARUH PEMBERIAN KADAR AIR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN TANAMAN Indigofera zollingeriana RINGKASAN

SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT

UJI KADAR AIR, AKTIVITAS AIR, DAN KETAHANAN BENTURAN RANSUM KOMPLIT DOMBA BENTUK PELET MENGGUNAKAN DAUN KELAPA SAWIT SEBAGAI SUBSTITUSI HIJAUAN

ANALISIS KANDUNGAN SERAT SILASE RANSUM LENGKAP YANG DIFORMULASI DENGAN BAHAN UTAMA RUMPUT GAJAH DAN BIOMASSA MURBEI

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

PEMBAHASAN. Tabel 11 Hubungan jenis murbei dengan persentase filamen Jenis Murbei

MATERI DAN METODE. Materi

EFEKTIVITAS SUBSTITUSI KONSENTRAT DENGAN DAUN MURBEI PADA PAKAN BERBASIS JERAMI PADI SECARA IN VITRO SKRIPSI OCTAVIANI NILA PERMATA SARI

KOMPOSISI FRAKSI SERAT PELEPAH SAWIT YANGDIFERMENTASI OLEHKAPANGPhanerochaete chrysosporium DENGAN PENAMBAHAN MINERAL KALSIUM (Ca)DAN MANGAN (Mn)

Alat Neraca analitik, gelas piala 600 ml, gelas ukur 100 ml, "hot plate", alat refluks (untuk pendingin), cawan masir, tanur, alat penyaring dengan po

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. berasal dari hijauan dengan konsumsi segar per hari 10%-15% dari berat badan,

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

KANDUNGAN PROTEIN DAN SERAT KASAR TONGKOL JAGUNG YANG DIINOKULASI Trichoderma sp. PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

Pola produksi dan nutrisi rumput Kume (Shorgum plumosum var. Timorense) pada lingkungan alamiahnya

KANDUNGAN NUTRISI HAY MURBEI (Morus alba) YANG DITANAM PADA LAHAN GAMBUT DENGAN UMUR PANEN YANG BERBEDA

Oleh : Lincah Andadari

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Kompos

PERUBAHAN TERHADAP KADAR AIR, BERAT SEGAR DAN BERAT KERING SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi

FERMENTASI JERAMI JAGUNG MENGGUNAKAN KAPANG TRICHODERMA HARZIANUM DITINJAU DARI KARAKTERISTIK DEGRADASI

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN BERBASIS RUMPUT (Panicum maximum) TERHADAP KECERNAAN HEMISELULOSA DAN SELULOSA PADA KAMBING LOKAL

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK DAN KETINGGIAN PERMUKAAN MEDIA HIDROPONIK SISTEM DRIP TERHADAP HASIL DAN KANDUNGAN NUTRISI RUMPUT GAJAH SKRIPSI

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

SUPARJO Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Univ. Jambi PENDAHULUAN

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

PENGARUH METODE PENGOLAHAN KULIT PISANG BATU (Musa brachyarpa) TERHADAP KANDUNGAN NDF, ADF, SELULOSA, HEMISELULOSA, LIGNIN DAN SILIKA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN Indigofera zollingeriana PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK FOSFAT

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi Rumput Tebu Salah (Phragmites Sp) sebagai Sumber Hijauan Pakan Potensial pada Berbagai Umur Pemotongan

PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH MENGGUNAKAN SUPLEMEN KATALITIK

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Lahan GambutKebun Percobaan

pkecernaan NUTRIEN DAN PERSENTASE KARKAS PUYUH (Coturnix coturnix japonica) JANTAN YANG DIBERI AMPAS TAHU FERMENTASI DALAM RANSUM BASAL

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

KANDUNGAN FRAKSI SERAT RANSUM PELLET UNGGAS DENGAN PENGGUNAAN TEPUNG indigoferazollingeriana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rumput gajah berasal dari afrika tropis, memiliki ciri-ciri umum berumur

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

I. PENDAHULUAN. Pengembangan ternak ruminansia di Indonesia akan sulit dilakukan jika hanya

POPULASI PROTOZOA, BAKTERI DAN KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN SAPI PERANAKAN ONGOLE SECARA IN VITRO

HIJAUAN MURBEI UNTUK SUPLEMENTASI PROTEIN PAKAN SAPI PERAH

KADAR NEUTRAL DETERGENT FIBER DAN ACID DETERGENT FIBER PADA JERAMI PADI DAN JERAMI JAGUNG YANG DIFERMENTASI ISI RUMEN KERBAU

TINJAUAN PUSTAKA. baik dalam bentuk segar maupun kering, pemanfaatan jerami jagung adalah sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

SKRIPSI PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

NISBAH DAUN BATANG, NISBAH TAJUK AKAR DAN KADAR SERAT KASAR ALFALFA (Medicago sativa) PADA PEMUPUKAN NITROGEN DAN TINGGI DEFOLIASI BERBEDA

KELARUTAN MINERAL KALSIUM (Ca) DAN FOSFOR (P) BEBERAPA JENIS LEGUM POHON SECARA IN VITRO SKRIPSI SUHARLINA

Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman Kekeringan

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

PRODUKTIVITAS Indigofera zollingeriana YANG DI TANAM PADA LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI DENGAN UMUR PANEN YANG BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

II.TINJAUAN PUSTAKA. laut. Pisang dapat tumbuh pada iklim tropis basah, lembab dan panas dengan

PEMANFAATAN Indigofera sp. DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA DOMBA JANTAN

LAPORAN PENELITIAN. PROFIL ASAM LEMAK PADA TELUR AYAM YANG DIBERI TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus L.Merr) DALAM RANSUM

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN Indigofera sp TERHADAP KONSUMSI, PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI RANSUM KELINCI PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Pengaruh Penggantian Rumput dengan Pelepah Sawit Ditinjau dari Segi Kecernaan dan Fermentabilitas Secara In Vitro Gas

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK N-P-K TERHADAP HASIL BAHAN KERING DAN PROTEIN KASAR RUMPUT Brachiaria humidicola cv. Tully dan

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI

TOTAL PRODUKSI GAS DAN DEGRADASI BERBAGAI HIJAUAN TROPIS PADA MEDIA RUMEN DOMBA YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG SAPONIN DAN TANIN SKRIPSI RIANI JANUARTI

GINA UMUL MUTI AH NPM.

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2014, VOL. 1, NO. 11, R. Beku 1, A. Paga 1, dan Th. Lapenangga 2

PENDAHULUAN. ANALISIS PROKSIMAT (Proximate Analysis)

I. PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti

Imbangan Efisiensi Protein pada Kelinci Rex...Yanuar Adi Prasetyo W

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

VIABILITAS DAN VIGORITAS BENIH Stylosanthes guianensis (cv. Cook) YANG DISIMPAN PADA SUHU BERBEDA DAN DIRENDAM DALAM LARUTAN GIBERELIN SKRIPSI OLEH

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

G. S. Dewi, Sutaryo, A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT

Transkripsi:

PENGARUH UMUR PEMOTONGAN TERHADAP KANDUNGAN FRAKSI SERAT HIJAUAN MURBEI (MORUS INDICA L. VAR. KANVA-2) (The Effect of Harvesting Date on Content of Fiber Fractions Mulberry Forage (Morus Indica L. Var. Kanva-2)) HARUN DJUNED, MANSYUR dan HENI BUDI WIJAYANTI Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung, Sumedang km 21 Jatinangor, Sumedang 40600 ABSTRACT An experiment was conducted in order to find out the fiber fraction contents of mulberry forage at five harvesting dates. This three- month study was carried out in the field of farmer group at Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur. This research used an experimental method using a Completely Randomized Design with four replications. Data observed were tested by analysis of variance, followed by the Duncan Multiple Range Test. The results showed that Neutral Detergent Fiber (NDF), Acid Detergent Fiber (ADF), lignin and cellulose content of the mulberry forage were high-significantly affected (P<0.05) by harvesting dates. They were increased as harvesting date increased, while hemicellulose were not significantly affected by harvesting dates. The highest fiber fractions concentration were showed by mulberry forage harvested at 8 weeks. Key Words: Harvesting Date, Fiber Fractions, Mulberry Forage ABSTRAK Suatu percobaan telah dilakukan untuk mengetahui kandungan fraksi serat hijauan murbei pada lima tingkat umur pemotongan. Penelitian ini berlangsung tiga bulan, pada lahan kelompok tani di Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur. Penelitian ini dilaksanakan secara eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan empat kali ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analisis Ragam, sedangkan untuk mengetahui perbedaan yang nyata diantara perlakuan dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan Neutral Detergent Fiber (NDF), Acid Detergent Fiber (ADF), lignin, dan selulosa sangat nyata (P<0.05) dipengaruhi oleh umur pemotongan. Kandungan NDF, ADF, lignin, dan selulosa tersebut meningkat seiring dengan meningkatnya umur pemotongan, sedangkan kandungan hemiselulosa tidak berbeda nyata pada umur pemotongan yang berbeda. Kandungan fraksi serat tertinggi dari hijauan murbei diperoleh pada umur pemotongan 8 minggu. Kata Kunci: Umur Pemotongan, Fraksi Serat, Hijauan Murbei PENDAHULUAN Di Indonesia, tanaman murbei (Morus sp) belum populer sebagai tanaman pakan. Daun murbei adalah tanaman perdu yang secara tradisional telah diberikan pada ulat sutera sebagai ransum utamanya. Padahal, jika dilihat dari nutrisi yang dikandungnya, tanaman murbei tergolong tanaman yang baik untuk pakan ternak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tanaman murbei memiliki kandungan nutrisi yang sangat baik, seperti kadar protein kasar yang tinggi, serat kasar yang rendah, total karbohidrat yang tinggi, kandungan mineral yang berada pada kisaran yang cukup, dan kandungan vitamin A yang tinggi. Penelitian langsung terhadap ternak memperlihatkan bahwa tanaman murbei memiliki keunggulan yaitu koefisien cerna dan palatabilitas yang tinggi, kandungan total phenol yang sangat rendah, dan keberadaan taninnya yang tidak terdeteksi sehingga sangat disukai oleh ternak dan relatif aman bila diberikan kepada ternak yang bersangkutan. 859

Melihat keunggulan tersebut diharapkan tanaman murbei dapat mengurangi penggunaan konsentrat sehingga dapat menekan biaya bahan pakan yang mahal. Tanaman murbei merupakan tanaman yang dapat beradaptasi dengan baik pada kondisi tropis dan merupakan pakan utama untuk ulat sutera (Bombyx mori) (NORATI, 1996). Padahal melihat kandungan nutrisi seperti disebutkan di atas, tanaman murbei potensial untuk dijadikan pakan ternak seperti ternak ruminansia dan non ruminansia. Produksi murbei bergantung kepada varietas, jenis tanah dan iklim, kepadatan tanaman, tingkat pemupukan, teknik pemanenan, serta umur tanaman. Beberapa penelitian yang dilakukan di luar negeri menunjukkan bahwa produksi tanaman murbei lebih tinggi daripada produksi tanaman pakan (misalnya Alfalfa, rumput Raja, rumput Kikuyu, dan rumput Afrika) sehingga potensial sebagai hijauan makanan ternak. Mutu daun murbei ditentukan oleh berbagai faktor, diantaranya kesuburan tanah, tinggi pemotongan, iklim, pengairan, keadaan geografi, dan umur tanaman. Peningkatan umur tanaman diikuti dengan peningkatan pada produksi dan proporsi batang dan bunga, serta penurunan proporsi daunnya. Disisi lain, peningkatan umur tanaman menyebabkan penurunan kandungan nutrisinya. Penurunan pada proporsi daun dan batang akan berhubungan dengan peningkatan kandungan dinding sel (serat). Peningkatan konsentrasi serat sejalan dengan umur tanaman. Oleh karena itu, semakin tua tanaman maka kandungan seratnya semakin tinggi. Secara umum kualitas hijauan dicerminkan dengan adanya nilai nutrisi yang dikandungnya, beberapa diantaranya adalah kandungan neutral detergent fiber (NDF), acid detergent fiber (ADF), hemiselulosa, selulosa, dan lignin (fraksi serat). Pada tanaman muda umumya kandungan fraksi seratnya rendah. Umur tanaman ditentukan oleh umur pemotongan. Namun, pada tanaman murbei belum ada penelitian umur pemotongan yang paling efisien ditinjau dari kandungan fraksi seratnya. Oleh karena itu, penelitian mengenai bagaimana sebenarnya kandungan fraksi serat tersebut berdasarkan umur pemotongan tanaman murbei sehingga baik untuk diberikan sebagai pakan ternak, misalnya pada pemotongan 4, 5, 6, 7, dan 8 minggu, telah dilaksanakan. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur. Daerah ini mempunyai ketinggian sampai 700 m diatas permukaan laut, dengan suhu ± 27 o C serta curah hujan sekitar 3000 mm/tahun. Lahan ini sangat cocok untuk penanaman tanaman murbei khususnya (Morus indica L.). Hijauan murbei yang digunakan berasal dari tegakan yang ada di area tempat penanaman tanaman murbei, pada tegakan seluas 2 ha kemudian dipilih tegakan yang paling homogen untuk penelitian seluas 21 x 9 meter, selanjutnya dapat dibuat jalur penelitian sebanyak 20 baris dengan jarak antar jalur 1 meter. Setiap jalur terdiri dari 6 tanaman murbei dengan jarak antar tanaman 1 meter. Sebelum penelitian dimulai, setiap tanaman dilakukan penyeragaman dengan ketinggian 50 cm. Hal tersebut bertujuan untuk menyeragamkan umur tunas tanaman. Pemotongaan dilakukan pada ketinggian 50 cm di atas permukaan tanah. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan umur pemotongan setiap 4, 5, 6, 7, dan 8 minggu. Tiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali, sehingga diperoleh total unit percobaan sebanyak 20. Peubah yang diukur meliputi kandungan NDF, ADF, Ligin, hemiselulosa, dan selulosa yang ditentukan melalui analisis Van Soest. HASIL DAN PEMBAHASAN neutral detergent fiber hijauan murbei Pengaruh perlakuan terhadap rataan kandungan Neutral Detergent Fiber (NDF) dapat dilihat lebih lanjut pada Tabel 1. dari kandungan NDF hijauan murbei berturutturut pada tiap-tiap perlakuan yaitu pada perlakuan 4 minggu (25,23%), 5 minggu (23,86%), 6 minggu (28,77%), 7 minggu (32,98%), dan 8 minggu (38,68%). 860

Tabel 1. kandungan NDF hijauan murbei pada berbagai umur pemotongan %... 4 24,70 25,75 24,75 25,72 25,23 d 5 23,24 25,92 23,62 22,67 23,86 d 6 29,31 28,37 26,81 30,60 28,77 c 7 32,91 33,12 32,19 33,70 32,98 b 8 38,57 36,77 41,35 38,05 38,68 a Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan yaitu umur pemotongan berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kandungan NDF pada hijauan murbei tersebut. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan, kandungan NDF pada perlakuan umur pemotongan 4 dan 5 minggu tidak berbeda nyata, walaupun nilai rataan pada perlakuan 5 minggu lebih kecil daripada perlakuan 4 minggu. Hal ini kemungkinan karena umur hijauan antara 4 dan 5 minggu belum terjadi peningkatan lignifikasi yang intensif. Sehubungan dengan perkembangan kedewasaan (umur tanaman) suatu hijauan, maka akan terjadi pula peningkatan pada konsentrasi seratnya. Pada umur 6 minggu, kandungan NDF dari hijauan murbei lebih rendah daripada umur 7 minggu. Sama halnya dengan umur 4 dan 5 minggu, peningkatan NDF tersebut disebabkan karena umur pemotongan yang sejalan dengan konsentrasi serat. Penelitian mengenai murbei yang dilakukan oleh SAADUL et al. (2003) di Malaysia memperlihatkan bahwa hijauan murbei spesies Morus alba yang dipangkas 3 minggu memiliki kandungan NDF sebesar 30,5%. Sedangkan pada umur pemotongan 7 minggu kandungan NDF-nya meningkat menjadi 45,2%. Jika dibandingkan dengan penelitian yang telah dilaksanakan oleh penulis, ternyata kandungan NDF hijauan murbei dari penelitian mereka pada umur 3 minggu (30,5%) setara dengan kandungan NDF dari penelitian penulis pada umur pemotongan 7 minggu (32,98%). Dari data tersebut maka dapat dinyatakan bahwa pada perlakuan 8 minggu kandungan NDF dalam hijauan murbei sangat tinggi dan akan semakin tinggi dengan peningkatan umur hijauan tersebut. Pernyataan ini juga didukung pendapat SAADUL et al. (2003), bahwa terlihat semakin tua umur tanaman, NDF-nya makin meningkat. Hal inilah yang kemudian dapat menurunkan kualitas hijauan murbei tersebut. acid detergent fiber hijauan murbei terhadap kandungan Acid Detergent Fiber (ADF) hijauan murbei dapat dilihat pada Tabel 2. ADF berturut-turut pada masingmasing perlakuan yaitu pada perlakuan 4 minggu (21,63%), 5 minggu (19,71%), 6 minggu (24,76%), 7 minggu (27,93%), dan 8 minggu (33,68%). Hasil analisis ragam memperlihatkan keseluruhan perlakuan menunjukkan adanya pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap kandungan ADF. Kenyataan ini memperlihatkan bahwa umur pemotongan secara umum berpengaruh terhadap kandungan fraksi serat suatu hijauan khususnya kandungan ADF. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan memperlihatkan bahwa perlakuan umur pemotongan yang ke 8 minggu (P8) menghasilkan kandungan ADF yang tertinggi yang kemudian diikuti perlakuan umur pemotongan lainnya. Seperti halnya NDF, perlakuan 5 dan 4 minggu juga tidak berbeda nyata terhadap kandungan ADF hijauan murbei, dimana hasil rataannya sangat rendah dibandingkan yang lainnya. Hal ini kemungkinan karena umur hijauan tersebut yang muda sehingga belum banyak terjadi 861

Tabel 2. kandungan ADF hijauan murbei pada berbagai umur pemotongan. %.. 4 22,34 20,31 22,46 21,40 21,63 d 5 18,22 21,64 20,06 18,91 19,71 d 6 26,21 25,60 20,55 26,68 24,76 c 7 28,20 27,83 26,60 29,08 27,93 b 8 33,56 33,05 37,23 30,89 33,68 a lignifikasi. Dengan demikian, kualitas hijauan tersebut masih tinggi. Berdasarkan penelitian SAADUL et al. (2003), pada umur pemotongan 5 minggu didapat kandungan ADF sebesar 28,9 % kemudian meningkat pada umur pemotongan 7 minggu menjadi 34,8%, sedangkan jika melihat hasil penelitian ini, kandungan ADF pada 5 minggu tersebut hampir setara dengan kandungan ADF umur pemotongan 7 minggu. yang semakin tinggi yang menyebabkan peningkatan kandungan ADF hijauan murbei. Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan GIVENS et al. (2000), bahwa semakin tinggi umur tanaman maka komponen dinding sel suatu hijauan akan semakin tinggi. Selain itu, jika melihat grafik pada umur pemotongan 4 dan 5 minggu ternyata kualitasnya belum memberikan perubahan yang berarti karena kandungan ADF-nya tidak berbeda nyata. lignin hijauan murbei terhadap rataan kandungan lignin hijauan murbei dapat dilihat pada Tabel 3. kandungan lignin hijauan murbei yang dihasilkan berturut-turut pada perlakuan 4 minggu (2,81%), 5 minggu (2,63%), 6 minggu (2,77%), 7 minggu (2,64%) dan 8 minggu (3,56%). Hasil analisis ragam menunjukkan adanya pengaruh yang nyata (P<0.05) dari perlakuan terhadap kandungan lignin hijauan murbei. Dapat dilihat bahwa pada perlakuan 8 minggu memiliki rataan kandungan lignin yang paling tinggi dari perlakuan yang lainnya. Hal ini mungkin disebabkan karena pada perlakuan tersebut umur hijauannya sudah tua sehingga tingkat lignifikasinya tinggi dan menyebabkan kandungan ligninnya juga tinggi. dan pada akhirnya hijauan tersebut akan sulit dicerna oleh ternak. Pada umumnya, hijauan yang mengandung lignin itu akan sulit dicerna karena lignin adalah bagian serat yang paling tahan terhadap serangan mikroorganisme sehingga hanya sedikit sekali yang dapat dicerna (ANGGORODI, 1994). Oleh karena itu, hijauan yang kandungan ligninnya tinggi akan sangat sulit untuk dicerna. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan menunjukkan bahwa perlakuan 5 minggu menghasilkan kandungan lignin terendah namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 4, 6, dan 7 minggu. Perbedaan yang nyata terjadi pada perlakuan ke-8 minggu dimana kandungan lignin yang dihasilkan tinggi. Hal ini kemungkinan akibat dari faktor umur tanaman seperti yang terjadi pada NDF maupun ADF. Dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan hijauan murbei dengan kandungan lignin yang rendah, dapat dilakukan pemangkasan pada umur kurang dari 8 minggu. selulosa hijauan murbei terhadap rataan kandungan selulosa hijauan murbei dapat dilihat pada Tabel 4. Nilai rataan kandungan selulosa yang dihasilkan dari tiap- 862

Tabel 3. kandungan lignin hijauan murbei pada berbagai umur pemotongan.... %... 4 2,63 2,64 2,98 2,99 2,81 b 5 2,73 2,68 2,40 2,73 2,63 b 6 2,82 2,74 2,96 2,56 2,77 b 7 2,50 2,46 2,81 2,80 2,64 b 8 3,63 4,06 4,16 3,38 3,56 a Tabel 4. kandungan selulosa hijauan murbei pada berbagai umur pemotongan %... 4 19,41 19,08 19,52 19,43 19,36 c 5 16,53 18,38 16,64 16,00 16,89 d 6 23,30 22,29 24,11 25,34 23,76 b 7 25,72 23,60 23,77 25,29 24,59 b 8 30,26 29,28 32,82 28,12 30,12 a tiap perlakuan berbeda-beda dengan hasil akhir dari analisis varians yaitu sangat berbeda nyata, dimana berturut-turut pada perlakuan 4 minggu (19,36%), 5 minggu (16,89%), 6 minggu (23,76%), 7 minggu (24,59%), dan 8 minggu (30,12%). Hasil analisis ragam yang dilakukan pada kandungan selulosa hijauan murbei memperlihatkan adanya perlakuan yang berpengaruh nyata (P<0,05). Hal ini pada dasarnya sama dengan pengaruh perlakuan yang terjadi pada kandungan NDF maupun ADF, dimana umur pemotongan merupakan faktor utama dalam menentukan tinggirendahnya kandungan fraksi serat pada hijauan murbei. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan menunjukkan rataan kandungan selulosa yang mendapatkan perlakuan umur pemotongan pada 8 minggu nyata lebih tinggi daripada perlakuan yang lain. Hal ini disebabkan adanya peningkatan lignifikasi pada dinding sel, sehingga kandungan selulosanya pun meningkat dan pada akhirnya kualitas hijauan akan menurun. Sejalan dengan umur pemotongan kandungan selulosa secara umum tinggi, tetapi tidak nyata perbedaannya pada umur 8 minggu. Data yang ada memperlihatkan pengaruh perlakuan pada kandungan selulosa, yang mana semakin tinggi umur tanaman maka semakin tinggi kandungan selulosa hijauan tersebut. Selulosa merupakan bagian serat yang sulit dicerna (VAN SOEST, 1982), sehingga penting untuk memperoleh hijauan dengan kandungan selulosa yang rendah. Oleh karena itu, untuk memperoleh hijauan dengan kualitas dan kecernaan yang tinggi sebaiknya hijauan murbei dipangkas sebelum umur 8 minggu. hemiselulosa hijauan murbei Tabel rataan pengaruh perlakuan umur pemotongan terhadap kandugan hemiselulosa hijauan murbei dapat dilihat pada Tabel 5. 863

Tabel 5. kandungan hemiselulosa hijauan murbei pada berbagai umur pemotongan %... 4 2,60 5,44 2,29 4,32 3,60 5 5,02 4,28 3,56 3,76 4,15 6 3,10 2,77 6,26 3,92 4,01 7 4,71 5,29 5,59 4,62 5,05 8 5,01 3,72 4,12 7,16 5,00 Hasil analisis sidik ragam terlihat bahwa tidak adanya pengaruh dari perlakuan terhadap kandungan hemiselulosa. Untuk melihat perbedaan antara perlakuan dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan, kandungan hemiselulosa hijauan murbei yang mendapatkan perlakuan umur pemotongan tidak berbeda nyata atau perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh terhadap kandungan hemiselulosa hijauan murbei. Hal ini mungkin disebakan karena hemiselulosa paling dapat dicerna dibandingkan fraksi lainnya sehingga memiliki kecernaan yang lebih tinggi. Pernyataan tadi didukung VAN SOEST (1982), bahwa hemiselulosa merupakan komponen serat yang lebih mudah dicerna dibandingkan selulosa, sehingga kecernaannya ini erat kaitannya dengan selulosa dan tidak berkaitan dengan lignifikasi. Oleh karena itu, dengan semakin tuanya umur hijauan murbei, kandungan hemiselulosanya akan tidak berbeda nyata karena tingkat lignifikasinya rendah. Secara umum kandungan hemiselulosa hijauan murbei memiliki tipe pola perubahan yang tidak tetap pada berbagai umur pemotongan. Hal ini karena kandungan hemiselulosa memang dipengaruhi oleh umur pemotongan namun tidak nyata perbedaannya. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Umur pemotongan meningkat sejalan dengan bertambahnya kandungan fraksi serat, kecuali hemiselulosa hijauan murbei. 2. Kandungan NDF, ADF, selulosa, dan lignin tertinggi dicapai pada umur pemotongan 8 minggu, dan selisih umur 7 minggu sangat signifikan. 3. Kandungan NDF, ADF, selulosa, dan lignin meningkat seiring dengan umur pemotongan, namun masih dalam kisaran layak untuk ternak ruminansia. 4. Kualitas hijauan yang cukup baik masih dapat diperoleh sampai dengan umur pemotongan 7 minggu. DAFTAR PUSTAKA ANGGORODI, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia Pustaka Umum. Jakarta. hlm. 33 54. GIVENS. D.I., E. OWEN., R.F.E. AXFORD and H.M. OMED. 2000. Forage Evaluation in Ruminant Nutrition. CABI Publishing, Wallingford, UK. pp. 281 295. NORATI. 1996. Pengaruh Pemberian Dua Jenis Daun Murbei (M. cathayana dan M. alba Var. Kanva-2) Terhadap Aspek Bioekologi dan Mutu Kokon yang Dihasilkan. Thesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. SAADUL, D., Z.A. JELAN, J.B. LIANG and R.A. HALIM. 2003. The Production Potentials of Morus alba as an Animal Feed: The Effect of Harvest Stage on Yield, Persistence and Nutritional Properties. Proc. 25 th Malaysian Soc. Anim. Prod. Conf. 1 3 August 2003. pp. 3 52. VAN SOEST, P.J. 1982. Nutritional Ecology of the Ruminant. O & B Books, Inc. Oregon, U. S. A. pp. 26 34; 61 67; 82 93 and 301 388. 864