II. TINJAUAN PUSTAKA Keadaan Umum Lokasi Penelitian di Koto Kampar Hulu dan XIII Koto Kampar Kecamatan XIII Koto Kampar dengan luas lebih kurang

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air

TINJAUAN PUSTAKA Kerbau Rawa

BAB I PENDAHULUAN. kerbau. Terdapat dua jenis kerbau yaitu kerbau liar atau African Buffalo (Syncerus)

BANGSA-BANGSA KERBAU PERAH

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Kerbau berasal dari india, namun telah tersebar di banyak negara termasuk

II. TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

I. PENDAHULUAN. Indonesia akan pentingnya protein hewani untuk kesehatan dan kecerdasan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

Karakteristik Morfologi Kerbau Lokal (Bubalus bubalis) Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

UKURAN-UKURAN TUBUH TERNAK KERBAU LUMPUR BETINA PADA UMUR YANG BERBEDA DI NAGARI LANGUANG KECAMATAN RAO UTARA KABUPATEN PASAMAN

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Siak, Natuna,

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

KARAKTERISTIK REPRODUKSI KERBAU RAWA DALAM KONDISI LINGKUNGAN PETERNAKAN RAKYAT ABSTRAK

KERAGAAN BOBOT BADAN DAN MORFOMETRIK TUBUH KERBAU SUMBAWA TERPILIH UNTUK PENGGEMUKAN

I PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

Sejarah Kambing. Klasifikasi Kambing. Filum : Chordota (Hewan Tulang Belakang) Kelas : Mamalia (Hewan Menyusui)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

STUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi selama periode kehidupan lembah Indus, kira-kira 4500 tahun yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab.

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

FORUM KOMUNIKASI STATISTIK DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN 2016

TINJAUAN PUSTAKA. sangat populer di kalangan petani di Indonesia. Devendra dan Burn (1994)

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

pengembangan KERBAU KALANG SUHARDI, S.Pt.,MP Plasmanutfah Kalimantan Timur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan atas

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh,

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg

II. TINJAUAN PUSTAKA. berkuku genap dan memiliki sepasang tanduk yang melengkung. Kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

TINJAUAN PUSTAKA Kambing Kambing Perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan Handiwirawan, 2006). Kerbau domestik (Bubalus bubalis) terdiri dari dua tipe

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk,

TINJAUAN PUSTAKA. menurut asal usulnya berasal dari Bubalus arnee (India). Di tempat asalnya,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. ternak tertentu, seperti sapi dan kambing. Sedangkan kebutuhan

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

I. PENDAHULUAN. Lampung (2009), potensi wilayah Provinsi Lampung mampu menampung 1,38

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Chen et al., 2005). Bukti arkeologi menemukan bahwa kambing merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Kerbau Karakteristik Ternak Kerbau

IDENTIFIKASI METODE PENANDAAN TERNAK KERBAU YANG DILEPASLIARKAN DI KABUPATEN ACEH TENGAH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. daerah yang terletak antara Lintang Utara sampai Lintang

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau menurut Bhattarchya (1993) termasuk dalam klas mamalia, ordo

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. dimiliki dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Sapi potong merupakan salah

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2012

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

Gambar 3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea ( 5 Agustus 2011)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian di Koto Kampar Hulu dan XIII Koto Kampar Kecamatan XIII Koto Kampar dengan luas lebih kurang ± 927,17 km, batas-batas Kecamatan XIII Koto Kampar adalah, Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tapung Kiri dan Kecamatan Tandun Kabupaten Rokan Hulu, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bangkinang Barat dan Kecamatan Kampar Kiri, Sebelah Barat dengan Kecamatan Koto Kampar Hulu dan Kabupaten lima Puluh Kota Propinsi Sumatera Barat. Kecamatan XIII Koto Kampar beriklim tropis, Temperatur terjadi pada bulan Oktober dan November yaitu Sebesar 21 C 34 C. Kecamatan Koto Kampar Hulu dengan jumlah penduduk ±19.658 jiwa terdiri 6 (enam) desa, 5 desa tempatan dan 1 desa eks-transmigrasi pindahan dari XIII Koto Kampar dengan nama yaitu Desa Tanjung, Desa Pongkai SP 2, Desa Gunung Malelo, Desa Sibiruang Desa Tabing dan Desa Bandur Picak. Kecamatan Koto Kampar Hulu merupakan pemekaran dari XIII Koto Kampar berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 22 Tahun 2003 oleh Bupati Kampar Drs. Burhannudin Husin, MM pada tanggal 11 Juni 2010 dengan Ibu Kota Kecamatan Koto Kampar Hulu terletak di desa Tanjung. Adapun batas-batas Wilayah Kecamatan Koto Kampar Hulu adalah Sebelah utara berbatas dengan Kabupaten Rohul, Sebelah timur berbatas dengan Kecamatan XIII Koto Kampar, Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Lima Puluh Kota, Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kapur IX. 4

Kecamatan Koto Kampar Hulu beriklim tropis suhu berkisar antara 21 0 C, sampai 34 0 C dengan curah hujan rata- rata 2.958 mm tahun (2012). Kecamatan Koto Kampar Hulu mempunyai banyak potensi yang masih dapat di manfaatkan, kondisi tanah di Kecamatan Koto Kampar Hulu berbentuk tanah yang berwarna merah,kuning dan hitam dengan tekstur tanah lempung berpasir kondisi tanah tersebut sangat cocok dikembangkan dibidang pertanian, perkebunan dan peternakan. Kantor Camat Kecamatan Koto Kampar Hulu dan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar. Untuk mengetahui jumlah ternak yang ada di Kecamatan Koto Kampar Hulu dan XIII Koto Kampar dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Jenis Hewan Ternak di Kecamatan Koto Kampar Hulu dan XIII Koto Kampar Kabupaten kampar. No. Jenis Ternak Kecamatan Koto Kampar Kecamatan XIII Koto Kampar Luas (ha) 1 Ayam Kampung 20.373 17.135 2 2 Ayam Ras 2.000 3000 3 3 Sapi 413 320 10 4 Kerbau 646 820 15 5 Kambing 200 315 7 Sumber : UPTD Kec. Koto Kampar Hulu dan XIII Koto Kampar (2013) 2.2. Sejarah Kerbau Kerbau termasuk ternak ruminansia dari sub famili Bovinae yang berkembang banyak di berbagai bagian dunia dan diduga berasal dari negara India. Kerbau domestikasi atau Water Buffalo yang terdapat saat ini berasal dari spesies Bubalus arnee. Spesies kerbau lainnya yang masih liar adalah Bubalus 5

mindorensis, Bubalus depressicornis dan Bubalus caffer. Hasinah dan Handiwirawan (2007). Terdapat dua spesies kerbau yaitu kerbau liar Afrika atau African Buffalo (Syncerus) dan Asian Buffalo (Bubalus). Kerbau Asia terdiri dari dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau domestik (Bubalus bubalis) terdiri dari dua tipe yaitu kerbau rawa dan kerbau sungai (Juwita, 2008). Kerbau rawa adalah kerbau tipe pedaging sedangkan kerbau sungai merupakan kerbau tipe perah. Taksonomi kerbau ( Bubalus bubalis) menurut Muenthaisong (2005) termasuk kedalam Kerajaan Animalia, filum Chordata, kelas Mamalia, Ordo Arthiodactyla, Famili Bovidae, Genus Bos, Sub genus Bubaline, Spesies Bubalus bubalis. Kerbau sungai ( river buffalo) adalah kerbau yang biasa digunakan sebagai ternak perah dan memiliki kebiasaan berkubang pada air jernih. Juwita dan Anggraeni (2008) menyebutkan bahwa kerbau sungai biasa digunakan sebagai ternak perah dengan variasi sifat produksi susu masih luas. Produksi susu rata-rata kerbau sungai adalah 500-2.500 liter per laktasi selama 9-10 bulan laktasi. Bobot badan kerbau sungai lebih besar dari kerbau lumpur. 2.3. Kerbau Rawa Kerbau umumnya dipelihara secara tradisional di tempat seperti kubangan, lumpur, rawa dan sungai. Hal ini menunjukkan bahwa kerbau belum banyak disentuh teknologi, sehingga peningkatan populasinya sangat lamban dibandingkan dengan ternak ruminansia lainnya (Suryana, 2007). Ciri-ciri kerbau rawa menurut Fahimuddin (1975) adalah berwarna keabu-abuan, leher terkulai dan memiliki tanduk besar yang mengarah ke belakang. Kerbau rawa memiliki kebiasaan berkubang pada lumpur. Kerbau rawa 6

biasanya digunakan sebagai penghasil daging dan hewan kerja. Kerbau berdasarkan habitatnya digolongkan dalam dua tipe yaitu kerbau tipe sungai (water buffalo) dan kerbau tipe rawa (swamp buffalo). Kerbau tipe sungai hidup di air yang mengalir dan bersih, sedangkan kerbau tipe rawa dalam lumpur, rawarawa dan air yang menggenang. Kerbau rawa dapat beradaptasi secara luas terhadap lingkungan rawa yang banyak ditumbuhi semak dan rumput. Juwita dan Anggraeni (2008) menyatakan bahwa kerbau rawa atau lumpur memiliki kebiasaan untuk berendam dalam rawa atau kubangan. Kerbau rawa lebih berfungsi sebagai ternak kerja dan penghasil daging. Kulit kerbau rawa biasanya bewarna abu-abu dengan warna lebih cerah pada bagian kaki. Selain itu, warna yang lebih terang terdapat di bagian bawah dagu dan leher, pada kerbau rawa tidak ditemukan warna kulit coklat atau abu-abu coklat seperti yang terjadi pada kerbau sungai. Konfirmasi tubuhnya berat dan padat, ukuran tubuh dan kaki relatif pendek, dengan leher panjang. Kerbau rawa diketahui memiliki rataan ukuran tubuh lebih kecil dari kerbau sungai dan silangannya. Dalam penelitian Juwita 2008 119,14 cm untuk panjang badan, 121,38 cm untuk tinggi pundak, dan 121,38 cm untuk tinggi pinggul Sedangkan ukuran tubuh untuk kerbau jantan umur 3,1-4,0 tahun adalah sebesar 129,50 cm untuk panjang badan, 126,38 cm untuk tinggi pundak dan 125,56 cm untuk tinggi pinggul. Bila dibandingkan dengan kerbau sungai, kerbau rawa memiliki konfirmasi tubuh lebih pendek, dan gemuk dengan tanduk panjang,. mempunyai dahi yang datar, dan pendek dengan moncong luas. Bentuk tanduk biasanya melengkung ke belakang. Bobot badannya lebih ringan dibandingkan kerbau sungai, dengan bobot dewasa pada jantan sekitar 700 kg dan betina sekitar 500 kg. 7

Fahimuddin (1975) menyatakan bahwa kerba u rawa jantan memilik bobot dewasa 500 kg dan kerbau betina 400 kg dengan tinggi pundak jantan dan betina adalah 135 dan 130 cm. dan sistem pemeliharaan kerbau rawa Kalimantan Selatan biasanya dipelihara dalam kandang, yaitu kandang yang dibuat dari balokbalok gelondongan kayu blangeran ( shore blangeran) berdiameter 10-20 cm. Kayu disusun teratur berselang-seling dari dasar rawa hingga tersembul di atas permukaan air dengan tinggi kandang 2,5 3 m, panjang 25 m, dan lebar 10 m, atau disesuaikan dengan jumlah kerbau yang dipelihara. Bagian atas kandang dibuatkan lantai dari belahan kayu yang disusun rapat untuk tempat kerbau beristirahat. Umumnya kandang berbentuk empat persegi panjang membentuk huruf L atau T. Kandang terdiri atas beberapa ancak atau petak. Setiap ancak berukuran 5 m x 5 m yang mampu menampung 10-15 kerbau dewasa. Pada bagian sisi kandang dibuatkan tangga lebar ±2,50 m untuk turun dan naiknya kerbau berdasarkan survei pendahuluan sistem pemeliharaan kerbau rawa di Riau masih memakai sistem semi intensif, kerbau hanya sebagai tabungan sampingan bagi masyarakat pada umumnya. 2.4. Keberadaan Kerbau di Indonesia Suryana (2007) menyatakan Kerbau yang dikenal sebagai salah satu ternak penghasil daging, susu ataupun digunakan sebagai tenaga kerja tersebar luas di berbagai wilayah tetapi dengan penyebaran yang tidak merata. Hal ini memberikan indikasi bahwa kerbau memiliki kemampuan adaptasi baik pada berbagai wilayah agroekosistem di Indonesia. Populasi kerbau dengan tingkat kepadatan tinggi (> 100 ribu ekor) terkonsentrasi di sejumlah propinsi seperti 8

NAD, Sumut, Sumbar, Jabar, NTB, Banten, NTT, Sulsel, Jateng dan Sumsel yang mencapai sekitar 76,37% dari populasi kerbau nasional. Pada sisi lain populasi kerbau di sejumlah wilayah dalam lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan negatif seperti di Propinsi NAD ( -3,34%), Sumbar ( -5.33%), Jatim ( -13,25%), Jateng ( -4,24%), Kaltim ( -2,57%), Sulsel ( - 8,41%) dan Banten (-2,56%). Meskipun demikian sejumlah propinsi lainnya bisa mempertahankan pertumbuhan populasi kerbau secara positif seperti Riau (3,15%), Jambi (4,97%), Sumsel (5,78%), Bengkulu (5,49 %), Jabar (1,33 %), Bali (6,62 %), NTT (1,61%), Kalb ar (1,81%), Kalteng (25,88%), Kalsel (1,77 %) dan Sulteng (6,74%), Di tjen Peternakan, (2006). Hal ini menunjukan bahwa persentase laju pertumbuhan kerbau di Riau sangat kecil. Anggraeni dan Triwulanningsih (2007) menambahkan menurunnya populasi kerbau di sejumlah wilayah dapat diakibatkan oleh berbagai faktor seperti laju pemotongan yang terus meningkat tetapi belum diimbangi dengan perbaikan produktivitas ternak kerbau itu sendiri ataupun oleh berbagai faktor lingkungan eksternal yang kurang mendukung. 2.5. Pertumbuhan Kerbau Suryana (2009) Men yatakan pertumbuhan secara umum didefinisikan sebagai perubahan ukuran tubuh yang meliputi perubahan bobot badan, bentuk, dimensi dan komposisi tubuh termasuk perubahan jaringan-jaringan tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ. Perubahan jaringan-jaringan dan organ-organ berlangsung secara gradual hingga tercapai ukuran dan bentuk karakteristik masing-masing organ dan jaringan. 9

Menurut Riyanto dan Purbowati (2009) pertumbuhan adalah perubahan bentuk atau ukuran seekor ternak yang dapat dinyatakan dengan panjang, tinggi, lebar, dan volume. Pertumbuhan dapat dinilai dengan semakin bertambahnya tinggi anak kerbau maka bobot badan anak kerbau semakin bertambah juga, panjang badan dan lingkar dada seekor ternak akan tampak berbeda. Pertumbuhan anak kerbau merupakan pertambahan bobot badan dan perkembangan dari bagian - bagian tubuh. Proses pertumbuhaan pada anak kerbau dimulai sejak terjadinya pembuahan dalam uterus, lalu lahir, dan kemudian mengalami masa remaja atau pubertas hingga sampai dewasa, Pertumbuhan cepat berlangsung pada periode lahir anak hingga usia penyapihan dan pubertas. Yulianto dan Saparinto (2010) mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak kerbau tergantung genotipe, jenis kelamin, pakan, menajemen peliaraan dan lingkungan sekitar. Pertumbuhan kerbau berlangsung dengan cepat baik jantan maupun betina sampai rata-rata umur sekitar empat tahun setelah itu pertumbuhan berlangsung kurang cepat. Pertumbuhan dan perkembangan adalah salah satu faktor penting dalam pemuliabiakan ternak, Pertumbuhan tubuh secara keseluruhan umumnya diukur dengan bertambahnya berat badan anak kerbau tersebut. 2.6. Keragaman Morfometrik Kerbau di Indonesia Keragaman merupakan ciri-ciri umum yang terdapat di dalam sebuah populasi. Keragaman terjadi tidak hanya antar bangsa, tetapi juga dalam satu bangsa yang sama, antar populasi maupun di dalam populasi antara individu tersebut. Hasinah dan Handiwirawan (2007) menyatakan bahwa keragaman pada kerbau dapat dilihat dari ciri-ciri fenotipe, produksi dan molekuler. 10

Keragaman fenotipe merupakan parameter yang dapat diamati atau terlihat secara langsung seperti tinggi dan berat tubuh, warna dan pola warna tubuh, pertumbuhan tanduk serta sifat-sifat produksi seperti bobot lahir, bobot sapih, bobot dewasa, laju pertumbuhan bobot badan, sifat-sifat karkas, produksi susu maupun sifat-sifat reproduksinya. Nazir (2005) menyatakan bahwa keragaman fenotipe disebabkan oleh adanya keragaman genetik, lingkungan dan interaksi antara keduanya. Tabel 2.2. Ukuran tubuh kerbau di Indonesia. Rawa Sungai Silangan Ukuran Tubuh Betina Jantan Betina Betina Jantan Tinggi Pundak 122,7 127,1 132,2 121,1 132 Tinggi Pinggul 123,8 120,6 130,7 120,3 135,6 Dalam Dada 72,7 64,9 75,4 64,8 75,9 Panjang Badan 132,2 140,4 133,8 110 129,4 Lebar Dada 39,2 42,9 44,3 32,8 28 Lebar Pinggul 51,8 53,8 60,2 47,9 52,2 Lingkar Dada 185,6 190-168 181 Sumber : Amano et al. (1981). Tabel 2.2 melihat ukuran tubuh kerbau di indonesia berdasarkan hasil penelitian diatas diketahui bahwa rataan tinggi pundak kerbau sungai betina(132,2) cm, lebih tinggi dibandingkan tinggi pundak kerbau rawa betina (122,7) untuk rataan tinggi pinggul pada kerbau sungai betina (130,7) cm juga lebih tinggi dibandingkan dengan kerbau rawa betina. (123,8) cm, pada ukuran dalam dada kerbau sungai (75,4) cm, juga memiliki ukuran tubuh lebih besar di bandingkan kerbau rawa betina (72,7) cm. 11

Tabel 2.3. Ukuran Tubuh Kerbau Jantan Dewasa di Kabupaten Kampar dan Lokasi Lain. No. Peubah (Cm) Kab. Kampar, Riau (Rahman, 2011) Daerah Penelitian Kec. Kempo, NTB (Anggraini, 2008) Kec. Tenayan Raya, Riau (Maarif, 2010) 1 Panjang Badan 134,09 122,86 134,45 2 Tinggi Pundak 126 125,02 123,33 3 Tinggi Pinggul 126,73 123,03 122,95 4 Lingkar Dada 187,18 177,45 183,4 5 Dalam Dada 70,82 77,89-6 Berat Badan 26,73-21,25 7 Berat Badan 328,91-316,14 Berdasarkan Tabel 2.3 telihat bahwa ukuran tubuh kerbau jantan dewasa, rata-rata Panjang badan pada kerbau jantan dewasa hasil penelitian Rahman (2011) adalah 134,09 cm di kabupaten kampar dan lebih tinggi dari standar 130 cm, (Dinas Peternakan Kampar 2006). Perbedaan ukuran i ni disebabkan oleh proses seleksi yang di lakukan Dinas Peternakan Kabupaten Kampar lebih intensif dalam memilih pejantan, sehingga menghasilkan panjang badan kerbau lumpur yang lebih tinggi. Hasil penelitiaan Rahman (2011) menyatakan, tinggi pundak kerbau jantan dewasa di kampar 126,00 cm dan lebih tinggi dari kerbau jantan lumpur di Kecamatan Kempo NTB 125,02 cm yang dinyatakan oleh Anggraini (2008). Tinggi pinggul kerbau lumpur pejantan 126,73 cm lebih tinggi dari Kecamatan Kempo123,03 cm dan Kecamatan Tenayan Raya 122,95 cm. 12