BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asupan makanan pada bayi setelah lahir adalah ASI (Roesli, 2005). WHO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. langsung dari payudara ibu. Menyusui secara ekslusif adalah pemberian air susu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan yang pertama kali dikonsumsi bayi adalah Air Susu Ibu (ASI).

Perawatan ortodonti Optimal * Hasil terbaik * Waktu singkat * Biaya murah * Biologis, psikologis Penting waktu perawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hal yang harus dipertimbangkan dalam perawatan ortodonsi salah satunya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. empat tipe, yaitu atrisi, abrasi, erosi, dan abfraksi. Keempat tipe tersebut memiliki

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk maloklusi primer yang timbul pada gigi-geligi yang sedang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

BAB I PENDAHULUAN. wajah yang menarik dan telah menjadi salah satu hal penting di dalam kehidupan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rongga mulut memiliki peran yang penting bagi fungsi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuna wicara adalah suatu kelainan baik dalam pengucapan (artikulasi)

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI

Analisa Ruang Metode Moyers

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan, dan perbaikan dari keharmonisan dental dan wajah. 1 Perawatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

BAB 1 PENDAHULUAN. menumbuhkan kepercayaan diri seseorang. Gigi dengan susunan yang rapi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

III. RENCANA PERAWATAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Crossbite posterior adalah relasi transversal yang abnormal dalam arah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah

BAB I PENDAHULUAN. sosial emosional. Masa remaja dimulai dari kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan

DETEKSI DINI KETIDAKSEIMBANGAN OTOT OROFASIAL PADA ANAK. Risti Saptarini Primarti * Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Unpad

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. oklusi sentrik, relasi sentrik dan selama berfungsi (Rahardjo, 2009).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maloklusi adalah ketidakteraturan letak gigi geligi sehingga menyimpang dari

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dari struktur wajah, rahang dan gigi, serta pengaruhnya terhadap oklusi gigi geligi

BAB I PENDAHULUAN. mulut pada masyarakat. Berdasarkan laporan United States Surgeon General pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB II CELAH PALATUM KOMPLET BILATERAL. Kelainan kongenital berupa celah palatum telah diketahui sejak lama. Pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. wajah dan jaringan lunak yang menutupi. Keseimbangan dan keserasian wajah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Penampilan fisik mempunyai peranan yang besar dalam interaksi sosial.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ortodontik (Shaw, 1981). Tujuan perawatan ortodontik menurut Graber (2012)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DESAIN DAN IMPLEMENTASI ALAT UKUR MALOKLUSI GIGI

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sampel yang di peroleh sebanyak 24 sampel dari cetakan pada saat lepas bracket. 0 Ideal 2 8,33 2 8,33

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat semakin menyadari akan kebutuhan pelayanan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. KELAINAN DENTOFASIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan pembicara dan pendengar (Finn, 2003). Cameron dan Widmer (2008)

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

ل ق د خ ل ق ن ا ال إ ن س ان ف ي أ ح س ن ت ق و يم

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari berbagai macam penyebab dan salah satunya karena hasil dari suatu. pertumbuhan dan perkembangan yang abnormal.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEBUTUHAN PERAWATAN ORTODONSI BERDASARKAN INDEX OF ORTHODONTIC TREATMENT NEED PADA SISWA KELAS II DI SMP NEGERI 2 BITUNG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Lengkung gigi terdiri dari superior dan inferior dimana masing-masing

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2012). Perawatan ortodontik mempunyai riwayat yang panjang, anjuran tertulis

PEMILIHAN DAN PENYUSUNAN ANASIR GIGITIRUAN PADA GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL)

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah penelitian observasional dengan metode

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KEBIASAAN MENDORONG LIDAH, MENGISAP IBU JARI DAN PREMATURE LOSS TERHADAP JENIS MALOKLUSI MURID SD DI KOTA MAKASSAR.

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada tindakan pencegahan dan koreksi terhadap maloklusi dan malrelasi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mengevaluasi keberhasilan perawatan yang telah dilakukan. 1,2,3 Kemudian dapat

PERAWATAN MALOKLUSI KLAS III DENGAN PESAWAT TWIN BLOCK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. ORTODONSI INTERSEPTIF

MALOKLUSI PADA ANAK AKIBAT TIDAK MENDAPATKAN ASI MALOCCLUSIONS IN NON BREASTFED CHILDREN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. susunannya akan mempengaruhi penampilan wajah secara keseluruhan, sebab

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Gambaran Klinis Karies Botol. atau cairan manis di dalam botol atau ASI yang terlalu lama menempel pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. gigi dalam melakukan diagnosa dan perencanaan perawatan gigi anak. (4,6,7) Tahap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asupan makanan pada bayi setelah lahir adalah ASI (Roesli, 2005). WHO (2002) merekomendasikan seorang ibu wajib memberikan ASI kepada anaknya maksimum 2 tahun, 6 bulan berupa ASI eksklusif, dan selanjutnya ASI yang didampingi dengan makanan tambahan sampai umur 2 tahun. Tidak terukupinya kebutuhan ASI pada bayi karena beberapa masalah dalam pemberian ASI seperti gangguan pada puting susu (lecet, kelainan puting susu, dan kelainan kelenjar), jumlah ASI sedikit, ibu bekerja, dan bayi malas menyusu, serta penyapihan yang lebih awal dari waktu yang direkomendasikan dapat menyebabkan bayi merasa kebutuhan oralnya kurang terpuaskan, sehingga ia mencari jalan lain untuk memuaskan fase oralnya dengan menggunakan objek lain (Eisenberg, 1997). Menurut seorang ahli psikologi, Sigmund Freud, pada usia 0-18 bulan, secara psikoseksual (biologis) seorang anak akan mengalami fase oral. Dimana pada fase ini, anak merasakaan tempat paling nikmat adalah mulutnya, jadi secara naluri seorang anak akan cenderung memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya (Videbeck, 2008). Hal ini menjadi suatu tindakan yang jika dilakukan berulang-ulang akhirnya menjadi suatu kebiasaan (oral habit). Kebiasaan jelek pada anak-anak (oral habit), merupakan suatu kebiasaan yang tidak normal, yang biasanya terjadi pada masa pertumbuhan dan perkembangan wajah. Kebiasaan ini pada umumnya tidak disadari oleh anak dan diharapkan seiring pertambahan usia, 1

kebiasaan tersebut akan hilang dengan sendirinya (Casamassimo, 2013). Tetapi karena sesuatu hal, maka kebiasaan jelek tersebut berlanjut hingga tahap usia selanjutnya. Di masyarakat salah satu kebiasaan pada anak yang sering berlanjut bahkan sampai anak memasuki usia sekolah adalah kebiasaan minum susu melalui botol. Minum susu melalui botol dapat menyebabkan terjadinya maloklusi skeletal maupun dental, hal ini disebabkan karena bentuk, ukuran dan elastisitas dot yang tidak seperti puting ibu, menyebabkan mulut anaklah yang harus menyesuaikan dengan dot tersebut (Palmer, 1998). Pada saat minum susu melalui botol, perubahan posisi dan gerakan dari lidah, otot bucinator, dan rahang dapat menyebabkan maloklusi gigi (Razdi dan Yahya, 2005). Relasi gigi anterior merupakan hubungan antara gigi anterior rahang atas dengan gigi anterior rahang bawah. Normal atau tidaknya relasi gigi anterior ini ditentukan berdasarkan ukuran overbite dan overjet. Overjet adalah jarak horisontal antara gigi-geligi insisivus atas dan bawah pada keadaan oklusi, diukur pada ujung insisivus atas, sedangkan overbite adalah jarak vertikal antara ujung gigi-geligi insisivus atas dan bawah (Foster, 1999). Ukuran overjet dan overbite ini sering terpengaruh oleh kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan rongga mulut, semisal kebiasaan minum susu melalui botol. Menurut Razdi dan Yahya (2005) terdapat hubungan positif antara pemberian susu melalui botol dengan ukuran overjet gigi anak. Studi Charchut (2003) terhadap anak usia 2-6 tahun tanpa non-nutritive habits memberikan hasil bahwa anak yang mempunyai kebiasaan minum susu melalui botol mempunyai 2

overjet di atas 3 mm, yang menurut Millett dan Welbury (2005) normalnya posisi gigi anterior ini mempunyai ukuran overjet sebesar 2-3 mm. Ganesh dkk. (2005) pada penelitiannya terhadap 153 anak-anak usia 3-5 tahun yang minum ASI, susu botol, maupun keduanya di Kanara selatan memberikan hasil bahwa openbite dapat disebabkan karena pemberian susu melalui botol yang terlalu lama. Faktor lain yang berpengaruh terhadap ukuran overjet dan overbite adalah lama kebiasaan minum susu melalui botol dilakukan. Aznar dkk. (2006) menyebutkan bahwa beberapa kebiasaan dalam mulut dapat menimbulkan perubahan oklusi pada gigi desidui jika kebiasaan tersebut dilakukan lebih dari 3 tahun. Penelitian Yonezu (2005) yang dilakukan terhadap 592 anak-anak usia 18-36 bulan menunjukkan bahwa pemberian susu melalui botol dapat menyebabkan terjadinya openbite serta overjet yang besar. Ukuran overjet yang melebihi normal lebih banyak terjadi pada anak-anak yang minum susu melalui botol sampai usia 36 bulan daripada anak yang hanya minum susu melalui botol sampai usia 24 bulan. Pada usia 3-5 tahun ini gigi geligi anak mempunyai ciri bahwa posisi gigi yang sudah bererupsi ke kontak oklusal dalam hubungannya satu sama lain tidak statis, perubahan akan terjadi pada posisi dan oklusi selama pertumbuhan rahang (Foster, 1999), pada masa perkembangan ini anak-anak rentan terhadap terjadinya maloklusi yang disebabkan karena adanya kebiasaan dalam rongga mulut. Pada masa ini rentan terjadi kelainan yang merupakan akibat lanjut dari masa batita atau faktor lingkungan yang dominan pada masanya (Iwa-Sutardjo, 2012). 3

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut ini: 1. Bagaimanakah pengaruh kebiasaan minum susu melalui botol terhadap ukuran overjet dan overbite gigi anak usia 3-5 tahun. 2. Bagaimana pengaruh lama pemberian susu melalui botol terhadap ukuran overjet dan overbite gigi anak usia 3-5 tahun.. C. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai efek pemberian susu yang terlalu lama pada anak sudah pernah dilaporkan oleh Yonezu dkk. (2005) yang meneliti efek dari pemberian ASI dan susu melalui botol yang terlalu lama terhadap karakteristik oklusal gigi desidui. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey kuisioner dan pemeriksaan klinis terhadap 592 anak-anak usia 18-36 bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa deepbite, openbite, serta overjet yang besar lebih banyak terjadi pada anak-anak yang diberikan susu melalui botol sampai usia 24-36 bulan. Berdasarkan hasil pencarian penulis, belum ada laporan penelitian mengenai pengaruh kebiasaan minum susu melalui botol terhadap ukuran overjet dan overbite gigi anak usia 3-5 tahun, serta pengaruh lama pemberian susu melalui botol terhadap overjet dan overbite. 4

D. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh kebiasaan minum susu melalui botol dan lama pemberian susu melalui botol terhadap ukuran overjet dan overbite gigi anak usia 3-5 tahun. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat : 1. Manfaat untuk ilmu pengetahuan Memberikan tambahan informasi khususnya di bidang Ilmu Kedokteran Gigi Anak mengenai pengaruh kebiasaan minum susu melalui botol dan lama pemberian susu melalui botol terhadap ukuran overjet dan overbite gigi anak usia 3-5 tahun. 2. Manfaat untuk masyarakat Memberikan tambahan informasi pada ibu tentang pengaruh kebiasaan minum susu melalui botol dan lama pemberian susu melalui botol terhadap ukuran overjet dan overbite gigi anak usia 3-5 tahun. 3. Manfaat secara Klinis Bagi para klinisi kesehatan gigi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu kontrol dari dampak yang ditimbulkan dari kebiasaan dalam rongga mulut. 5