I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri susu di Indonesia merupakan salah satu industri pangan yang strategis dan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Selain berpeluang meningkatkan gizi masyarakat, pengembangan industri persusuan juga dapat meningkatkan kesejahteraan karena pada hakikatnya industri persusuan membangun ekonomi kerakyatan di tingkat desa dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan, dan kesejahteraan keluarga peternak dan pelaku industri melalui peningkatan produksi dan produktifitas, serta nilai tambah dan daya saing pengolahan hasil peternakan. Pada Tabel 1 dapat dilihat permintaan masyarakat terhadap produk berbasis susu yang terus meningkat sementara pasokan susu segar belum dapat memenuhi kebutuhan nasional. Hal ini menjadi peluang bagi industri persusuan Indonesia untuk memacu pertumbuhan produksi guna memenuhi kebutuhan susu nasional. Tabel 1. Perkembangan produksi dan konsumsi susu nasional Tahun Konsumsi (ton) Produksi (ton) 2008 2.125,33 827,25 2009 2.277,20 909,53 2010 2.345,00 974,69 2011 2.964,00 959,73 2012 3.120,00 981,59 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2013) Upaya peningkatan produksi susu dan kesejahteraan peternak sapi perah di Indonesia tidak terlepas dari keberadaan dan peran serta lembaga koperasi yang menjadi wadah bagi pengembangan usaha peternakan rakyat dan biasanya 1
terdapat di daerah-daerah sentra usaha sapi perah. Swastika et al (2005) menyebutkan sekitar 64% produksi susu nasional disumbangkan oleh usaha ternak sapi perah skala kecil yang umumnya tergabung dalam koperasi. Selebihnya sebesar 28% produksi susu dikontribusikan oleh usaha menengah dan 8% diproduksi oleh ternak skala besar. Koperasi juga bertindak sebagai mediator antara peternak dengan Industri Pengolahan Susu (IPS). Koperasi sangat menentukan posisi tawar peternak dalam menentukan jumlah penjualan susu, waktu penjualan, dan harga yang diterima peternak (Daryanto, 2009). Mengingat hal tersebut, koperasi memiliki peranan yang penting dalam rantai nilai komoditas susu dan keberlanjutan industri persusuan di Indonesia. Kabupaten Sleman merupakan salah satu sentra produksi susu sapi yang memberikan pasokan susu segar kepada PT. Sari Husada. Dengan kondisi geografis dataran tinggi dan iklim yang sesuai, Kabupaten Sleman sangat potensial sebagai lokasi peternakan sapi perah dan telah memberikan kontribusi terbesar dalam industri persusuan di DI Yogyakarta. Jika dilihat kontribusinya terhadap produksi susu nasional, DI Yogyakarta menempati urutan kelima sebagai penghasil susu sapi terbesar seperti disajikan pada Tabel 2. 2
Tabel 2. Produksi susu nasional berdasar wilayah Wilayah Produksi (Ton) 2009 2010 2011 2012 2013 Jawa Timur 461.880 528.100 551.977 554.312 560.398 Jawa Barat 255.348 262.177 302.603 281.438 293.107 Jawa Tengah 91.762 100.141 104.141 105.516 107.982 DKI Jakarta 5.723 6.346 5.345 5.439 5.451 DI Yogyakarta 5.038 4.989 3.167 6.019 6.901 Lain-lain 7.498 7.780 7.461 7.008 7.747 Sumber : Ditjennak (2014) Kabupaten Sleman memiliki tiga buah koperasi primer yang bergerak di bidang persusuan, yaitu Koperasi Warga Mulya, Koperasi Usaha Peternakan dan Pemerahan (UPP) Kaliurang, dan Koperasi Peternakan Sarono Makmur. Dalam menjalankan perannya sebagai sebuah badan usaha, ketiga koperasi ini telah melakukan perencanaan dan pelaporan melalui Rapat Anggota Tahunan (RAT). Namun demikian, selama ini pengukuran kinerja koperasi hanya didasarkan pada analisis keuangan saja. Padahal, kinerja keuangan yang baik saat itu mungkin diperoleh dengan mengorbankan kepentingan jangka panjang koperasi. Sebaliknya kinerja keuangan yang buruk dalam jangka pendek bisa jadi karena koperasi melakukan investasi untuk kepentingan jangka panjang. Untuk melihat perkembangan usaha koperasi, diperlukan suatu alat untuk mengetahui capaian kinerja koperasi yang mengakomodir berbagai aspek secara seimbang dan proporsional, baik terkait kepentingan anggota, kelembagaan koperasi, serta pelanggan koperasi lainnya. Penjaminan terhadap pencapaian kinerja yang baik membutuhkan suatu proses evaluasi kinerja (Oktavina, 2008). Dengan melakukan pengukuran kinerja, maka dapat diketahui apakah proses yang terjadi di dalam aktivitas koperasi sudah efektif dan efisien. 3
Selain itu, koperasi persusuan sebagai badan usaha yang bertujuan meningkatkan pendapatan, harus mampu meningkatkan daya saing agar dapat bertahan di tengah persaingan usaha peternakan sapi perah. Posisi persaingan koperasi akan ditentukan oleh tingkat kinerja koperasi. Peningkatan kinerja diharapkan dapat mendorong peningkatan daya saing koperasi menjadi lebih baik, khususnya pada faktor-faktor kunci yang menentukan daya saing koperasi (Wibowo, 2005). Pada penelitian ini dilakukan analisis peningkatan daya saing koperasi persusuan dengan mempertimbangkan kinerja koperasi persusuan dalam beberapa periode dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu pengambil keputusan dalam meningkatkan daya saing koperasi persusuan di Kabupaten Sleman sebagai lembaga yang melakukan kegiatan hulu pada industri persusuan. B. Rumusan Masalah Sebagai salah satu wilayah penghasil susu sapi segar, Yogyakarta memiliki tiga buah koperasi yang menaungi peternak sapi perah dan seluruhnya terletak di Kabupaten Sleman. Dengan potensi alam yang begitu besar, sangat disayangkan usaha peternakan sapi perah di Yogyakarta belum dapat meningkatkan volume usahanya secara signifikan. Hal ini terlihat pada Tabel 2 bahwa perkembangan produksi susu segar cukup fluktuatif dari tahun ke tahun namun cenderung stagnan. 4
Koperasi persusuan di Kabupaten Sleman pada dasarnya didirikan bertujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Diharapkan dengan meningkatnya kesejahteraan, loyalitas anggota terhadap koperasi akan meningkat karena anggota akan merasa bahwa dengan beternak sapi perah, mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Kondisi ini tentu akan berdampak pada peningkatan produksi susu. Peningkatan kesejahteraan anggota dapat dicapai dengan terlebih dahulu memperbaiki kinerja koperasi itu sendiri, dimulai dari segi finansial, manajerial, dan seluruh aspek yang berhubungan dengan aktivitas koperasi. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka permasalahan yang ada dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana kinerja koperasi persusuan di Kabupaten Sleman? 2. Bagaimana posisi koperasi persusuan di Kabupaten Sleman dilihat dari faktor internal dan eksternalnya? 3. Strategi apa yang sebaiknya dilakukan untuk mengembangkan daya saing koperasi persusuan di Kabupaten Sleman di masa yang akan datang? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan sebagai berikut : 1. Mengukur kinerja koperasi persusuan di Kabupaten Sleman dengan pendekatan Balanced Scorecard. 2. Melakukan pemetaan posisi koperasi persusuan di Kabupaten berdasar lingkungan internal dan eksternalnya. 5
3. Merumuskan strategi peningkatan daya saing koperasi persusuan di Kabupaten Sleman. D. Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut : 1. Sebagai bahan masukan bagi para pengambil keputusan untuk melakukan penilaian terhadap koperasi persusuan dan dapat dijadikan dasar dalam merumuskan strategi pengembangan dalam meningkatkan daya saing koperasi persusuan di Kabupaten Sleman. 2. Memberikan kontribusi pengetahuan mengenai pengembangan ilmu manajemen strategi dan kebijakan dalam pengembangan koperasi persusuan. E. Batasan Penelitian Penelitian ini mencakup analisis kinerja, analisis faktor internal dan eksternal, serta formulasi strategi pengembangan dalam upaya meningkatkan daya saing koperasi persusuan di Kabupaten Sleman. Adapun batasan-batasan dalam penelitian adalah : 1. Pengukuran kinerja dilakukan terhadap efektivitas pencapaian kinerja dan kinerja relatif selama enam tahun untuk melihat keunggulan dan kelemahan koperasi berdasarkan perspektif Balanced Scorecard (BSC). 2. Penentuan indikator kinerja pada setiap perspektif disesuaikan dengan karakteristik masing-masing koperasi dan ketersediaan data. 6
3. Penggunaan metode Data Envelopment Analysis (DEA) hanya digunakan untuk mengukur kinerja relatif per tahun tanpa memperhitungkan bobot masing-masing variabel. 7