TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan

SISTEM PEREDARAN DARAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan media transportasi yang membawa nutrisi dari saluran

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

Makalah Sistem Hematologi

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam kampung atau biasa disebut ayam buras adalah salah satu ayam

STORYBOARD SISTEM PEREDARAN DARAH

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.

PENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daging broiler diperoleh, dipasarkan atau dikonsumsi dalam waktu yang relatif

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ilmu Pengetahuan Alam

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan cekaman panas yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memuliabiakkan secara teratur ayam pembibit berbeda yang masing-masing

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung dan tanpa kitosan iradiasi disajikan pada Tabel 4.

PENGARUH KEPADATAN KANDANG TERHADAP PERFORMA PRODUKSI AYAM PETELUR FASE AWAL GROWER

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Tanaman Marigold (Tagetes erecta) Sumber: Dokumentasi Penelitian (2011)

TINJAUAN PUSTAKA. (Setianto, 2009). Cahaya sangat di perlukan untuk ayam broiler terutama pada

I PENDAHULUAN. peternakan. Penggunaan limbah sisa pengolahan ini dilakukan untuk menghindari

HASIL DAN PEMBAHASAN

- - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - dlp5darah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

I. PENDAHULUAN. Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi

Uji lanjut. Rata-rata K ,620 K ,380 K ,620 P 1,000 1,000 1,000. Kandang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus

TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Suhu dan Kelembaban

I PENDAHULUAN. Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Perkembangan populasi ayam petelur saat ini sangat pesat, meskipun

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air, yaitu jenis unggas yang

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure Line atau ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

I. PENDAHULUAN. tersebut merupakan faktor pendukung keberhasilan budidaya sapi Bali (Ni am et

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan rekayasa genetik dari bangsa-bangsa ayam dengan produktivitas tinggi,

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. penting dari sistem transport dan bagian penting

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

5 Sistem. Peredaran Darah. Bab. Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat suatu sistem yang berfungsi untuk mengedarkan makanan dan O 2

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepadatan Ayam Petelur Fase Grower Ayam petelur adalah ayam yang efisien sebagai penghasil telur (Wiharto, 2002). Keberhasilan pengelolaan usaha ayam ras petelur sangat ditentukan oleh sifat genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan kelancaran usaha pemasaran hasil produksi (Amrullah, 2003). Berdasarkan fase pemeliharaannya, pemeliharaan ayam petelur dibagi menjadi tiga, yaitu fase starter (umur 1 hari--6 minggu), fase grower pertumbuhan (umur 6--18 minggu), dan fase layer (umur 18 minggu--afkir) (Banong, 2012). Fase grower pada ayam petelur, terbagi ke dalam dua kelompok umur yaitu umur 7--12 minggu dan umur 13--18 minggu yang disebut dengan fase developer (Fadillah dan Fatkhuroji, 2013). Pada fase grower kontrol pertumbuhan dan keseragaman perlu dilakukan, hal ini berhubungan dengan sistem reproduksi dan produksi ayam tersebut. Fase grower secara fisik tidak mengalami perubahan yang berarti, perubahan hanya dari ukuran tubuhnya yang semakin bertambah dan bulu yang semakin lengkap serta kelamin sekunder yang mulai nampak (Rasyaf, 2005). Hal yang mulai dominan pada fase grower yaitu pembentukan otot-otot tulang yang akan

9 membentuk frame dari ayam layer. Selain itu, pada fase grower sistem produksi ayam mulai tumbuh dan sistem hormon reproduksi mulai berkembang dengan baik. Berkaitan dengan berkembangnya sistem reproduksi ada faktor yang harus diperhatikan yaitu faktor ransum dan cahaya, karena kegagalan dalam memperhatikan keduanya akan berakibat fatal terhadap produksi dimasa bertelur kelak (Parista, 2013). Produktivitas ayam petelur yang optimal dipengaruhi banyak faktor, salah satunya yaitu keseragaman ayam. Keseragaman yang baik dapat diartikan ayam dalam satu populasi memiliki kesamaan. Kondisi ini menjadi syarat penting agar produksi telur atau henday bisa mencapai puncak dan bisa bertahan lama secara serempak. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keseragaman ayam yaitu kepadatan kandang. Kandang yang terlalu padat akan meningkatkan kompetisi dalam mendapatkan ransum, air minum, maupun oksigen. Kompetisi ini akan memunculkan ayam yang kalah dan menang sehingga pertumbuhannya menjadi tidak seragam (Fadillah dan Fatkhuroji, 2013). Kepadatan kandang yang terlalu tinggi akan menyebabkan suhu dan kelembaban yang tinggi, sehingga akan mengganggu fungsi fisiologis tubuh ayam dan menyebabkan mortalitas pada ternak akibat adanya kompetisi dalam mendapatkan ransum, air minum, maupun oksigen (Rasyaf, 2005). Selain itu, tingkat kepadatan kandang yang tinggi dapat menurunkan konsumsi ransum dan nilai konversi ransum yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ternak (Rasyaf, 2001). Kepadatan kandang yang optimal untuk ternak dipengaruhi oleh suhu dalam kandang. Semakin tinggi suhu dalam kandang, kepadatan kandang yang optimal

10 semakin rendah, sebaliknya apabila suhu di dalam kandang semakin rendah, kepadatan kandang yang optimal semakin tinggi (Rasyaf, 2005). Kepadatan ayam petelur pada kandang grower adalah 6--8 ekor m -2 (Astuti, dkk., 2010). Daya tampung kandang per ekor per meter persegi untuk masa grower dengan full litter adalah 8--10 ekor (Rahardi dan Hartono, 2000). Standar kepadatan ayam yang ideal adalah 15 kg m -2 atau setara dengan 12--14 ekor ayam petelur grower (pullet) m -2 nya. Kepadatan yang berlebih akan menyebabkan pertumbuhan ayam terhambat (kerdil) karena terjadi persaingan untuk mendapatkan ransum, air minum maupun oksigen (Fadillah dan Fatkhuroji, 2013). Hasil penelitian Nurharitrika (2010), menunjukkan bahwa kepadatan kandang 16 ekor m -2 ayam jantan tipe medium umur 7 minggu masih dapat digunakan. Kandang panggung mempunyai ventilasi yang berfungsi lebih baik karena udara bisa masuk dari bawah dan samping kandang. Oleh karena itu, sirkulasi di dalam kandang menjadi lebih baik, akibatnya temperatur di dalam kandang relatif lebih rendah dan ayam merasa lebih nyaman (Fadillah, 2004). B. Darah 1. Gambaran umum Darah didefinisikan sebagai komponen penting yang berperan dalam prosesproses fisiologis dalam tubuh yang mengalir melalui pembuluh darah dan sistem kardiovaskuler. Darah merupakan cairan yang berfungsi membawa dan mengirimkan zat-zat nutrien dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh,

11 mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme dari sel kembali ke jantung untuk dibuang melalui paru-paru dan ginjal, dan sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri (Adriani, dkk., 2010). Darah tersusun atas sel darah (eritrosit, leukosit, dan trombosit) yang bersirkulasi dalam cairan yang disebut plasma (Meyer dan Harvey, 2004). Sekitar 55% dari volume darah yang beredar merupakan cairan dan sisanya 45% merupakan bendabenda darah (Ganong, 2008). Cairan tersebut merupakan komponen plasma yang terdiri dari air, elektrolit, metabolit, zat makanan, protein, hormon, serta bendabenda darah merupakan komponen sel yang terdiri dari eritrosit, leukosit, dan trombosit. Darah memenuhi sekitar 12% dari bobot badan dari anak ayam yang baru menetas dan sekitar 6--8% pada ayam dewasa (Bell dan Weaver, 2002). Dalam keadaan normal, volume darah yang beredar 8 % dari berat badan dan dari volume itu kira-kira 55 % nya adalah plasma. Darah berfungsi sebagai alat pengangkut sari makanan dan menyebarkannya ke seluruh tubuh seperti glukosa, asam amino, asam lemak, beberapa lipid, dan sebagai alat pengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat eksresi, seperti karbondioksida, asam laktat, buangan bernitrogen dari metabolisme protein dan panas (Cunningham, 2002). Selain itu, darah juga memiliki berbagai fungsi seperti: a. alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh; b. alat pengangkut oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh; c. alat pengukur getah hormon dari kelenjar buntu; d. mencegah infeksi dengan leukosit, antibodi dan sel darah beku;

12 e. mengatur keseimbangan asam basa tubuh; serta f. menjaga temperatur tubuh (Adriani, dkk., 2010). Darah dapat dijadikan sebagai indikasi adanya gangguan fisiologi dalam tubuh ternak karena darah berperan sebagai media homeostasis (Jayanti, 2011). Perubahan fisiologis tubuh dapat mengakibatkan gambaran darah juga berubah. Perubahan fisiologis ini dapat disebabkan secara internal dan eksternal. Perubahan secara internal dapat berupa pertambahan umur, status gizi, kesehatan, stres, siklus estrus, dan suhu tubuh. Sementara itu, perubahan secara eksternal dapat disebabkan oleh infeksi dan perubahan suhu lingkungan (Guyton dan Hall, 2010). 2. Komponen-Komponen Darah a. Eritrosit Eritrosit merupakan sel darah merah yang membawa hemoglobin dalam sirkulasi. Eritrosit pada unggas intinya terletak ditengah dan berbentuk oval. Sel ini berbentuk bikonkaf yang dibentuk di sumsum tulang belakang (Ganong, 2008). Eritrosit terdiri dari air (65%), hemoglobin (33%), dan sisanya terdiri dari sel stroma, lemak, mineral, vitamin, bahan organik lainnya, dan ion K (Kusumawati, 2004). Fungsi utama eritrosit adalah untuk membawa hemoglobin dalam sirkulasi darah untuk membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan, membawa nutrien untuk diedarkan ke jaringan tubuh, membawa sisa-sisa hasil metabolisme yang disekresikan ke ginjal, serta kelancaran sirkulasi darah. Pembentukan eritrosit berproses pada masa embrional unggas dalam kantung telur. Setelah perkembangan embrio, pembentukan terjadi di limpa dan sumsum

13 tulang (Guyton dan Hall, 2010). Proses pembentukan eritrosit membutuhkan bahan seperti zat besi, vitamin B 12, asam folat, vitamin B 6 (piridoksin), protein, dan faktor lain (Fauci, dkk., 2008). Pemberian unsur Cu dan Fe dengan rasio tertentu mampu meningkatkan status hematologis dan pertumbuhan ayam (Praseno, 2005). Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin (Suprijatna, 2008). Selain itu, jumlah eritrosit juga dipengaruhi oleh aktivitas individu, nutrisi, ketinggian tempat, dan suhu lingkungan (Guyton dan Hall, 2010). Kadar normal sel eritrosit ayam berkisar antara 2,0--3,2 juta mm -3 (Guyton, 1996). b. Hemoglobin Hemoglobin adalah senyawa yang berasal dari ikatan komplek antar protein dan Fe yang menimbulkan warna merah pada darah. Sintesis asam asetat dan glycine menghasilkan porphyrin. Porphyrin yang berkombinasi dengan besi menghasilkan satu molekul heme. Jika empat molekul heme dikombinasikan dengan molekul globin maka terbentuk hemoglobin (Rastogi, 2007). Hemoglobin dalam eritrosit merupakan buffer yang baik untuk mempertahankan keseimbangan keseluruhan darah (Guyton dan Hall, 2010). Hemoglobin merupakan petunjuk kecukupan oksigen dan berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru dan dalam peredaran darah untuk dibawa ke jaringan, serta membawa karbon dioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru (Guyton dan Hall, 2010).

14 Kadar hemoglobin dipengaruhi oleh kadar oksigen dan jumlah eritrosit, sehingga ada kecenderungan jika jumlah eritrosit rendah, maka kadar hemoglobin akan rendah dan jika oksigen dalam darah rendah, maka tubuh terangsang meningkatkan produksi eritrosit dan hemoglobin (Schalm, 2010). Adanya inti dalam eritrosit unggas menyebabkan kadar hemoglobinnya menjadi lebih rendah dari mamalia. Kadar hemoglobin normal pada ayam yaitu 7--13 g/dl (Schalm, dkk., 1986). c. Leukosit Leukosit atau sering disebut dengan sel darah putih merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh yang dapat bergerak. Leukosit berfungsi dalam proses fagositosis dan menyediakan kekebalan terhadap antigen spesifik (Guyton dan Hall, 2010). Leukosit sebagian dibentuk di sumsum tulang belakang (granulosit dan monosit serta sebagian limfosit) dan sebagian lagi dibentuk di jaringan limfa (limfosit dan sel plasma). Setelah pembentukan, leukosit masuk ke dalam peredaran darah dan menuju ke bagian tubuh dimana leukosit dibutuhkan (Guyton dan Hall, 2010). Morfologi leukosit sangat beragam antar spesies unggas. Keragaman ini dapat dilihat dari penampakan morfologi granula, warna eosinofil, dan bentuk granula heterofil pada setiap spesies unggas. Melalui identifikasi deferensiasi leukosit, dapat diketahui status ketahanan ternak terhadap penyakit. Benda darah leukosit, yaitu berupa heterofil dan limfosit, juga dapat dijadikan indikator stres pada unggas (Schalm, 2010). Pada ayam, jumlah leukosit normal berkisar antara 16--40 ribu mm -3 (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

15 Gambar 1. Leukosit Jumlah leukosit sangat tergantung pada umur, jenis kelamin, stres, penyakit, dan pemberian pakan atau obat tertentu. Leukosit akan bekerja bersama-sama melalui dua cara untuk mencegah penyakit yaitu (1) dengan benar-benar merusak bahan yang menyerbu melalui proses fagositosis dan (2) dengan membentuk antibodi dan limfosit yang peka, salah satu atau keduanya dapat menghancurkan atau membuat penyerbu tidak aktif (Guyton dan Hall, 2010). Berdasarkan ada tidaknya granula leukosit dibagi menjadi dua, yaitu leukosit granuler dan leukosit agranuler. Leukosit granuler terdiri atas heterofil, eosinofil dan basofil. Leukosit agranuler terdiri atas limfosit dan monosit. Heterofil merupakan bagian terbesar dari granulosit unggas (Schlam, 2010). Fungsi utama dari heterofil adalah penghancur bahan berbagai produk bakteri, berbagai produk yang dilepaskan oleh sel rusak, dan produk reaksi kekebalan (Day dan Schultz, 2010). Heterofil berfungsi dalam merespon adanya infeksi dan mampu ke luar dari pembuluh darah menuju daerah infeksi untuk menghancurkan benda asing dan membersihkan sisa jaringan yang rusak. Heterofil bekerja secara cepat sehingga

16 dikenal sebagai first line defense, yaitu sistem pertahanan pertama. Heterofil juga mampu melakukan pinositosis selain fagositosis. Kombinasi antara fagositosis dan pinositosis dalam heterofil disebut endositosis (Day dan Schultz, 2010). Eosinofil adalah granulosit polimorfonuklear-eosinofilik dengan ukuran yang hampir sama dengan heterofil. Jumlah eosinofil dalam aliran darah berkisar antara 2--8 % dari jumlah leukosit. Eosinofil ini berperan aktif dalam memerangi bakteri, mengatur pelepasan zat kimia saat pertempuran, dan membuang sisa-sisa sel yang rusak (Azhar, 2009). Basofil adalah leukosit yang jumlahnya paling rendah sekitar 0,5--1,5% dari seluruh leukosit dalam aliran darah. Basofil memiliki reseptor immunoglobulin E (IgE) dan immunoglobulin G (IgG) yang menyebabkan degranulasi dan membangkitkan reaksi hipersensitif dengan sekresi yang bersifat vasoaktif (Dharmawan, 2002). Limfosit merupakan jenis leukosit unggul pada darah unggas, termasuk ayam petelur (Schalm, 2010). Limfosit dibentuk di jaringan limfoid seperti limfa, tonsil, timus, dan bursa fabricius. Peningkatan limfosit antara lain disebabkan terjadinya penurunan heterofil (sifatnya relatif), leukimia limfositik, inflamasi kronis (infeksi bakteri, virus, fungi, dan protozoa), pengeluaran epinefrin, defesiensi korkostreoid (hypoadrenokorticism), dan neoplasia (Dharmawan, 2002; Jackson, 2007). Peningkatan nilai leukosit dari jumlah normal menandakan terjadinya infeksi sedangkan penurunan leukosit menandakan depresi sumsum tulang yang

17 diakibatkan oleh infeksi viral atau reaksi toksik terhadap agen kimia (Rastogi, 2007). Monosit merupakan leukosit yang terbesar yang berdiameter 15--20 μm dan jumlahnya 3--9 % dari seluruh sel darah putih (Dharmawan, 2002). Monosit berperan sebagai prekusor untuk makrofag yang akan mencerna dan membaca antigen (Samuelson, 2007).