BAB 1 PENDAHULUAN. Anak-anak penyandang tuna daksa (memiliki kecacatan fisik), seringkali

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. umumnya, mereka mengalami penolakan dari masyarakat. Selain penolakan, diseuaikan dengan kemampuan fisik mereka.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. daksa yang dapat menerima segala umur dan kelas sosial, memudahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

REDESAIN YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) SEMARANG. disusun oleh : KHOERUL UMAM L2B

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan, termasuk polio, dan lumpuh ( Anak_

1.7 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang meliputi sandang, pangan, dan papan serta kebutuhan rohaniah. Kebutuhan

Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Tingkat Kesulitan Berjalan Indonesia Perkotaan + Perdesaan Laki-laki + Perempuan

SEKOLAH LUAR BIASA YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (SLB YPAC) DI SEMARANG. (Penekanan Desain Arsitektur Post Modern) IDA ASTRID PUSPITASARI L2B

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diagram 1.1. Jumlah Penyadang Cacat Yogyakarta Sumber: Dinas Sosial Provinsi D.I. Yogyakarta,

Konsep perencanaan dan perancangan

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia pada jaman modern seperti pada saat ini seringkali merasa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak bagi sebuah keluarga adalah sebuah karunia, rahmat dan berkat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang baru di mulai dalam sebuah kehidupan. Dan seseorang yang telah meninggal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah sebuah permasalahan yang diyakini dapat menghambat cita-cita bahkan

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. Pendahuluan 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior EF English First. Pendidikan merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan taraf hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan Hawa sebagai pendamping bagi Adam. Artinya, manusia saling

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas hanya kamera Digital Single Lens Reflect (DSLR) tetapi terdapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di bawah pengawasan guru. Ada dua jenis sekolah, yaitu sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada permasalahan kelanjutan hidup. Permasalahan anak di rumah dan diluar

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

sebelum mereka memulai pendidikan primer ke jenjang berikutnya 1. Tujuan dari adanya taman kanak-kanak ini adalah sebagai tempat di mana anak-anak dap

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

PROPOSAL TUGAS AKHIR PERANCANGAN DESAIN DAN WARNA FURNITUR PADA SEKOLAH ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS GILGAL DI PANTAI INDAH KAPUK

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Bab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penyandang disabilitas di Indonesia saat ini dapat dikatakan memiliki angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

HOTEL DAN CONVENTION CENTER BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Menjadi tua adalah bagian dari siklus sebuah kehidupan manusia dan hal tersebut tidak dapat dihindari.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Lanjut Usia (lansia) semakin meningkat di dunia, termasuk juga di Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang besar salah satunya dibidang kecantikan. Perawatan kecantikan

SHOPPING GREEN MALL DI SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. (sumber:kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) 2. Menurut pakar John C. Maxwell, difabel adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pusat Perawatan Hewan Peliharaan

Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN

bangunan saung dengan struktur kayu berfokus pada pengolahan layout dan furniture yang sesuai dengan karakteristik saung tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggal menetap di negara ini. Dengan masuknya para warga negara asing

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kebutuhan akan pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pertumbuhan sarana Sports Club atau sarana olahraga di kota kota besar,tidak

PENDIDIKAN LUAR BIASA BAGI PENYANDANG CACAT DI SEMARANG

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Proyek.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan sebuah momen yang sangat dinanti-nantikan

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Namun tidak semua orang beruntung memiliki jiwa yang. sehat, adapula sebagian orang yang jiwanya terganggu atau dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1

BAB I PENDAHULUAN 1-1

Kementerian Pendidikan Nasional merupakan lembaga pemerintahan yang bertugas meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. salah satu langkah yang di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan dirawat dengan sepenuh hati. Tumbuh dan berkembangnya kehidupan seorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

REDESAIN KANTOR DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB I. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. menyandang tunagrahita adalah 2,3%. Atau 1,95% anak usia sekolah. menyadang kelainan adalah orang, jadi estimasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Proyeksi Proporsi Penduduk di Indonesia (%) 0-14 Tahun Tahun > 65 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Feri Susanty Spesial, Tahun 2007, 6). Populasi dan permintaan penduduk terhadap hunian yang semakin

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Melisa, Fenny. 09 April Republika Online Anak Indonesia Diperkirakan

a) Bagaimana merancang perpustakaan pusat yang berstandar internasional?

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak penyandang tuna daksa (memiliki kecacatan fisik), seringkali kesulitan diterima dalam masyarakat. Mereka umumnya cenderung mendapatkan penolakan dari masyarakat. Padahal, anak-anak penyandang tuna daksa fisik ini juga perlu mendapatkan kasih sayang, perhatian, kepercayaan dan diterima oleh lingkungan di sekitarnya. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyandang tuna daksa, sangat berdampak bagi kehidupan sosial para penyandang tuna daksa, termasuk anak-anak. Bagi anak-anak tuna daksa, mereka umumnya mendapat diskriminasi bila bersekolah di sekolah-sekolah umum. Bahkan tak sedikit sekolah yang menolak adanya anak-anak penyandang tuna daksa dengan alasan kesulitan menyesuaikan diri untuk mendidik anak anak tuna daksa. Di Indonesia, terdapat dua jenis sekolah yang memfasilitasi pendidikan penyandang tuna daksa yaitu sekolah inklusi dan sekolah luar biasa. Sekolah inklusi adalah sekolah yang hanya memfasilitasi penyandang tuna daksa golongan rendah, tetapi ada beberapa sekolah bersedia memfasilitasi untuk golongan sedang. Yang membedakan sekolah ini dengan sekolah pada umumnya adalah pada Sekolah inklusi ini, setiap anak wajib didampingi oleh seorang guru pendamping. Untuk anak-anak golongan sedang dan berat biasanya mereka belajar di Sekolah luar biasa D/D1. Di sekolah ini, mereka mendapatkan pendidikan dan terapi yang bertujuan membantu mereka untuk dapat memaksimalkan organ tubuh yang ada. 1 Universitas Kristen Maranatha

Adanya sifat-sifat masyarakat yang cenderung meremehkan dan menolak keberadaan anak tuna daksa tak urung juga mempengaruhi mental mereka. Untuk itu, kebanyakan dari anak tuna daksa, dalam proses rehabilitasinya juga dibantu dengan proses konseling yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi mereka secara psikologis. Di Indonesia jumlah Sekolah Luar Biasa yang tersedia tidaklah banyak,. Padahal, jumlah anak yang menyandang tuna daksa ini tidaklah sedikit, dan semakin tahun jumlah penyandang tuna daksa ini terus menerus bertambah. Maraknya kecelakaan dan bencana alam yang belakangan ini sering terjadi ditambah dengan macam-macam penyakit juga dapat memicu peningkatan populasi orang tuna daksa. Fasilitas penunjang pendidikan anak tuna daksa pun minim. Padahal, kebanyakan dari mereka memerlukan perhatian yang benar-benar khusus baik dalam pendidikan maupun dalam usaha pengembangan diri mereka agar dapat menjadi lebih mandiri. Kadangkala, desain-desain yang ada belum mendukung akan kebutuhan dan ergonomis untuk anak-anak tersebut. Keterbatasan fisik menjadi kendala utama dalam perancangan fasilitas untuk tuna daksa. Berdasarkan alasan-alasan yang dijabarkan di atas, maka Penulis merasa tertarik untuk mendesain sebuah Pusat rehabilitasi dan edukasi bagi penderita tuna daksa. Dalam perancangannya, bukan hanya sekedar sekolah, tetapi juga memiliki fungsi sebagai tempat rehabilitasi dan konseling. Hal ini bertujuan agara anak tidak hanya mendapatkan pendidikan saja, tetapi juga dapat berkembang ke arah yang lebih baik dalam hal psikologis, juga ke depannya diharapkan agar anak mampu mengoptimalkan fungsi dari organ tubuhnya tersebut. 2 Universitas Kristen Maranatha

1.2 Identifikasi Masalah Anak-anak penyandang tuna daksa menjadi mayoritas user dalam perancangan fasilitas publik untuk anak-anak penyandang tuna daksa ini. Orang Tua murid serta staff pengajar merupakan juga merupakan user dalam fasilitas publik ini. Adapun fasilitas publik yang dianggap memegang peranan cukup penting dalam membantu anak-anak penyandang tuna daksa ini adalah pusat rehabilitasi, dan sekolah. Fasilitas publik ini akan dirancang bersamaan dalam perancangan pusat rehabilitasi dan edukasi ini. Hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain sebuah pusat rehabilitasi dan edukasi bagi penyandang tuna daksa ini adalah mendesain fasilitas yang ergonomis untuk penyandang tuna daksa. Sebagaimana kita ketahui, orang-orang dengan keterbatasan fisik memerlukan fasilitas yang berbeda dengan orang yang tidak memiliki masalah dengan fisiknya. Sehingga nantinya, dengan bantuan desain yang ada, mereka dapat mampu mengembangkan dirinya dan mau berusaha untuk mandiri. Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dijabarkan diatas, masalahmasalah di atas akan dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana mengkolaborasikan desain sebuah pusat rehabilitasi tuna daksa dengan sekolah dalam satu gedung? 2. Bagaimana merancang sebuah pusat rehabilitasi dan edukasi yang memandirikan para penyandang tuna daksa dan membantu mereka mengembangkan dirinya secara maksimal? 3. Bagaimana merancang interior sebuah pusat rehabilitasi dan edukasi dengan sirkulasi yang ergonomis, desain yang sesuai dan aman bagi anak-anak penyandang tuna daksa? 3 Universitas Kristen Maranatha

4. Bagaimana konsep Cheerful home yang memiliki tujuan untuk memunculkan kembali motivasi anak-anak penyandang tuna daksa dapat diterapkan dalam desain dan sesuai untuk seluruh anak dengan adanya perbedaan variasi usia dimulai dari TK sampai dengan SMA yang memiliki keterbatasan fisik? 1.3 Tujuan Perancangan 1. Menggabungkan berbagai fungsi fasilitas utama bagi anak-anak penyandang tuna daksa dalam satu gedung. 2. Merancang pusat rehabilitasi dan edukasi bagi penyandang tuna daksa yang mampu mendidik mereka secara mandiri dan mengembangkan kemampuan dirinya sesuai dengan taraf kemmapuan masing- masing anak. 3. Merancang sebuah pusat rehabilitasi dan edukasi yang ergonomis, memfasilitasi kebutuhan anak-anak penyandang tuna daksa secara fisik secara ergonomis. 4. Merancang sebuah desain yang berdasarkan atas fakta di lapangan mengenai Cheerful home yang bertujuan untuk membantu meningkatkan perkembangan psikologis mereka menjadi lebih baik diolah secara global, sehingga dalam perancangannya dapat sesuai untuk anak-anak dengan perbedaan variasi usia dengan memperhatikan aspekaspek ergonomis untuk tuna daksa. 4 Universitas Kristen Maranatha

1.4 Manfaat Pembahasan Manfaat pembahasan dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: Bagi Penulis: Penulis mendapatkan ilmu mengenai tuna daksa, kehidupan sehari-hari dan aktivitas mereka sehari-hari selama berada di sekolah, maupun di rumah, serta bagaimana perancangan desain yang baik untuk penyandang tuna daksa yang selama ini kurang diperhatikan dalam mendesain suatu fasilitas publik yang bertujuan menimbulkan rasa positif dalam jiwa bagi penyandang cacat fisik. Bagi Umum: agar masyarakat dapat mengetahui desain yang bertujuan membangun perasaan positif yang ergonomis bagi penyandang tuna daksa. Sehingga kedepannya, diharapkan agar masyarakat dapat lebih memperhatikan perancangan bagi penyandang tuna daksa. 1.5 Sistematika Penulisan Bab I yang merupakan pendahuluan akan membahas mengenai latar belakang, identifikasi masalah, tujuan perancangan, manfaat pembahasan, dan sistematika penulisan. Bab II yang merupakan landasan teori, berisi mengenai hasil dari studi literatur yang dilakukan Penulis yang akan membahas mengenai pengertian mengenai tuna daksa yang dikutip dari berbagai sumber, klasifikasi mengenai tuna daksa, karakteristik penyandang tuna daksa, fasilitas perancangan pusat rehabilitasi dan Eedukasi penyandang tuna daksa, standar teknis perancangan interior untuk tuna 5 Universitas Kristen Maranatha

daksa, serta desain untuk anak-anak tuna daksa yang akan dibagi menjadi beberapa sub-bab. Dalam Bab III yang merupakan Bab Analisa Objek Perancangan, Penulis akan menjabarkan mengenai pengenalan obkjek perancangan yang diawali dengan penjabaran mengenai hasil studi kasus di SLB setempat, deskripsi objek studi, ide implementasi konsep pada objek studi yang kemudian akan diterapkan dalam perancangan, analisa tapak lokasi proyek, analisa fungsional ruang dan kebutuhan user dan programming dalam ruang. Dalam Bab IV yang merupakan Bab Perancangan Desain akan dijabarkan mengenai konsep yang dipilih oleh Penulis secara lengkap dalam beberapa sub-bab, diantaranya adalah konsep desain dan penerapan ide implementasi dalam perancangan yang akan dijabarkan secara spesifik dalam beberapa sub-bab. Bab V merupakan Bab Kesimpulan yang menjawab berbagai pertanyaan yang dijabarkan dalam Identifikasi Masalah. 6 Universitas Kristen Maranatha