BAB V PEMBAHASAN. mampu bersosialisasi dengan sehat di lingkungan masyarakatnya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak hal yang mempengaruhi cara pandang psikologis manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL PSIKOTIK DI PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 3 CEGER

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, dan sosialisasi dengan orang sekitar (World Health Organization,

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimaksud disini adalah mereka yang memiliki peran dan tanggung

BAB VI KESIMPULAN. peneitian dan saran bagi berbagai pihak yang berkaitan dengan peran guru dalam. ditarik kesimpulan sebagai berikut :

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB IV PENUTUP. Unit Budi Luhur Yogyakarta. Dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD)

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam bagi eks penderita psikotik di Unit Rehabilitasi Sosial Bina Sejahtera Kendal I

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PROFIL UKS SMA NEGERI 3 KUNINGAN. Mewujudkan warga SMA Negeri 3 Kuningan yang sehat lahir dan batin. 2. Mewujudkan pendidikan kesehatan yang optimal.

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB VI KESIMPULAN. yaitu: Kesimpulan, Implikasi Penelitian dan Saran.

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial.

BAB I PENDAHULUAN. bersiap-siap mengakses dan menangani klien-klien lansia. Terlepas dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan tingkat kreativitas pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan, kegiatan. pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Perawat merupakan Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam

BAB III USULAN PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanyut oleh arus globalisasi, tetapi sebaliknya ia mampu mewarnai dan

BAB 5 KESIIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MODEL BIMBINGAN DAN PSIKOTERAPI ISLAM BAGI GELANDANGAN NEUROSIS

Menuju Desa Siaga Sehat Jiwa

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan agama anak di sekolah. Hal ini sesuai dengan pemikiran jalaluddin

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal Desenber Nama Sdr. S, umur 15 tahun, agama islam, pendidikan SLTP, No CM ,

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di sana. Kehidupan perkotaan seperti di Jakarta menawarkan segala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM TERHADAP PENANGANAN ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI PPT SERUNI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih. Kelumpuhan adalah cacat paling umum dialami oleh penderita stroke.

PROGRAM KEGIATAN SEKOLAHKU SEHAT. SD Unggulan Muhammadiyah Kretek. Mriyan Donotirto Kretek Bantul 55772

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan pengamatan di lapangan mengenai rehabilitasi

BAB II. GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA KARYA YOGYAKARTA. Panti Sosial Bina Karya Yogyakarta adalah Unit Pelaksana Tehnis Dinas

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB IV ANALISIS TERHADAP TERAPI SUFISTIK PADA GANGGUAN PSIKOSIS. A. Efektifitas terapi sufistik pada penderita psikosis

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit untuk mencapai perkembangan yang optimal. kebutuhanya serta menjalankan kegiatan sehari-hari membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu proses perkembangan antara masa anakanak

BAB IV ANALISIS PERANAN GURU DALAM PENANGGULANGAN. PENYIMPANGAN PERILAKU PESERTA DIDIK MTs. MA ARIF NU BUARAN PEKALONGAN MELALUI SPIRITUAL TREATMENT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terserang peyakit degenerative, Dinas Kesehatan kota Yogyakarta terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dihindari karena sebagai masa periode terakhir yang dilewati oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

PEDOMAN PENYULUHAN PADA PASIEN

BAB IV ANALISIS TENTANG PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI MADRASAH IBTIDAIYAH TERPADU (MIT) NURUL ISLAM RINGINWOK NGALIYAN SEMARANG

KEMAMPUAN BERSOSIALISASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DITINJAU DARI JENIS PENDIDIKAN

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan hidup manusia di zaman modernisasi, namun pendidikan terasa

BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH

BAB V PENUTUP. metode kualitatif dengan pendekatan metode study kasus yang menyajikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa (1986) adalah suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB IV ANALISIS PERAN PEMBINAAN ROHANI ISLAMUNTUK MENINGKATKAN PENGAMALAN AJARAN AGAMA ISLAM DI RS. ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. menuntut perusahaan harus mampu bertahan dan berkompetisi. Salah satu hal

Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. norma yang mengatur kehidupannya menuju tujuan yang dicita-citakan bersama

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah orang dengan gangguan skizofrenia dewasa ini semakin. terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menyebabkan stres kerja pada perawat antara lain pola dan beban kerja,

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

I. PENDAHULUAN. Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK

BAB IV ANALISIS MASALAH. dirasakan sebagai suatu gangguan dalam jalan kehidupan sehari-hari. Oleh

MAKALAH TEORI, TIPE KEPEMIMPINAN, PERAN DAN FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik siswa dalam beraktifitas untuk mendidik lebih mengedepankan pada

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR. MODUL 7 Strategi Pembelajaran di SD

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab V ini akan membahas dan menghubungkan antara teori dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi sekarang ini, pelayanan prima. merupakan elemen utama yang harus diperhatikan oleh unit

BAB I PENDAHULUAN. Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami (Teori dan Praktik), Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2013, hal

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita karena dengan Matematika kita bisa

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan hasil penelitian Pembahasan penelitian ini memaparkan tentang hasil penelitian model bimbingan mental spiritual di UPT rehabilitasi eks psikotik Kediri. Pembahasan ini akan di kategorikan kedalam 4 bagian, yang pertama adalah model bimbingan mental spiritual, sistem bimbingan mental spiritual (SOP, Metode dan media, waktu), pembimbing/instruktur dan klien sebagai penerima manfaat: 1. Penerapan Bimbingan Mental Spiritual Bimbingan mental spiritual adalah bantuan yang diberikan kepada klien untuk menuntun klien supaya mencapai kesehatan mental dan spiritual, dan akhirnya klien mampu bersosialisasi dengan sehat di lingkungan masyarakatnya. Bimbingan mental spiritual yang dilaksanakan dalam UPT ini lebih menekankan pada sisi spiritualnya, artinya kegiatan yang dilakukan pada bimbingan mental spiritual disini lebih banyak berupa kegiatan keagamaan. Namun demikian dalam proses bimbingan diselipkan tentang nilai-nilai spiritual yang mengacu pada kesehatan mental klien, contoh riil adalah klien diberikan bimbingan atau tuntunan di setiap harinya untuk melakukan jamaah sholat di mushola yang berada dilokasi. Perlakuan ini diharapkan memiliki dampak positif terhadap kejiwaan klien, supaya klien memiliki aktifitas yang bisa atau sedikit bisa menyelimur kegundahan hatinya sehingga ketegangan saraf teruraikan.

Seperti penerapan bimbingan mental spiritual pada umumnya yang mengedepankan keagamaan dan konsep diri, pada bimbingan mental spiritual yang dilaksanakan di UPT ini menerapkan pengetahuan keagamaan yang dominan, sebagai pelengkap adalah tentang penegenalan diri sendiri dalam taraf masih dasar dan mengenali orang-orang disekitar. Mengacu pada makna spiritual yaitu hubungan antara Tuhan, diri sendiri dan alam sekitar, maka dalam bimbingan mental spiritual ini di pusatkan pada bidang keagamaan, mengenali diri sendiri dan orang lain. diharapkan dengan bekal spiritual tersebut klien jika sudah sembuh mampu mengaplikasikan kedalam masyarakat pada umumnya. Tetap bisa berpegang teguh dalam beragama dan mampu menghadapi masalah dengan pikiran sehat. Kehidupan sosial masyarakat adalah kehidupan dimana orang bersosialisasi dengan lingkungannya, maka dalam bimbingan mental spiritual dituntun serta dibenahi agamanya dulu kemudian pribadinya. Setelah itu kehidupan pribadi dengan lingkungan sekitar. Funsgsi dari bimbingan mental spiritual itu sendiri adalah memberikan bantuan dan tuntunan untuk memahami diri sendiri, memahami orang lain dengan belajar tentan keagamaan, cara berfikir positif dan keinginan untuk berprestasi. Disini dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan mengajarkan tentang keagamaan maka dengan sendirinya juga akan merangkap klien memahami diri sendri dan orang lain. 2. Sistem Bimbingan Mental Spiritual a. Materi

Materi yang diberikan adalah materi yang sesuai dengan SOP yang sebagian besar materinya bersifat keagamaan. Isi dari SOP tersebut adalah seputar pembelajaran tentang sholat, hafalan doa-doa sehari, hafalan surat-surat pendek, membaca Al-quran dan istighosah. Sekilas materi yang ada dalam SOP adalah materri yang berkaitan erat tentang agama saja. Namun pada kenyataan nya (prakteknya), klien diajarkan untuk mengenali diri sendiri dan orang lain melalui ceramahceramah yang dilakukan setiap selesei jamaah shoolat maghrib. Materi diluar keagaamaan atau kata lain materi bimbingan mental diberikan kepada klien melalui kegiatan-kegiatan sehari-hari klien dan kegiatan ketrampilan. Ketika klien mampu menolong dirinya sendiri melalui kegiatankegiatan yang ada di UPT, maka itu sudah menjadi poin tersendiri bagi kesembuhan mental klien, misalnya klien mampu mengambil makanan sendiri, mampu mandi sendiri, mampu mencuci baju sendiri. Melalui pembiasaan-pembiasaan tersebut diharapkan menjadi bimbingan mental secara praktek bagi klien, agar klien bisa langsung menerapkan materi mental spiritual tentang memahami diri sendiri yaitu salah satunya mampu menolong diri sendiri. Kegiatan-kegiatan ketrampilan seperti ketrampilan membuat batako, olahraga mambantu mengembalikan fungsi sosial pada klien, karena secara tidak langsung kegiatan ketrampilan selalu dilakukan secara kelompok, hal ini memungkinkan para klien untuk berinteraksi satu sama lain, sehingga klien merasa punya kawan yang senasib. hal ini juga mengajarkan klien untuk pandai bersosialisasi dengan kawan yang ada di lingkungan nya.

b. Metode Metode bimbingan yang digunakan dalam memberikan bantuan klien adalah dengan metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung disampaiakna dengan teknik kelompok. Sekumpulan kelompok diberi ceramah keagamaan, memahami diri sendiri atau cara memahami orang lain. Dalam menyampaikan tuntunan seputar keagamaan pun dilakukan dengan metode ceramah ini. Tidak seperti orang normal pada umumnya, satu materi bisa diulang berkali-kali sampai klien benar-benar menguasai materi yang diberikan. c. Media Media yang diguanakan dalam bimbingan ini adalah denganmetode lisan, yaitu pembimbing menyampaikan materi melalui ceramah dan pelajaran yang terus di ulang-ulang. Media papan tulis juga diguankan ketika dibutuhkan. d. Pembimbing/instruktur Instruktur/pembimbing adalah seseorang yang diberi tugas untuk membimbing atau menuntun, membantu klien untuk mencapai kesehatan mental spiritual yang paripurna. Pihak UPT telah menunjuk Bapak Muhtar sebagai instruktur pembimbing mental spiritual. Sesuai dengan peraturan gubernur jawa timur nomor 119 tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja unit pelaksana teknis dinas sosial provinsi jawaa timur. e. Klien sebagai penerima manfaat

Klien adalah pasien yang menempati UPT dengan ketentuan dansarat tertentu. Nama lain dari klien di UPT ini adalah kelayan, residen dan pasien. Intinya semua sama yaitu seseorang yang memerlukan bantuan secara mental, spiritual dan sosial supaya dapat kembali bersosialisasi laaknya manusia normal biasa. Dalam UPT ini klien dikategorikan menjadi 3. Yaitu kategori ringan, sedang dan berat. Untuk pengkategorian di dasarkan pada perilaku yang Nampak, dan setiap klien bisa beralih kategori dari berat kesedang atau dari sedang keringan, begitu sebaliknya. Untuk mengantisipasi pergantian kategori pada klien ini, UPT selalu mengecek kondisi klien, memeriksa klien seminggu sekali yang dilakukan oleh psikolog yang ada serta perawat yang siap sedia memberikan obat untuk menjaga kestabilan emosi klien. Pembimbing juga berperan aktif mendampingi rehabilitasi klien. Mulai dari pagi hingga pagi lagi. Proses pendampingan pembimbing pada klien seperti mengatur kegiatan sehari-hari klien diharapakan agar kegiatan berjalan dengan lancar. Klien yang sudah mampu menolong dirinya sendiri dan orang lain akan diberi tanggung jawab memimpin atau mengkondisikan kawannya yang emosinya masih labil dan belum mampu menolong diri sendiri. Untuk klien yang sudah sehat secara mental dan sosial, maka akan dipulangkan ke keluarganya, tetapi tidak menutup kemungkinan klien untuk tetap tinggal di UPT apabila klien tidak memiliki saudara dan sanak keluarga atau keluarganya tidak menghendaki kepulangannya. 3. Keefektivan Bimbingan Mental Spiritual

Hasil dari wawancara menyatakan 4 dari 5 klien yang kami gali datanya memberikan pemahaman pada peneliti. Apabila mengikuti bimbingan mental secara aktif kondisi mental spiritual klien berlahan-lahan akan mengalami peningkatan kesehatan yang signifikan. Hal ini di ukur dari kemampuan klien mengenali Tuhannya, mampu menolong dirinya dan mampu bersosialisasi dengan teman di sekitarnya.namun hal ini belum sepenuhnya jadi patokan kesembuhan klien. Tergantung dari tingkat keparahan gangguan jiwa klien tersebut. Kewajiban mengikuti bimbingan mental spiritual ini berlaku pada seluruh klien, namun pada prakteknya hanya klien dalam kategori ringan yang mengikuti kegiatan tersebut dan itupun tidak semua.