BAB IV ANALISIS TERHADAP TERAPI SUFISTIK PADA GANGGUAN PSIKOSIS. A. Efektifitas terapi sufistik pada penderita psikosis
|
|
- Sukarno Pranoto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV ANALISIS TERHADAP TERAPI SUFISTIK PADA GANGGUAN PSIKOSIS A. Efektifitas terapi sufistik pada penderita psikosis Terapi sufistik yang digunakan untuk pengobatan atau terapi penderita gangguan psikosis di panti rehabilitasi sakit jiwa "Nurussalam" ada beberapa macam dan ada cara tersendiri yang digunakan. Metode pengobatan atau penyembuhan gangguan penderita psikosis yang dilakukan di panti rehabilitasi sakit jiwa "Nurussalam" di Sayung-Demak merupakan suatu paket yang dilaksanakan secara intensif dan kontinyu dalam satu periode tertentu. Dimana metode ini melalui pendekatan Illahiyah yang terdiri dari Mandi taubat, membacakan ayat-ayat al-qur'an, penyucian jiwa dengan dzikir, do'a bersama, dan shalat berjama'ah. Proses pengobatan atau penyembuhan pada penderita gangguan psikosis dengan terapi sufistik yang dilakukan di panti rehabilitasi, adalah satu rangkaian yang semuanya harus dilakukan oleh semua pasien, dari terapi mandi taubat sampai shalat berjama'ah. 1. Mandi taubat. Terapi mandi taubat yang dilakukan di panti rehabilitasi sakit jiwa "Nurussalam" untuk penderita gangguan psikosis dilakukan dengan dua cara, yang pertama dengan cara menyemprotkan air dingin melalui selang dan air itu harus mempunyai tekanan agar memancar lebih kuat, proses pemandiannya dengan cara pasien di pegangi kepala, tangan dan kakinya agar pasien tidak lari, kemudian air selang yang bertekanan kuat disemprotkan pada pasien oleh terapis dimulai dari bagian belakang kepala naik ke atas sampai ubun-ubun di ulangi sampai tiga kali, cara ini di gunakan untuk menerapi pasien yang sudah 60
2 61 stadium lanjut atau pasien masih dalam keadaan parah dan ini berlangsung satu sampai dua minggu proses awal terapi. Maksud dari pemandian dengan cara menyemprotkan air selang yang mempunyai tekanan kuat dengan cara disemprotkan dibagian belakang kepala sampai pada ubun-ubun, itu juga sebagai tehnik pemijatan agar kalau ada gumpalan-gumpalan di kepala agar memperlancar peredaran darah diotak Yang kedua dengan cara berendam di kolam dengan menggunakan air dingin selama kurang lebih 1 jam untuk pasien yang sudah tidak begitu parah. Proses terapi ini berlangsung hingga pasien sudah menunjukkan gejala dan perilaku yang lebih baik atau normal. Untuk pasien yang sudah normal tidak diperlukan proses terapi dengan pemandian lagi. Untuk pasien yang masih awal terapi dimandikan tiap malam setelah itu kalau sudah lebih baik dilakukan seminggu sampai dua minggu sekali. Mandi adalah bagian dari bersuci yang dalam ilmu fiqih dikenal dengan istilah Thaharah. Bersuci di sini mengandung pengertian bahwa pasien gangguan psikosis harus suci. Singkatnya bersih lahir dan batin. Dasar teori digali dari al-qur'an Surat Al-Maidah ayat 6. Segala bentuk ibadah dalam Islam dilakukan dalam keadaan suci. Secara psikologis, bagianbagian tubuh yang dicuci mempunyai arti simbolik, dalam berwudlu mencuci muka, adalah bagian tubuh yang paling berperan dalam kehidupan sehari-hari sebagi pembawaan ekspresi jiwa, lengan adalah bagian ekspresi keinginan jiwa, kepada sebagian pencetus ide dan kaki sebagai salah satu pelaksana keinginan jiwa. Sementara arti psikodinamik terhadap pengubahan tingkah-laku yang akan selalu didasari dengan kesucian jiwa. 1 Mandi taubat secara psikologis, bagian-bagian tubuh yang dicuci mempunyai arti yang simbolik, dalam berwudlu mencuci muka, adalah bagian 1 Anang Syah, Pembinaan Inabah I Pondok Pesantren Suryalaya, (Bandung : Wahana Karya grafika, 2000), hlm.23
3 62 tubuh yang paling berperan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pembawaan ekspresi jiwa, lengan adalah bagian ekspresi keinginan jiwa, kepala sebagai pencetus ide dan kaki sebagai salah satu pelaksana keinginan jiwa. Sementara arti psikodinamik terhadap pengubahan tingkah-laku yang akan selalu didasari dengan kesucian jiwa. Bila ditinjau secara ilmiah, pada waktu malam hari kulit dan daging dalam keadaan mengendur dan syaraf-syaraf sedang tegang, kemudian diguyur dengan air dingin, maka kulit dan daging akan kembali pada posisi yang sebenarnya sehingga tubuh menjadi segar bugar. 2 Mandi taubat merupakan hal yang penting dalam proses penyadaran dan membersihkan kotoran dan najis yang menempel di tubuh dan jiwa, juga untuk memperlancar peredaraan darah di dalam tubuh. 2. Membacakan ayat-ayat Al-Qur'an Terapi dengan membacakan ayat-ayat al-qur'an yang dilakukan di panti rehabilitasi sakit jiwa "Nurussalam" itu hanya dibacakan ayat-ayat pilihan saja yang ada hubungannya dengan penyakit pasien. Pasien yang masih dalam proses terapi awal atau keadaannya masih parah setelah dimandikan pada tengah malam, pasien diterapi dengan dibacakan ayat-ayat suci al-qur'an. Pasien disuruh mendengarkan lantunan ayat suci al-qur'an yang dibacakan didekat telinga pasien oleh terapis, reaksi pasien saat mendengarkan lantunan ayat suci al-qur'an pertama mereka terdiam, lalu banyak dari mereka yang akhirnya menangis. Mereka menyadari akan dirinya dan keagungan Tuhan. Al-Qur'an adalah obat yang paling utama dalam kedokteran jiwa, santapan dan kenikmatan rohani, cahaya hati dan penerang kegelapan. al-qur'an juga merupakan suatu yang menggembirakan mata dan cahaya penglihatan, 2 Ibid, hlm.22
4 63 serta kesembuhan bagi tubuh dan jiwa. 3 Setiap huruf dari al-qur'an merupakan kesembuhan untuk berbagai penyakit jiwa dan penyakit fisik. Di dalamnya terkandung ketenangan, petunjuk, kesehatan dan keridhloan, asal disertai dengan keimanan terhadap Allah SWT. 3. Dzikir dan Do'a Terapi untuk penderita gangguan psikosis di panti rehabilitasi Nurussalam yang menggunakan metode terapi dzikir dan do'a, ini menjadi rutinitas yang setiap hari harus selalu dilakukan oleh semua pasien untuk kesembuhan pasien dari gangguan jiwa. Setiap hari sebagai kegiatan rutinitas semua pasien dikumpulkan jadi satu di ruangan khusus untuk dilakukan terapi membacakan ayat-ayat Qur'an, penyucian jiwa dengan dzikir dan do'a bersama. Proses terapi ini dilakukan pada waktu sore hari sehabis shalat ashar. Melalui dzikir, potensi spiritual manusia diwujudkan dan selanjutnya diaktualisasi pada setiap gerakan dan langkahnya. Dzikir yang dilakukan secara benar akan berimplikasi pada perilaku yang positif dan terhindar dari perilaku yang negatif. Jika hal ini dilakukan terus menerus dalam waktu yang lama, akan menjadi kekuatan yang luar biasa, yang akan membawa seseorang mencapai derajat kesehatan baik fisik maupun jiwa. Adapun terapi sufistik dengan media dzikir tidak sekedar berdasarkan pada upaya pemuasan jiwa dan penyibukannya pada segala macam kecenderungan dan keinginannya, tetapi juga memperhatikan upaya penjinakkan, penataan, penjagaan, dan pengawasan jiwa agar melangkah di jalan Allah SWT. Secara psikologis, akibat perbuatan "mengingat Allah" ini dalam kesadaran atau berkembanglah penghayatan akan kehadiran Tuhan Yang Maha 3 Muhammad Mahmud, Do'a sebagai Penyembuh, (Bandung : Al-Bayan, 1998), hlm. 95
5 64 Pemurah dan Maha pengasih, selain itu pelaksanaan dzikir yang dilakukan secara terus-menerus dengan sikap rendah hati dan secara lembut, halus, akan membawa dampak relaksasi dan ketenangan. Ditinjau dari kesehatan jiwa do'a dan dzikir dapat berfungsi sebagai pengobatan, pencegahan dan pembinaan. Perawatan kejiwaan dengan dzikir agar penderita dapat mengingat kembali pengalaman yang memudahkannya hidup dalam konflik, sehingga mereka akan menjadi sadar. Oleh karena itu proses menginggat sangat penting artinya bagi kesehaatan jiwa. Dengan proses mengingat penderita dapat mengenal dan memperbaiki dirinya serta mendapat ketenangan jiwa. 4 Dzikir dan do'a berhubungan dengan proses menggingat dan proses pengungkapan perasaan. Dengan berdzikir dan doa akan memperoleh ketenangan jiwa karena penderita sadar akan dirinya ingat kepada Allah, serta merasa Allah mengetaui, mendengar, dan memperhatikan do'anya mengingat Allah juga dapat membersikan pikiran dari bayang-bayang negatif yang akan menghantui diri manusia. Hal itu sangat efektif untuk terapi pada penderita gangguan psikosis dalam proses penyadaran. Dengan kondisi pasien yang terganggu jiwanya, dia tidak mampu berdo'a atau untuk mendo'akan dirinya, maka seorang terapis yang mendo'akan pasien dengan cara do'a bersama, semua pasien dikumpulkan dalam ruangan untuk sekedar mendengarkan dan menghayati do'a yang dilakukan oleh terapis untuk kesembuhan pasien. Mendo'akan pasien merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh terapis, karena do'a merupakan inti sebuah pengabdian yang bersih dan mulia. Kewajiban saling mendo'akan merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya Muhammad SAW. Maksud dan tujuan mendo'akan pasien agar Allah berkenan memberikan hidayah, kesembuhan dan keselamatan kepadanya sehingga pada akhirnya pasien dapat menjadi individu yang mandiri, berkepribadian yang 4 A.F. Jaelani, Penyucian Jiwa dan Kesehatan Mental, (Jakarta : Amzah, 2001), hlm. 109
6 65 agung dan bermental yang tangguh dalam menjalani hidup di dunia dan di akhirat. 4. Shalat Terapi shalat ini diperuntukkan untuk pasien yang taraf gangguannya sudah ringan, yang sudah mengenal diri dan lingkungannya, yang emosinya sudah terkendali. Di panti rehabilitasi sakit jiwa Nurussalam tersedia Musholla yang digunakan untuk kegiatan proses terapi shalat berjama'ah bagi pasien penderita gangguan psikosis. Shalat berjama'ah dilakukan bersama-sama dengan para santri pondok pesantren Hidayatul-Qur'an dan klien panti rehabilitasi Nurussalam. Pada waktu-waktu shalat wajib para pasien dengan sendirinya sudah terbiasa untuk mempersiapkan shalat berjama'ah di Musholla panti rehabilitasi sakit jiwa Nurussalam Shalat bisa menenangkan jiwa. keadaan yang tenang dan jiwa yang damai ditimbulkan shalat juga membantu melepaskan diri dari kegelisahan yang dikeluhkan oleh para pasien jiwa. Keadaan tenang dan jiwa damai yang ditimbulkan shalat biasanya tetap berlangsung untuk beberapa lama setelah shalat selesai. Pada saat seseorang sedang shalat, maka seluruh alam pikiran dan perasaannya terlepas dari semua urusan dunia yang membuat dirinya stres atau mengalami berbagai gangguan kejiwaan. Sesaat jiwanya tenang, ada kedamaian dalam hatinya (peace in main). Hal ini sejalan dengan pendapat para pakar stres, yang menganjurkan orang agar menjalankan shalat dengan menghayati dan mengamalkannya. 5 5 Dadang Hawari, Al-Qur'an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Jakarta: Dana Bakti Primayasa, 1996), hlm. 445
7 66 Dari sudut kesehatan jiwa shalat merupakan pemenuhan salah satu kebutuhan dasar spiritual manusia (basic spiritual needs) yang penting bagi ketahanan spiritual menghadapi berbagai gangguan kejiwaan. Setidaknya ada empat aspek terapeutik yang terdapat pada aktifitas shalat, yakni aspek olah raga, meditasi, auto sugesti dan aspek kebersamaan. Keadaan yang tenang dan jiwa yang damai ditimbulkan shalat juga membantu melepaskan diri dari kegelisahan yang dikeluhkan oleh para pasien gangguan jiwa. Keadaan tenang dan jiwa damai yang ditimbulkan shalat biasanya tetap berlangsung untuk beberapa lama setelah shalat selesai. Untuk menjalankan shalat berjama'ah memiliki kesempatan untuk mengenal orang lain dan untuk silaturahim. Hubungan yang demikian ini akan membantu seseorang mengembangkan kepribadian dan kematangan emosionalnya. Ketika mendirikan shalat berarti sedang menuju ke pintu Allah. Shalat diibaratkan sebagai suatu perjalanan ruhani, karena semua gerak-gerik didalam shalat dikontrol oleh niat yang dilafalkan ketika memulai shalat. Kelima proses terapi tersebut yaitu terapi mandi taubat, terapi al-qur'an, dzikir, do'a dan shalat harus dilakukan sampai pasien sembuh dan oleh karena itu setiap proses penyembuhan membutuhkan kesabaran dan ketawakalan dan tidak melupakan mujahaddah (kesungguhan dan semangat yang tinggi). Terapi sufistik khususnya memiliki tujuan untuk mengobati dan mencegah gangguan kejiwaan yang menyebabkan penyimpangan emosi, mental, moral dan gangguan alam pikiran dan sikap hidup serta meminimalisir seseorang melakukan penyimpangan dari nilai-nilai Islam yang dapat mengakibatkan ketenangan dan ketidakstabilan dan juga menguatkan kondisi kejiwaan yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran tasawuf sehingga akan mengakibatkan ketenangan. Secara umum terapi sufistik bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pasien, baik emosi, mental, perilaku dan pemahaman diri dan perubahan
8 67 tingkah laku. Maka terapi sufistik secara umum bertujuan mengeksploitasi diri dan memahami diri sebagai makhluk berkepribadian, sebagai makhluk bersosial dan sebagai makhluk yang menghambakan diri kepada Allah sehingga akan terjadi perubahan tingkah laku yakni kondisi psikis yang tercermin dalam sikap yang sehat dan dinamis menuju kepada kebahagian, ketentraman dan ketenangan jiwa. Tujuan ini akan mengantarkan pada keseimbangan diri dan lingkungan sesuai dengan fitrah kemanusiaannya. Akan membawa pasien kepada penyembuhan. Sehingga pasien dalam keadaan lingkungan yang bagaimanapun kesiapan diri dan kejiwaan yang telah mencapai kesembuhan dengan nilai-nilai agama tidak akan terpengaruhi dan mengalami goncangan jiwa. Metode terapi sufistik sebagaimana melalui tafakur terhadap Allah SWT. Dengan lidah dan hati. Dzikir kepada Allah dapat mengenyahkan berbagai bisikan, kewaswasan, kekhawatiran yang ada dalam jiwa dan menggantinya dengan ketenangan, kerelaan, rasa cinta dan aman. Cara ideal ini dapat membawa jiwa yang sakit mempunyai rasa percaya diri. Ia tidak berfikir tentang berbagai penyakit dan aib pada dirinya. Pasien menghadap dengan sepenuh hati kepada Allah sehingga pasien menjadikan dirinya dalam keakraban bersama-nya. Maka tentramlah hatinya. Keadaan spiritual merupakan upaya pencegahan dan pengobatan yang sangat efektif dalam menanggulangi berbagai gangguang kejiwaan. Menurut hemat penulis, keadaan spiritual menjamin kestabilan dan keutuhan jiwa, dan juga menganggapnya dari sebagian kesempurnaan jiwa, dan sangat mendorong dalam proses terapi untuk penderita gangguan psikosis. Keadaan spiritual tersebut adalah jalan yang sangat tepat untuk menerapi berbagai gangguan kejiwaan, membersihkan segala kerendahan dan menghiasi keduanya dengan kebaikan.
9 68 B. Faktor Pendukung dan penghambat pelaksanaan terapi sufistik pada penderita psikosis di panti rehabilitasi sakit jiwa "Nurussalam" di Sayung- Demak Panti rehabilitasi sakit jiwa "Nurussalam" akan selau membantu orangorang yang menderita gangguan psikosis dengan menggunakan metode terapi sufistik yang syarat dengan nilai-nilai ajaran agama Islam yang bersumber dari al- Qur'an dan as-sunnah. Dengan demikian solusi yang ditawarkan lebih cenderung bersifat religius spiritual, yakni tasawuf sebagai terapi untuk penderita gangguan psikosis. Yang dalam pelaksanaannya selalu ada faktor pendukung dan faktor penghambat. 1. Faktor Pendukung Media merupakan penunjang dalam pelaksanaan proses terapi, tanpa media mustahil proses terapi tersebut dapat terlaksana dengan baik dan dapat dikatakan bahwa media merupakan unsur terpenting dalam pencapaian tujuan. Untuk membantu proses terapi harus adanya terapis yang berkompeten, yang selalu siap menerapi pasien gangguan psikosis. Harus ada keyakinan yang kuat dari seorang terapis untuk membantu menyembuhkan penderita gangguan psikosis, adanya kerja sama antara terapis dan pasien, adanya keinginan dari pasien untuk sembuh, suasana kebersamaan dengan penuh kasih sayang dan kekeluargaan, adanya dukungan dari keluarga pasien, sangat membantu dalam kelancaran proses penyembuhan. Keadaan yang aman dan nyaman sangat membantu dalam proses terapi juga berbagai sarana dan prasarana yang sudah dipersiapkan dalam proses terapi yang antara lain: asrama, tempat pemandian, aula atau ruangan terapi, mushola dan kantor.
10 69 2. Faktor Penghambat Namun semua aktifitas itu tidak terlepas dari hambatan dan kesulitan, begitu pula dalam proses terapi untuk penderita gangguan psikosis di panti rehabilitasi sakit jiwa "Nurussalam" di Sayung-Demak. Pasien yang susah untuk dikendalikan atau yang belum kooperatif yang masih sulit untuk didekati, sudah pada stadium lanjut sulit untuk diatur sering mengamuk dan bertindak semauanya sendiri. Kurangnya tenaga terapis yang profesional, artinya yang bertindak sebagai terapis hanya salah seorang saja lainnya hanya sekedar membantu Kurangnya sumber dana dan dukungan dari masyarakat sekitar dan masih kurangnya sarana dan prasarana yang bisa membantu untuk kemajuan proses terapi sufistik di panti rehabilitasi sakit jiwa "Nurussalam" di Sayung- Demak. Jadi dalam pelaksanaan proses terapi untuk penderita gangguan psikosis, perlu adanya hubungan timbal balik antara terapis dan pasien, diperlukan keyakinan, kesabaran dan kasih sayang yang akan juga membantu proses penyadaran pasien gangguan psikosis, perawatannya juga lebih intensif.
BAB IV ANALISIS TERHADAP TERAPI RUQYAH PADA PENDERITA GANGGUAN JIN
BAB IV ANALISIS TERHADAP TERAPI RUQYAH PADA PENDERITA GANGGUAN JIN A. Efektifitas Terapi Ruqyah Gangguan Jin Terhadap Kesehatan Jiwa Jama ah Qolbun Salim Banyaknya penyakit yang dialami oleh manusia dengan
Lebih terperinciBAB IV PENGARUH AKTIFITAS SHALAT TAHAJJUD TERHADAP KESEHATAN MENTAL LANSIA DI PANTI WREDHA PUCANG GADING SEMARANG
62 BAB IV PENGARUH AKTIFITAS SHALAT TAHAJJUD TERHADAP KESEHATAN MENTAL LANSIA DI PANTI WREDHA PUCANG GADING SEMARANG A. Aktifitas Shalat Tahajjud Para Lansia di Panti Wredha Pucang Gading Semarang Aktifitas
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM
BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM BAGI PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG Fisik dan psikis adalah satu
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. metode kualitatif dengan pendekatan metode study kasus yang menyajikan
135 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Terdapat banyak kesimpulan yang dapat dikerucutkan dalam penelitian yang telah dilakukan peneliti. Penelitian ini dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mellyarti Syarif. Pelayanan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Terhadap Pasien. Disertasi. Kementrian Agama RI. Jakarta hlm.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sebuah hal yang sangat mahal harganya. Banyak orang yang sangat berharap untuk senantiasa hidup bahagia dan sehat sejahtera. Namun terkadang kita
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS A. Analisis Pelaksanaan Metode SEFT Total Solution dalam Menangani Trauma Remaja Korban Perkosaan
100 BAB IV ANALISIS A. Analisis Pelaksanaan Metode SEFT Total Solution dalam Menangani Trauma Remaja Korban Perkosaan Hasil yang dapat diketahui dari pelaksanaan metode SEFT Total Solution dalam menangani
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam bagi eks penderita psikotik di Unit Rehabilitasi Sosial Bina Sejahtera Kendal I
128 BAB IV ANALISIS A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam bagi eks penderita psikotik di Unit Rehabilitasi Sosial Bina Sejahtera Kendal I Hasil yang dapat diketahui bahwa yang dimaksud penyandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan zaman pada masa modern ini banyak sekali
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman pada masa modern ini banyak sekali tontonan baik dimedia massa ataupun dalam kehidupan nyata yang telah menghancurkan tatanan kejiwaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. emosional yang besar pada setiap wanita yang normal, juga pada kedua orang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehamilan dan kelahiran bayi itu pada umumnya memberikan arti emosional yang besar pada setiap wanita yang normal, juga pada kedua orang tua bayi. Wanita-wanita hamil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an adalah kalam Allah yang bersifat mu jizat, diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul dengan perantaraan malaikat Jibril, diriwayatkan kepada kita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Shalat merupakan salah satu ibadah yang diwujudkan dengan perbuatan-perbuatan yang disertai dengan ucapan-ucapan dan do a sebagai upaya untuk mendekatkan diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan pemenuhan kebutuhan dasar yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan ahkirat. manusia dengan berbagai dimensi kemanusiaannya, potensinya, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Makluk Allah yang paling sempurna adalah Manusia. Karena manusia diberi kelebihan berupa akal dan fikiran agar dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di pesantren. Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan agama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Santri merupakan sebutan bagi para siswa yang belajar mendalami agama di pesantren. Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan agama islam yang bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami (Teori dan Praktik), Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2013, hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Manusia dalam menjalani kehidupan pasti akan dihadapkan dengan cobaan untuk mengetahui sebagaimana usaha lahir dan batin seseorang ketika dihadapkan pada ujian,
Lebih terperinciMENGHAYATI PERAN ISTRI
MENGHAYATI PERAN ISTRI Perhiasan yang paling indah Bagi seorang abdi Allah Itulah ia wanita shalehah Ia menghiasi dunia.. --------------------------------------------------------------------- Ada yang
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI MODEL BIMBINGAN DAN PSIKOTERAPI ISLAM BAGI GELANDANGAN NEUROSIS DI PANTI REHABILITASI CACAT MENTAL DAN SAKIT JIWA NURUSSALAM
BAB IV IMPLEMENTASI MODEL BIMBINGAN DAN PSIKOTERAPI ISLAM BAGI GELANDANGAN NEUROSIS DI PANTI REHABILITASI CACAT MENTAL DAN SAKIT JIWA NURUSSALAM 4.1 Pelaksanaan Bimbingan dan Psikoterapi Islam Bagi Gelandangan
Lebih terperinciSesungguhnya dengan dzikir tenteramlah segala qolbu. (Al-Ra du: 28). 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi sebagian masyarakat Desa Morodemak mengalami krisis jiwa (mental) timbul sebagai akibat dari terhalangnya seseorang dari segala sesuatu yang diinginkannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah salah satu mahluk Allah yang paling sempurna, baik dari aspek jasmani (fisik) lebih-lebih rohaniahnya (spiritual). Aspek jasmani dapat di lihat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI LEMBAGA REHABILITASI YAYASAN JAWOR KOTA SEMARANG
BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI LEMBAGA REHABILITASI YAYASAN JAWOR KOTA SEMARANG 4.1. Analisis Dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga Terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikaji, pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pentingnya hidup beragama (Daradjat, 1990 : 35).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Motivasi beragama anak merupakan masalah yang menarik untuk dikaji, pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan yang dilaluinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas manusia, maka jelaslah bahwa manusia yang enggan bekerja, malas, dan tidak mau mendayagunakan seluruh
Lebih terperinciBAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan
BAB III PENYAJIAN DATA Pada bab III ini merupakan data yang disajikan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan, sampai saat ini sebagian besar orang menganggap bahwa semua pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan
Lebih terperinciEn-Publishing Refleksi-refleksi mengenai Rumah Sakit. Perenungan buat dokter, perawat, pasien, keluarga
En-Publishing Refleksi-refleksi mengenai Rumah Sakit Perenungan buat dokter, perawat, pasien, keluarga Jeffrey Lim Puisi dibuat oleh Sdr. Jeffrey Lim TOC Daftar Isi I..Pendahuluan : Rumah sakit itu tempat
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Pemikiran Abah Anom dalam kitab Miftahus Shudur merupakan ajaran dan
102 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian pembahasan bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan dari Skripsi ini adalah: 1. Pemikiran Abah Anom dalam kitab Miftahus Shudur merupakan ajaran dan amalan yang diajarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mendirikan shalat merupakan suatu ibadah yang wajib dilakukan bagi seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada manusia tersebut,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS MASALAH. dirasakan sebagai suatu gangguan dalam jalan kehidupan sehari-hari. Oleh
BAB IV ANALISIS MASALAH Setiap penyakit betapapun kondisinya baik ringan maupun berat seperti flu, sakit kepala, kepala pusing, hipertasi, paru-paru, jantung dan sebagainya dirasakan sebagai suatu gangguan
Lebih terperinciPENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI
Nama Siswa : Kelas : MODUL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI Kode Modul : PAI&BP 7/4/2014 Tema : Semua Bersih, Hidup Jadi Nyaman Kelas : VII ( Tujuh ) Waktu : 3 JTM DISUSUN OLEH DEDI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara filosofis, ibadah dalam Islam tidak semata-mata bertujuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara filosofis, ibadah dalam Islam tidak semata-mata bertujuan untuk menyembah Allah. Sebab, disembah maupun tidak disembah Allah tetaplah Allah. Esensi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
110 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini secara garis besar menunjukkan bahwa: Pondok Pesantren merupakan sebuah lembaga dakwah Islam, yaitu lembaga yang kegiatannya bertujuan mengajak manusia kepada
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. 1. Perencanaan pembelajaran PAI dalam meningkatkan kesadaran. meningkatkan kesadaran beribadah siswa di ke dua SMP tersebut yaitu
BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Temuan Penelitian 1. Perencanaan pembelajaran PAI dalam meningkatkan kesadaran beribadah siswa Perencanaan yang dilakukan guru Pendidikan agama Islam dalam meningkatkan kesadaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan masyarakatnya. Kondisi masyarakat yang sehat dan cerdas akan. tantangan global di masa kini dan di masa yang akan datang.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa diantaranya sangat dipengaruhi oleh kondisi dan kemampuan masyarakatnya. Kondisi masyarakat yang sehat dan cerdas akan menjadi modal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Qur an sendiri menganjurkan supaya manusia memperdalam berbagai bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, kehidupan umat manusia mengalami perubahan yang sangat pesat. Perubahan ini tidak hanya berdampak positif pada ranah kehidupan
Lebih terperinciPERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH ANTARA JAMA AH HALAQOH SHALAT KHUSYUK DAN BUKAN JAMA AH HALAQOH SHALAT KHUSYUK DI SURAKARTA SKRIPSI
PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH ANTARA JAMA AH HALAQOH SHALAT KHUSYUK DAN BUKAN JAMA AH HALAQOH SHALAT KHUSYUK DI SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana
Lebih terperinciA. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Shalat termasuk ibadah yang paling esensial dalam agama Islam. Sejak seorang telah mencapai pubertas, baik lakilaki maupun perempuan mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Program Bimbingan Keagamaan Islam dalam Coping Stress Narapidana
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Program Bimbingan Keagamaan Islam dalam Coping Stress Narapidana 4.1.1. Fashalatan Tingkat fashalatan ini mengajarkan kepada narapidana tata cara shalat yang
Lebih terperinciMODEL BIMBINGAN DAN PSIKOTERAPI ISLAM BAGI GELANDANGAN NEUROSIS
MODEL BIMBINGAN DAN PSIKOTERAPI ISLAM BAGI GELANDANGAN NEUROSIS (Studi Kasus di Panti Rehabilitasi Cacat Mental dan Sakit Jiwa Nurussalam Sayung Demak) SKRIPSI untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS MASALAH. dilaksanakan pemberian bimbingan rohani kepada pasien, sebab pasien yang
90 BAB IV ANALISIS MASALAH Dalam memberikan layanan kesehatan di rumah sakit Islam perlu dilaksanakan pemberian bimbingan rohani kepada pasien, sebab pasien yang menderita sakit fisik tidak terlepas dari
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam
204 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam perspektif pendidikan Islam adalah aktualisasi
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. mampu bersosialisasi dengan sehat di lingkungan masyarakatnya.
BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan hasil penelitian Pembahasan penelitian ini memaparkan tentang hasil penelitian model bimbingan mental spiritual di UPT rehabilitasi eks psikotik Kediri. Pembahasan ini akan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN
BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN A. Analisis Tujuan Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Nelayan di Desa Pecakaran Kec. Wonokerto.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
117 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab terakhir ini berisikan uraian kesimpulan penelitian yang telah dilakukan. Selain itu diajukan beberapa rekomendasi yang telah berpedoman pada hasil penelitian untuk
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Objective Structured Clinical Examination (OSCE) Uji Kompetensi
BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan seluruh responden merasakan bahwa Objective Structured Clinical Examination (OSCE) Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ruhani serta bersifat unik karena memiliki berbagai macam kebutuhan sesuai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk biologi, psikologi, dan spiritual yang utuh, dalam arti bahwa manusia merupakan satu kesatuan dari aspek jasmani dan ruhani serta bersifat unik
Lebih terperinciOLAH RAGA DALAM PANDANGAN ULAMA. Abdullah Al-Baatil
OLAH RAGA DALAM PANDANGAN ULAMA Abdullah Al-Baatil Syekh Abdurrahman As Sa di Rahimahullah menulis dalam kitabnya yang indah: Ar-Riyad hah An-Nadhirah pada bab ke-27 tentang olahraga yaitu latihan dan
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI
JURNAL EDU HEALTH, VOL. 1, N0. 1, SEPTEMBER 2010 33 HUBUNGAN TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI Kurniawati, Utomo Heri S, Abstrak Operasi merupakan tindakan medik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan, bukan hanya terjadi ketika seseorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Religius (religiosity) merupakan ekspresi spiritual seseorang yang berkaitan dengan sistem keyakinan, nilai, hukum yang berlaku. Religiusitas diwujudkan dalam
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. santri di Pondok Pesantren Al-Itqon Kota Semarang merupakan pendapat
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian Data intensitas mengikuti Kajian Kitab Al-Hikam dan kontrol diri santri di Pondok Pesantren Al-Itqon Kota Semarang merupakan pendapat
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan cognitive
121 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka di sini peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan cognitive
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. yang telah dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Masalah 1 Terdapat banyak kesimpulan yang dapat dikerucutkan dalam penelitian ini yang telah dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Ia dan alam semesta terjadi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Ia dan alam semesta terjadi bukan karena sendirinya, tetapi ciptaan Allah SWT. Allah menciptakan manusia untuk mengabdi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG
BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG A. Analisis Pembinaan Mental Keagamaan Siswa di SMP N 2 Warungasem Batang Pembinaan mental keagamaan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PEMBIASAAN BERIBADAH SHOLAT BERJAMA AH DALAM MEMBINA PERILAKU KEAGAMAAN SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PEKALONGAN
BAB IV ANALISIS PEMBIASAAN BERIBADAH SHOLAT BERJAMA AH DALAM MEMBINA PERILAKU KEAGAMAAN SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PEKALONGAN Analisis hasil dari penelitian ini didapat dari data bab II dan III
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2001), hlm. 42. Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya memiliki dua kedudukan dalam hidup yaitu sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial. Sebagai makhluk pribadi, manusia mempunyai beberapa tujuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAAN. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta, 2001, hal. 13. hal. 69.
BAB I PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna, baik dari aspek jasmaniyah lebih-lebih rohaniyahnya. Karena kesempurnaannya dapat memahami, mengenal secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan, sampai saat ini sebagian besar orang menganggap bahwa semua pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1. Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas 1.1 Definisi Spiritualitas 1.2 Karakteristik Spiritualitas 1.3
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TENTANG PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG
BAB IV ANALISIS TENTANG PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG A. Analisis Pembinaan Mental Keagamaan Siswa di SMP N 2 Warungasem Batang Pembinaan mental keagamaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Andi Mappiare, Psikologi Remaja (Surabaya: Usaha Nasional 1982), h. 45
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah remaja sangatlah kompleks dari masalah-masalah yang kecil sampai permasalahan yang besar. Sebagaimana halnya dengan masyarakat secara umum remaja ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk membina keluarga yang bahagia maka semua anggota keluarga harus menunaikan hak dan kewajiban. Hak harus di terima sedang kewajiban harus ditunaikan. Jika ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, namun pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Banyak orang meyakini bahwa orang yang cerdas adalah orang yang memiliki kemampuan Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, namun pada kenyataannya, tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak sekali macam-macam shalat yang diperintakan oleh Allah SWT melalui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Shalat merupakan rukun Islam yang ke dua dari perintah ajaran Islam dan salah satu kewajiban seorang muslim untuk mengerjakan sebagai amalan ibadah, banyak sekali macam-macam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan keadaan dimana kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang lengkap, tidak hanya bebas dari penyakit dan kecacatan (WHO, 2005). Kesehatan terdiri
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian ini dapatlah disimpulkan bahwa penalaran dan kontekstualisasi ibadah
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Pada bagian ini dapatlah disimpulkan bahwa penalaran dan kontekstualisasi ibadah shalat dalam membina kepribadian siswa di SMA merupakan program yang dirancang sebagai
Lebih terperinciRENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI
PENGARUH TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK PENYALURAN ENERGI (OLAHRAGA) TERHADAP ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI PUSKESMAS REJOSO KEDIRI RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI JUDUL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. hidup dengan optimal tanpa memiliki emosi, karena emosi merupakan salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk yang memiliki emosi dan rasa. Hidup manusia diwarnai dengan emosi dan berbagai macam perasaan. Manusia sulit menikmati hidup dengan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL
71 BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL Sekolah merupakan institusi yang bertanggung jawab terhadap
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa kesimpulan sebagai 1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Pengaruh Disiplin Shalat Fardlu terhadap Kecerdasan Spiritual Santri di Pondok Pesantren Salafiyah Darussolihin. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel
Lebih terperinci= DAILY MOTIVATION SKILL = disampaikan oleh
= DAILY MOTIVATION SKILL = disampaikan oleh Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang Ini bukan pelajaran Agama Yang disampaikan ini sifatnya Universal, di semua Agama ada Menggunakan kaidah Agama
Lebih terperinciSKRIPSI. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI)
PENDAPAT M. YUNAN NASUTION TENTANG KEKUATAN DOA TERHADAP PERKEMBANGAN ROHANIAH DALAM BUKU PEGANGAN HIDUP (ANALISIS MATERI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM) SKRIPSI untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lansia merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lansia merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang yaitu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang
BAB II TINJAUAN TEORI A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu pendidikan seharusnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu masalah besar di negeri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu masalah besar di negeri ini. Pasalnya, angka kematian ini menunjukkan gambaran derajat kesehatan di suatu wilayah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM TERHADAP PENANGANAN ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI PPT SERUNI KOTA SEMARANG
BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM TERHADAP PENANGANAN ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI PPT SERUNI KOTA SEMARANG A. Analisis Pelaksanaan Penanganan anak Korban kekerasan seksual di PPT SERUNI
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng
BAB IV ANALISIS DATA A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng Klingsingan Surabaya Faktor penyebab klien terkena epilepsi terjadi karena faktor eksternal. Yaitu faktor yang terjadi bukan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENANGANAN KLEPTOMANIA DENGAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM. Dalam kehidupan, yang namanya masalah besar maupun kecil harus di
BAB IV ANALISIS PENANGANAN KLEPTOMANIA DENGAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM Dalam kehidupan, yang namanya masalah besar maupun kecil harus di selesaikan, sebab setiap permasalahan akan berdampak pada psikis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ayat di atas bermakna bahwa setiap manusia yang tunduk kepada Allah
BAB I PENDAHULUAN Dalam Firman-Nya Al-Qalam ayat 43 : A. Latar Belakang Masalah (dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi mereka diliputi kehidupan. Dan sesungguhnya mereka dahulu (di dunia)
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2017 hingga 5 Maret 2017 di Panti Wreda Pengayoman Semarang. Adapun rincian pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya manusia adalah makhluk yang dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, namun dengan demikian ia telah mempunyai potensi bawaan yang bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan zaman yang semakin meningkat, semakin meningkat pula problematika hidup yang dihadapi manusia. Menurut Tarsono dalam Bukhori (2007:2)
Lebih terperinciAl-Wadud Yang Maha Mencintai Hamba-Hamba-Nya Yang Shaleh
Al-Wadud Yang Maha Mencintai Hamba-Hamba-Nya Yang Shaleh Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:???????????????????????????????????:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.??????????????????????????:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TENTANG PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI MADRASAH IBTIDAIYAH TERPADU (MIT) NURUL ISLAM RINGINWOK NGALIYAN SEMARANG
BAB IV ANALISIS TENTANG PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI MADRASAH IBTIDAIYAH TERPADU (MIT) NURUL ISLAM RINGINWOK NGALIYAN SEMARANG A. Analisis Tujuan Pendidikan Kecerdasan Spiritual Segala macam usaha
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Keharmonisan Pada Pasangan Menikah Yang Belum Mempunyai Keturunan. Keluarga harmonis merupakan keluarga yang penuh dengan ketenangan, ketentraman, kasih sayang, keturunan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG
77 BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG A. Analisis Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesempurnaan iman seorang muslim terhadap Al-Qur an adalah meyakini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ummat Islam tentu yakin dan mengimani keagungan Al-Qur an sebagai pedoman dan penunjuk jalan kehidupannya. Salah satu dari kesempurnaan iman seorang muslim terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Anak merupakan salah satu sumber kebahagiaan bagi orang tua. Kehadiran seorang anak membuat hidup seseorang menjadi lebih indah. Anak membawa karunia berupa rizki,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA TENTANG TOLONG MENOLONG SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAARUN NAJAAH JERAKAH TUGU SEMARANG
BAB IV ANALISIS DATA TENTANG TOLONG MENOLONG SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAARUN NAJAAH JERAKAH TUGU SEMARANG A. Analisis tolong menolong santri dalam aspek kebersihan. Setelah dipaparkan data hasil penelitian
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data Tentang Faktor Yang Mempengaruhi Hadrah Dalam. 1) Pola-pola Kontrol Terhadap Emosi
77 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Data Tentang Faktor Yang Mempengaruhi Hadrah Dalam Mengontrol Emosi Dalam menganalisa data mengenai hadarah sebagai instrumen bimbingan konseling islam dalam mengatasi
Lebih terperinciTidak Ada Ajahn Chan. Kelahiran dan Kematian
Tidak Ada Ajahn Chan Kelahiran dan Kematian Latihan yang baik adalah bertanya kepada diri Anda sendiri dengan sungguh-sungguh, "Mengapa saya dilahirkan?" Tanyakan diri Anda sendiri dengan pertanyaan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa di sekolah. Istilah belajar sebenarnya telah dikenal oleh masyarakat umum, namun barangkali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan merupakan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan merupakan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari yang biasa terjadi pada setiap orang. Umumnya, kita menggunakan istilah gugup, tegang, dan gelisah
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Proses Konseling Tawakal Untuk Meningkatkan Motivasi Hidup
BAB IV ANALISA DATA Setelah menyajikan data hasil lapangan dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi maka peneliti melakukan analisis data. Analisis data ini dilakukan untuk memperoleh suatu hasil
Lebih terperinci