BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Gilang Angga Gumelar, 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING ANAK LOW VISION SEKOLAH DASAR KELAS IV DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Juanita Sari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pengklasifikasian anak itu sudah dibagi dengan jelas. Untuk anak yang

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

Tahap awal. Tahap proses pelaksnaan. Tahap akhir pelaporan

LAPORAN OBSERVASI SLB-A-YKAB SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak diantaranya adalah guru dan siswa. Pembelajaran adalah pembelajaran yang

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII SMPLB DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

BAB 1 PENDAHULUAN. tiap tahunnya, hal ini ditandai dengan prestasi anak bangsa yang sudah mampu

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan masing-masing perbedaan, baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 40 tahun yang lalu, bangsa-bangsa di dunia, melalui Deklarasi

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu memikul beban tugas dan tanggung jawab serta berpartisipasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Para pendidik mempunyai tanggung jawab besar untuk membantu siswa

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga formal yang memiliki tugas,

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani (Penjas) merupakan salah satu mata pelajaran yang harus

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Galih Wiguna, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita kategori ringan membutuhkan pendidikan sebagaimana anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. Namun terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Musik merupakan bahasa yang universal karena musik mampu dimengerti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ita Witasari, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rahayu Yulistia, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Hani Widiyanty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. Semua individu berhak mendapatkan pendidikan. Hal tersebut sesuai

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia

2015 PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PADUAN SUARA DI SMPN 1 BANTARUJEG KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik. Anak Berkebutuhan Khusus dibagi ke dalam dua kelompok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang

2016 MINAT SISWA PENYANDANG TUNANETRA UNTUK BERKARIR SEBAGAI ATLET

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsi motorik, afektif maupun kognitifnya. Orang-orang yang fungsi. kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap individu telah diatur di dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dini Herdiani, 2014 Pembelajran Terpadu dalam Kurikulum 2013 di Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung

BAB I PENDAHULUAN. dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, moral,

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasannya jauh dibawah rata rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Maosul, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

I. PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan bagian dari anak berkebutuhan khusus, anak

BAB I PENDAHULUAN. yang beralamat di Jl. Rajekwesi 59-A Perak Bojonegoro. Di SLB-B Putra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Nurhayati, 2013

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Bagaimana? Apa? Mengapa?

BAB I PENDAHULUAN. menikmati keindahan, mengapresiasi, dan mengungkapkan perasaan keindahan

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2014 MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Proses pendidikan dapat berlangsung dalam berbagai lingkungan, baik lembaga formal maupun lembaga informal. Pendidikan di sekolah mengarahkan belajar anak supaya memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang semuanya menunjang pada perkembangan siswa, baik siswa normal maupun siswa berkebutuhan khusus. Berdasarkan hal tersebut sangat jelas sekali bahwa setiap peserta didik memiliki kesempatan dan hak yang sama dalam memperoleh pendidikan khususnya siswa berkebutuhan khusus dalam hal ini siswa tunanetra. seperti yang diungkapan Efendi (2005:1) yaitu sebagai berikut : Amanat hak atas pendidikan bagi penyandang kelainan atau ketunaan ditetapkan dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 disebutkan bahwa : Pendidikan khusus (pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial. Ketetapan dalam Undang- Undang No. 20 Tahun 2003 tersebut bagi anak penyandang kelainan sangat berarti karena memberi landasan yang kuat bahwa anak berkelainan perlu memperoleh kesempatan yang sama sebagaimana yang diberikan kepada anak normal dalam hal pendidikan dan pengajaran. Paparan di atas mempertegas bahwa setiap anak berkebutuhan khusus berhak mendapatkan kesempatan yang sama dalam menerima pendidikan dan pengajaran untuk mengembangkan potensinya, meskipun setiap anak berkelainan memiliki kekurangan yang merupakan suatu kendala yang sulit dipecahkan oleh setiap pengajar, karena setiap anak memiliki karakter dan jenis kecacatan yang berbeda. Kelainan secara fisik maupun mental merupakan suatu kendala yang sangat berpengaruh terhadap materi pembelajaran, pemilihanya harus khusus agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan di sekolah tergantung pada guru sebagai pendidik, penguasaan materi pembelajaran yang diajarkan dan yang paling terpenting setelah guru menguasai

2 materi sebagai bahan ajar strategi pembelajaran yang tepat menjadi salah satu aspek yang penting agar siswa paham akan pembelajaran yang diberikan. Selain itu, penguasaan dan pemahaman lingkungan serta karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus baik fisik maupun mental diperlukan bagi seorang pendidik, agar dalam proses pembelajaranya dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini, ketunaan yang dijadikan penelitian adalah siswa yang memiliki gangguan penglihatanya yang disebut tunanetra. Menurut Komalasari H (2014, hlm 4) Anggapan siswa khususnya tunanetra sulit diajari menari dapat diatasi dengan melakukan inovasi tentang strategi pembelajaran yang berorientasi pada kondisi dan kebutuhan siswa. Berdasarkan pendapat di atas meskipun tunanetra memiliki keterbatasan dalam melihat dan hanya mengandalkan modalitas pendengaran dan perabaan saja tidak memungkiri siswa tunanetra mampu untuk diajarkan pembelajaran seni tari yang berorientasi pada kebutuhan dan kemampuan siswa tunanetra dalam bergerak, peneliti beranggapan bahwa siswa tunanetra sebenarnya dapat diajarkan menari dengan memanfaatkan modalitas pendengaran mereka. Sehingga pada penelitian ini peneliti menggunakan metode berbasis media audio. Tunanetra terdiri dari dua jenis yaitu Low Vision ( lemah penglihatan) dan Total Vision ( buta total). Tunanetra memiliki kekurangan dalam mendapatkan informasi secara bentuk yang jelas, sehingga mengakibatkan kurang percaya diri dalam melakukan sesuatu. Hanya dengan menggunakan pendengaranya sebagai sumber informasi dalam berkomunikasi, sehingga dengan demikian psikomotornya kurang terlatih. Oleh sebab itu, dalam pendidikan memerlukan kesabaran dan kejelian dalam proses pembelajaranya. Permasalahan yang ditemukan dalam proses observasi awal oleh peneliti pada tanggal 12 Agustus 2014 adalah pembelajaran tari tidak diajarkan di SLB tersebut karena minimnya pengetahuan seorang guru akan pengetahuan cara pengajaran tari yang baik bagi siswa tunanetra atau kurangnya pengetahuan guru tersebut tentang strategi pembelajaran yang tepat bagi pembelajaran tari untuk siswa tunanetra dan guru ketakutan mengajarkan tari melihat kapasitas kemampuan gerak siswa tunanetra terbatas. Selain itu, minimnya tenaga pengajar

3 yang ada di SLB tersebut terutama guru seni budaya yang bisa mengajarkan tari sehingga membuat pihak sekolah mentiadakan pengajaran tari di sekolah tersebut. Namun, pada dasarnya anggapan tersebut dapat berubah apabila diberikan pelatihan dalam proses pembelajaran yang dapat membantu perkembangan fisik maupun mental (Delphi, 2006:6). Mereka dapat melakukan gerak sesuai dengan kemampuan dan apa yang diinginkan, dengan memberikan motivasi kepada siswa tunanetra oleh guru sebagai pendidik agar siswa dapat beradaptasi dilingkunganya. Dengan demikian akan tumbuh rasa percaya diri dan menghilangkan rasa malu serta rendah diri tunanetra bagi masyarakat. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti bermaksud untuk menerapkan strategi pembelajaran yang tepat dalam proses pengajaran tari khususnya untuk siswa tunanetra melalui stimulus media audio untuk meningkatkan kemampuan gerak siswa tunanetra. Penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas atau kemampuan gerak siswa tuna netra dalam proses pembelajaran tari dengan strategi pembelajaran yang tepat menggunakan stimulus audio khususnya lagu untuk melatih hitungan dan ketukan sehingga setelah siswa memahami akan ketukan musik yang didengarnya siswa tunanetra dapat mengembangkan, menyusun dan menyajikan gerak dengan arahan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran tari berbasis media audio untuk siswa berkebutuhan khusus merupakan suatu cara yang dilakukan oleh seorang guru agar siswa memahami pembelajaran tari yang dilakukan dengan menggunakan stimulus media audio. Pemilihan stimulus audio pada pembelajaran tari ini berdasarkan kemampuan mendengar siswa tunanetra yang baik, oleh sebab itu potensi tersebut dapat dijadikan modal bagi pengembangan potensi lain melalui pembelajaran seni tari. Observasi awal pada proses pembelajaran seni budaya pada tanggal 12 agustus 2014 memperoleh data guru tidak mengajarkan seni tari yang diajarkan hanya seni musik dengan cara metode pelatihan, adapun hasil wawancara dengan guru peneliti memperoleh data bahwa guru tidak mengajarkan seni tari dikarenakan kurangnya pemahaman guru terhadap metode atau strategi pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran seni tari selain itu berdasarkan

4 wawancara dengan kepala sekolah SDLB A YKB Garut seni tari tidak diajarkan karena tidak tersedianya tenaga pengajar untuk pembelajaran seni tari. Anggapan guru dan kepala sekolah seni musik lebih memungkinkan diajarkan dari pada seni tari untuk siswa tunanetra karena seni tari dianggap sulit diajarkan melihat kondisi kemampuan siswa tunanetra yang hanya memanfaatkan indera pendengaranya dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut peneliti beranggapan bahwa siswa tunanetra bisa untuk mengembangkan potensi nya melalui pembelajaran seni tari dengan memanfaatkan kepekaan dalam pendengaran. Peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang mengajarkan kepekaan gerak siswa tunanetra dengan menggunakan alternatif media audio dan lagu sebagai stimulus dalam pembelajaran tari. Berdasarkan paparan latar belakang masalah di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Strategi Pembelajaran Seni Tari Berbasis Media Audio Untuk Meningkatkan Kemampuan Gerak Siswa Tunanetra Di SDLB A Garut Kota. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti dapat mengidentifikasikan beberapa masalah di SDLB A Garut Kota yang terkait dengan penelitian, yaitu sebagai berikut: 1. Minimnya tenaga pengajar yang ada di SLB tersebut terutama guru Seni budaya yang bisa mengajarkan tari sehingga membuat pihak sekolah mentiadakan pengajaran tari di sekolah tersebut. 2. Kurangnya guru SDLB A memahami strategi pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan tari di sekolah tersebut sehingga siswa tunanetra tidak bisa mengembangkan kemampuan gerak mereka. C. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka fokus penelitian yang akan dilakukan dapat dirumuskan kedalam kalimat pertanyaan penelitian seperti berikut:

5 1. Bagaimana proses pelaksanaan strategi pembelajaran seni tari berbasis media audio untuk meningkatkan kemampuan gerak siswa tunanetra di SDLB A Garut Kota? 2. Bagaimana hasil pelaksanaan strategi pembelajaran seni tari berbasis media audio untuk meningkatkan kemampuan gerak siswa tunanetra di SDLB A Garut Kota? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. 1. Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan mengetahui pembelajaran tari pada siswa tunanetra melalui media audio, dimana media audio merupakan stimulus yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran seni tari. 2. Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1) Untuk memperoleh dan mendeskripsikan data tentang proses pelaksanaan strategi pembelajaran seni tari berbasis media audio untuk meningkatkan kemampuan gerak siswa tunanetra di SDLB A YKB Garut. 2) Untuk memperoleh dan mendeskripsikan data tentang hasil pelaksanaan strategi pembelajaran seni tari berbasis media audio untuk meningkatkan kemampuan gerak siswa tunanetra di SDLB A YKB Garut. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak terkait, diantaranya : 1. Bagi Guru SLB Untuk memberikan wawasan alternatif strategi pembelajaran seni tari pada siswa tunanetra khususnya dalam pengunaan media audio dalam proses pembelajaran tari. 2. Bagi Lembaga Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

6 Dijadikan sebuah sumbangan pemikiran tentang alternatif dalam melakukan perubahan menuju perbaikan hasil pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan pembelajaran tari bagi siswa tunanetra. 3. Bagi Peneliti Pendidikan Menambah pengalaman dan wawasan dalam proses belajar mengajar seni tari di sekolah, khususnya siswa berkebutuhan khusus. 4. Bagi Departemen Pendidikan Seni Tari Menambah kepustakaan dan referensi mengenai proses belajar mengajar seni tari F. Struktur Organisasi Penelitian Pada struktur organisasi penulisan penelitian ini akan dijabarkan dalam sistematika sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Berisi tentang permasalahan yang melatar belakangi penelitian ini, kemudian diidentifikasi dan fokus masalah yang diteliti dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, selanjutnya menjelaskan tujuan dari penelitian ini, baik tujuan umum maupun tujuan khusus, dan manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini. Terakhir paparan mengenai struktur organisasi penelitian. BAB II : KAJIAN PUSTAKA Berisi tentang Konsep-konsep, teori-teori, dalil-dalil, hukumhukum, model-model, dan rumus-rumus utama serta turunannya dalam bidang yang dikaji; Peneliti terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti, termasuk prosedur subjek, dan temuannya; Posisi teoretis peneliti yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Berbagai kajian kepustakaan yang peneliti gunakan sebagai bahan acuan dalam proses penelitian diantaranya :peranan pendidikan seni tari dalam kecerdasan siswa tunanetra,

7 Karakteristik Anak Tunanetra, Strategi Pembelajaran Seni Tari, tentang media dan kemampuan gerak siswa SLB. BAB III : METODE PENELITIAN Berisi uraian tentang rancangan penelitian. Rancangan penelitian diantaranya desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel, instrument penelitian, prosedur penelitian, analisis data. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berisi uraian tentang hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang didalamnya membahas tentang data-data hasil penelitian mengenai proses dan hasil pelaksanaan strategi pembelajaran seni tari berbasis media audio untuk meningkatkan kemampuan gerak siswa tunanetra di SDLB A YKB Garut dan analisis data penelitian yang peneliti lakukan. BAB V : KESIMPULAN dan REKOMENDASI Berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan dan rekomendasi menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan peneliti. Simpulan harus menjawab pertanyaan penelitian dan rumusan masalah. Saran atau hasil rekomendasi yang ditulis setelah simpulan dapat ditunjukan kepada pembuat kebijakan, kepada pengguna hasil penelitian yang bersangkutan atau kepada yang pemecahan masalah dilapangan. Peneliti melengkapi penelitian ini dengan daftar pustaka sebagai sumber rujukan dan referensi, baik dari sumber buku, jurnal, makalah, dan internet. Peneliti juga menyertakan berbagai lampiran sebagai penguat data, dan diahiri dengan riwayat hidup peneliti.