I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuntutan dan kebutuhan akan perawatan ortodonti pada masa kini semakin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalangan masyarakat. Kebutuhan akan perawatan ortodonti saat ini meningkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tujuan mengatasi maloklusi. Salah satu kekurangan pemakaian alat ortodonti cekat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat (Depkes RI, 2006), utamanya adalah gingivitis (Suproyo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merawat maloklusi. Komponen utama alat ortodonti cekat diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. golongan usia (Tarigan, 1993). Di Indonesia penderita karies sangat tinggi (60-

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perawatan kelainan oklusal yang akan berpengaruh pada fungsi oklusi yang stabil,

BAB I PENDAHULUAN. alat ortodontik cekat menyebabkan pemeliharaan oral hygiene menjadi lebih sulit

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berdasarkan ada atau tidaknya deposit organik, materia alba, plak gigi, pelikel,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontist adalah ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan tanaman obat di Indonesia perlu digali lebih mendalam, khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. periodontitis. Terdapat 2 faktor utama penyakit periodontal, yaitu plaque-induced

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet

BAB 1 PENDAHULUAN. RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. 1 Karies gigi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam rongga mulut. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (2006) menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

BAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan

I. PENDAHULUAN. menggunakan tumbuhan obat (Sari, 2006). Dalam industri farmasi, misalnya obatobatan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi adalah karies dan penyakit jaringan periodontal. Penyakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan sebagian lepasan (removable partial denture) adalah gigi tiruan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kondisi ini dapat tercapai dengan melakukan perawatan gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pohon Arak (salvadora persica) (Almas,2002). dan minyak atsiri untuk meningkatkan air liur (Zaenab dkk,2004)

PERBEDAAN EFEKTIFITAS OBAT KUMUR HERBAL DAN NON HERBAL TERHADAP AKUMULASI PLAK DI DALAM RONGGA MULUT

BAB 1 PENDAHULUAN. Fixed orthodontic atau disebut juga dengan pesawat cekat ortodonti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mulut merupakan bagian dari kesejahteraan umum manusia yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. nyeri mulut dan nyeri wajah, trauma dan infeksi mulut, penyakit periodontal,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut tidak lepas dari peran mikroorganisme, yang jika

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Resin akrilik merupakan bahan yang paling banyak digunakan di Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional (>25,9%) dan sebanyak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatnya permintaan perawatan ortodontik (Erwansyah, 2012). Perawatan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan alam banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, termasuk dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Flora mulut kita terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, jamur,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang (Sari & Suryani, 2014). Penyakit gigi dan mulut memiliki

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. American Association of Orthodontists menyatakan bahwa Ortodonsia

BAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Plak dapat berkalsifikasi menjadi kalkulus atau tartar. Plak dapat terlihat dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikeluhkan masyarakat.menurut survei di Indonesia, karies gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi pada jaringan keras gigi yang bermula dari ke dentin berlanjut ke

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan perawatan, penyakit ini dapat berlanjut dan terjadi pembentukan poket

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perhatian masyarakat untuk kembali memakai bahan alam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cermin dari kesehatan manusia, karena merupakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kelompok mikroba di dalam rongga mulut dan dapat diklasifikasikan. bakteri aerob, anaerob, dan anaerob fakultatif.

Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**, Yayun Siti Rochmah***

PENDAHULUAN. Kondisi ini akan lebih diperparah lagi akibat penjualan. pengawetan untuk menekan pertumbuhan bakteri.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kelainan oklusi dan posisi gigi-gigi dengan rencana perawatan yang cermat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan mulut diderita 90% dari penduduk Indonesia. Berdasarkan Survey Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. mampu membentuk polisakarida ekstrasel dari genus Streptococcus. 1,2

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah hal yang penting di kehidupan manusia. Rasulullah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001,

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan dan kebutuhan akan perawatan ortodonti pada masa kini semakin meningkat, seperti di Indonesia maupun negara-negara lain. Hal ini dikarenakan munculnya kesadaran pada setiap orang mengenai kebutuhan mereka baik kebutuhan untuk kesehatan, estetik maupun gaya hidup (Warongan dkk., 2015). Alat ortodonti terdiri dari dua jenis yaitu lepasan dan cekat. Alat lepasan menghasilkan pergerakan gigi yang terbatas, sedangkan alat cekat mempunyai komponen dasar yaitu braket, archwire, dan assesori. Interaksi dari ketiga komponen ini menentukan cara berfungsinya suatu alat (Williams, 2000). Alat ortodonti cekat memiliki desain yang lebih rumit sehingga sulit untuk dibersihkan dibandingkan dengan alat ortodonti lepasan (Singh, 2007). Pemakaian alat ortodonti cekat menimbulkan peningkatan masalah khususnya dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut di sekitar braket yang ditempelkan pada gigi dan sepertiga mahkota gigi pada tepi gingiva cenderung terjadi penumpukan plak yang sulit dibersihkan (Narmada, 2003). Akumulasi plak pada alat ortodonti cekat dapat ditemui pada bagian braket, kawat serta permukaan antara bahan bonding dan braket. Braket ortodonti dapat membuat kesulitan dalam menjaga kebersihan rongga mulut, sehingga mengakibatkan akumulasi plak dan meningkatkan demineralisasi email. Kawat ortodonti yang digunakan pada bagian permukaannya dapat digunakan untuk pembentukan biofilm dan predisposisi peningkatan level mikroorganisme di 1

2 rongga mulut, sedangkan kekerasan permukaan komposit sebagai bahan bonding braket ortodonti merupakan predisposisi perlekatan dan pertumbuhan mikroorganisme rongga mulut (Putranti dkk., 2013; Sukontapatipark dkk., 2001). Akumulasi plak pada pasien yang menjalani perawatan ortodonti cekat yang tidak dibersihkan akan menyebabkan oral hygiene buruk, menimbulkan berbagai resiko penyakit mulut dan mengurangi keberhasilan perawatan ortodonti (Warongan dkk., 2015). Kelalaian dalam menjaga oral hygiene akan mengakibatkan dampak yang negatif, yaitu kerusakan jaringan periodonsium seperti gingivitis, karies, halitosis, dan dapat mempengaruhi lamanya durasi perawatan ortodonti (Thikriat dkk., 2011; Prayitno, 2008). Hampir 50% pasien ortodonti cekat secara klinis dijumpai white spot selama perawatan. White spot ini disebabkan karena larutnya permukaan enamel sehingga terjadi proses demineralisasi karena bakteri yang menghasilkan asam. Demineralisasi tersebut merupakan proses awal karies pada enamel (Chin dkk., 2006; Narmada, 2003). Diperkirakan diantara 5-10% pasien pengguna alat ortodonti cekat perawatannya terganggu karena oral hygiene yang buruk sehingga menjadi penting menjaga dan meningkatkan kebersihan mulut (Warongan dkk., 2015). Salah satu indikator untuk melihat kebersihan gigi dan mulut adalah plak gigi (Carranza, 2006). Plak gigi adalah deposit lunak berupa lapisan tipis yang lengket dan tidak berwarna, melekat pada permukaan gigi atau permukaan struktur keras lain di rongga mulut atau yang biasa disebut dengan biofilm. Plak terdiri dari kumpulan bakteri yang terdapat pada permukaan gigi dan gusi (Carranza dkk, 2012; Nareswari, 2010). Menurut Ticha dan Bohmova (2005) metode pengukuran

3 akumulasi plak yang digunakan khusus untuk pemakai alat ortodonti cekat yaitu Orthodontic Plaque Index (OPI). Indeks OPI digunakan untuk menilai langsung pada area gigi di sekitar braket dan menggunakan disclosing solution untuk melihat area yang dilekati plak. Kontrol plak adalah upaya mencegah pembentukan plak pada permukaan gigi (Enda, 2012). Upaya kontrol plak dapat dilakukan secara mekanis dan kimiawi. Pengendalian plak secara mekanis dapat meliputi penyikatan gigi dan penggunaan benang gigi, sedangkan pengendalian plak secara kimiawi dengan menggunakan obat kumur (Najib dkk., 2013; Dewi dkk., 2011). Penggunaan obat kumur terbukti dapat menghambat pembentukan plak gigi secara cepat dan mudah (Inna dkk., 2010). Obat kumur merupakan suatu sediaan cair yang dapat digunakan untuk membunuh bakteri dan mampu mengurangi inflamasi gingiva (Combe, 1992). Mekanisme kerja obat kumur adalah membersihkan rongga mulut dengan mencapai lebih banyak permukaanpermukaan dari rongga mulut. Penggunaan obat kumur dalam kontrol plak seharihari ditujukan sebagai tambahan untuk menyingkirkan plak pada bagian interproksimal yang tidak terjangkau oleh pembersihan secara mekanis (Sari, 2014; Nareswari, 2010). Salah satu contoh obat kumur di Indonesia yang sangat mudah kita peroleh di pasaran yaitu klorheksidin. Klorheksidin terbukti dapat menurunkan akumulasi plak karena merupakan agen antimikroba berspektrum luas serta memiliki efek bakterisidal dan bakteriostatik terhadap semua jenis mikroba, termasuk bakteri, jamur, dan virus (Fajriani dan Andriani, 2014). Klorheksidin merupakan obat

4 kumur gold standar, tetapi memiliki kekurangan yaitu rasa yang pahit, dapat menyebabkan perubahan sensasi sementara, rasa terbakar, deskuamasi mukosa dan penggunaan klorheksidin dalam jangka panjang dapat meninggalkan noda kecoklatan pada gigi, restorasi, membran mukosa dan lidah (Eley dan Manson, 2004). Berdasarkan hal tersebut, bahan alami mulai dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai bahan antiplak yang lebih aman dan lebih murah dibandingkan produk berbahan kimia (Utami, 2008). World Health Organization (WHO) telah memberikan kebijakan kepada negara berkembang untuk menggunakan obat tradisional herbal sebagai pengobatan atau perawatan pertama ketika sakit (Hoque dkk., 2011). Salah satu tanaman tradisional herbal yang mudah dijumpai di masyarakat adalah daun salam. Daun salam (Syzygium polyanthum Weight) dikenal sebagai bumbu dapur yang sering digunakan (Winarto, 2003). Daun salam mengandung senyawa kimia antara lain minyak atsiri (0,17%) yang terdiri dari eugenol dan sitral, tanin dan flavonoid (Sumono dan Wulan, 2009; Nurcahyati, 2014). Tanin dan flavonoid merupakan bahan aktif yang mempunyai efek antiinflamasi dan antimikroba, sedangkan minyak atsiri mempunyai efek analgesik, anastetik dan antiseptik (Sumono dan Wulan, 2009; Dalimartha, 2005). Senyawa bioaktif dalam daun salam dapat bersifat bakterisidal, bakteriostatik, fungisidal, dan germinal atau menghambat germinal spora bakteri (Suharti dkk, 2008). Kandungan dalam daun salam berupa senyawa kimia minyak atsiri, tanin dan flavonoid dapat berperan sebagai antibakteri dengan cara merusak membran sel dan struktur protein sel bakteri sehingga pertumbuhan bakteri terhambat yang mengakibatkan

5 pembentukan plak menurun (Ajizah, 2004; Hasanah, 2011; Sukadana, 2011; Sabir, 2003). Pengolahan tanaman sebagai obat pada umumnya dengan metode ekstrak. Metode ekstrak merupakan metode yang rumit dan menggunakan alat-alat yang tidak dimiliki oleh masyarakat umum. Metode perebusan jauh lebih mudah untuk dilakukan masyarakat umum karena dapat menggunakan peralatan rumah tangga yang terdapat di rumah, sehingga masyarakat lebih mudah menjangkau dan memanfaatkan tanaman tradisional, khususnya daun salam (Hastapustaka, 2015; Mahendra, 2008). Penelitian oleh Adrianto (2012) menguji pasta gigi ekstrak daun salam pada media lempeng agar yang sudah terdapat biakan Streptococcus mutans, kemudian dilakukan perhitungan zona hambat pertumbuhan Streptococcus mutans. Komposisi pasta gigi ekstrak daun salam yang digunakan adalah pasta gigi placebo (anis oil, menthol crystal, magnesium carbonate, calsium carbonate, gliserin, air, polietil glikol, trietanol amin, olium citri) dan ekstrak daun salam sebagai bahan antibakterinya. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun salam dalam pasta gigi mempunyai daya antibakteri terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans. Pada konsentrasi 60% menunjukkan zona hambat yang terbentuk lebih besar dibandingkan konstrasi 50%, 40%, 30%, dan 20%. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Hastapustaka (2015) menunjukkan bahwa rebusan daun salam konsentrasi 12,5%, 25%, dan 50% dapat menurunkan kemampuan adhesi Streptococcus sanguinis yang merupakan bakteri pionir pembentukan plak gigi.

6 Berdasarkan hal-hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh berkumur air rebusan daun salam (Syzygium polyanthum Weight) konsentrasi 60% terhadap akumulasi plak gigi pada pemakai alat ortodonti cekat. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh berkumur air rebusan daun salam (Syzygium polyanthum Weight) konsentrasi 60% terhadap akumulasi plak gigi pada pemakai alat ortodonti cekat? C. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai kemampuan antibakteri daun salam pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Sumono dan Wulan (2009) telah menguji kemampuan air rebusan daun salam (Syzygium polyanthum Weight) terhadap jumlah koloni Streptococcus sp. secara in vivo. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah koloni Streptococcus sp. oleh pemberian air rebusan daun salam konsentrasi 50%, 75%, dan 100%. Penelitian oleh Adrianto (2012) menunjukkan bahwa ekstrak daun salam dalam pasta gigi mempunyai daya antibakteri terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans pada konsentrasi 60% secara in vivo. Penelitian Ramadhania (2014) menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun salam (Eugenia polyantha W) dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans secara in vitro pada konsentrasi 5%, 10%, 20%, 40%, 80%,

7 dan 100%. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Hastapustaka (2015) menunjukkan bahwa rebusan daun salam konsentrasi 12,5%, 25%, dan 50% secara in vitro dapat menurunkan kemampuan adhesi Streptococcus sanguinis. Sejauh yang peneliti ketahui, penelitian mengenai pengaruh berkumur air rebusan daun salam (Syzygium polyanthum Weight) konsentrasi 60% terhadap akumulasi plak gigi pada pemakai alat ortodonti cekat belum pernah dilaporkan. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berkumur air rebusan daun salam (Syzygium polyanthum Weight) konsentrasi 60% terhadap akumulasi plak gigi pada pemakai alat ortodonti cekat. E. Manfaat Penelitian 1. Untuk Ilmu Pengetahuan Memberikan informasi ilmiah di bidang kedokteran gigi umumnya dan khususnya bagian ortodonti mengenai pengaruh berkumur air rebusan daun salam (Syzygium polyanthum Weight) konsentrasi 60% terhadap akumulasi plak pada pemakai alat ortodonti cekat. 2. Untuk Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai salah satu upaya alternatif untuk menurunkan akumulasi plak gigi khususnya pada pemakai alat ortodonti cekat yang mudah dan murah dengan menggunakan tanaman herbal daun salam.