BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI NGNGREYENG DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) MINA UTAMA KECAMATAN BONANG KABUPATEN DEMAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V EVALUASI KINERJA PELABUHAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI AREA

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

7 KAPASITAS FASILITAS

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

PEMERINTAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 ( DICABUT ) T E N T A N G

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

5 PPI MEULABOH DAN KONDISI OPERASIONALNYA

6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

PRODUKSI PERIKANAN 1. Produksi Perikanan Tangkap No. Kecamatan Produksi (Ton) Ket. Jumlah 12,154.14

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini

BAB I PENDAHULUAN. sebagai nelayan. Masyarakat nelayan memiliki tradisi yang berbeda. setempat sebagai referensi perilaku mereka sehari-hari.

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 31 TAHUN 2010 TENTANG

2) Kegiatan Pembangunan Tempat Pelelangan Ikan (DAK dan Pendampingan)

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

BAB IV ANALISIS DATA. dan juru masak, walaupun mereka tidak secara langsung melakukan. secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. ke konsumen semakin banyak dengan kualitasnya masing-masing. Keadaan ini

PROFIL UPTD PELABUHAN PERIKANAN PANTAI CAROCOK TARUSAN DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Lampiran 1 Peta lokasi penelitian PPN Palabuhanratu tahun 2010

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005) cit. Rahmi,dkk (2013), hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

BAB VI SISTEM LANGGAN DAN PERUBAHANNYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

3 METODOLOGI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR. Jonny Zain

BAB I. PENDAHULUAN. Pelabuhan perikanan merupakan pelabuhan yang secara khusus menampung

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

6 AKTIVITAS DAN FASILITAS

PENGEMBANGAN TEMPAT PENDARATAN IKAN KURAU DI KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS, RIAU Oleh: Jonny Zain dan Syaifuddin

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

Lampiran 1 Layout Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di

Jumlah kapal (unit) pada ukuran (GT) >100

6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

5 PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

PEMERINTAH KABUPATEN BURU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

Transkripsi:

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI NGNGREYENG DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) MINA UTAMA KECAMATAN BONANG KABUPATEN DEMAK A. Profil Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mina Utama Kecamatan Bonang Kabupaten Demak Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kecamatan Bonang Kabupaten Demak secara geografis terletak pada 110032 40 BT dan 6049 30 LS di Desa Purworejo, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak dengan panjang pantai 34,1 Km serta berada di sisi timur laut sungai Tuntang Lama dengan luas lahan ± 2 Ha. Kondisi tanah lahan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kecamatan Bonang Kabupaten Demak sebagian besar terdiri dari campuran lumpur dan pasir halus pada aliran sungai Tuntang. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kecamatan Bonang Kabupaten Demak terletak di Desa Purworejo Kecamatan Bonang Kabupaten Demak, dikelola oleh KUD Mina Utoma. Jarak Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kecamatan Bonang Kabupaten Demak dari jalan raya 0,50 km dengan panjang garis pantai 0,20 km. Jumlah kapal di PPI 754 armada yang sebagian besar merupakan motor temple 720 buah, kapal motor 10-20 GT, 34 buah. jumlah alat tangkap 542 ; payang 34 buah, bundes 433 dan lain-lain 75 buah dengan produksi 874.163 Kg dengan raman Rp. 3.461.243.900,00 pada tahun 2005 dan 823.551 Kg dengan raman Rp. 3.118.560.300,00 pada tahun 2006. Jenis ikan yang dominan tertangkap sebagai komoditas unggulan antara lain : Teri, 41

42 Kembung, Petek,Kuniran, Layur. Jumlah nelayan 5.075 orang ; Juragan 550 orang, Pandega 4.525 orang dan bakul 52 orang. Usaha pendukung penangkapan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mina Utama Kecamatan Bonang Kabupaten Demak; Dock/spliway 1 buah, Toko BAP 5 buah, pabrik Es 1 buah, bengkel 1 buah, penyalur BBM 3 buah, toko perbekalan 5 buah. Tempat pengolahan ikan 52 buah ; ikan segar 15 buah, ikan kering 37 buah. 1 Struktur Organisasi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mina Utama Kecamatan Bonang Kabupaten Demak KETUA M. Sulkhan Wakil Ketua Agus Murod Kasir Terima Ahmad Kholil Kasir Bayar Ahmad Rofiq Karcis Nelayan Ahmad Nasir Ma ruf Karcis Bakul /Buku Bakul - Faridul Atros - Arif Hardiyanto - Muqi Rahmat Juru Tawar Ahmad Dzakir Sholikin Juru Tembang Sutejo 1 Dokumenatasi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mina Utama Kecamatan Bonang Kabupaten Demak dikutip pada tanggal 13 Mei 2010

43 Fasilitas yang ada di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kecamatan Bonang Kabupaten Demak: 1. Fasilitas Dasar Kedalaman Alur : 2 m Lebar alur : 70 m Dermaga Bongkar : 5x200 m Dermaga (Fender) : 400 m Dermaga Perbekalan : 3x155 m Dermaga Perbekalan (Fender) : 310 m Kolam Pelabuhan : 70 m2 Talud Sheet Pile : 555 m Talud Turap Kayu : 200 m Talud Beton : 3x200 m Breakwater : 48 m 2. Fasilitas Fungsional Tanah TPI Gedung TPI Kantor TPI Instalansi Listrik Menara Air Instalansi air bersih Mekanikal dan Elektrikal Tempat Pengolahan Ikan Sound sistem Pelelangan SPBN CBIP UPL dan sanitan 3. Fasilitas Penunjang Areal parkir : 3,9 Ha : 656 m2 : 45 m2 : 1.300 W : artetis : 2.000 m2

44 Kamar mandi/wc : 4,3x7 m Jalan Masuk : 350 m Jalan Kawasan Pelabuhan : 1.000 m Pagar Keliling : 400 m 2 B. Pelaksanaan Jual Beli Ngngreyeng di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kecamatan Bonang Kabupaten Demak 1. Latar Belakang Jual Beli Ngreyeng Jual beli Ngreyeng mulai ada menurut beberapa sumber kurang jelas kapan dimulainya, menurut salah satu pengurus Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kecamatan Bonang Kabupaten Demak bapak Farid sudah terjadi pada kisaran 12 tahun yang lalu, kejadian ini bermuila dari sejak jatuhnya pemerintahan Soeharto koperasi yang menjadi naungan para nelayan mengalami kebangkrutan, dan terjadai korupsi besar-besaran dalam tubuh koperasi sebagai penopang dan memberikan modal bagi nelayan, selain itu harga kebutuhan perbakalan pergi ke laut untuk menangkap ikan semakin mahal sangat berdampak pada perolehan nelayan, dimana biaya operasional melaut dan tidak seimbang dengan harga tangkapan ikan yang diperoleh. 3 Dengan kondisi yang demikian, tentu usaha nelayan dihadapkan pada kondisi yang sangat sulit. Nelayan adalah sebagai sumber utama kehidupan mereka tidak ada keterampilan lain sehingga menjadikan mereka semakin sulit. 2 Dokumenatasi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mina Utama Kecamatan Bonang Kabupaten Demak dikutip pada tanggal 13 Mei 2010 3 Wawancara dengan Bapak Faridul Atros (pengurus TPI) pada tanggal 15 Mei 2010

45 Menurut peraturan yang berlaku di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kecamatan Bonang Kabupaten Demak, hasil tangkapan ikan harus dijual melalui lelang di TPI. Menurut para bakol menjual hasil ikan lewat TPI tidak menguntungkan karena harga tidak bisa ditentukan oleh nelayan akan tetapi banyak dipengaruhi oleh hasil lelang yang rterkadang diluar kemauan para nelayan, disamping itu mereka (nelayan dan bakul) terbebani retribus sebesar 2 %, melalui lelang di TPI pun uang hasil ketika ikan sedang melimpah harga ikan semakin menurun, beda dengan ketika menjual diluar TPI yang harganya lebih stabil. 4 Sebagian nelayan Kecamatan Bonang menganggap bahwa Ngreyeng dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut meskipun tetap mendapatkan uang dari hasil penjualan tidak secara langsung tetapi menunggu dalam beberap hari, menurut salah satu bakol dalam jual beli ngreyeng Saiful Bahri biasanya uang diberikan kepada nelayan dalam jangka waktu sehari apabila jenis ikan itu dijual di pasar, dan apabila jenis ikan yang didapat nelayan hanya bisa dijual di pabrik maka uang akan bisa dibayarkan setelah 1-2 hari. Jual beli Ngreyeng ikan tersebut lebih tetap harganya dan tidak mudah turun naik artinya standar harga lebih stabil. Namun kelebihan Ngreyeng adalah bahwa nelayan mendapatkan harga lebih stabil. transaksi ngreyeng lebih banyak ditentukan pengadang. 4 Wawancara dengan Bapak M. Sulkhan (Pengurus TPI) pada tanggal 15 Mei 2010

46 Para bakul juga mendapat keuntungan dari adanya jual beli Ngreyeng tersebut, mereka dapat membeli hasil tangkapan nelayan dengan dengan tidak dibatasi jumlah ikan yang bisa dibeli, seperti yang berlaku pada sistem lelang yang membatasi jumlah ikan yang bisa dibeli, selain itu jika melakukan proses jual beli lelang mereka harus menyetor uang muka kepada TPI sebagai syarat untuk bisa mengikuti. Selain itu di TPI, mereka juga tidak terbebani dengan retribusi atau pajak sebagaimana apabila mereka membeli di TPI. 5 Penundaan pembayaran hanya berlaku bagi kapal-kapal besar seperti kapal mini dan kapal kolor yang jumlah ABKnya lebih banyak, sedangkan untuk kapal kecil seperti jaring, nasi dan galaksi dengan jumlah ABK 2-3 orang maka sistem jual beli Ngreyeng dilakukan dengan cara bakulan artinya setiap nelayan mempunyai bakol tersendiri secara tetap untuk menjual hasil tangkapannya, pada jenis perahu ini tidak mengenal bakol seret atau pengadang mereka para nelayan menjual sendiri hasil tangkapannya, dengan sistem bakulan ini harga banyak ditentukan oleh para bakol sesuai dengan harga pasaran bakol, keuntungan yang didapat oleh para pemilik perahu adalah mereka bisa meminjam uang kepada bakol untuk memperbaiki kapal, membeli perbekalan melaut jika tidak mendapatkan hasil dab utang kebutuhan lainnya. 6 5 Wawancara dengan Bapak Saiful Bahri (Bakul) pada tanggal 17 Mei 2010 6 Ibid,

47 2. Para pelaku jual beli Ngreyeng Dalam jual beli Ngreyeng, ada dua pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut, yaitu : a. Nelayan Nelayan adalah orang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pencari ikan di perairan atau di lautan sebagai mata pencaharian. Posisi nelayan dalam hal ini merupakan kunci dalam praktek Ngreyeng, karena tanpa nelayan maka tidak akan terjadi jual beli, karena ikan sebagai obyek jual beli tidak ada. Jumlah nelayan kecamatan cukup banyak terutama tri desa (Desa Margolinduk, Desa Morodemak dan Desa Tridonorejo) yang mencapai 90 % dari jumalah keluarga di tiga desa tersebut, nelayan di kecamatan Bonang terdiri dari beberapa jenis yaitu nelayan njaring yang jumlah orang 2-3 orang, nelayan galaksi yang jumlah orang dalam satu perahu 2-3 orang nelayan kolor yang jumlah orang dalam satu kapal 10-15 orang, nelayan nasi yang jumlah orang dalam satu perahu 7-10 oarang, dan nelayan kapal mini (kapal besar) yang jumlah orang dalam satu perahu berjumlah 25-30 orang. 7 b. Bakul Bakul Ngreyeng adalah seseorang atau kelompok orang yang membeli ikan basil tangkapan nelayan di luar TPI ketika di dermaga. Para bakul rata-rata adalah orang yang memiliki mobil yang cukup 7 Wawancara dengan nelayan Bapak Aksin ( Nelayan) pada tanggal 18 Mei 2010

48 untuk membeli ikan dari para nelayan. Para bakul ini jumlahnya cukup banyak, mereka tidak hanya berasal daerah sekitar tri desa dan ada juga di luar kecamatan Bonang seperti bakul dari Jepara mupun Rembang. Jual beli Ngreyeng di luar Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kecamatan Bonang Kabupaten Demak menjadi praktek yang subur karena tidak pernah ada tindakan atau sanksi dari Dinas terkait, ini dikarenakan tidak adanya pengamanan yang ketat dan modal koperasi sangat terbatas. 3. Alur jual beli Ngreyeng Ngreyeng menjadi istilah yang lazim digunakan oleh penduduk nelayan Kecamatan Bonang untuk menyebut transaksi jual beli ikan antara nelayan dan bakul di luar TPI. Alur kegiatan jual beli Ngreyeng tersebut yaitu : a. Ketika kapal nelayan datang sudah ditunggu oleh bakul seret atau pengadang kapal atau lebih terkenal dengan calo kapal oleh para nelayan, selanjutnya si bakul seret menyewa basket pada bakul besar sebagai tempat menaruh ikan, basket itu juga sebagai tolak ukur timbangan harga ikan, kemudian bakul seret menawarkan ikan itu pada bakol, bakol seret bebas untuk mencari bakol mana yang berani membeli ikan dengan harga lebih tinggi, kesepatan harga tidak terjadi antara pihak kapal dengan bakol tetai diwakili oleh pengadang, konsekuensinya pengadang mendapat upah Rp. 2000,- per basket.

49 b. Ketika para bakol sudah mendapat uang dari hasil penjualan ke pasar atau ke pabrik maka uang itu diberikan kepada para pengadang, tidak diberikan langsung kepada pemilik kapal. c. Terkadang yang terjadi pada proses jual beli Ngreyeng ini para bakol memberikan tambahan harga diluar kesepakatan yaitu berkisar antara 2000-3000 perbaskit apabila para nelayan mau menerima uang setelah 4-5hari penjualan ikan hasil tangkapan. 8 4. Kerugian Akibat Praktek Ngreyeng Menurut pengurus Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mina Utama Kecamatan Bonang Kabupaten Demak, keberadaan praktek Ngreyeng jelas merugikan TPI. Dampak yang ditimbulkan dari adanya praktek Ngreyeng yaitu merosotnya pendapatan TPI, pendapatan pajak menurun, aktivitas lelang di TPI menurun. Selain itu menurut para nelayan yang peneliti wawancarai mengatakan sesungguhnya mereka menginginkan penjualan ikan itu dilakukan di dalam TPI, meskipun harganya lebih murah sedikit, akan tetapi mereka tidak harus membayar Rp 2000,- perbasket kepada pengadang, jika dalam sehari nelayan bisa mendapatkan 50 basket ikan, maka para pengadang bisa mendapat uang Rp 100.000, dari bakol, para pengadang juga mendapat dari perahu Rp.10.000 per satu juta pendapatan perahu, jika kapal mendapat hasil 15 juta para pengadang bisa mendapat Rp. 300.000,-. Sedangkan hasil yang diperoleh para Abk dari penghasil Rp. 15.000.000, hanya 10.000, sehingga terjadi 8 Wawancara dengan nelayan Bapak Ahmadi (Nelayan) pada tanggal 18 Mei 2010

50 ketidakadilan, para nelayan yang harus menerjang ombak mendapat lebih sedikit dari para pengadang hanya hanya duduk di TPI menunggu Ikan. Para nelayan tidak bisa berbuat apa-apa karena yang bisa menjadi pengadang adalah istri atau keluarga dari nahkoda, kalau mereka memprotes maka besok tidak akan diajak nahkoda untuk melaut lagi, jadi dalam posisi ini nelayan menjadi pihak yang kalah. Terkadang juga para pengadang meminta ikan perbasket 2 ikan untuk dijual kembali jadi hasil yang didaptka noleh pengadang berlipatlipat. 9 9 Wawancara dengan Nelayan Bapak Wafak pada tanggal 18 Mei 2010