BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN

Politeknik Negeri Sriwijay A BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN PENAMBAHAN GARAM DENGAN PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN PADA SISTEM PENTANAHAN. IGN Janardana

Politeknik Negeri Sriwijaya

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 1 Januari 2015; 23 28

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI

BAB II LANDASAN TEORI

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

Analisis Perbandingan Nilai Tahanan Pembumian Pada Tanah Basah, Tanah Berpasir dan Tanah Ladang

PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH

3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus :

Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan. Oleh Maryono

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

SIMULASI PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN DAN JARAK ELEKTRODA TAMBAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN. Mohamad Mukhsim, Fachrudin, Zeni Muzakki Fuad

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Umur Pada Beberapa Volume PENGARUH UMUR PADA BEBERAPA VOLUME ZAT ADITIF BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN

Hasrul, Evaluasi Sistem Pembumian Instalasi Listrik Domestik di Kabupaten Barru

BAB II DASAR TEORI. adanya pengukuran, maka dapat diketahui seberapa besar nilai tahanan pembumian di

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Perencanaan Sistem Pentanahan Tenaga Listrik Terintegrasi Pada Bangunan

NASKAH PUBLIKASI EVALUASI KEAMANAN PADA SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK 150 KV JAJAR. Diajukan oleh: HANGGA KARUNA D JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Kata Kunci Pentanahan, Gardu Induk, Arus Gangguan Ketanah, Tegangan Sentuh, Tegangan Langkah, Tahanan Pengetanahan. I. PENDAHULUAN

SISTEM PENTANAHAN PADA GARDU INDUK

Politeknik Negeri Sriwijaya

DAFTAR ISI SISTEM PENTANAHAN (PEMBUMIAN) TITIK NETRAL 3

KONDUKTOR ALUMUNIUM PADA SISTEM GROUNDING. Galuh Renggani Wilis Dosen Prodi Teknik Mesin Universitas Pancasakti Tegal

PERUBAHAN KONFIGURASI ELEKTRODE PENTANAHAN BATANG TUNGGAL UNTUK MEREDUKSI TAHANAN PENTANAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pentanahan merupakan sistem pengamanan terhadap perangkatperangkat

PENGAMANAN TERHADAP TEGANGAN SENTUH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PEMBUMIAN NETRAL ( TN ) DAN SISTEM PEMBUMIAN PENGAMAN ( TT ) DI AREA TANGERANG.

Departemen Teknik Elektro Universitas Indonesia

METODE PENGUKURAN DAN PENGUJIAN SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 ( )

BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA. Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang

IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV (APLIKASI PADA TOWER SUTT 150 KV TOWER 33)

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA PENGARUH JARAK DAN KEDALAMAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN DENGAN 2 ELEKTRODA BATANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

Penentuan Kedalaman Elektroda pada Tanah Pasir dan Kerikil Kering Untuk Memperoleh Nilai Tahanan Pentanahan yang Baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN SISTEM PENGETANAHAN PERALATAN UNTUK UNIT PEMBANGKIT BARU DI PT. INDONESIA POWER GRATI JURNAL

Politeknik Negeri Sriwijaya

PETUNJUK PRAKTIS PERANCANGAN PENTANAHAN SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang dengan pesat dan besar. Apabila terjadi kesalahan di sistem tenaga

by: Moh. Samsul Hadi

PENGARUH POROSITAS TANAH SISTEM PENTANAHAN PADA KAKI MENARA SALURAN TRANSMISI 150 kv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini data yang diambil dari pengukuran

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i2 ( )

PENGGUNAAN KONDUKTOR TEMBAGA DAN ALUMINIUM UNTUK SISTEM PENTANAHAN

PENGARUH KADAR AIR DAN KEDALAMAN ELEKTRODA BATANG TUNGGAL TERHADAP TAHANAN PEMBUMIAN PADA TANAH LIAT

Analisa Tahanan Pembumian Peralatan Gedung Laboratorium Teknik Universitas Borneo Tarakan Yang Menggunakan Elektrode Pasak Tunggal Panjang 2 Meter

Studi Pengaruh Jenis Tanah dan Kedalaman Pembumian Driven Rod terhadap Resistansi Jenis Tanah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV EVALUASI. 4.1 Umum

PERANCANGAN SISTEM PENTANAHAN NETRAL TRAFO PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN TINGGI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV

Analisa Perbandingan Konfigurasi Vertikal Dengan Bujur Sangkar Elektroda Pentanahan Menggunakan Matlab

ANALISA PENGARUH KEDALAMAN ELEKTRODA PENTANAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

III. METODE PENELITIAN

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum

LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV

EVALUASI TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH GARDU INDUK (GI) 150 kv KOTA BARU AKIBAT PERUBAHAN RESISTIVITAS TANAH

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Politeknik Negeri Sriwijaya

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI

Pemanfaatan Bentonite sebagai Media Pembumian Elektroda Batang

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian pembuangan muatan listrik dari arrester, kawat petir pada sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. Pada gardu induk harus memiliki sistem pembumian yang handal yang

EVALUASI SISTEM PENTANAHAN TRANSFORMATOR DAYA 60 MVA PLTGU INDRALAYA

BAB II LANDASAN TEORI PENTANAHAN

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Kelistrikan

PERCOBAAN I PENGUKURAN TAHANAN TANAH

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA

ANALISA PENTANAHAN PADA BTS BSC BANJARSARI Resna Yunaningrat Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Siliwangi Tasikmalaya

SISTEM PEMBUMIAN PERALATAN RUANG STUDIO TEKNIK ARSITEKTUR GEDUNG B FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA JALAN PB. SUDIRMAN DENPASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan 1 Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900 Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan. Namun setelah sistem-sistem tenaga listrik berkembang semakin besar dengan tegangan yang semakin tinggi dan jarak jangkauan semakin jauh, baru di perlukan sistem pentanahan. Kalau tidak, hal ini biasa menimbulkan potensi bahaya listrik yang sangat tinggi, baik bagi manusia, peralatan dan sistem pelayanannya sendiri. Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang menghubungkan sistem, badan peralatan dan instalasi dengan bumi atau tanah sehingga dapat mengamankan manusia dari sengatan listrik, dan mengamankan komponen-komponen instalasi dari bahaya tegangan atau arus abnormal. Oleh karena itu, sistem pentanahan menjadi bagian esensial dari sistem tenaga listrik. Pentanahan tidak terbatas pada sistem tenaga saja, namun mencakup juga sistem peralatan elektronik, seperti telekomunikasi, komputer, kontrol dimana diterapkan komunikasi data secara intensif dan sangat peka terhadap gelombang elektromagnet dari luar. Pentanahan disini lebih dititik beratkan pada keterjaminan sinyal dan pemrosesannya. Adapun syarat-syarat agar sistem pentanahan dapat bekerja secara efektif, sistem pentanahan harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut : 2 1. Membuat jalur impedansi yang rendah ketanah untuk pengamanan personil dan peralatan, menggunakan rangkaian yang efektif. 2. Dapat melawan dan menyebarkan gangguan berulang dan arus akibat surja hubung. 1 Prih Sumardjati, dkk, 2005, Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, halaman 159. 2 As Pabla & Ir. Abdul Hadi, 1991, Sistem Distribusi Tenaga Listrik, (Jakarta: Erlangga), halaman 154 6

3. Menggunakan bahan tahan korosi terhadap berbagai kondisi kimiawi tanah, untuk menyakinkan kontinuitas penampilannya sepanjang umur peralatan yang dilindungi atau diamankan. 4. Menggunakan sistem mekanik yang kuat namun mudah dalam pelayanan. 2.2 Pentanahan Dan Tahanan Pentanahan 3 Dalam sebuah instalasi listrik ada empat bagian yang harus ditanahkan. Empat bagian dari instalasi tersebut adalah : 1. Semua bagian instalasi yang terbuat dari logam (menghantar listrik) dan dengan mudah biasa disentuh manusia. Hal ini perlu agar potensil logam yang mudah disentuh manusia selalu sama dengan potensial tanah tempat manusia berpijak sehingga tidak berbahaya bagi manusia yang menyentuhmya. 2. Bagian pembuangan muatan listrik pada bagian bawah dari Lightning Arrester. Hal ini perlu agar Lightning Arrester dapat berfungsi dengan baik, yaitu membuang muatan listrik yang diterimanya dari petir ke tanah dengan lancar. 3. Kawat petir yang ada pada bagian atas saluran transmisi. Kawat petir ini sesungguhnya juga berfungsi sebagai Lightning Arrester. Karena letaknya yang ada di sepanjang saluran transmisi, maka semua kaki tiang transmisi harus ditanahkan agar petir yang menyambar kawat petir dapat disalurkan ketanah dengan lancar melalui kaki tiang saluran transmisi. 4. Titik netral dari transformator atau titik netral dari generator. Hal ini diperlukan dalam kaitan dengan keperluan proteksi khususnya yang menyangkut gangguan hubung tanah. Dalam praktek, diinginkan agar tahanan pentanahan dari titik-titik pentanahan tersebut di atas tidak melebihi 5 ohm. 3 Djiteng Marsudi, 2005, Pembangkit Energi Listrik, (Jakarta: Erlangga), halaman 76 7

Secara teoritis, tahanan dari tanah atau bumi adalah nol karena luas penampang bumi tak terhingga. Tapi kenyataannya tidak demikian, artinya tahanan pentanahan nilainya tidak nol. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya tahanan kotak antara alat pentanahan dengan tanah dimana alat tersebut dipasang di dalam tanah. Alat untuk melakukan pentanahan ditunjukan oleh gambar 2.1 Gambar 2.1 Macam-macam alat pentanahan 3 Dari gambar 2.1 tampak bahwa ada empat alat pentanahan, yaitu : Batang pentanahan tunggal (single grounding rod). Batang pentanahan ganda (multiple grounding rod), terdiri dari beberapa batang tunggal yang dihubungkan paralel. Pelat pentanahan ( grounding plate), yaitu pelat tembaga. Tahanan pentanahan selain ditimbulkan oleh tahanan kontak tersebut diatas juga ditimbulkan oleh tahanan sambungan antara alat pentanahan dengan kawat penghubungnya. Unsur lain yang menjadi bagian dari tahanan pentanahan adalah tahanan dari tanah yang ada di sekitar alat pentanahan yang menghambat aliran muatan listrik yang keluar dari alat pentanahan tersebut. Arus listrik yang keluar dari alat pentanahan ini menghadapi bagian-bagian tanah yang berbeda tahanan jenisnya. Untuk jenis tanah yang sama, tahanan jenisnya dipengaruhi oleh kedalamannya. Makin dalam letaknya, umumnya makin kecil tahanan jenisnya, 8

karena komposisinya makin padat dan umumnya juga lebih basah. Oleh karena itu, dalam memasang batang pentanahan, makin dalam pemasangannya akan makin baik hasilnya dalam arti akan didapat tahanan pentanahan yang makin rendah. Gambar 2.2 menggambarkan batang pentanahan beserta aksesorisnya 3 Keterangan: (1) Konduktor tanah (2) Penghubung antara konduktor dengan elektroda tanah, dan (3) Elektroda tanah Gambar 2.3. Batang pentanahan dan lingkaran pengaruhnya 3 2.3 Tujuan Pentanahan 1 3 Djiteng Marsudi, 2005, Pembangkit Energi Listrik, (Jakarta: Erlangga), halaman 77 9

Secara umum, tujuan sistem pentanahan adalah: 1. Menjamin keselamatan orang dari sengatan listrik baik dalam keadaan normal atau tidak dari tegangan sentuh dan tegangan langkah. 2. Menjamin kerja peralatan listrik atau elektronik. 3. Mencegah kerusakan peralatan listrik atau elektronik. 4. Menyalurkan energi sambaran petir ke tanah. 5. Menstabilkan tegangan dan memperkecil kemungkinan terjadinya flashover ketika terjadi transient. 6. Mengalihkan energi RF liar dari peralatan-peralatan seperti: audio, video, kontrol, dan komputer. Pengetanahan peralatan berlainan dengan pengetanahan sistem, yaitu pengetanahan bagian dari peralatan yang pada kerja tidak dilalui arus. Tujuan dari pengetanahan peralatan tersebut adalah: 4 1. Untuk membatasi tegangan antara bagian-bagian peralatan yang tidak dilalui arus dan antara bagian-bagian ini dengan tanah sampai pada suatu harga yang aman untuk semua kondisi operasi normal atau tidak normal. Untuk mencapai tujuan ini, suatu sistem pengentanahan peralatan atau instalasi dibutuhkan. Sistem pengetanahan ini gunanya ialah untuk memperoleh potensial yang merata (uniform) dalam semua bagin struktur dan peralatan, dan juga untuk menjaga agar operator atau orang yang berada didaerah instalasi itu berada pada potensial yang sama dan tidak bahaya pada setiap waktu. Dengan dicapainya potensial yang hampir merata pada semua titik dalam daerah sistem pengetanahan ini, kemungkinan timbulnya perbedaan potensial yang besar pada jarak yang dapat dicapai oleh manusia sewaktu terjadi hubung singkat kawat ketanah menjadi sangat kecil. 2. Tujuan kedua dari pengetanahan peralatan ini ialah untuk memperoleh 4 T.S. Hutauruk,1991, Pengentanahan Netral Sistem Tenaga & Pengentanahan Netral, (Jakarta: Erlangga ), halaman 125 10

impedansi yang kecil atau rendah dari jalan balik arus hubung singkat ke tanah. Kecelakaan individu manusia dan hewan terjadi pada saat terjadinya hubung singkat ke tanah. Jadi bila arus hubung singkat ke tanah itu dipaksakan mengalir melalui impedansi tanah yang tinggi, ini akan menimbulkan perbedaan potensial yang besar dan berbahaya. Juga impedansi yang besar pada sambungan pada rangkaian pengetanahan dapat menimbulkan busur listrik dan pemanasan yang besarnya cukup menyalakan material yang mudah terbakar. Secara singkat tujuan pengentanahan itu dapat diformulasikan sebagai berikut: a) Mencegah terjadinya tegangan kejut listrik yang berbahaya untuk orang dalam daerah itu. b) Untuk memungkinkan timbulnya arus tertentu baik beasarnya maupun lamanya dalam keadaan gangguan tanah tanpa menimbulkan kebakaran atau ledakan pada bangunan atau isinya. c) Untuk memperbaiki penampilan (performance) dari sistem. 2.4 Sistem-Sistem Yang Diketanahkan 4 Sistem-sitem yang diketanahkan adalah pentanahan dari titik yang merupakan bagian dari jaringan listrik, misalnya titik netral generator atau transformator atau titik hantar tegangan atau hantaran netral. Macam-macam sistem yang diketanahkan antara lain: 2.4.1 Titik Netral Diketanahkan Tanpa Impedansi Pada sistem-sistem yang diketanahkan tanpa impedansi, bila terjadi gangguan tanah, selalu mengakibatkan terganggunya saluran, yaitu gangguan itu harus diisolir dengan membuka pemutus daya. Salah satu tujuan dengan mengetanahkan titik netral secara langsung ialah untuk membatasi tegangan dari fasa-fasa yang tidak terganggu bila terjadi gangguan kawat tanah. 4 T.S. Hutauruk, 1991, Pengentanahan Netral Sistem Tenaga & Pengentanahan Netral, (Jakarta, Erlangga ), halaman 13 11

Gambar 2.4 Sistem yang diketanahkan tanpa impedansi tiga-fasa. 4 2.4.2 Titik Netral Diketanahkan Melalui Reaktansi Yaitu menghubungkan titik netral trafo tenaga ketanah dengan suatu reaktansi yang besarnya tertentu. (X0 10X1). Dilihat dari besarnya perbandingan X0 dan X1 sistem pentanahan ini terletak anatara pentanahan efektif dan sistem yang ditanahkan dengan kumparan Petersen. 2.4.3 Titik Netral Diketanahkan Melalui Tahanan Yaitu pentanahan titik netral trafo daya dihubungkan ketanah dengan suatu tahanan tertentu. Adapun syarat tahanan sebagai berikut: 1. Untuk tahanaan rendah dengan syarat : R0 2 X0..(2.1) 2. Untuk tahanan tinggi dengan syarat : R 0 X c0 3...(2.2) 2.4.4 Titik Netral Tidak Diketanahkan dan Titik Netral Diketanahkan Dengan Kumparan Petersen Istilah titik netral tidak diketanahkan itu sebenarnya meragukan. Hal ini membayangkan seolah-olah X0 tak terhingga. Tetapi pada suatu sistem yang tidak diketanahkan kombinasi reaktansi-reaktansi urutan nol diberikan oleh kapasitansi per fasa terhadap tanah. Jadi X0 mempunyai harga negatif yang sangat besar. Pentanahan dengan Kumparan Petersen, yaitu menghubungkan titik netral trafo daya dengan suatu tahanan yang nilainya dapat berubah-ubah. Merupakan 4 T.S. Hutauruk, 1991, Pengentanahan Netral Sistem Tenaga & Pengentanahan Netral, (Jakarta, Erlangga ), halaman 14 12

pengetanahan dengan reaktor yang impedansinya dapat diubah-ubah. 2.4.5 Titik Netral Diketanahkan Secara Efektif Suatu sistem atau sebagian dari sistem dikatakan diketanahkan secara efektif apabila untuk tiap-tiap titik pada sistem itu atau untuk sebagian tertentu dari sistem itu diperoleh harga-harga X 0 X 1 3 dan R 0 X 1 1 untuk setiap macam keadaan kerja dari sistem itu. Jadi bila seluruh sistem itu tidak efektif diketanahkan, bagian tertentu dari sistem itu dapat dikatakan diketanahkan efektif bila memenuhi ketentuanketentuan diatas. Jadi pengetanahan tanpa impedansi dan pengetanahan dengan reaktansi yang rendah dapat termasuk pengetanahan efektif. Arti dari simbol-simbol diatas adalah sebagai berikut: R 0 = Tahanan ekivalen urutan nol sistem X 0 = Reaktansi ekivalen urutan nol sistem X 1 = Reaktansi ekivalen urutan positif sistem X co = Reaktansi kapasitif urutan nol sistem 2.4.6 Sistem Pentanahan Peralatan 5 Sistem pentanahan pada peralatan yaitu penghubungan antara bagianbagian peralatan listrik yang pada keadaaan normal tidak dialiri arus. Tujuannya adalah untuk membatasi tegangan antara bagian-bagian peralatan yang tidak dialiri arus dan antara bagian-bagian ini dengan tanah sampai pada suatu harga yang aman untuk semua kondisi operasi baik kondisi normal maupun saat terjadi gangguan. Sistem pentanahan ini berguna untuk memperoleh impedansi yang rendah sebagai jalan balik arus hubung singkat ke tanah. Sistem pentanahan pada peralatan pada umumnya menggunakan dua macam sistem pentanahan yaitu sistem grid dan sistem rod. Sistem pentanahan grid ialah menanamkan batang-batang elektroda sejajar dengan permukaan tanah, hal ini merupakan usaha untuk meratakan tegangan yang timbul. Sedangkan 5 Hazairin Samaullah, 2004, Dasar-Dasar Sistem Proteksi Tenaga Listrik, Halaman 87 13

sistem rod ialah menanamkan batang-batang elektroda tegak lurus kedalam tanah, hal ini fungsinya hanya mengurangi tahanan pentanahan. Jadi yang membedakan sistem ini adalah pentanahan ini hanya dengan cara penanaman elektrodanya. Adapun penjelasan dari sistem grid dan sistem rod adalah sebagai berikut : 1. Sistem Grid Pada sistem ini batang-batang elektroda ditanam sejajar dibawah permukaan tanah, batang-batang yang terhubung satu sama lain. Dengan cara ini bila jumlah konduktor yang ditanam banyak sekali, maka bentuknya mendekati bentuk plat dan ini merupakan bentuk maksimum atau yang mempunyai harga tahanan yang kecil untuk luas daerah tertentu, tetapi bentuk ini tidak efesien atau mahal. Pada sistem ini banyak konduktor akan tidak sebanding dengan harga tahanan karena fungsi dari konduktor sebenarnya adalah menyalurkan arus ke dalam tanah. Bila elektroda saling berdekatan maka volume tanah tidak bisa menerima arus dari elektroda-elektroda tersebut, dengan kata lain volume tanah tidak terbatas kemampuannya untuk menerima arus. Gambar 2.5 Sistem Grid 5 2. Sistem Rod Pada sistem ini untuk memperkecil tahanan pentanahan, maka jumlah batang konduktor dapat diperbanyak penanamannya. Apabila terjadi arus 14

gangguan ke tanah maka arus ini akan mengakibatkan naiknya gradient tegangan permukaan tanah. Besarnya tegangan maksimum yang timbul tersebut sebanding dengan tahanan pentanahan. Keterangan: Gambar 2.6 Sistiem Rod 5 (1) h = Kedalaman Penanaman Elektroda (Meter) (2) p = Tahanan Jenis Tanah Rata-Rata (Ohm-Meter) (Indeks 1 Atau 2 Menunjukan Lapisan Tanah) (3) R = Tahanan Untuk Satu Batang Elektroda Yang Ditanamkan (Ohm) 2.4.7 Pentanahan Penangkal Petir Untuk menghindari timbulnya kecelakaan atau kerugian akibat sambaran petir, maka diadakan usaha pamasangan instalasi penangkal petir pada bangunanbangunan. Sambaran petir ini akan mengakibatkan kerusakan langsung pada objek yang tersambar. Dengan adannya instalasi penangkal petir ini, maka sambaran petir dapat dikendalikan melalui instalasi penangkal petir yang di teruskan ke bumi. Bahaya yang dapat ditimbulkan dari penyaluran arus petir ini kebumi adalah timbulnya flashover pada saluran hantaran penurunan serta gradien tegangan di sekitarelektroda bumi. 15

2.5 Tahanan Jenis tanah 6 Faktor keseimbangan antara tahanan pentanahan dan kapasitansi disekelilingnya adalah tahanan jenis tanah yang direpresentasikan dengan ρ. Harga tahanan jenis tanah pada daerah kedalaman yang terbatas tergantung dari beberapa faktor yaitu : 1. Jenis tanah : tanah liat, berbatu, dan lain-lain. 2. Lapisan tanah : berlapis-lapis dengan tahanan jenis berlainan atau uniform. 3. Kelembaban tanah. 4. Temperatur. Tahanan jenis tanah bervariasi dari 500 sampai 50.000 ohm per cm 3, kadang-kadang harga ini dinyatakan dengan harga ohm per cm. Pernyataan ohm per cm memrepresentasikan tahanan antara dua permukaan yang berlawanan dari suatu volume tanah berisi 1 cm 3. Untuk mengubah komposisi kimia tanah dapat dilakukan dengan memberikan garam pada tanah dekat elektroda pentanahan dengan maksud mendapatkan tahanan jenis tanah yang rendah. Cara ini hanya baik untuk sementara sebab penggaraman harus dilakukan secara periodik, sedikitnya 6 bulan sekali. Harga tahanan jenis tanah pada kedalaman yang terbatas sangatlah tergantung dengan keadaan cuaca. Untuk mendapatkan tahanan jenis tanah ratarata, maka diperlukan suatu perencanaan maka diperlukan penyelidikan atau pengukuran dalam jangka waktu yang tertentu misalnya selama 1 (satu) tahun.biasanya tahanan jenis tanah juga tergantung dari tingginya permukaan air yang konstan. Untuk mengurangi variasi tahanan jenis tanah akibat pengaruh musim, pentanahan dapat dilakukan dengan menanamkan elektroda pentanahan mencapai kedalaman dimana terdapat air yang konstan. Penanaman memungkinkan kelembaban dan temperatur bervariasi, harga 6 Aslimeri, dkk, 2008, Teknik Transmisi Tenaga Listrik Jilid 2 (Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan). Halaman 262 16

tahanan jenis tanah harus diambil pada keadaaan yang paling buruk, yaitu tanah kering dan dingin. Untuk melihat gambaran mengenai besarnya tahanan jenis tanah untuk bermacam-macam jenis tanah dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 2.1 Tahanan Jenis Tanah 7 Catatan: Nilai tahanan jenis dalam Tabel 2.1. adalah nilai tipikal. Jenis Tanah Tahanan Jenis (Ωm) Sawah, Rawa 30 Tanah Liat dan Tanah Ladang 100 Pasir Basah 200 Kerikil Basah 500 Pasir dan Kerikil Kering 1000 Tanah Berbatu 3000 2.6 Resistans pembumian 7 a. Resistansi pembumian dari elektrode bumi tergantung pada jenis dan keadaan tanah serta pada ukuran dan susunan elektrode. b. Resistansi pembumian suatu elektrode harus dapat diukur. Untuk keperluan tersebut penghantar yang menghubungkan setiap elektroda bumi atau susunan elektrode bumi harus dilengkapi dengan hubungan yang dapat dilepaskan. c. Tabel 2.2 menunjukkan nilai rata-rata resistans elektrode bumi untuk ukuran minimum elektrode bumi seperti pada Tabel 2.1. 7 Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000, halaman 80. 17

Tabel 2.2 Resistans pembumian pada resistans jenis r1 = 100 W-meter 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Jenis elektroda Pita atau penghantar pilin Batang atau pipa Pelat partikel dengan sisi atas ± 1 m dibawah permukaan tanah Panjang (m) Panjang (m) Ukuran (m 2 ) 10 25 50 100 1 2 3 5 0,5x1 1x1 Resistansi pembumian (Ω) 20 10 5 3 70 40 30 20 35 25 Keterangan : Untuk resistans jenis yang lain (ρ), maka besar resistans pembuminan adalah perkalian nilai di atas dengan: ρ ρ1 atau ρ 100 2.7 Arus Melalui Tubuh Manusia 4 Kemampuan tubuh manusia terbatas terhadap besarnya arus yang mengalir didalamnya. Tetapi besar dan lamanya arus yang masih dapat ditahan oleh tubuh manusia sampai batas yang belum membahayakan sukar ditetapkan. Dalam hal ini telah banyak diselidiki oleh para ahli dengan berbagai macam percobaan baik dengan tubuh manusia maupun dengan menggunakan binatang tertentu. Dalam batas tertentu dimana besarnya arus belum berbahaya terhadap organ tubuh manusia yang berbadan sehat. Batas-batas arus tersebut dibagi sebagai berikut: 7 Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000, halaman 81 4 T.S. Hutauruk, 1991 Pengentanahan Netral Sistem Tenaga & Pengentanahan Netral, (Jakarta: Erlangga), halaman 134 18

2.7.1 Arus Persepsi 4 Bila orang memegang penghantar yang diberi tegangan mulai dari harga nol dan dinaikan sedikit demi sedikit, arus listrik yang melalui tubuh manusia tersebut akan memberi pengaruh. Mula-mula akan merangsang syaraf sehingga akan terasa suatu getaran yang tidak berbahaya, bila dengan arus bolak-balik. Tetapi bila dengan arus searah akan terasa panas pada telapak tangan. Pada Electrical Testing Laboratory New York tahun 1933 telah dilakukan pengujian terhadap 40 orang laki-laki dan perempuan, dan didapati arus rata-rata yang disebut threshold of perception current sebagai berikut : - Untuk laki-laki = 1,1 ma - Untuk perempuan = 0,7 ma 2.7.2 Arus Mempengaruhi Otot 4 Bila tegangan yang menyebabkan terjadinya tingkat arus persepsi dinaikan lagi maka orang akan terasa sakit dan kalau terus dinaikkan maka otot-otot akan terasa kaku sehingga orang tersebut tidak berdaya lagi untuk melepaskan konduktor yang dipegangnya itu. Di University of California Medical School telah dilakukan penyelidikan terhadap 134 orang laki-laki dan 28 orang perempuan dan memperoleh angka rata-rata dari arus yang mempengaruhi otot adalah sebagai berikut : - Untuk laki-laki = 16 ma - Untuk perempuan = 10,5 ma Berdasarkan penyelidikan ini telah ditetapkan batas arus maksimal dimana orang masih dapat dengan segera melepaskan konduktor bila terkena arus listrik sebagai berikut : - Untuk laki-laki = 9 ma - Untuk perempuan = 6 ma 4 T.S. Hutauruk, 1991 Pengentanahan Netral Sistem Tenaga & Pengentanahan Netral, (Jakarta: Erlangga), halaman 134 4 T.S. Hutauruk, 1991 Pengentanahan Netral Sistem Tenaga & Pengentanahan Netral, (Jakarta: Erlangga), halaman 135 19

2.7.3 Arus Fibriasi 4 Apabila arus yang melewati tubuh manusia lebih besar dari arus yang mempengaruhi otot dapat mengakibatkan orang pingsan bahkan sampai mati. Hal ini disebabkan arus listrik yang mempengaruhi jantung yang disebut vebtricular fibrillation yang menyebabkan jantung berhenti bekerja dan peredaran darah tidak jalan dan orang akan segera mati. Untuk menyelidiki keadaan ini tidak mungkin dapat dilakukan terhadap manusia. Untuk mendapatkan nilai pendekatan suatu percobaan telah dilakukan pada. University of California oleh Dalziel pada tahun 1968, dengan menggunakan binatang yang mempunyai badan dan jantung kira-kira sama dengan manusia. Dari percobaan tersebut Daziel menarik kesimpulan bahwa 99,5% dari semua orang yang beratnya lebih kurang 50 kg masih dapat bertahan terhadap besar arus dan waktu yang ditentukan oleh persamaan sebagai berikut : Ik 2. t = K atau Ik= k... t (2.3) Dimana : K = K K = 0,0135 untuk manusia dengan berat 50 kg =0,0125 untuk manusia dengan berat 70 kg Maka : k50 = 0,116 Ampere k70 = 0,157 Ampere Jadi, Ik 2. T = 0,0135 untuk berat badan 50 kg. Dimana : Ik = 0,116 t... (2.4) Ik = Besarnya arus lewat tubuh manusia (Ampere) t = Waktu arus lewat tubuh manusia atau lama gangguan tanah 4 T.S. Hutauruk, 1991 Pengentanahan Netral Sistem Tenaga & Pengentanahan Netral, (Jakarta: Erlangga), halaman 135 20

2.7.4 Arus Reaksi 4 Arus Reaksi adalah arus yang terkecil yang dapat mengakibatkan orang menjadi terkejut, hal ini cukup berbahaya karena dapat mengakibatkan kecelakaan sampingan. Karena terkejut orang dapat jatuh dari tangga, melemparkan alat yang sedang dipegang yang dapat mengenai bagian-bagian instalasi tegangan tinggi sehingga terjadi kecelakaan yang lebih fatal. 2.8 Tahanan Tubuh Manusia 4 Tahanan tubuh manusia berkisar diantara 500 ohm sampai dengan 100.000 ohm tergantung dari tegangan, keadaan kulit pada tempat kontak dan jalannya arus dalam tubuh manusia. Kulit yang terdiri lapisan tanduk mempunyai tahanan yang tinggi, tetapi terhadap tegangan tinggi kulit yang menyentuh konduktor langsung terbakar, maka tahanan kulit ini tidak berarti apa-apa. Jadi hanya tahanan tubuh manusia yang dapat membatasi arus. 2.9 Elektroda Pentanahan 6 Dalam sistem pentanahan sangat diperlukan elektroda pentanahan, yang mana macam dan bentuk elektroda yang digunakan dipilih sedemikian rupa sehingga tahanan pentanahan yang dihasilkan lebih kecil daripada yang diperbolehkan atau diizinkan. Untuk mendapatkan tahanan pentanahan yang serendah mungkin memiliki beberapa persyaratan elektroda yang harus dipatuhi adalah : 1. Tahanan elektroda pentanahan harus lebih kecil daripada harga yang direkomendasikan. 2. Elektroda pentanahan harus mampu dialiri arus hubung singkat yang besar. 4 T.S. Hutauruk, 1991 Pengentanahan Netral Sistem Tenaga & Pengentanahan Netral, (Jakarta: Erlangga), halaman 136 6 Aslimeri, dkk, 2008, Teknik Transmisi Tenaga Liatrik Jilid 2 (Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan: Jakarta). Halaman 258 21

3. Elektroda pentanahan harus mempunyai sifat kimia yang baik sehingga tidak mudah mengalami korosi. Bahan konduktor merupakan bahan yang digunakan sebagai elektroda pentanahan, berdasarkan ketentuan maka bahan tersebut adalah besi, aluminium, dan tembaga. Dari ketiga jenis bahan tersebut ditinjau dari sifat mekanis, elektris, dan kimiawi maka tembaga mempunyai keunggulan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan yang lain, namun ditinjau dari segi biaya tembaga lebih mahal, tetapi mengingat kesulitan yang timbul bila elektroda tersebut mengalami kerusakan baik karena pengaruh elektris, mekanis, dan kimiawi maka tembaga lebih unggul. Pada umumnya elektroda-elektroda pentanahan ditanam sejajar satu sama lainnya, dalam beberapa puluh centimeter ke dalam tanah. Untuk memperkecil harga tahanan pentanahannya diperluas daerah pentanahan karena cara ini lebih mudah dibandingkan dengan cara memperdalam konduktor. 2.9.1 Macam-Macam Elektroda Pentanahan 6 : 1. Berbentuk Pita Yaitu elektroda yang dibuat dari penghantaar berbentuk pita atau berpenampang bulat, atau penghantar pilin yang umumnya ditanam secara dangkal. Elektroda ini dapat ditanam sebagai pita lurus, radial, melingkar, jala-jala atau kombinasi dari bentuk tersebut seperti gambar yang ditanam sejajar permukaan tanah dengan dalaman antara 0,5 1,0m. 6 Aslimeri, dkk, 2008, Teknik Transmisi Tenaga Liatrik Jilid 2 (: Jakarta Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan). Halaman 259 22

Gambar 2.7 Elektroda Bentuk Pita 2. Berbentuk Batang 6 Yaitu elektroda bentuk batang yang terbuat dari pipa atau profil yang ditancapkan kedalam tanah. Elektroda ini merupakan elektroda yang pertama kali digunakan dan teori-teori berawal dari elektroda jenis ini. Elektroda ini banyak digunakan digardu-gardu induk. Secara teknis, elektroda batang ini mudah pemasangannya, yaitu tunggal memancangkannya kedalam tanah. Disamping itu, elektroda ini tidak memerlukan lahan yang luas. Seperti ditunjukaan gambar 2.8 dibawah ini : Gambar 2.8 Elektroda Batang 6 Aslimeri, dkk, 2008, Teknik Transmisi Tenaga Liatrik Jilid 2 (: Jakarta Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan). Halaman 259 23

3. Berbentuk Plat Yaitu elektroda tanah berbentuk plat yang terbuat dari sebuah plat yang di tanam dengan permukaan ± 1 m dengan tebal 3 mm. Plat ini ditanam tegak lurus dengan tanah. Sisi plat bagian atas paling sedikit harus 1 meter dibawah permukaan tanah. Semakin banyak jumlah plat yang diparalelkan dalam pentanahan tersebut, maka makin kecil tahanan pentanahan itu, dan plat yang terpasang itu jaraknya satu sama lain paling sedikit 3 meter. Yang ditunjukan pada gambar 2.9 dibawah ini: Gambar 2.9 Elektroda Plat 2.9.2 Pemilihan Elektroda Pentanahan Untuk mendapatkan tahanan yang serendah mungkin, suatu elektroda pentanahan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 6 1. Tahanan pentanahan harus memenuhi syarat yang diinginkan untuk suatu keperluan pemakaian 2. Elektroda yang ditanam dalam tanah harus : - Bahan konduktor yang baik - Tahan Korosi - Cukup kuat 3. Jangan sebagai sumber arus galvanis 6 Aslimeri, dkk, 2008, Teknik Transmisi Tenaga Liatrik Jilid 2 (: Jakarta Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan). Halaman 259 24

4. Elektroda harus mempunyai kontak yang baik dengan tanah sekelilingnya 5. Tahanan pentanahan harus baik untuk berbagai musim dalam setahun 6. Biaya pemasangan serendah mungkin 2.9.3 Sifat-Sifat Dari Sebuah Sistem Elektroda Tanah 2 Hambatan arus melewati sistem elektroda tanah mempunyai 3(tiga) komponen yaitu : 1. Tahanan pasaknya sendiri dan sambungan-sabungannya. 2. Tahanan kontak antara pasak dengan tanah sekitar. 3. Tahanan tanah disekelilingnya. Pasak-pasak tanah, batang-batang logam, struktur dan peralatan lain biasanya digunakan untuk elektroda tanah. Elektroda-elektroda ini umumnya besar dan penampangnya sedemikian. Tahanan antara antara elektroda dan tanah jauh lebih kecil dari yang biasanya diduga apabila elektroda bersih dari cat atau minyak, dan tanah dapat dipasak dengan kuat, maka biro standarisasi nasional Amerika Serikat menyatakan bahwa tahanan kontak dapat diabaikan. Pasak dengan tahanan seragam yang ditanam ke tanah menghantarkan arus ke semua jurusan. Ketika suatu elektroda atau pasak yang ditanam di tanah yang terdiri atas lapisan-lapisan tanah dengan ketebalan yang sama. lapisan tanah terdekat dengan elektroda atau pasak dengan sendirinya memiliki permukaan paling sempit sehingga memberikan tahanan terbesar. Lapisan berikutnya, karena lebih luas memberikan tahanan yang lebih kecil dan seterusnya, sehingga pada suatu jarak sekeliling elektroda atau pasak jarak ini disebut daerah tahanan efektif yang sangat tergantung pada kedalaman elektroda atau pasak. Dari ke 3 (tiga) macam komponen tahanan tanah merupakan besaran yang paling kritis dan paling sulit dihitung ataupun diatasi. 2 As Pabla & Ir. Abdul Hadi, 1991, Sistem Distribusi Tenaga Listrik, (Jakarta: Erlangga), halaman 158 25

Gambar 2.10 Komponen-Komponen Tahanan Elektroda 2 Besarnya tahanan pentanahan tergantung dari beberapa faktor yaitu : 1. Bentuk elektroda. 2. Jenis bahan dan ukuran elektroda. 3. Jumlah atau konfigurasi elektroda. 4. Kedalaman penanaman di dalam tanah 5. Jenis tanah sekeliling elektroda. 2.9.4 Menghitung Tahanan Pentanahan 4 Persamaan-persamaan untuk tahanan tanah dari berbagai sistem elektroda cukup rumit, dan dalam beberapa hal dapat dinyatakan dengan pendekatanpendekatan. Semua pernyataan dalam persamaan-persamaan itu diperoleh dari hubungan R = ρl A dan didasarkan pada asumsi bahwa tahanan tanah seragam pada seluruh volume tanah, kendati hal ini tidak mungkin atau sangat jarang ada. Rumus pendekatan yang biasa digunakan untuk elektroda batang oleh Proff. H.B Dwight dari Institut Teknologi Massachusetts yaitu : 2 As Pabla & Ir. Abdul Hadi, 1991, Sistem Distribusi Tenaga Listrik, (Jakarta: Erlangga), halaman 158 4 T.S. Hutauruk, 1991, Pengentanahan Netral Sistem Tenaga & Pengentanahan Netral, (Jakarta: Erlangga), halaman 145 26

1. Satu Batang tanah panjang L, radius a R = ρ 2πL (ln 4L a 1)... (2.5) Dimana, 2. Dua batang tanah s > L; jarak s R = ρ 4πL (ln 4L a 1) + ρ 4πL ρ = Tahanan jenis tanah (ohm-cm) s = Jarak antar elektroda (cm) (1- L2 L = Panjang elektroda atau pasak tanah (cm) L 4 + 2 3S 2 5 S a = Jari-jari penampang elektroda atau pasak tanah (cm) R = Tahanan elektroda atau pasak ke tanah (ohm) 4).. (2.6) 2.9.5 Pengaruh Ukuran Pasak Terhadap Tahanan 2 Apabila pasak ditanam lebih dalam ketanah, maka tahanan akan berkurag. Secara umum dapat dikatakan, dua kali lipat lebih dalam tahanan berkurang 40%. Namun, bertambahnya diameter pasak secara material tidak akan mengurangi tahanan. Dua kali lipat diameter misalnya, hanya mengurangi besarnya tahanan kurang dari 10%. 2.9.6 Pengaruh Tahanan Tanah terhadap Tahanan Elektroda 2 Rumus Dwight menunjukkan, bahwa tahanan elektroda pentanahan ketanah tidak hanya tergantung pada kedalaman dan luas permukaan elektroda, tetapi juga tahanan tanah. Tahanan tanah merupakan faktor kunci yang menentukan tahanan elektroda dan pada kedalaman berapa pasak harus ditanam agar diperoeh tahanan yang rendah. Tahanan tanah sanget berpariasi di berbagai tempat, dan berubah menurut iklim. Tahanan tanah ini terutama ditentukan oleh kandungan elektrolit di dalamnya, kandungan air, mineral-mineral dan garam- 2 As Pabla & Ir. Abdul Hadi, 1991 Sistem Distribusi Tenaga Listrik, (Jakarta: Erlangga), halaman 159 27

garam. Tanah kering mempunyai tahanan tinggi, tetapi tanah basa dapat juga mempunyai tahanan tinggi, apabila tidak mengandung garam-garam yang terlarut. Karena tahanan tanah berkaitan langsung dengan kandungan air dan suhu, maka dapat saja diasumsikan bahwa tahanan pentanahan suatu sitem akan berubah sesuai perubahan iklim setiap tahunnya. Karena kandungan air dan suhu lebih stabil pada kedalaman yang lebih besar, maka agar dapat bekerja efektif sapanjang waktu, sistem pentanahan dapat dikonstruksi dengan pasak yang ditancapkan cukup dalam dibawaah permukaan tanah. Hasil terbaik akan diperoleh apabila kedaalaman pasak mencapai tingkat kandungan air yang tetap. 2.9.7 Perencanaan Elektroda-Elektroda Pentanahan 2 Di tempat-tempat dengan tahanan tinggi dimana tahanan pentanahan yang diperoleh dengan susunan atau konstruksi melampaui harga batas yang ditentukan maka digunakan elektroda jamak. Dalam hal ini digunakan 2 elektroda, hubungan antar elektroda dibuat dengan plat strip MS dengan ukuran yang sama dengan penghantar pentanahan, dan jarak antara elektroda tidak boleh kurang dari 2 kali panjang elektroda. Apabila masih diperlukan elektroda ketiga maka elektroda ketiga harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tiga buah elektroda membentuk segitiga sama sisi, dengan panjang sisinya tidak boleh kurang dari 2 kali panjang elektroda. Untuk praktisnya, tahanan dari dua atau tiga elektroda atau pasak dapat dihitung paralel dan tahanan total menjadi setengah atau sepertiga dari tahanan tanah dengan menggunakan elektroda tunggal. Kadang jarak antar elektroda tidak dapat dibuat besar, untuk itu ada rumus empiris penentuan tahanan total dari berbagai macam susunan paralel, seperti berikut: a) Dua pasak dipasang paralel Tahanan 2 Pasak Paralel Tahanan Pasak Tunggal = 1+x (2.7) 2 2 As Pabla & Ir. Abdul Hadi, 1991, Sistem Distribusi Tenaga Listrik, (Jakarta: Erlangga), halaman 161 28

Dimana, x = ( L In 48L a 1 ) d. (2.8) x = Reaktansi pentanahan (Ω) d = Jarak antara 2 pasak parallel (meter) a = Diameter elektroda (meter) L = Panjang elektroda (meter) Gambar 2.11 Elektroda tanah : (a) Dalam susunan segi-empat kosong(b) Dalam susunan segi-empat terisi 2 b) Tiga pasak paralel berbentuk segitiga sama sisi dengan sisi = d, Tahanan 3 Pasak Paralel Tahanan Pasak Tunggal = 1 + 2 (2.9) 3 c) Pasak jamak tersusun dalam segi empat kosong atau segi empat terisi seperti terlihat pada Gambar 2.10 Apabila jumlah pasak adalah N, maka: 2 As Pabla & Ir. Abdul Hadi, 1991, Sistem Distribusi Tenaga Listrik, (Jakarta: Erlangga), halaman 161 29

Dimana Tahanan N Pasak Paralel Tahanan Pasak Tunggal K = Konstanta yang tergantung jumlah pasak N = Jumlah pasak Nilai k dapat dilihat pada tabel dibawah ini: = 1 + k N (2.10) Tabel 2.3 Harga Konstanta pada Jumlah Pasak 2 Jumlah pasak Sepanjang Jumlah pasak Harga k sisi segi-empat seluruhnya Segi-empat terisi 2 4 2.7071 3 8 4.2583 4 12 5.3939 5 16 6.0072 6 20 6.4633 7 24 6.8363 8 28 7.1479 9 32 7.4195 10 36 7.6551 Segi-empat kosong 3 9 5.8917 4 16 8.5545 5 25 11.4371 6 36 14.0650 7 49 16.8933 8 64 19.5003 9 81 22.3069 10 100 24.9587 2 As Pabla & Ir. Abdul Hadi, 1991, Sistem Distribusi Tenaga Listrik, (Jakarta: Erlangga), halaman 164 30