BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

Progran Studi Pendidikan Sains, Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Surakarta, 57126, Indonesia 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. belajar, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. usaha peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidikan dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesenjangan. Diperlukan penataan kembali sistem pendidikan secara menyeluruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut saling berinteraksi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam. mempengaruhi hasil belajar siswa (Sagala, 2003).

HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA POKOK BAHASAN SISTEM EKSKRESI MANUSIA DENGAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA CHART

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

I. PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran di Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah Biologi. Biologi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

I.PENDAHULUAN. seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

I. PENDAHULUAN. Biologi sebagai salah satu mata pelajaran dalam rumpun IPA memerlukan

I. PENDAHULUAN. kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pembukaan UUD 45 pada alinea ke empat, yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku siswa pada saat proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I. PENDAHULUAN. yang memadai. Biologi adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam. Biologi

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manusia, yang dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh pembelajaran yang berlangsung. Peranan guru dalam bidang pendidikan. mendapatkan perhatian dari penanggung jawab pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembelajaran tentu diperlukan media sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

I. PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah. Menurut Arsyad (2007:1), belajar adalah suatu proses

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Fatihah Indah Rohmani K

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN. SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang.

depan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya dalam meningkatkan sumber daya manusia dan

IMPLIKASI PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA MTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal ini melibatkan keterampilan dan penalaran. Untuk. untuk kreatif, percaya diri dan berfikir kritis.

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran fisika seringkali dianggap susah oleh siswa karena cara

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING

I. PENDAHULUAN. sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

Hasil belajar biologi siswa ditinjau dari penggunaan berbagai metode mengajar dengan pendekatan discovery

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun orang lain. Pendidikan sebagai gejala yang universal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran selama ini dan sistem pembelajaran yang. mudah. Diperlukan peran aktif guru sebagai pendidik untuk dapat

I. PENDAHULUAN. kita lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama

I. PENDAHULUAN. Biologi merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah media cetak (diktat, modul, hand out, buku teks, majalah, surat kabar, dan

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DAN DISCOVERY

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat,

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menyelesaikan soal cerita matematika merupakan keterampilan yang. matematika SD, SMP, SMA dan sederajat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran di sekolah, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pelaksanaan pembelajaran peran guru tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kemajuan perkembangan zaman yang begitu cepat dan pesat terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1 BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan mulai dari SMP (Sekolah Menengah Pertama) hingga SMA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Biologi tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk dalam rumpun mata pelajaran IPA dan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Mata pelajaran Biologi mempelajari permasalahan yang terkait dengan fenomena alam, serta berbagai permasalahan yang terkait dengan penerapannya untuk membangun teknologi guna mengatasi permasalahan dalam kehidupan masyarakat. Pembelajaran Biologi memerlukan kegiatan penyelidikan sebagai bagian dari kerja ilmiah. Kerja ilmiah melibatkan keterampilan proses yang dilandasi sikap ilmiah melalui penemuan berdasarkan pengalaman langsung siswa untuk menemukan produk pembelajaran biologi berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum. Melalui kerja ilmiah siswa dilatih untuk berpikir kreatif, kritis, analisis, dan divergen. Pembelajaran Biologi diharapkan dapat membentuk sikap ilmiah siswa dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Biologi lebih bermakna jika siswa mengalami sendiri apa yang mereka pelajari, bukan sekedar menghafal fakta, konsep, prinsip, dan hukum biologi. Pembelajaran Biologi yang berorientasi terhadap target penguasaan materi hanya menghasilkan ingatan materi jangka pendek. Fakta, konsep, prinsip dan hukum biologi yang dipelajari oleh siswa tidak terserap dengan baik dan cepat hilang dari memori siswa, akibatnya siswa kurang dapat memahami materi pelajaran dan berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa. Hasil pengamatan di SMA PGRI 1 Maospati Magetan menunjukkan bahwa sekolah sudah terakreditasi A sejak tahun 2005 sampai sekarang. pembelajaran biologi sudah diupayakan menggunakan model, metode, maupun media yang bervariasi, dengan mengirimkan guru mengikuti seminar, pelatihan, maupun workshop tentang metode pembelajaran pada tingkat kabupaten, propinsi maupun nasional bahkan usaha tersebut juga dilakukan secara individual oleh guru. Peningkatan kualitas pembelajaran juga dilakukan dengan menambah alat-alat peraga, gambar mauupun penambahan sarana laboratorium, namun karena banyaknya

materi pembelajaran biologi yang idealnya didukung oleh media pembelajaran dan metode yang sesuai sehingga proses pembelajaran biologi secara umum belum optimal sehingga masih di dominasi oleh model pembelajaran tradisional seperti ceramah. Media pembelajaran biologi yang ada di SMA PGRI 1 Maospati sebagian besar media yang sudah lama seperti mikroskop biasa buatan tahun 1980 an yang masih bisa digunakan tinggal 6 buah, gambar dan charta yang sudah agak buram dan kurang jelas serta terlihat kurang menarik. Sarana TIK yang hanya mempunyai 5 komputer buatan tahun 2010. Fasilitas internet dan wifi yang kurang optimal. Jumlah guru biologi hanya dua orang dan merangkap sebagai laboran juga mempengaruhi optimalnya proses pembelajaran karena dua guru harus menangani tiga jenjang kelas serta mengurusi laboratorium serta menyiapkan alat dan bahan sendiri untuk praktikum dan membereskan alat dan sisa bahan setelah praktikum. Jumlah jam pelajaran biologi untuk kelas XII IPA diberikan empat kali perminggu dengan waktu 45 menit setiap pertemuan juga menjadi faktor pembatas untuk menyampaikan semua materi pembelajaran biologi di kelas yang terdiri dari 8 KD dengan waktu efektif pembelajaran secara keseluruhan tidak lebih dari 40 kali pertemuan ditambah lagi dengan beban untuk menyiapkan ujian nasional menyebabkan proses pembelajaran menjadi kurang optimal untuk menerapkan model-model pembelajaran khususnya model pembelajaran yang berbasis kinerja ilmiah sehingga pembelajaran masih di dominasi oleh metode ceramah. Hasil wawancara dengan siswa di awal semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 pada bulan Agustus 2014 menunjukkan, siswa lebih senang belajar biologi dengan memanfaatkan benda konkret atau alam lingkungan nyata, praktikum atau menggunakan media pembelajaran dari pada hanya menghafal fakta, konsep, prinsip, dan hukum biologi dari buku teks. Pembelajaran biologi yang hanya bersumber pada buku teks dan ceramah guru menyebabkan siswa pasif, membosankan, dan kurang termotivasi. Siswa hanya memfungsikan indra penglihatan dan pendengarannya tanpa melibatkan keterampilan berpikir dan keterampilan kerja ilmiah, akibatnya, 1) siswa sering mengalami kesulitan dalam mempelajari materi yang diberikan oleh guru, 2) keaktifan dan partisipasi siswa 2

kurang optimal, 3) suasana pembelajaran cenderung berpusat pada guru, dan 4) motivasi belajar siswa kurang. Empat hal di atas menyebabkan fakta, konsep, prinsip, dan hukum biologi yang diajarkan tidak terserap dengan optimal, sehingga ketika siswa diberi masalah dalam bentuk soal-soal, siswa kurang mampu memecahkan soal dan mengakibatkan prestasi belajar siswa rendah. Materi Mitosis dan Meiosis dipilih dalam penelitian karena dari hasil laporan Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang Kemendikbud, Badan Standard Nasional Pendidikan tahun 2010 sampai dengan 2013 ditunjukkan dalam tabel 1. Tabel 1. Persentase Penguasaan Materi Soal Biologi Mitosis dan Meiosis pada Ujian Nasional Tahun 2010 sampai dengan 2013 NO TAHUN NILAI NILAI NILAI NILAI SEKOLAH KAB/KODYA PROPINSI NASIONAL 1 2010-2011 59,42 67,49 69,80 60,43 2 2011-2012 40,38 54,62 61,69 56,22 3 2012-2013 74,51 91,25 89,87 73,30 RERATA 58,10 71,12 73,79 63,32 Tabel 1 menunjukkan rata-rata persentase penguasaan materi soal biologi pada materi mitosis dan meiosis di SMA PGRI Maospati masih rendah yaitu 58,10%, sedangkan persentase penguasaan materi tingkat propinsi jawa timur 73,79% dan tingkat kabupaten Magetan sebesar 71,12 %. Data nilai rata-rata ulangan harian siswa semester ganjil di kelas XII IPA SMA PGRI 1 Maospati tahun 2010 sampai dengan 2013 untuk mata pelajaran biologi materi mitosis dan meiosis yang dilakukan pada ulangan harian empat (UH4) adalah 56,67 masih di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Biologi yaitu 75. Seperti ditunjukkan dalam Tabel 1.2 Tabel 1.2. Nilai Rerata Ulangan Harian Kelas XII IPA SMA PGRI Maospati Semester Ganjil Tahun 2011/2012, 2012/2013, dan 2013/2014 NO TAHUN RERATA UH 1 RERATA UH2 RERATA UH 3 RERATA UH4 1 2011-2012 78,00 63,63 67,19 57,98 2 2012-2013 77,65 62,58 64,76 57,64 3 2013-2014 78,80 61,70 66,30 54,40 RERATA 78,20 62,60 66,10 56,67 3

Rendahnya penguasaan siswa terhadap materi mitosis dan meiosis mengakibatkan prestasi belajar menjadi rendah sehingga perlu dicari penyebab dan pemecahannya. Salah satu usaha yaitu dengan melakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan guru mata pelajaran Biologi di SMA PGRI Maospati dan Forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) guru Biologi di kabupaten Magetan. Hasil FGD menyimpulkan bahwa rendahnya penguasaan siswa terhadap materi mitosis dan meiosis disebabkan oleh beberapa hal berikut, 1) Siswa dituntut menguasai banyaknya materi pembelajaran seperti menguasai struktur sel, fungsi bagian sel, dan proses mitosis dan meiosis yang terjadi pada sel eukariot dalam waktu relatif singkat sehingga dapat menurunkan minat belajar siswa, 2) Media pembelajaran yang digunakan guru sebagian besar berupa buku atau LKS yang hanya memuat teks, skema, atau gambar yang kadang kala kurang jelas cetakannya dan jumlahnyapun belum representative menggambarkan tahapan pada mitosis dan meiosis, 3) Fasilitas laboratorium biologi kurang lengkap dan tidak memungkinkan untuk melakukan pengamatan langsung terhadap organ-organ dan proses mitosis dan meiosis pada sel eukariot, 4) Sarana teknologi informasi dan komputer yang kurang memadai, serta buku teks yang ada di sekolah masih versi lama dan belum memadai jumlahnya, 5) Metode pembelajaran yang kurang variatif karena hanya mengandalkan ceramah dari guru dan buku teks, 6) Kemandirian belajar siswa yang kurang, minat belajar rendah, pasif, kurang wawasan, tidak perhatian, dan kurang konsentrasi. Prestasi belajar merupakan salah satu tolok ukur tercapainya tujuan pembelajaran di sekolah. Tercapainya prestasi belajar yang optimal dipengaruhi oleh pelaksanaan proses pembelajaran yang kegiatannya meliputi program pengajaran, manajemen kelas, pemilihan metode mengajar, penggunaan media pembelajaran, karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar maupun faktor internal dari diri siswa. Berdasarkan kenyataan ini guru seharusnya dapat mengupayakan dan menanamkan kepada siswa untuk mempelajari Biologi dengan memahami konsepkonsep yang ada. Konsep-konsep dalam Biologi erat kaitannya dengan kehidupan 4

sehari-hari sehingga mengaitkan konsep Biologi dengan kehidupan sehari-hari akan membuat pembelajaran lebih bermakna dan bukan sekedar pembelajaran yang hafalan. Oleh karena itu, guru harus memiliki kompetensi untuk mengembangkan pembelajaran termasuk mengembangkan media ajar dan memilih model pembelajaran yang dapat mengoptimalkan prestasi belajar. Pemilihan media pembelajaran harus dipertimbangkan dengan baik dan haruslah sesuai dengan karakter materi pembelajaran, namun adanya perbedaan kondisi tiap sekolah menyebabkan media menjadi salah satu kendala bagi guru untuk mengoptimalkan materi pembelajaran. Kendala terhadap media terutama dialami oleh sekolah yang mempunyai fasilitas pembelajaran yang belum memadai. Melihat kondisi tersebut pemilihan media pembelajaran oleh guru menjadi salah satu penentu keberhasilan proses pembelajaran, apalagi jika fasilitas penunjang pembelajaran di sekolah masih belum memadai. Pembelajaran yang hanya sekedar mengandalkan buku teks sebagai satusatunya media pembelajaran menyebabkan materi sulit dipahami siswa, karena siswa berhadapan dengan konsep yang abstrak tanpa dikaitkan dengan fakta yang kongkret. Penggunaan media merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk membantu siswa mengkongkretkan materi pelajaran yang masih abstrak dan mengarahkan perkembangan kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif siswa, sehingga siswa dapat merekonstruksi pemahamannya sendiri berdasarkan pengalaman belajarnya dengan lebih mudah, menarik, dan memacu motivasi siswa dalam pembelajaran. Salah satu jenis media pembelajaran yang dapat digunakan adalah media gambar. Media gambar merupakan media grafis visual dua dimensi karena menghasilkan pesan berupa bentuk atau rupa yang dapat dilihat dengan mata seperti foto, gambar cetak, atau gambar tangan sketsa. Penggunaan media gambar dalam pembelajaran sudah banyak dilakukan oleh guru, namun media gambar yang dikembangkan masih jarang dilakukan. Pengembangan media gambar yang dibuat diharapkan dapat membantu siswa untuk mengkongkretkan konsep yang masih abstrak. Media gambar dihadirkan sebagai pengganti obyek riil yang diidentifikasi, diobservasi, diklasifikasikan, dan disimpulkan oleh siswa dalam pembelajaran. 5

Ada beberapa alasan yang berkaitan dengan dipilihnya media gambar pada penelitian yang akan dilakukan yaitu, 1) sebagai pengganti obyek konkret yang kurang mendukung untuk diamati karena keterbatasan sarana laboratorium, 2) kurangnya fasilitas teknologi infomasi dan komputer yang dimiliki SMA PGRI Maospati dan siswa, 3) biaya pengadaan media gambar relatif lebih murah, 4) menambah variasi dalam pembelajaran, 5) membantu menumbuhkan minat belajar siswa dan, 6) mudah dalam penggunaanya. Selain pemilihan media pembelajaran, upaya lain yang dilakukan oleh guru untuk mengoptimalkan prestasi belajar adalah menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan melibatkan siswa untuk aktif secara kognitif, psikomotorik, dan afektif dalam pembelajaran. Salah satu alternatif model yang dapat digunakan adalah discovery (penemuan) Discovery atau penemuan merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada penyelidikan. Fokus pembelajaran bukan pada aplikasi untuk mencari pengetahuan, melainkan menekankan pada penggunaan proses mental siswa sendiri untuk menemukan konsep atau prinsip. Proses-proses mental yang digunakan, antara lain, mengamati, mengklasifikasikan, mengukur, membuat dugaan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Model discovery adalah model pengajaran yang diatur sedemikian rupa agar siswa berusaha untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, sehingga menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dipilihnya model discovery karena sesuai dengan pembelajaran Biologi yang sangat erat dengan penyelidikan. Discovery diperlukan untuk membantu siswa menemukan konsep atau prinsip yang terdapat pada makhluk hidup sebagai obyek penyelidikan. Dalam penerapannya pada proses pembelajaran, siswa tidak hanya dituntut untuk menemukan sesuatu atau mendapatkan pengalaman baru, melainkan juga menyangkut kemampuan dalam memecahkan masalah dengan pemikiran yang cermat dan sistematis. Selanjutnya, siswa didorong untuk menyimpulkan masalah yang telah dibahas sebagai bahan pengkajian, analisis, dan prosedur penelitian, serta penilaian akhir dalam pembelajaran. 6

Idealnya discovery dilakukan dengan penyelidikan langsung menggunakan sel-sel hewan atau tumbuhan yang sedang melakukan pembelahan sel secara riil pada manusia dan hewan. Hal ini berarti siswa harus melakukan pembedahan pada hewan atau tumbuhan, tetapi praktek riil tidak mungkin dilakukan oleh siswa apalagi di SMA PGRI Maospati yang belum mempunyai laboratorium biologi yang memadai. Untuk mengatasi keterbatasan dalam menghadirkan sel-sel yang sedang bermitosis dan bermiosis maupun sarana prasarana di sekolah maka diperlukan suatu media yang dapat mewakili proses mitosis dan meiosis riil yang akan dipelajari dengan menggunakan prinsip-prinsip discovery. Media garik diposisikan sebagai pengganti tahapan proses mitosis dan meiosis riil yang akan diamati, dianalisis, diklasifikasikan, dan disimpulkan hingga siswa menemukan konsep tentang pembelahan mitosis dan meiosis. Media garik diharapkan dapat bermanfaat terutama bagi siswa yang belum mempunyai pengalaman langsung mengkaji materi mitosis dan meiosis karena media garik disusun spesifik dalam memberikan model pengganti mitosis dan meiosis yang sebenarnya. Penggunaan media garik dalam discovery memungkinkan siswa dihadapkan pada obyek konkret untuk dikaji sehingga belajar siswa lebih menarik, termotivasi, dan melibatkan keaktifan siswa untuk membentuk pengalaman belajarnya sendiri secara langsung. Dengan pengalaman belajarnya sendiri dalam menemukan konsep diharapkan konsep tersebut melekat kuat dalam memori siswa. Pada akhirnya tetap dapat diingat ketika siswa menghadapi soal-soal biologi sehingga diperoleh pencapaian prestasi belajar yang lebih baik. Hasil penelitian Hakim (2009) dan Radiyono (2013) menunjukkan bahwa penerapan model discovery dalam pembelajaran menghasilkan kemampuan kognitif yang lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi yang mendorong peningkatan prestasi belajar siswa jika dibandingkan dengan pembelajaran model tradisional. Puryaningsih (2008) juga membuktikan bahwa penggunaan media pembelajaran biologi dapat memacu motivasi berprestasi siswa. Berdasarkan latar belakang masalah, perlu dilakukan penelitian berjudul: Pengembangan media pembelajaran garik yang diimplementasikan dalam materi mitosis dan meiosis melalui model discovery untuk meningkatkan prestasi belajar biologi siswa kelas XII IPA SMA PGRI 1 Maospati 7

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah karakteristik media garik yang diimplementasikan dalam materi mitosis dan meiosis melalui model discovery untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XII IPA SMA PGRI 1 Maospati Magetan? 2. Bagaimanakah kelayakan media garik yang diimplementasikan dalam materi mitosis dan meiosis melalui model discovery untuk meningkatkan prestasi belajar siswa? 3. Bagaimanakah efektivitas media garik yang diimplementasikan dalam materi mitosis dan meiosis melalui model discovery untuk meningkatkan prestasi belajar siswa? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai pada penelitian adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui karakteristik pengembangan media garik yang akan diimplementasikan dalam materi mitosis dan meiosis melalui model discovery untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XII IPA SMA PGRI 1 Maospati Magetan? 2. Mengetahui kelayakan produk media garik yang diimplementasikan dalam materi mitosis dan meiosis melalui model discovery untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. 3. Mengetahui efektifitas produk media garik yang diimplementasikan dalam materi mitosis dan meiosis melalui model discovery untuk meningkatkan prestasi belajar siswa D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak berikut : 1. Bagi Sekolah : Memberikan media pembelajaran alternatif dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran biologi di sekolah. 8

2. Bagi Guru : Membantu proses transformasi pengetahuan kepada siswa dan memberikan pengalaman, keterampilan, dan meningkatkan kreatifitas tentang pembuatan dan pengembangan salah satu jenis media pembelajaran biologi. 3. Bagi Siswa : Membantu pemahaman siswa dalam mempelajari materi sistem ekskresi sehingga menjadi lebih jelas sekaligus mampu mengaitkan antara konsep yang diterima dalam pembelajaran dengan fakta yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan meningkatkan minat dan keaktifan siswa untuk mempelajari materi mitosis dan meiosis. E. Spesifikasi Produk Produk yang dikembangkan berupa media pembelajaran berupa gambar dengan spesifikasi khusus sebagai pengganti obyek riil pada tahap-tahap pembelahan mitosis dan meiosis yang diimplementasikan melalui model discovery untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Spesifikasi produk media pembelajaran sebagai berikut : 1. Nama media pembelajaran adalah garik merupakan kependekan dari ga yang berarti gambar dan rik yang berarti tarik, sehingga secara lengkap, garik berarti gambar yang disusun tertentu dan dapat ditarik. 2. Media garik berisi kumpulan gambar pengganti pada tahap pembelahan mitosis dan meiosis. 3. Media garik disusun bertumpuk dalam wadah yang mempunyai layar depan transparan sehingga dapat dilihat dengan jelas. 4. Media garik berbentuk persegi panjang dan berukuran A4 atau menyesuaikan 5. Media garik bisa ditarik ke atas ke bawah untuk melihat gambar pada tahap berikutnya. 6. Media garik diposisikan sebagai pengganti obyek riil yang akan diamati oleh siswa dalam proses pembelajaran melalui model discovery. Media garik disusun bertumpuk bertujuan sebagai pengganti tahap-tahap terjadinya proses mitosis dan meiosis yang tidak bisa dilakukan dengan obyek sebenarnya. 9

Dalam proses pembelajaran menggunakan model discovery, media garik diterapkan pada langkah kedua dan ketiga. Langkah kedua discovery adalah problem statemen. Media garik diposisikan sebagai pengganti obyek riil. Siswa dihadapkan pada media garik dan diberi kesempatan untuk mengidentifikasi media garik sampai siswa dapat merumuskan masalah dan membuat hipotesis sendiri. Melalui langkah kedua, siswa dilibatkan secara aktif untuk mengembangkan kemampuan menemukan masalahnya sendiri. Langkah ketiga discovery adalah data collection. Siswa dihadapkan pada media garik dan didorong supaya aktif terlibat dalam observasi pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan. Data yang diperoleh digunakan untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis. Langkah ketiga bertujuan untuk melatih siswa menemukan jawaban masalahnya sendiri melalui pengalaman observasinya menggunakan media garik. F. Asumsi dan Pembatasan Penelitian Penelitian pengembangan media garik yang diimplementasikan dalam materi mitosis dan meiosis melalui model discovery mempunyai asumsi dan keterbatasan sebagai berikut : 1. Asumsi Pengembangan media garik sebagai salah satu alternatif media dalam pembelajaran mitosis dan meiosis berdasarkan asumsi: 1. Materi yang dipelajari pada mitosis dan meiosis cukup banyak dan semuanya fenomena riil, tetapi belum dapat dihadirkan secara konkret. 2. Banyaknya tuntutan materi pembelajaran yang harus dikuasai siswa dan metode yang kurang tepat dapat menyebabkan siswa menjadi pasif, dan kurang berminat, sehingga diperlukan adanya media yang dapat mewakili kehadiran obyek riil berupa gambar-gambar tahapan mitosis dan meiosis. 3. Gambar mitosis dan meiosis dalam bentuk charta sudah sering dijumpai oleh siswa sehingga perlu dilakukan pengembangan gambar menjadi media yang lebih menarik tanpa mengesampingkan pemberdayaan kerja ilmiah. 10

4. Produk pengembangan media pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan peran aktif siswa dalam menemukan pemahaman konsep sendiri yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Keterbatasan Penelitian Penelitian pengembangan media pembelajaran yang akan dilakukan mempunyai keterbatasan sebagai berikut : 1. Obyek penelitian adalah siswa SMA kelas XII IPA semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 pada materi mitosis dan meiosis. 2. Media garik digunakan untuk sekolah yang belum mempunyai fasilitas teknologi informasi dan komunikasi serta laboratorium biologi yang belum memadai. 3. Media yang dikembangkan hanya sampai tahap aplikasi atau penerapan di satu sekolah saja (skala kecil) dan tidak sampai pada diseminasi atau produksi masal. G. Definisi Istilah Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian perlu didefinisikan agar diketahui maknanya. Beberapa istilah yang didefinisikan sebagai berikut : 1. Media garik adalah hasil pengembangan media gambar sebagai pengganti obyek riil yang tidak dapat dihadirkan, dan untuk membantu menyampaikan materi pelajaran dalam proses pembelajaran. Adapun materi pada penelitian ini adalah sistem ekskresi manusia dan hewan. 2. Nama Garik merupakan singkatan yang terdiri dari kata ga yang berarti gambar dan kata rik yang berarti tarik. Arti keseluruhan dari media garik adalah gambar yang dapat ditarik karena terdiri dari beberapa gambar yang disusun secara spesifik. Spesifik berarti gambar disusun berlapis dengan urutan tertentu seolaholah mewakili urutan tahap kejadian dalam sel. 3. Model discovery merupakan salah satu model pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga mampu menggunakan proses mentalnya untuk menemukan konsep atau teori yang sedang dipelajari dengan mengikuti langkah-langkah dari stimulasi, problem statemen, data collection, data processing, verification, dan generalization. 11

4. Implementasi media Garik dalam discovery merupakan penggunaan media garik dalam proses pembelajaran melalui model discovery, dimana media garik diposisikan sebagai pengganti tahap mitosis dan meiosis yang digunakan pada langkah kedua (problem statemen) dan langkah ketiga (data collection) dalam model discovery, sampai diperoleh generalisasi dan pemahaman konsep yang dibangun oleh siswa sendiri 5. Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun hal lain yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode yang mencakup aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. 12

13