BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. oksidasi yang dilakukan dengan metode OM ( Optic Microscope) dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Pemotongan Sampel. Degreasing dengan larutan Acetone

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Kata kunci : aluminium foam,logam busa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

III. METODE PENELITIAN. dilakukan, pembuatan sampel mentah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR. Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 2. Pengujian kekuatan tarik di Institute Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI. ini dibentuk menjadi spesimen kekerasan, spesimen uji tarik dan struktur mikro.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2012 di Instalasi Elemen

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di dua tempat, yaitu sebagai berikut :

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Agustus sampai bulan Oktober 2012.

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

PENGARUH VARIABEL KOMPAKSI TERHADAP MODULUS ELASTISITAS KOMPOSIT Al/SiC p DENGAN PERMUKAAN PARTIKEL SiC TERLAPISI ZnO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 3.2 Resin Polyester

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN dan dilaksanakan di Laboratorium Fisika Material Departemen Fisika

TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

Jurnal Teknik Mesin UMY 1

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

Gambar 3.1 Blok Diagram Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini mengungkapkan metode penelitian secara keseluruhan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini mengungkapkan metode penelitian secara keseluruhan yang

III. METODE PENELITIAN. Adapun tempat pengerjaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

Perbandingan Kekerasan dan Kekuatan Tekan Paduan Cu Sn 6% Hasil Proses Metalurgi Serbuk dan Sand Casting

III. METODOLOGI PENELITIAN. melakukan penelitian di laboratorium. Persiapan penelitian terdiri dari:

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium material teknik, Jurusan Teknik Mesin,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

Gambar 3.1 Diagram alur Penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

Transkripsi:

BAB III METOOLOGI PENELITIAN III.1 IAGRAM ALIR PENELITIAN Persiapan bahan baku serbuk Karakterisasi serbuk Penimbangan Al Penimbangan NaCl Penimbangan Zn(C 18 H 35 O 2 ) 2 Penimbangan Al 2 O 3 Pencampuran serbuk Al, NaCl, Zinc Stearate, dan Alumina dengan mixer Kompaksi 250 bar Green Compact Sintering selama 120 dengan temperatur 670 0 C Burn Compact Pelarutan garam dengan Magnetic Stirrer Uji porositas dan densitas Uji kuat tekan Pengamatan mikrostruktur dan SEM ata literatur Pembahasan Gambar 3.1. iagram alir penelitian Kesimpulan 30

III.2 ALAT AN BAHAN Peralatan: alam proses pembuatan logam busa, peralatan merupakan salah satu faktor penting untuk menghasilkan bakalan yang sempurna. Peralatan penting yang digunakan pada tahap persiapan serbuk adalah timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram. Setiap serbuk ditimbang berdasarkan fraksi berat masing-masing diatas cawan petri. Pengambilan serbuk dilakukan dengan menggunakan spatula sedikit demi sedikit agar didapat ukuran yang sesuai. Setelah itu serbuk-serbuk dimasukkan kedalam kantong plasting kecil berdasarkan fraksi variabel masingmasing. Setelah semua variabel ditimbang, proses selanjutnya adalah pengadukan dimana serbuk dimasukkan kedalam wadah silinder yang diputar dengan mesin bubut dengan kecepatan konstan. Hasil dari pencampuran dikompaksi dengan mesin Kompaksi Krisbow dengan penekanan satu arah. Cetakan (dies) yang digunakan berdiameter 2 cm dan tinggi maksimal 7 cm. Hasil dari kompaksi ditimbang lagi sehingga didapatkan berat green compact. Selanjutnya disinter di Nabertherm Furnace pada kondisi inert dengan menggunakan tabung gas nitrogen. Hasil dari proses sinter dilarutkan (dissolution) didalam air hangat pada beaker glass 1000mL yang diputar dengan menggunakan magnetic stirrer. Produk hasil disolusi selanjutnya dilakukan beberapa pengujian seperti pengujian kuat tekan dengan mesin Schenck Trebel, pengujian porositas dan densitas, serta pengamatan makro dan mikroostruktur dengan menggunakan mikroskop optik dan SEM (Scanning Electron Microscope). Bahan : 1. aluminium serbuk murni teknis 2. garam NaCl 3. zinc stearat 4. alumina (Al 2 O 3 ) 5. W 40 (penetrant oil) 31

III.3 PROSEUR PENELITIAN III.3.1 Persiapan Sampel Langkah-langkah yang dilakukan dalam persiapan sampel adalah sebagai berikut: 1. Perhitungan serbuk. alam perhitungan yang dilakukan, sampel yang digunakan berjumlah 20 buah dengan 1 variabel terdiri dari 4 sampel. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram. Gambar 3.2. Timbangan igital Berikut ini adalah perhitungan masing-masing serbuk dalam setiap variabel: a. 0% NaCl (massa sampel: 5 gram) Massa Al : 97 % 5 gram = 4,85 gram Massa NaCl : 0 gram Massa Zinc Stearat : 2 % 5 gram = 0,1 gram Massa Al 2 O 3 : 1 % 5 gram = 0,05 gram b. 30% NaCl (massa sampel: 7,4 gram) Massa Al : 67 % 7,4 gram = 4,958 gram Massa NaCl : 30 % 7,4 gram = 2,22 gram Massa Zinc Stearat : 2 % 7,4 gram = 0,148 gram Massa Al 2 O 3 : 1 % 7,4 gram = 0,074 gram 32

c. 50% NaCl (massa sampel: 7,4 gram) Massa Al : 47 % 7,4 gram = 3,478 gram Massa NaCl : 50 % 7,4 gram = 3,70 gram Massa Zinc Stearat : 2 % 7,4 gram = 0,148 gram Massa Al 2 O 3 : 1 % 7,4 gram = 0,074 gram d. 70% NaCl (massa sampel: 7,4 gram) Massa Al : 27 % 7,4 gram = 1,998 gram Massa NaCl : 70 % 7,4 gram = 5,18 gram Massa Zinc Stearat : 2 % 7,4 gram = 0,148 gram Massa Al 2 O 3 : 1 % 7,4 gram = 0,074 gram e. 90% NaCl (massa sampel: 7,4 gram) Massa Al : 7 % 7,4 gram = 0,518 gram Massa NaCl : 90 % 7,4 gram = 6,66 gram Massa Zinc Stearat : 2 % 7,4 gram = 0,148 gram Massa Al 2 O 3 : 1 % 7,4 gram = 0,074 gram 2. Setelah didapat massanya, serbuk-serbuk tersebut dicampur kedalam suatu wadah tabung kecil kemudian dimixing dengan menggunakan mesin bubut dengan kecepatan rotasi konstan yaitu 120 rpm selama 5 menit. Berikut ini adalah ilustrasi proses mixing. Gambar 3.3. (kiri) tabung mixer; (kanan) mesin bubut 33

III.3.2 Kompaksi Serbuk Proses kompaksi dilakukan dengan menggunakan mesin kompaksi Krisbow dimana metode penekanan yang diberikan yaitu satu arah (single end compaction) dan punch berada pada bagian atas dan bergerak dari atas ke bawah. Gambar 3.4. Alat Kompaksi Krisbow Cetakan (dies) yang digunakan untuk membuat sampel yaitu berbentuk silinder dengan diameter sampel yang dihasilkan yaitu 2 cm dan tinggi maksimal 7 cm. Material cetakan ini adalah baja tool steel yang sangat keras. Gambar 3.5. Cetakan (dies) kompaksi serbuk Parameter range penekanan yang diberikan pada sampel aluminium serbuk berdasarkan literatur [9] yaitu 200-250 bar. Pada saat pembuatan sampel percobaan (trial and error), besar kompaksi yang optimal yaitu 200 bar. asar pemilihan besar kompaksi ini dilihat dari bentuk sampel yang memiliki mampu tekan serbuk 34

yang baik sehingga distribusi ukuran serbuk menjadi lebih merata. Berikut ini adalah tahapan prosedur untuk kompaksi adalah sebagai berikut: 1. Mempersiapkan cetakan silinder dan mengecek mesin kompres Krisbow dalam kondisi baik atau tidak (keran tekanan, tuas tekanan, penekan, dan sebagainya). 2. Membersihkan dinding cetakan dengan pelumas W 40 untuk mengurangi gesekan dengan dinding cetakan. 3. Memasukan serbuk hasil mixing sebesar 7,4 gram secara perlahan agar tidak ada yang tumpah. 4. Pasang bagian atas dies setelah serbuk dimasukkan kemudian meletakkannya tepat dibawah punch kompaksi Krisbow. 5. Setelah berada di posisi yang tepat, selanjutnya diberikan pembebanan secara perlahan sebesar 250 bar. 6. Memberi waktu tahan kompaksi pada tekanan yang ditentukan selama 10 detik. 7. Buka keran tekanan pada mesin untuk melepaskan tekanan pada cetakan, atur posisi cetakan agar bisa mengeluarkan hasil kompaksi serbuk tersebut (bakalan). 8. Mengeluarkan produk sampel hasil kompaksi (green compact) dari dalam cetakan. 9. Bersihkan cetakan dari sisa serbuk dengan kain dan pelumas (W 40) secukupnya bila akan digunakan lagi, kemudian bersihkan dengan menggunakan pelumas pada seluruh bagian bila telah selesai. III.3.3 Proses Sinter Proses pemanasan ini dilakukan didalam Tube Nabertherm Furnace. parameter temperatur yang dipakai sebesar 650 o C dengan waktu tahan 120 menit. Agar kondisi pada saat sintering menjadi inert, maka digunakan gas nitrogen (N 2 ) sebagai atmosfer sehingga sampel didalam furnace tidak mengalami oksidasi. Tahapan dari proses sinter yang dilakukan ialah sebagai berikut: 1. Siapkan peralatan yang akan digunakan untuk proses sinter dan periksa kondisi furnace terutama temperaturnya. 35

2. Siapkan wadah refraktori beserta sampelnya. 3. Sebelum sampel dimasukkan, lakukan flushing atmosfer dengan gas N 2 selama 5 menit dengan laju gas 5 liter/menit. 4. Setelah 5 menit, kecilkan gas hingga 3 liter/menit. 5. Setting dapur dengan parameter sebagai berikut: T2 (temperatur holding) = 650 C T1 (temperatur pre-heating) = 250 C t1 (waktu tahan pre-heat) = 1 jam t2 (waktu tahan sintering) = 2 jam 6. Setelah semua parameter dimasukkan, lalu tombol START ditekan dan prosesnya akan berjalan secara otomatis mengikuti alur parameter. 7. Mengeluarkan sampel dari dalam dapur setelah temperatur di dalam dapur mencapai temperatur kamar. 8. Sampel yang telah mengalami proses sinter (burn compact) siap untuk dilakukan pengujian. Gambar 3.6. Tube Nabertherm Furnace dengan tabung gas N 2 III.3.4 Proses isolusi Proses disolusi atau pelarutan dilakukan untuk menghilangkan garam-garam yang tercampur dengan sampel. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan pori-pori pada bagian sampel tersebut. Alat-alat yang diperlukan untuk proses disolusi ini adalah magnetic stirrer, beaker glass, dan magnetic bar. Tahapan proses disolusi cukup sederhana yaitu sebagai berikut: 1. Sampel hasil dari furnace dimasukkan kedalam sebuah beaker glass yang posisinya telah disusun sedemikian rupa dengan menggunakan kawat. 36

2. Beaker glass yang berisi sampel tersebut diletakkan diatas magnetic stirrer dan didalam wadah tersebut diberi magnetic bar agar turbulensi terjadi. 3. Pada saat temperatur naik, airnya akan menjadi hangat dan proses disolusi terjadi. 4. Adanya mekanisme turbulensi pada kondisi air hangat akan mempercepat terjadinya pelarutan garam. 5. Setelah didapatkan pori yang diinginkan, sampel diangkat dan dikeringkan. Berikut ini adalah ilustrasi dari proses disolusi dengan magnetic stirrer: Gambar 3.7. Proses disolusi dengan magnetic stirrer III.4 PENGUJIAN Pengujian dilakukan setelah semua sampel mengalami disolusi dengan kondisi yang masih baik yaitu tidak mengalami penghancuran sampel setelah didisolusi. Pengujian yang dilakukan terhadap logam busa ini adalah uji porositas dan densitas, uji tekan, dan foto mikrostruktur. III.4.1 Pengujian ensitas dan Porositas Pengujian densitas dan porositas dilakukan untuk mengetahui besarnya densitas dan persentase porositas dari produk hasil sinter dan disolusi garam yang digunakan pada proses pembuatan logam busa. Pengujian densitas dan porositas dilakukan dengan menggunakan prinsip Archimedes. ensitas merupakan pengukuran massa suatu benda per unit volume dengan satuan gram/cm 3. Standar pengujian yang digunakan adalah ASTM 373-88. Adapun tahapan dari pengujian densitas dan porositas ialah sebagai berikut: 1. Menyiapkan sampel hasil dari proses disolusi. 37

2. Menyiapkan alat-alat yaitu timbangan digital, breaker glass, kawat, tali, dan air. 3. Merendam sampel di dalam air selama satu hari agar air masuk keseluruh bagian pori sampel. 4. Menimbang berat air yang sudah terisi di dalam beaker glass 500 ml untuk mencari nilai densitas air yang nantinya akan digunakan untuk uji densitas dan porositas. 5. Menimbang berat sampel di dalam air dengan cara memasukkan sampel ke dalam keranjang kawat yang digantung dengan tali sehingga keseluruhan permukaan sampel tercelup oleh air kemudian menghitung volume sampel tersebut dengan menggunakan rumus sebagai berikut: W V = imana : V = Volume sampel (cm 3 ) W = Berat sampel di dalam air (gram) = ensitas air (gram/cm 3 )... (3.1) 6. Menghitung densitas sampel dengan perhitungan menggunakan persamaan: imana: E = ensitas sampel (gram/cm 3 ) W = Berat sampel kering (gram) V = Volume sampel (cm 3 ) E = W V....(3.2) 7. Menghitung persentase porositas sampel dengan perhitungan menggunakan persamaan berikut: P = imana: P = Porositas (%) teoritis teoritis percobaan x100%...(3.3) 38

teoritis = ensitas teoritis (gram/cm 3 ) percobaan = ensitas percobaan (gram/cm 3 ) 8. Menimbang berat kering masing-masing sampel dengan cara memanaskan sampel pada temperatur 150 C selama 45 menit untuk menghilangkan kadar air dalam sampel. III.4.2 Pengujian Kuat Tekan Pengujian kuat tekan dilakukan untuk mengetahui kekuatan tekan dari sampel logam busa (persen garam 30%, 50%, 70%, 90%) hasil disolusi dan juga pada sampel dengan 0% garam. Penekanan sampel dilakukan sampai 10-20% deformasi dan dihentikan apabila hancur atau pembebanan yang diberikan sudah mencapai maksimum yaitu 200.000 N. Pada saat pembebanan, dilakukan pencatatan beban yang diterima setiap deformasi 10-20% dari tinggi sampel. Pengujian kuat tekan ini dilakukan dengan menggunakan mesin Schenck Trebel dengan standar pengujian berdasarkan ASTM E9-89a. Adapun tahapantahapan pengujian kuat tekan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Mempersiapkan sampel yang akan dilakukan pengujian. 2. Menyalakan mesin uji tekan. 3. Mengukur diameter dan tinggi awal sampel dengan jangka sorong digital. 4. Memasang sampel pada mesin uji tekan. 5. Mengatur pembebanan dengan kecepatan konstan. 6. Mencatat beban yang diterima tiap 10-20% deformasi (peregangan). 7. Hentikan pengujian saat sampel telah hancur atau saat beban maksimum alat uji tercapai. 8. iperoleh nilai beban pada petunjuk jarum skala mesin uji tekan. 9. Menghitung kekuatan tekan dengan menggunakan rumus : imana : σ = Kuat tekan (N/mm 2 ) P σ = P A (3.4) = Beban saat sampel terdeformasi 10 % dari tingi awal (N) 39

A = Luas permukaan sampel (mm 2 ) III.4.3 Pengamatan Struktur Makro Pengamatan struktur makro yang dilakukan bertujuan untuk melihat ukuran dan jumlah pori yang terbentuk pada sampel hasil disolusi. Standar pengamatan struktur makro ini dilakukan berdasarkan standar ASTM E 3-95. Adapun tahapantahapan pengamatan struktur makro yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan sampel hasil proses disolusi. 2. Pemotongan secara melintang atau cross section pada bagian sampel yang berpori. 3. Mengamplas permukaan sampel dengan menggunakan amplas dari nomor grit 100, 400, 600, 800, 1000, dan 1500. 4. Membersihkan permukaan sampel dengan kain lap lalu mengeringkannya. 5. Mengamati sisi sampel yang berpori dan memfotonya dengan menggunakan mikroskop optik dengan perbesaran 7 X. III.4.4 Scanning Electron Microscope (SEM) Pengamatan SEM bertujuan untuk mengetahui bentuk pori yang terbentuk serta ukuran dari pori, tebal dinding pori, serta distribusi pori yang terbentuk. Sampel yang dipilih untuk SEM ini adalah salah satu dari sampel yang ada dari tiap variabel persen volume garam yang diambil secara acak. Adapun tahapantahapan pengamatan SEM yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan sampel hasil proses disolusi. 2. Memotong secara melintang pada bagian sampel yang berpori. 3. Mengamplas permukaan sampel dengan menggunakan amplas yang halus (grid #1500). 4. Memoles permukaan sampel yang telah halus secara poles kering dengan menggunakan serbuk TiO 2 hingga permukaan sampel mengkilat seperti kaca dan bebas goresan. 5. Membersihkan permukaan sampel dengan kain lap lalu mengeringkannya. 6. Sebelum mengamati permukaan sampel dengan SEM, untuk sampel nonkonduktif seperti Al, tidak perlu dilakukan coating. 40