Gambar 1.1 Terminal Peti Kemas (Steenken, 2004)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Troughput. Gambar 1.1. Troughput di TPKS (TPKS,2013)

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

DAFTAR ISTILAH. Kapal peti kemas (containership) : kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar.

MINIMISASI AUTOMATED GUIDED VEHICLE PADA JARINGAN TRANSPORTASI DI TERMINAL KONTAINER SEMI OTOMATIS MENGGUNAKAN METODE NODE SPLITTING

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dari analisa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan

EVALUASI SISTEM OPERASI DRY PORT GEDEBAGE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan Industri di Jawa Tengah telah meningkatkan nilai ekspor pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di sembarang tempat. Selain itu sumber bahan baku tersebut harus melalui

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. (Asia dan Australia), jelas ini memberikan keuntungan bagi negara indonesia

BAB I PENDAHULUAN pulau. Dan Indonesia adalah Negara Maritim. Oleh sebab transportasi laut sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB VI 6 ANALISIS KEBIJAKAN

OPTIMASI KINERJA TERMINAL PETI KEMAS KOJA MELALUI PENGADAAN TRANSFER POINT DAN PENGATURAN ALUR HEADTRUCK CHASSIS

ANALISA KAPASITAS OPTIMAL LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETIKEMAS MAKASSAR BERDASAR OPERATOR DAN PENGGUNA PELABUHAN

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

ANALISIS KINERJA OPERASIONAL BONGKAR MUAT PETI KEMAS PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan

Memprediksi Kebutuhan Alat Bongkar Muat dan Truk Melalui Metode Simulasi (Studi Kasus : Terminal Peti Kemas Semarang)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

OPTIMASI PENGATURAN SANDAR KAPAL PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA

ANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA)

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PETI KEMAS DI PELABUHAN PANGKALBALAM KOTA PANGKALPINANG

ANALISIS KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN PONTIANAK

PEMODELAN DAN OPTIMASI ANTRIAN PETI KEMAS DI PELABUHAN TANJUNG PRIOK

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA

I-1 BAB I PENDAHULUAN

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan L

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Terminal Darat, Laut, dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat tergantung pada sarana

MEMPELAJARI PERAWATAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROSES BONGKAR MUAT PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA TANJUNG PRIOK

PERENCANAAN LAYOUT TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU

PERANCANGAN SISTEM OPTIMASI BERBASIS DATABASE PADA PENJADWALAN PENAMBATAN KAPAL UNTUK MENDUKUNG TERCAPAINYA ZERO WAITING TIME

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja. Pengemudi Angkutan Mikrolet (Studi Kasus di JL. Urip Sumohardjo

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini akan dijabarkan simpulan penelitian yaitu tingkat kinerja

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang rendah dalam melakukan muat-bongkar barang dan upah. terciptanya peti kemas (container) (Amir MS, 2004:111).

7. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran pelabuhan dalam suatu sistem transportasi mengharuskan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report

EVALUASI PERFORMANSI ANGKUTAN BARANG PETI KEMAS RUTE BANDUNG-JAKARTA

PRESENTASI TUGAS AKHIR ANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA) Disusun oleh:

SIMULASI ANTRIAN PELAYANAN BONGKAR MUAT KAPAL

PENILAIAN KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN TELUK BAYUR CAPACITY ASSESMENT OF CONTAINER TERMINAL AT TELUK BAYUR PORT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pemahaman Judul Tanjung Emas Container (Peti Kemas) Apartement

Pesawat Polonia

Waktu yang dihabiskan kapal selama berada di pelabuhan akan sangat berpengaruh terhadap pengoperasian kapal tersebut. Semakin lama kapal berada di

- Term inal adalah tempat alat-alat pengangkutan dapat. - Terminal adalah tempat berhenti, tempat kedudukan, tempat

7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT. Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. Peranan jasa angkutan dalam menunjang pembangunan. ekonomi memiliki fungsi yang vital. Pengembangan ekonomi suatu

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

Evaluasi Kinerja Operasional Pelabuhan Manado

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. diprediksi kebutuhan Lapangan penumpukan Peti Kemas pada tahun 2014

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA

OPTIMASI JUMLAH KEBUTUHAN FASILITAS DAN AREA LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU (NEW TANJUNG PRIOK)

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

Arif Mulyasyah NRP Dosen Pembimbing Ir. Sudiyono Kromodihardjo Msc. PhD

ANALISIS PENENTUAN RUTE PELAYARAN PETIKEMAS DOMESTIK BERBASIS PERMINTAAN

BAB III METODOLOGI. mendekati kapasitas lintas maksimum untuk nilai headway tertentu. Pada

suatu obyek, sehingga diharapkan dapat berfungsi secara maksimal sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR

Deskipsi (S. Imam Wahyudi & Gata Dian A.) Menjelaskan tentang fasilitas Pelabuhan di darat meliputi : fasilitas-fasilitas darat yang berada di

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula,

KEPUTUSAN DIREKSI (Persero) PELABUHAN INDONESIA II NOMOR HK.56/2/25/PI.II-02 TANGGAL 28 JUNI 2002

MEMPELAJARI PERENCANAAN BANYAKNYA BONGKAR MUAT PETIKEMAS BERJENIS DRY (FULL DAN HIGH CUBE) DAN OVER DIMENTION PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Adanya perbedaan kekayaan alam serta sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab 3 Desain Layout Dermaga BAB 3 DESAIN LAYOUT DERMAGA Pengertian Dermaga dan Pelabuhan

Meningkatkan Laju Pembongkaran Pada Dermaga Bongkar Untuk Mengurangi Masalah Antrian Kapal Dengan Metode Simulasi (Studi Kasus: PT Petrokimia Gresik)

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. Kota Sorong adalah sebuah kota di Provinsi Papua Barat, Indonesia.

ARAHAN PENATAAN RUANG AKTIVITAS DI PELABUHAN TANJUNG TEMBAGA DI PROBOLINGGO TUGAS AKHIR

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN,

PENDAHULUAN Latar Belakang

2 Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganeca 10 Bandung

ANALISA KAPASITAS OPTIMAL LAPANGAN PENUMPUKAN PETIKEMAS PELABUHAN SAMARINDA BERDASAR OPERATOR DAN PENGGUNA PELABUHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI IDLE TIME (IT) DI PELABUHAN DUMAI (DERMAG A)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan transportasi laut dengan peti kemas dalam dua dekade belakangan ini mencapai sekitar 7-9% per tahun dengan perbandingan jenis angkutan laut lain hanya mengalami pertumbuhan sebesar 2% per tahun (Vacca, 2007). Pertumbuhan transportasi laut dengan peti kemas menimbulkan persaingan antar terminal peti kemas dan menjadi tekanan bagi mereka untuk meningkatkan performasinya (Bohrer, 2005). Salah satu cara meningkatkan performasinya ialah dengan melakukan optimasi terminal peti kemas, sedangkan salah satu tolak ukur performasi ialah lamanya waktu kapal berlabuh di dermaga (Kefi dkk, 2007). Lamanya waktu kapal berlabuh dipengaruhi faktor penting yakni penanganan perpindahan muatan, khususnya ialah fasilitas yang digunakan harus dengan efisien dan murah. Waktu berlabuh kapal yang terlalu lama akan berpengaruh kepada biaya yang di keluarkan setiap kapal. Pada Gambar 1.1 dan 1.2 akan menjelaskan struktur umum pada terminal peti kemas dan proses penanganan peti kemas sebagai dasar penjelasan sistem di terminal peti kemas. Gambar 1.1 Terminal Peti Kemas (Steenken, 2004) 1

2 Gambar 1.2 Proses Bongkar Muat Pada Terminal Peti Kemas(Tang dkk, 2013) Pada Gambar 1.2 dijelaskan proses yang terjadi pada terminal peti kemas beserta fasilitas pendukungnya. Proses loading ialah pemindahan peti kemas dari truk ke kapal dengan bantuan quay crane (QC), dan sebaliknya untuk discharging. Transportation ialah proses pemindahan peti kemas antara kapal dan storage yard dengan menggunakan truk. Storage ialah pemindahan peti kemas ke truk dari storage yard atau sebaliknya dengan bantuan yard crane. Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) merupakan salah satu sarana penunjang transportasi laut yang berada di Semarang, Jawa Tengah. TPKS merupakan salah satu dari empat terminal peti kemas terbesar yang bersaing untuk sama-sama memberikan performa terbaik di Indonesia (Nathan Associates Inc., 2012). TPKS merupakan sarana untuk tempat berlabuhnya kapal, kegiatan bongkar muat peti kemas dan menjadi tempat penyimpanan sementara peti kemas. Di Terminal Peti Kemas Semarang terdapat masalah pada proses transportation untuk peristiwa loading seperti yang divisualisasikan pada Gambar 1.2. Masalah tersebut berupa antrian panjang truk di quay crane, namun ada saatnya ketika quay crane kosong, tidak ada proses loading atau discharging sehingga quay crane (QC) mengalami idle yang dalam waktu yang lama. Selain masalah itu, penentuan quay crane yang di tuju oleh truk di TPKS dilakukan hanya dengan mempertimbangkan QC mana yang kosong, truk tidak memiliki satu kapal saja yang dituju membuat operasi muat terkadang berat ke satu kapal saja. Masalah di

3 TPKS ini mengindikasikan bahwa proses muat belum optimal. Kondisi ini sering terjadi dikarenakan aktivitas bongkar muat di TPKS sangatlah tinggi dan cenderung meningkat disetiap periodenya, ditunjukkan oleh Gambar 1.3. Gambar 1.3 Jumlah Arus Bongkar Muat Tahun 2013 di TPKS (TPKS, 2013) Masalah yang terdapat pada TPKS dapat diminimalkan dengan melakukan optimalisasi pada sistem tersebut. Menurut Vacca (2010) langkah optimasi yang dilakukan pada terminal peti kemas dibagi menjadi dua yaitu penjadwalan truk dan alokasi tempat penyimpanan peti kemas yang diharapkan mengurangi adanya truk yang bergerak dalam keadaan kosong. Truk yang bergerak dalam keadaan kosong merupakan salah satu penyebab tidak efisiennya proses bongkar muat. Pendapat lain menyatakan optimalisasi proses penanganan peti kemas dengan meminimalkan total jarak perpindahan truk pemindah peti kemas (Vacca, 2011). Hal tersebut dilakukan agar peti kemas tiba tepat waktu di quay crane yang sesuai dengan pertimbangan jarak tempuh dari lokasi peti kemas di storage yard, sehingga tidak ada antrian yang terlalu panjang maupun quay crane terlalu lama menunggu truk. Teori tersebut didukung pula oleh Bohrer (2005) bahwa penjadwalan truk merupakan tool penting untuk optimasi aliran barang di terminal peti kemas.

4 Pada penelitian sebelumnya (Kirana, 2013) yang merupakan acuan untuk penelitian ini telah melakukan optimasi pada TPKS dengan melakukan alokasi tempat penyimpanan peti kemas. Penataan lokasi penyimpanan peti kemas di dukung oleh dengan adanya jadwal tetap kedatangan setiap kapal, jumlah peti kemas, dan lokasi berlabuh yang didasarkan pada ukuran kapal. Penataan lokasi yang optimal telah dilakukan dengan prinsip peti kemas diletakkan pada tempat yang dekat dengan lokasi kapal yang akan mengangkutnya. Penataan lokasi peti kemas di storage yard telah dilakukan sebagai tahapan pertama optimasi di terminal peti kemas maka perlu dilakukan optimasi berikutnya untuk menunjang hasil penentuan lokasi. Tahap optimasi selanjutnya yang dilakukan pada TPKS ialah penjadwalan fasilitas yang memindahkan peti kemas dari storage yard ke kapal. Menurut Kirana (2013), proses loading di TPKS diawali dengan masuknya peti kemas ekspor yang dibawa oleh truk luar TPKS. Kedatangan tiap peti kemas untuk satu kapal terjadi secara acak. Peti kemas yang telah di taruh di storage yard akan diangkut oleh truk dalam (milik TPKS). Ada saatnya truk TPKS berjalan bersamaan menuju kapal untuk loading, namun terjadi kekosongan pada bagian kapal ketika truk-truk itu secara bersamaan menggambil peti kemas di storage yard. Masalah-masalah di TPKS ini mengindikasi operasi muat saat ini tidak optimal, maka masih dimungkinkan melakukan optimasi dengan fasilitas yang ada saat ini di TPKS. Maka penjadwalan fasilitas diharapkan dapat sesuai dengan kebutuhan peti kemas yang akan diangkut dan juga jarak yang telah dioptimasi sebelumnya. Berdasarkan latar belakang diatas, penjadwalan fasilitas ini dirasa perlu dilaksanaan untuk mengoptimasi sistem di TPKS. Penelitian ini diharapkan menjadi sarana evaluasi sistem yang diterapkan serta dapat mengurangi antrian panjang maupun idle time dari QC sehingga proses loading dapat dilakukan dengan lebih cepat.

5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang ada, penelitian ini akan mengembangkan model matematika untuk meminimasi antrian truk dan idle crane saat proses loading dengan penjadwalan fasilitas (quay crane, truk, yard crane) yang berada di Terminal Peti Kemas Semarang. 1.3 Asumsi dan Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Saat proses pemindahan tidak ada kejadian truk berhenti dan waktu dianggap konstan. 2. Tidak mempertimbangkan kendala cuaca dan penempatan di kapal. 3. Penelitian akan dilakukan di lokasi terminal yang menyimpan peti kemas tertutup sehingga tidak memerlukan perlakuan khusus. 4. Tidak mempertimbangkan adanya truk dari luar TPKS. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya penelitian ini sebagai berikut: 1. Membangun model untuk penjadwalan quay crane, truk, yard crane peti kemas di CY TPKS. 2. Membandingkan dan mengevaluasi tingkat efisiensi proses penanganan loading peti kemas. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan kombinasi optimum penggunaan fasilitas yang digunakan untuk menghindari terjadinya antrian truk dan idle crane. Dengan kedatangan kapal yang terjadwal dan sudah terdapat lokasi penempatan peti kemas, diharapkan penelitian ini memperoleh waktu operasi yang optimal dari penjadwalan fasilitas sehingga pada tahap selanjutnya dapat berpengaruh kepada biaya yang harus dikeluarkan pada proses penanganan peti kemas di Terminal Peti Kemas Semarang.