Aktivitas ekstrak etanol herba seledri (Apium graveolens) dan daun urang aring (Eclipta prostata (L.)L.) terhadap Pityrosporum ovale

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

NUR SIDIK CAHYONO AKTIVITAS ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL BIJI JARAK, DAUN URANG-ARING DAN KOMBINASINYA TERHADAP MALASSEZIA SP. SERTA EFEK IRITASINYA

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2014 di Laboraturium

Lampiran 1.Identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Hasil Identifikasi hewan Teripang. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

I. PENDAHULUAN II. METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

Uji aktivitas antijamur salep dan krim ekstrak daun ketapang Terminalia cattapa L. pada kulit kelinci

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. MIPA dan Laboratorium Universitas Setia Budi Surakarta. B.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

Lampiran 2. Morfologi Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth)

BAB III METODE PENELITIAN

AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN ALAMANDA

BAB 3 METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian

PHARMACY, Vol.09 No. 02 Agustus 2012 ISSN

LAPORAN HASIL PENELITIAN PENENTUAN POTENSI JAMU ANTI TYPHOSA SERBUK HERBAL CAP BUNGA SIANTAN

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

Lampiran 1. Hasil identifikasi daun ekor naga (Rhaphidopora pinnata (L.f.) Schott.)

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan rimpang lengkuas merah

3 METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir

LAMPIRAN. Sampel Daun Tumbuhan. dicuci dikeringanginkan dipotong-potong dihaluskan

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK KERING DAUN Ocimum americanum L. SEBAGAI ANTIFUNGI Candida albicans

PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN Roselina Wulandari*, Pri Iswati Utami *, Dwi Hartanti*

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Jengkol

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Pertanian Universitas Sultan Syarif Kasim Riau.

Lampiran 1. Hasil identifikasi dari jenis rumput laut Kappaphycus alvarezii (Doty)

Daya Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

Penetapan Kadar Sari

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu 10%, 25%, 50%, 75% dan 100%. 2. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Enterococcus faecalis dengan

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan

III BAHAN DAN METODE

Prosiding Farmasi ISSN:

Jurnal Farmasi Indonesia, Maret 2014, hal Vol. 11 No. 1 ISSN: EISSN : Online :

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

Lampiran 1. Persiapan Media Bakteri dan Jamur. diaduk hingga larut dan homogen dengan menggunakan batang pengaduk,

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

Penetapan Potensi Antibiotik Secara Mikrobiologi. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta)

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara

AKTIVITAS KANGKUNG AIR (Ipomoea aquatica) TERHADAP JAMUR Pityrosporum ovale HASIL ISOLASI SECARA IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi Dasar Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2012 bertempat di

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

BAB 3 METODE PENELITIAN

DAYA HAMBAT DEKOKTA KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI. Muhamad Rinaldhi Tandah 1

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Majalah Elin Yulinah Farmasi Sukandar Indonesia, 17 (1), 7 12, 2006 Aktivitas ekstrak etanol herba seledri (Apium graveolens) dan daun urang aring (Eclipta prostata (L.)L.) terhadap Pityrosporum ovale Activity of ethanol extracts of seledri (Apium graveolens) herbs and urang aring (Eclipta prostata (L.)L.) leaves against Pityrosporum ovale Elin Yulinah Sukandar, Suwendar dan Ernita Ekawati Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung Abstrak Seledri (Apium graveolens) dan urang aring (Eclipta prostata (L.)L.) secara tradisional digunakan untuk penyubur rambut. Pada penelitiaan ini kami ingin menguji apakah kedua bahan tersebut mempunyai aktivitas terhadap Pityrosporum ovale sebagai jamur penyebab ketombe. Aktivitas anti Pityrosporum ovale ekstrak etanol herba seledri (Apium graveolens) dan daun urang aring (Eclipta prostata (L.)L.) telah diuji dengan metode difusi agar dan pengenceran agar. Aktivitas anti Pityrosporum ovale ditunjukkan oleh kedua ekstrak tersebut, tetapi herba seledri menunjukkan efek yang lebih kuat dengan diameter hambatan 16,33 ± 2,08 mm pada konsentrasi 5% b/v sedangkan daun urang aring menunjukkan hambatan 12,67 ± 1,15 mm pada konsentrasi yang sama menggunakan metode difusi agar. Pada metode pengenceran agar, kedua ekstrak masih menghambat sampai konsentrasi 0,11 mg/ml. Kata kunci : antijamur, Pityrosporum ovale, seledri, urang aring. Abstract Seledri (Apium graveolens) and urang aring (Eclipta prostata (L.)L.) have been used traditionally for hair grow. In this study, we want to test wether the both substances have an activity against Pityrosporum ovale as fungi causing dandruff. Anti Pityrosporum ovale activity of ethanol extracts of seledri (Apium graveolens) herbs and urang aring (Eclipta prostata (L.)L.) leaves had been studied using agar difusion and dilution methods. Anti Pityrosporum ovale activity was shown by both of the two extracts, but seledri herbs extract showed stronger effect with inhibition diameter of as large as 16.33 ± 2.08 at the concentration of 5% w/v whereas that of urang aring leaves showed the inhibition diameter of 12.67 ± 1.15 at the same concentration using agar difusion method. With agar dilution method, both of the two extracts still showed the inhibitory effects at the concentration of as low as 0.11 mg/ml. Key words : antifungi, Pityrosporum ovale, seledri, urang aring Pendahuluan Ketombe adalah suatu keadaan anomali pada kulit kepala, yang dikarakterisasi dengan terjadinya pengelupasan lapisan tanduk secara berlebihan dari kulit kepala membentuk sisiksisik yang halus. Anomali ini disertai dengan adanya kondisi iritasi dan kerusakan rambut. Selain itu, rambut menjadi agak berbau, lebih berminyak, dan sulit diatur. Pada ketombe, ditemukan jamur Pityrosporum ovale dalam jumlah banyak. Sebenarnya jamur Pityrosporum ovale merupakan flora normal pada kulit kepala. Pada kondisi normal, kecepatan pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale kurang dari 47 %. Akan Majalah Farmasi Indonesia, 17 (1), 2006 7

Aktivitas ekstrak etanol herba seledri tetapi, jika ada faktor pemicu yang dapat mengganggu kesetimbangan flora normal pada kulit kepala, maka akan terjadi peningkatan kecepatan pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale yang dapat mencapai 74 %. Banyaknya populasi Pityrosporum ovale inilah yang memicu terjadinya ketombe (Rook, 1991). Tanaman seledri banyak tersebar di daerah Jawa dan dibudidayakan pada ketinggian 1000-2100 m di atas permukaan laut atau di pegunungan. Menurut Cronquist (1981), seledri diklasifikasikan dalam divisi Magnoliophyta, anak divisi Angiospermae, kelas Magnoliopsida, anak kelas Rosidae, bangsa Apiales, suku Apiaceae, marga Apium, dan jenis Apium graveolens L. Nama daerah untuk seledri antara lain dalam bahasa Sunda di sebut saledri (Kasahara and Hemmi, 1995). Seledri mempunyai banyak kandungan gizi, antara lain kalori sebanyak 20 kalori, protein 1 gram, lemak 0,1 gram, hidrat arang 4,6 gram, kalsium 50 mg, fosfor 40 mg, besi 1 mg, vitamin A 130 SI, vitamin B1 0,03 mg, dan vitamin C 11 mg per 100.gram bahan. Daun seledri banyak mengandung apiin, apigenin, manitol, inositol, asparagin, glutamin, kholin, dan linamarose, di samping substansi diuretik yang bermanfaat untuk meningkatkan jumlah air seni (Perry, 1980). Seledri banyak digunakan untuk mengobati sakit mata, keseleo, reumatik, hipertensi, dan sebagai penyubur rambut. (Perry, 1980). Urang aring merupakan jenis tanaman yang banyak tersebar di daerah Jawa pada ketinggian 1-1500 m di atas permukaan. Menurut Cronquist (1981), urang aring diklasifikasikan dalam divisi Magnoliophyta, anak divisi Angiospermae, kelas Magnoliopsida, anak kelas Asteridae, bangsa Asterales, suku Asteraceae, marga Eclipta, dan jenis Eclipta prostrata (L.) L. dengan sinonimnya Eclipta erecta L. serta Eclipta alba (L.) Hassk. Nama daerah untuk urang aring antara lain goman, urang aring (Jawa); telenteya (Madura); daun tinta (Banda) (Kasahara and Hemmi, 1995). Tanaman ini mengandung ecliptin, α-tertienilmetanol, 2-(buta-1,3-diinil)-5-(but-3-en-1-inil)tiofen, 2- (buta-1,3-diinil)-5-(4-kloro-3-hidroksibut-1-inil) tiofen,5-(3-buten-1-inil)-2,2 -bitienil-5 -metil asetat, dan wedelolakton (Perry, 1980). Daun urang aring banyak digunakan untuk mengobati sesak nafas, sakit kepala, sakit gigi, bronkhitis, gangguan haid, dan sebagai penyubur rambut. (Perry, 1980). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi apakah herba seledri dan daun urang aring mempunyai aktivitas anti ketombe (anti Pityrosporum ovale) disamping manfaat sebagai penyubur rambut yang telah diketahui selama ini. Metodologi Bahan Tanaman uji adalah herba Apium graveolens L. (seledri) dan daun Eclipta prostata (urang aring). Herba seledri dikumpulkan dari daerah Lembang (Bandung) dan daun urang aring dikumpulkan dari daerah Cihampelas (Bandung) pada bulan November 2004. Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bandungense Departemen Biologi Fakultas MIPA ITB. Media jamur yang digunakan adalah Sabouraund Dextrose Agar (SDA) dan Sabouraund Dextrose Broth (SDB). Bahan lain yang digunakan adalah kapas berlemak, aluminium foil; kertas roti, cakram kertas. Alat Lemari pengering Hitachi, mesin penggiling, alat refluks, rotaevaporator Heidolph -Jerman tipe VV1, Oven WTC Binder -Jerman, autoklaf Napco, tipe 9000-D Amerika Serikat, Spektrofotometer Spektronik 21 D dan Mixer Vortex (Retsch Mixer ), cawan Petri, jarum Öse, mikropipet Eppendorf. Jamur uji Pityrosporum ovale, diperoleh dari Laboratorium Khemoterapi Sekolah Farmasi ITB. Cara penelitian Pembuatan ekstrak Herba seledri dan daun urang aring diekstraksi dengan pelarut etanol 95 % menggunakan alat refluks. Masing-masing bagian tanaman sebanyak 50 gram diekstraksi dengan satu liter etanol 95 %. Ekstraksi dilakukan sebanyak dua kali dan masing-masing proses ekstraksi dilakukan selama 2 jam. Hasil ekstraksi disaring dan digabungkan. Setelah itu, filtrat hasil ekstraksi dipekatkan dengan rotaevaporator dan diperlakukan sedemikian rupa hingga didapatkan ekstrak kering. Penyiapan jamur uji Penyiapan jamur uji meliputi penyiapan biakan dan penyiapan inokulum. Pityrosporum ovale dibiakkan di dalam media agar SDA yang dibuat membentuk agar miring dengan cara menggoreskan 8 Majalah Farmasi Indonesia, 17 (1), 2006

Elin Yulinah Sukandar Pytyrosporum ovale menggunakan jarum Öse ke dalam 7 ml media agar miring SDA (Laskin, 1973; Rose, 1969). Setelah dilakukan peremajaan dan perbanyakan biakan, maka dilakukan pembuatan inokulum. Inokulum dibuat dengan cara mensuspensikan Pityrosporum ovale yang telah dibiakkan ke dalam 5 ml media cair SDB dan dikocok menggunakan alat Vortex, kemudian diukur transmitannya dengan Spektrofotometer Spektronik 21 D dimana pengukuran diatur pada T 90 %. Suspensi inilah yang nantinya digunakan untuk uji aktivitas anti Pityrosporum ovale. Karakterisasi bahan Karakterisasi bahan uji yang dilakukan meliputi penetapan kadar air ekstrak etanol, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu total dan rendemen sesuai dengan yang tertera pada Parameter Standar Umum Ekstrak Tanaman Obat (2000). Selain itu dilakukan pula penapisan fitokimia yang meliputi pemeriksaan adanya golongan senyawa tertentu seperti alkaloid, flavonoid, saponin, kuinon, tanin, dan steroid/terpenoid) mengikuti acuan WHO (1998) dan Farnworth (1966). Penentuan aktivitas Metode difusi agar Penentuan aktivitas anti Pityrosporum ovale dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan cakram kertas. Metode ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : (1) Media agar SDA yang sudah dicairkan sebanyak 10 ml dicampur dengan 100 µl larutan inokulum di dalam cawan Petri, dan dibiarkan menjadi padat. (2) Satu buah cakram kertas steril diletakkan di atas medium agar pada cawan Petri berdiameter 10 cm. Larutan uji masingmasing diteteskan sebanyak 15 µl. Masing-masing 3 cakram untuk tiap konsentrasi larutan uji pada 3 cawan Petri yang berbeda. (3) Masing-masing cawan Petri diinkubasi selama 2-3 hari, pada suhu 25 0 C. (4) Daerah hambatan pertumbuhan di sekeliling cakram kertas diukur. Pengenceran agar Penentuan KHM ekstrak uji dilakukan dengan metode pengenceran agar menggunakan tabung reaksi. Metode ini dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : (1) Larutan uji dengan kadar yang berbeda-beda, mulai dari kadar terendah sampai dengan kadar tertinggi, dicampurkan dengan media agar SDA. Kadar larutan uji untuk ekstrak etanol yang diencerkan dengan etanol 95 % adalah 10 mg/ml, 7,5 mg/ml, 5 mg/ml, 2,5 mg/ml, 1 mg/ml, 0,5 mg/ml, 0,25 mg/ml, dan 0,1 mg/ml. Konsentrasi yang dibuat adalah sepuluh kalinya menjadi 100 mg/ml, 75 mg/ml, 50 mg/ml, 25 mg/ml, 10 mg/ml, 5 mg/ml, 2,5 mg/ml, dan 1 mg/ml. (2) Sebanyak 0,2 ml dari masing-masing konsentrasi, dicampurkan dengan 1,8 ml media agar SDA yang telah dicairkan. Campuran ini kemudian dihomogenkan menggunakan alat Vortex dan dibuat membentuk agar miring. (3) Setelah masing-masing agar miring tersebut menjadi padat, di atasnya digoreskan suspensi Pityrosporum ovale sebanyak satu jarum Öese. Masing-masing 3 tabung reaksi untuk tiap larutan uji. (4) Masing-masing tabung reaksi diinkubasi selama 2-3 hari pada suhu 25 0 C. (5) Pada masing-masing tabung reaksi, diamati pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale dengan melihat ada tidaknya koloni Pityrosporum ovale yang terbentuk. Penentuan kesetaraan aktivitas larutan uji dengan antifungi pembanding Penentuan kesetaraan aktivitas larutan uji dengan anti fungi pembanding dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan cakram kertas. Anti fungsi pembanding yang digunakan adalah ketokonazol untuk jamur Pityrosporum ovale. Sederetan konsentrasi anti fungi pembanding dibuat menggunakan pelarut etanol 95 %. Dari hasil pengukuran diameter hambat anti fungi, dibuat persamaan garis antara logaritma konsentrasi dengan diameter hambat. Penentuan kesetaraan aktivitas antara larutan uji dengan anti fungi pembanding ketokonazol dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan cakram kertas. Metode ini dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : (1) Media agar SDA yang sudah dicairkan sebanyak 10 ml dicampur dengan 100 µl larutan inokulum di dalam cawan Petri, dan dibiarkan menjadi padat. (2) Lima buah cakram kertas steril diletakkan di atas media agar pada cawan Petri berdiameter 9-10 cm. Larutan uji dan anti fungi pembanding masing-masing diteteskan sebanyak 15 µl. Masing-masing 3 cakram untuk tiap konsentrasi larutan uji pada 3 cawan Petri yang berbeda. (3) Masing-masing cawan Petri diinkubasi selama 2-3 hari pada suhu 25. 0 C. (4) Daerah hambatan pertumbuhan di sekeliling cakram kertas. Hasil Dan Pembahasan Hasil karakterisasi bahan Karakterisasi simplisia yang dilakukan meliputi kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu total dan rendamen (Tabel I). Penapisan fitokimia simplisia meliputi pemeriksaan adanya golongan senyawa tertentu seperti alkaloid, flavonoid, saponin, kuinon, tanin, dan steroid/terpenoid(tabel II). Majalah Farmasi Indonesia, 17 (1), 2006 9

Aktivitas ekstrak etanol herba seledri Tabel I. Pemeriksaan karakteristik simplisia uji Jenis uji* Seledri Urang aring Kadar air 3,93 % b/b 11,49 % b/b Kadar sari larut air 34,01 % v/b 11,39 % v/b Kadar sari larut etanol 9,55 % v/b 3,26 % v/b Kadar abu total 12,85 % b/b 12,88 % b/b Rendemen 26,92 % b/b 8,15 % b/b Keterangan : * = dilakukan satu kali pengujian Tabel II. Hasil penapisan fitokimia simplisia uji secara kualitatif Simplisia Alkaloid Flavonoid Saponin Kuinon Tanin Steroid/ triterpenoid Galat Katekat Seledri - + - + + + + (steroid) Urang aring - + - + + + + (steroid) Keterangan : + : menunjukkan adanya kandungan zat yang dianalisis - : tidak menunjukkan adanya kandungan zat yang dianalisis Tabel III. Aktivitas ekstrak etanol seledri dan urang aring serta ketokonazol terhadap Pityrosporum ovale Nama bahan uji Diameter hambat (mm)* 10 % b/v 5% b/v 1% b/v Ekstrak etanol kering Herba Seledri 84,33 ± 2,08 16,33 ± 2,08 12,00 ± 2,00 Ekstrak etanol kering Daun Urang aring 82,33 ± 2,52 12,67 ± 1,15 *) 10,67 ± 1,15 *) Ketokobazol td 78,67 ± 0,58 24,00 ± 1,00 Etanol - - - Keterangan : * = rata-rata dari tiga penentuan ; *) = daerah hambatan agak keruh - = tidak ada hambatan d = tidak ditentukan Tabel IV. Hasil penetapan KHM ekstrak etanol herba seledri dandaun urang aring terhadap Pityrosporum ovale dengan metode pengenceran agar. Pertumbuhan Pityrosporum ovale pada berbagai konsentrasi ekstrak etanol dalam media (mg/ml)* Ekstrak 0,111 0,083 0,055 0,028 0,011 0,006 0,003 0,001 KHM (mg/ml) Herba Seledri - - - - - - - - <0,001 Daun Urang aring - - - - - - - - <0,001 Keterangan : * = dilakukan tiga kali penentuan Aktivitas ekstrak etanol seledri dan urang aring terhadap Pityrosporum ovale Pengujian yang dilakukan terhadap jamur Pityrosporum ovale dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode difusi agar menggunakan cakram kertas untuk pengujian aktivitas anti Pityrosporum ovale dan metode pengenceran agar untuk penentuan konsentrasi hambat minimum (KHM) terhadap jamur Pityrosporum ovale. Berdasarkan pengujian diperoleh bahwa kedua ekstrak uji yang digunakan memberikan aktivitas penghambatan terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale. 10 Majalah Farmasi Indonesia, 17 (1), 2006

Elin Yulinah Sukandar Tabel V. Penentuan aktivitas antifungi pembanding ketokonazol terhadap Pityrosporum ovale Konsentrasi larutan Konsentrasi larutan Log C Diameter hambatan (mm)* antifungi (mg/ml) antifungi (mg/cakram) 50 0,750-0,1249 78,67 ± 0,58 25 0,375-0,4260 53,00 ± 1,00 20 0,300-0,5229 46,67 ± 1,15 10 0,150-0,8239 24,00 ± 1,00 5 0,075-1,1249 7,00 ± 0,00 Keterangan : * = Rata-rata dari tiga penentuan Gambar 1 : Kurva aktivitas antifungi pembanding ketokonazol terhadap Pityrosporum ovale Keterangan : y = 71,647x + 85,17; R 2 = 0,9933 y = diameter hambatan; x = logaritma konsentrasi; R 2 = koefisien regresi Tabel VI. Kesetaraan aktivitas akstrak etanol setara dengan 1 mg simplisia kering terhadap Ketokonazol Simplisia kering (1 mg) Ketokonazol (µg) Herba seledri 0,131 Daun Urang aring 0,131 Ekstrak etanol kedua bahan uji dengan konsentrasi 10 %b/v memberikan daerah hambatan terbesar dibandingkan pada konsentrasi 5 dan 1 %b/v. Pada konsentrasi 10 %b/v ini herba seledri menunjukkan diameter hambat sebesar 84,33 ± 2,08 mm, lebih tinggi dibandingkan daun urang aring (sebesar 82,33 ± 2,52 mm). Pada konsentrasi yang lebih kecil, yaitu 5 dan 1 % b/v, juga terlihat bahwa herba seledri menunjukkan diameter hambat yang lebih besar dibandingkan daun urang aring. Pada konsentrasi 5 % b/v ekstrak etanol herba seledri menunjukkan diameter hambat sebesar 16,33 ± 2,08 mm sedangkan ekstrak daun urang aring menunjukkan diameter hambat sebesar 12,67 ± 1,15 mm. Pada konsentrasi 1 % b/v ekstrak etanol herba seledri menunjukkan diameter hambat 12,00 ± 2,00 mm, sedangkan ekstrak etanol daun urang aring menunjukkan diameter hambat sebesar 10,67 ± 1,15 mm. Hasil pengujian aktivitas anti Pityrosporum ovale pada Tabel III. Hasil penetapan KHM dengan metode pengenceran agar Metode pengenceran agar digunakan untuk menentukan konsentrasi hambat minimum dari ekstrak etanol herba seledri dan daun urang aring yang digunakan. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dinyatakan sebagai konsentrasi terkecil yang masih dapat menghambat pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale. Kepekaan jamur Pityrosporum ovale terhadap ekstrak etanol herba seledri dan daun urang Majalah Farmasi Indonesia, 17 (1), 2006 11

Aktivitas ekstrak etanol herba seledri aring dapat terlihat dari nilai KHM-nya. Semakin kecil nilai KHM yang diperoleh maka semakin peka jamur Pityrosporum ovale. Hal ini berarti semakin efektif penggunaan ekstrak uji dalam penelitian ini untuk menghambat pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa nilai KHM dari ekstrak etanol herba seledri dan daun urang aring lebih kecil dari 0,001 mg/ml media (Tabel IV). Penentuan keseteraan dengan ketokonazol Kesetaraan aktivitas ekstrak etanol herba seledri terhadap ketokonazol yang setara dengan 1 mg simplisia kering terhadap jamur Pityrosporum ovale setara dengan ekstrak etanol daun urang aring yaitu 0,131 µg (Tabel V dan VI serta Gambar 1). Kesimpulan Ekstrak etanol herba seledri dan daun urang aring menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale. Nilai KHM yang diberikan oleh ekstrak etanol herba seledri dan daun urang aring lebih kecil dari 0,001 mg/ml media dengan kekuatan aktivitas tiap 1 mg simplisia kering setara dengan 0,131 µg ketokonazol. Daftar Pustaka Anonim, 2000, Cara Pembuatan Simplisia, Depkes RI, Jakarta, 2-22. Anonim, 1985, Materia Medika Indonesia, jil. 2, Depkes RI, Jakarta, 128-137. Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tanaman Obat, Bakti Husada, Jakarta, 3, 13-38. Farnsworth, N.R., 1966, Biological and Phytochemical Screening of Plants, J. Pharm. Science, 55(3), 243-266. Kasahara, S. and Hemmi, S., 1995, Medicinal Herb Index in Indonesia, 2 nd ed., Eisai Indonesia, Jakarta, 85, 100, 157, 180, 222, 285, 296. Laskin, A.I. and Lechevalier, H.A., 1973, Hand Book of Microbiology, vol. 1, CRC Press, Ohio, 351, 385. Perry, L.M., 1980, Medicinal Plant of East and SouthEast Asia, The MIT Press, London, 44, 92, 133, 137, 151, 254, 306, 413. Rook, A. and Dawber, R.,1991, Diseases of Hair and Scalps, 2 nd ed., Blackwell Scientific Publ., London, 1-50, 493-497. Rose, A.H. and. Harison, J.S, 1969, The Yeast, vol. 1, Academic Press, London, 158-160. 12 Majalah Farmasi Indonesia, 17 (1), 2006