BAB VI PENUTUP. (Negeri Ini) dengan menggunakan metode semiotika Pierce. Peneliti

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai wacana kritik sosial yang berkaitan dengan fenomena kemiskinan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Kota menawarkan berbagai ragam potensi untuk mengakumulasi aset

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Larva ditayangkan RCTI. Program Larva sendiri berasal dari Korea Selatan yang

BAB IV ANALISIS DATA

BAB II KAJIAN TEORI Film

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis terhadap film Air Terjun Pengantin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan menjelaskan atau menganalisis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

13 PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK ASUH DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian,

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

BAB 1 PENDAHULUAN. penuh gejolak dan tekanan. Istilah storm and stress bermula dari psikolog

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. khalayak melalui sebuah media cerita (Wibowo, 2006: 196). Banyak film

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB IV PENUTUP. kembali isu yang dianggap penting dalam sebuah media. Unsur-unsur audio visual

BAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak

Banyak orangtua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar. Mereka beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak.

MODEL PEMBELAJARAN NONDIRECTIVE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang

BAB I PENDAHULUAN. tampilannya yang audio visual, film sangat digemari oleh masyarakat. Film

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

BAB IV PENUTUP. yang direpresentasikan dalam film PK ditunjukan dengan scene-scene yang. tersebut dan hubungan kelompok dengan penganut agama lain.

KESENJANGAN SOSIAL PADA NASKAH DRAMA BILA MALAM BERTAMBAH MALAM KARYA PUTU WIJAYA

BAB III METODE PENELITIAN. studi kasus. Poerwandari (1998), penelitian kualitatif

BAB I PENDAHULUAN. mudah untuk dioperasikan. Tak terkecuali anak-anak juga ikut merasakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak-anak usia 5-10 tahun Orangtua Bijak

BAB I PENDAHULUAN. media massa secara efektif mempengaruhi agenda politik negara dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu mengatasi berbagai permasalahan dalam hidupnya. Sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan. untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan dan dialami serta disadari oleh manusia dan masyarakat Indonesia.

DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam tahap ini, peneliti mulai menerapkan proses representasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 menempatkan bahasa memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Mendengar terjadinya sebuah kekerasan dalam kehidupan sehari-hari

BAB 1 PENDAHULUAN. budaya yang melatar belakanginya. Termasuk pemakaian bahasa yang tampak pada dialog

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

BAB IV ANALISIS DATA

Sosialisasi Bahasa dalam Pembentukkan Kepribadian Anak. Sosialisasi bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu di

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Konsep toleransi seperti yang dapat disimpulkan dalam film ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. verbal dan non verbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

I. PENDAHULUAN. pelepah dasar terbentuknya kepribadian seorang anak. Kedudukan dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jadi masih mengandung kemiskinan dimana-mana, baik di kota maupun di desa.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian unsur patriotisme dalam film Sang Kiai akan dilaksanakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sarana cerita itu, penonton secara tidak langsung dapat belajar merasakan dan

BAB VI PENUTUP. rumah tangga sering dicurigai sebagai penyebab munculnya jenis incest yang seperti ini.

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang

REPRESENTASI DISFUNGSI KELUARGA DALAM FILM REALITA CINTA DAN ROCK N ROLL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

151 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Setelah peneliti melakukan analisis pada film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) dengan menggunakan metode semiotika Pierce. Peneliti mendapatkan hal-hal atau makna di balik adegan-adegan yang terdapat di dalam film. Dan hasil analisis terhadap simbol-simbol yang menjadi data penelitian sesuai dengan rumusan masalah, yaitu mengungkap bagaimana representasi anak jalanan pada konteks kemiskinan di Indonesia dalam film Alangkah Lucunya (Negeri Ini). Peneliti membagi 3 (tiga) bagian karakteristik untuk merepresentasikan anak jalanan, yaitu karakteristik fisik, karakteristik psikis dan situasi konflik yang dihadapi anak jalanan. Pertama, karakteristik fisik. Scene yang membicarakan fisik anak jalanan dalam film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) dapat dipaparkan berdasarkan: a) kondisi tubuh dan orientasi tempat tinggal anak jalanan meliputi tubuh kotor, kumal (jarang mandi), kehidupan yang tidak terurus, serta tempat tinggal yang tidak layak huni, kotor, semeraut dan hanya dengan alat-alat yang seadanya, seperti tidur hanya memakai kain, koran, anyaman yang terbuat dari tali dan jaring bekas sebagai alas. Tetapi, ada pula anak jalanan yang mengenakan pakaian rapi namun, sejatinya hal itu hanya dilakukan pada situasi tertentu untuk mendukung dan melancarkan aktivitas mereka di jalan. Artinya, dalam kondisi ini dari sisi pemenuhan kebutuhan akan kesehataan dan materi dasar seperti papan pada anak jalanan 151

152 kurang terpenuhi, b) kondisi pendidikan anak jalanan meliputi kurangnya pengetahuan dan keteramapilan hitung menghitung, pengetahuan membaca dan menulis yang sama sekali tidak dimiliki oleh anak jalanan, minimnya pengetahuan agama, bahkan tidak mengenal apa status agama. Dari semua aspek yang terungkap berkaitan dengan kondisi fisik anak jalanan dapat dikatakan bahwa kemiskinan yang dialami anak jalanan disebabkan kurang terpenuhinya kebutuhan mendasar seperti sandang, pangan dan papan. Kedua, karakteristik psikis. Scene yang membicarakan psikis anak jalanan dalam film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) dipaparkan berdasarkan: a) perilaku anak jalanan dalam interaksi sosial, perilaku yang terlihat dari aspek ini terdiri dari 2 (dua) sudut pandang, yakni interaksi dengan pihak lain dan interaksi dengan sesama anak jalanan. Hubungan dengan pihak lain anak jalanan menjadi sosok yang tertutup dan tidak ingin bersahabat, sedangkan perilaku pada hubungan sesama anak jalanan juga cenderung kasar, baik verbal maupun non verbal. Kekerasan verbal dapat berupa kata-kata kasar, meledek, meremehkan bahkan mencaci, sedangkan kekerasana non verbal memukul dan menunjuk dengan maksud menantang untuk berkelahi, b) Kecenderungan sikap anak jalanan secara individu, meliputi anak jalanan berprasangka buruk, sangat sulit diarahkan, anak jalanan ingin hidup bebas dalam mengatur kegiatannya sehari-hari tanpa harus diatur atau dipengaruhi oleh pihak lain, mulai dari makan, tidur, mandi, bermain, bekerja, pergaulan bahkan untuk belajar. Penjelasan keseluruhan dari aspek yang berkaitan dengan psikis anak jalanan dapat

153 dikatakan bahwa kemiskinan yang dialami oleh anak jalan dikarenakan rendahnya tingkat kognisi, afeksi dan psikomotorik 8 yang mendorong berbagai perilaku negatif dalam interaksi dengan lingkungannya. Ketiga, Scene yang membicarakan situasi konflik yang dihadapi anak jalanan Dalam film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) dipaparkan berdasarkan: a) pelaku kriminalitas, yaitu berkaitan dengan kondisi anak jalanan yang terjerat tindakan kriminalitas, berdasarkan uraian scene dan tahap semiotika Pierce bahwa anak jalanan beraktivitas sebagai pencopet, b) korban kekerasan. Anak jalanan mengalami kekerasan dalam kehidupan kesehariannya, baik itu kekerasan fisik dan mental yang mengarah kepada suatu konteks kekerasan verbal dan non verbal yang dihadapi anak jalanan. Kekerasan verbal berupa kata-kata atau segala sesuatu yang berbentuk suara yang dilontarkan kepada anak jalanan, yang memberikan efek negatif, seperti malu, tersinggung, takut, cemas dan sebagainya. Sedangkan, kekerasan non verbal adalah kekerasan dalam bentuk fisik atau gerakan tertentu yang juga memberi efek negatif, seperti takut, kesakitan dan sebagainya. Kekerasan verbal identik dengan mental sesorang, seperti yang dialami oleh anak jalanan, yaitu berupa bentakan, ancaman, kalimat yang meremehkan dan kalimat yang tidak menghargai. Sedangkan, non verbal identik pada fisik, yaitu berupa pukulan, tendangan dan jeweran. Kekerasan yang dialami anak jalanan tersebut dilakukan oleh bos dan masyarakat 8 Kognisi, afeksi dan psikomotorik adalah kemampuan seseorang mulai dari tahap berpikir hingga ke tahap tindakan. ketiganya merupakan proses yang berkesinambungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan psikologi.

154 dengan tindakan yang semena-menanya, c) eksploitasi, yaitu kondisi anak jalanan yang mengalami tindak eksploitasi pekerjaan. Dalam film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) berdasarkan scene dan tahap semiotika Pierce adanya kecenderungan anak jalanan yang patuh kepada setiap instruksi yang diberikan. Di posisi itu anak jalanan yang patuh dengan segala bentuk instruksi tersebut dijadikan pekerja dan sumber mata pencaharian bagi sang bos. Penggambaran kemiskinan dalam film di Indonesia yang dulunya tidak cukup berani untuk ditampilkan mewakili realitas yang ada. Namun, saat ini dalam film ini kemiskinan ditampilkan dengan sangat jelas. Gambaran anak jalanan pada scene-scene yang membicarakan karakteristik fisik, psikis dan situasi konflik yang dihadapi anak jalanan menunjukkan bahwa anak jalanan berada pada kondisi kemiskinan yang cukup kompleks. B. Saran Kesimpulan yang telah diuraikan berkaitan dengan representasi anak jalanan dalam konteks kemiskinan pada film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) terkait manfaat dari kajian yang dilakukan mendorong peneliti untuk memberikan saran, yaitu saran akademik dan saran praktis. Pertama, saran akademik berdasarkan analisis semiotik yang telah dilakukan pada film: 1. Terkait dengan hasil temuan, terdapat banyak dialog maupun adegan yang kasar, bahkan mendemonstrasikan tindakan tertentu yang tidak

155 selayaknya menjadi tontonan untuk pihak tertentu yang rentan dan memiliki kecenderungan akan melakukan tindakan meniru. Untuk itu pihak sineas diharapkan dapat meminimalisir dialog maupun adeganadegan yang demikian. 2. Analisis tentang anak jalanan direpresentasikan dengan kondisi yang cukup kompleks dan mengandung kritik terhadap pemerintah. Representasi suatu fenomena akan menjadi tontonan yang lebih bermuatan positif dan bermuatan pendidikan jika memuat berbagai saran dan masukan secara langsung untuk penyelesaian fenomena tertentu khususnya persoalan anak jalanan, bukan hanya sekedar memuat kritik. 3. Keanekaragaman interpretasi dalam membaca sebuah tanda sangatlah dimungkinkan, tergantung dari latar belakang pengalaman, pengetahuan, budaya dan keyakinan seseorang. Berbagai interpretasi tersebut tentu saja rentan akan subyektivitas. oleh karena itu, peneliti mengharpakan lebih banyak penelitian akan analisis yang senada dengan penelitian ini untuk mereduksi subyektivitas yang mungkin saja terjadi. Kedua, saran praktis berdasarkan penggambaran anak jalanan dalam konteks kemiskinan: 1. Penelitian mengenai anak jalanan dalam film masih sangat jarang ditemui. Diharapkan penelitian lain dapat lebih menggali dan dari sudut pandang yang berbeda agar melahirkan penelitian-penelitian baru

156 menyangkut anak jalanan dalam film guna untuk merumuskan strategi yang tepat bagi penyelesaikan permasalahan anak jalanan. 2. Melihat persoalan kemiskinan khususnya anak jalanan dengan kondisi yang serba kekurangan merupakan permasalahan sosial yang seharusnya lebih diperhatikan oleh pemerintah baik melalui kebijakan dan tindakan yang berkaitan dengan pengentasan, sebagai wujud perhatian terhadap kesehjahteraan masyarakat dan penerus bangsa.