namun metode ini hanya dapat membekali operator kapal yang merupakan subyek langsung dari kecelakaan kapal.

dokumen-dokumen yang mirip
1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PENGEMBANGAN PERANGKAT SIMULASI PENANGGULANGAN MARI E HAZARD DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN LAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB V PENUTUP. yang mengalami kecelakaan di perairan Indonesia koordinasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan yang luar biasa bagi bangsa Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN I-1 A. LATAR BELAKANG.

Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran KATA PENGANTAR

PROPOSAL TUGAS AKHIR (LK 1347)

enelitian ini membahas perencanaan dan pengembangan suatu perangkat lunak sebagai alat simulasi penanggulangan kecelakaan kapal dengan memanfaatkan

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERHUBUNGAN DAN KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM

I. PENDAHULUAN. amanat Undang-Undang No.17 Tahun 2008 menjadi suatu yang sangat strategis

BAB I PENDAHULUAN. garis khatulistiwa, oleh karenanya angkutan laut sangat dibutuhkan untuk

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSA DAN PENGUJI KESELAMATAN DAN KEAMANAN KAPAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 (Hamburg, 27 April 1979)

BAB II JENIS-JENIS KEADAAN DARURAT

DESAIN AKSES OPTIMUM DAN SISTEM EVAKUASI SAAT KONDISI DARURAT PADA KM. SINAR BINTAN. Disusun Oleh: Nuke Maya Ardiana

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V KELAIK LAUTAN KAPAL

Aplikasi Formally Safety Assesment Model (Fsam-Imo) Untuk Penilaian Resiko dan Pencegahan Kecelakaan Kapal (Studi Kasus Alur Pelayaran Barat Surabaya)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat

No. : Juni 2016

Perancangan Fire Control and Safety Plan pada Kapal Konversi LCT menjadi Kapal Small Tanker

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 1, Tambahan Lem

BABl PENDAHULUAN. Keselamatan pelayaran merupakan hal yang sangat penting dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu bangunan yang membutuhkan sumber daya, baik biaya, tenaga kerja,

LAPORAN MONITORING KONVENSI HASIL SIDANG INTERNATIONAL MARITIME ORGANIZATION (IMO) PERIODE MEI TAHUN 2013 International Maritime Organization (IMO)

Tabel 1. Perkiraan Masuknya Hydrocarbon Minyak Ke Lingkungan Laut

Technical Information

BAB III ANALISIS METODOLOGI

Lampiran III MARPOL 73/78 PERATURAN TENTANG PENCEGAHAN PENCEMARAN OLEH BAHAN BAHAN BERBAHAYA YANG DIANGKUT MELALUI LAUT DALAM BENTUK KEMASAN

[Standar Pelayanan Minimum KM. Andalus] 1

ISPS CODE Seri: Manajemen Pelabuhan

juga didefinisikan sebagai sebuah titik batas dimana titik G tidak melewatinya, agar kapal selalu memiliki stabilitas yang positif.


PEDOMAN PENYELENGGARAAN DIKLAT KETERAMPILAN KHUSUS PELAUT INTERNATIONAL MARITIME DANGEROUS GOODS (IMDG) CODE

Mencermati Tingginya Frekwensi Kecelakaan Kereta Api Di Indonesia (KEHARUSAN) EVALUASI TOTAL SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PT KA

KESELAMATAN PELAYARAN DI TINJAU DARI UU NO. 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN. Jumaizi Stimart-AMNI ABSTRAKSI

ALBACORE ISSN Volume I, No 3, Oktober 2017 Diterima: 11 Juli 2017 Hal Disetujui: 6 Oktober 2017

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493]

Dukung Pemanfaatan Gas Bumi, PGN-ASDP Sepakat Operasikan Kapal Berbahan Bakar Ganda di Merak-Bakauheni

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT GEDUNG KARYA LANTAI 12 S.D 17

STATUS REKOMENDASI KESELAMATAN SUB KOMITE INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI. Penerima Receiver.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK.16/BPSDMP-2017 TENTANG

ISM Code (International Safety Management Code)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim dengan luas wilayah laut terbesar di

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KONSORSIUM ASURANSI PENYINGKIRAN KERANGKA KAPAL TERMASUK TANGGUNG JAWAB POLUSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

O L E H : A B I S A R W A N S A T Y A W E N D A ( )

PROGRAM PASCA SARJANA TEKNOLOGI KELAUTAN ITS SURABAYA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT TUMPAHAN MINYAK DI LAUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRINSIP MANAJEMEN RISIKO DALAM ORGANISASI (RISK MANAGEMENT)

Informasi Teknik. : Laporan Singkat Sidang Sesi ke-3 dari Sub-Committee on Implementation of IMO Instrument (III 3)

-2- perawatan oleh tenaga yang telah memiliki kualifikasi keahlian sesuai dengan bidangnya. Dalam rangka meningkatkan keselamatan atas pengoperasian p

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT TUMPAHAN MINYAK DI LAUT

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN NELAYAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada daya kerja. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut

PENGEMBANGAN SOFTWARE DECISION SUPPORT SYSTEM UNTUK PERHITUNGAN BIAYA KERUGIAN AKIBAT TUMPAHAN MINYAK

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja, mengingat resiko bahaya adalah penerapan teknologi yang lebih maju dan mutahir.

MAKALAH PERLENGKAPAN KAPAL

Informasi Teknik. : Laporan Singkat Sidang Sesi ke2 dari SubCommittee on Implementation of IMO Instruments (III 2)

Analisa Evakuasi Penumpang pada Kapal Ro-Ro Menggunakan Discrete Event Simulation dan Social Force Model

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT TUMPAHAN MINYAK DI LAUT

Mengapa Klaim Bencana Montara di Laut Timor Ditolak Dua Kali?

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan permesinan dan peralatannya dengan mesin berteknologi

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur sebagai pendukung untuk peningkatan ekonomi. Sisi positif dari

No Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 369 Undang- Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Undang- Undang Nomor 22

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

Latar Belakang. Luaran yang Diharapkan Metodologi. Hasil analisa Kesimpulan dan Rekomendasi

VII. TATA LETAK PABRIK

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN NELAYAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

Rancangan Sistem Assessment Keselamatan Kebakaran Kapal Penyeberangan Roll On Roll Off

WAKTU EVAKUASI MAKSIMUM PENUMPANG PADA KAPAL PENYEBERANGAN ANTAR PULAU

TINJAUAN PUSTAKA. A. Proses Layanan Bisnis. B. Transportasi

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb

BAB I PENDAHULUAN. seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area), APEC( Asia Pacific Economic

ANALISIS KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DENGAN METODE HAZARD AND OPERABILITY (HAZOP) DI.PG CANDI BARU, SIDOARJO SKRIPSI

BAB V PEMBAHASAN. Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya produktivitas (Multahada, 2008)

Desain Self-Propelled Barge Pengangkut Limbah Minyak Di Kawasan Pelabuhan Indonesia III

2016, No dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik I

BAB V PENUTUP. 1. Mengenai Perkembangan Penegakan Hukum Terhadap Kapal. Fishing (IUUF) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. manusia merupakan salah satu sumber daya penting bagi perusahaan selain modal dan

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN Proses terbitnya peraturan-peraturan internasional dalam penanggulangan bencana di laut boleh dikatakan sudah sangat reaktif terhadap pengalaman terjadinya beberapa bencana laut dan efek terhadap lingkungan. Setiap terjadi bencana di laut dalam skala yang besar, lembaga pengatur khususnya IMO (International Maritime Organization) telah merespon dengan cepat khususnya hal-hal yang berkaitan dengan re-design teknis kapal yang dimaksudkan untuk mencegah bencana serupa terjadi lagi dan menekan kemungkinan operator kapal melakukan kesalahan yang sama yang mengakibatkan bencana tersebut. Namun harus disadari pula bahwa ada titik tertentu didalam usaha penanggulangan bencana di laut dimana kita tidak mampu lagi mengabaikan faktor kesalahan manusia dengan sematamata melakukan disain ulang kapal dan sistem di dalamnya. Kenyataan yang ada adalah bahwa seberapa jauhpun kita melakukan perbaikan-perbaikan terhadap disain kapal maka faktor manusialah yang akan jauh lebih menentukan dalam terjadinya kesalahan pengoperasian kapal yang mengakibatkan bencana. Dengan demikian setiap metode pendekatan baru terhadap terciptanya sistem keselamatan di laut harus mampu menciptakan sistem yang dapat memperbaiki performansi dari manusia (operator kapal dan pihak yang terlibat dalam penanggulangan bencana di laut termasuk masyarakat). Jika kita akan melakukan perbaikan ke arah ini, maka pendekatan yang didisain harus memberi arah pada perbaikan faktor manusia dengan konsep yang rasional dan sistematis dan salah satunya dapat dilakukan dengan melibatkan sebanyak mungkin pihak-pihak yang terkait dalam penanggulangan bencana di laut untuk secara aktif terlibat dan mendapat pengalaman di dalam proses penanggulangannya. 1

Salah satu ide dasar dari pengembangan sistem penanggulangan bencana di laut di dunia saat ini adalah untuk menciptakan budaya keselamatan (safety culture) [1]. Safety culture ini membutuhkan komitmen kita untuk mempelajari situasi dan kondisi dari bencana di laut sebelum kita melakukan langkah-langkah penanggulangannya. Ini membutuhkan proses pelatihan dan perbaikan perilaku serta metode dalam mengantisipasi dan mengatasi situasi bencana yang terjadi di laut. Dan salah satu metode yang dapat menunjang proses transfer slogan safety culture menjadi usaha nyata yang dapat di pahami oleh semua pihak yang terlibat dalam kondisi bencana di laut adalah dengan menciptakan sebuah media simuasi dimana kondisi dan situasi bencana di laut dapat diskenariokan dan usaha-usaha penanggulangannya dapat secara sistematis disusun dengan mensimulasikan bencana tersebut berikut usaha-usaha penanggulangannya. Metode ini juga memungkinkan pelaksanaan pelatihan secara kontinyu mengingat rendahnya biaya yang dibutuhkan jika dibandingkan dengan melakukan simulasi phisik. Pada tahun 1995, setelah terjadinya bencana besar gempa bumi Hanshin dan Awaji di Jepang, sebuah kelompok peneliti di Kobe melakukan studi tentang pola optimum penanggulangan terhadap bencana alam dan bencana industri dalam skala besar [2]. Salah satu subyek dasar yang diteliti adalah terkait dengan penerapan teknologi mutakhir dan sumber daya manusia khususnya yang berhubungan dengan manajemen resiko terhadap bencana yang terjadi. Metode yang dipergunakan adalah dengan melakukan evaluasi terhadap proses penanggulangan bencana berdasarkan penilaian resiko yang diakibatkannya. Hasil dari kelompok penelitain ini adalah berupa modifikasi terhadap sistem pencegahan dan penanggulangan bencana yang telah ada pada saat itu. 2

Kelompok peneliti ini juga telah melakukan studi terhadap penanggulangan bencana kecelakaan kapal yang mengakibatkan tumpahan minyak dalam jumlah besar. Penelitian ini lebih dititik beratkan pada pola pengembangan teknologi yang bisa di pergunakan dalam pengumpulan tumpahan minyak (oil spill recovery) disamping pengembangan sistem manajemen resiko yang meliputi tata organisasi dan prosedur penanggulangannya. Berkaitan dengan pengaruh faktor manusia didalam inisiasi bencana di laut, Shiihara [3] memberikan alternatif pendekatan statistik dalam mengidentifikasi faktor kesalahan manusia yang mengawali peluang terjadinya kecelakaan. Hasil dari penelitian seperti yang tertuang di pustaka [3] ini berupa rekomendasi-rekomendasi yang dimaksudkan untuk menekan serendah mungkin faktor kesalahan manusia dalam pengoperasian kapal khususnya di kamar mesin. Metode ini mungkin salah satu alternatif langkah preventif bencana kecelakaan kapal dan tidak bisa dijadikan sebagai solusi penentuan langkah korektif yang optimum jika kecelakaan sudah terjadi. Det Norske Veritas (DNV), lembaga klasifikasi kapal Norwegia, merupakan salah satu lembaga klasifikasi kapal yang paling progresif dalam melakukan penelitian pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kapal. DNV mengusulkan prosedur penilaian keselamatan formal (Formal Safety Assessment) dalam struktur dan metodologi yang sistematis [4]. Metode ini menggunakan pendekatan resiko dan costbenefit analysis dalam mengembangkan prosedur dan peraturanperaturan keselamatan kapal. Sekalipun FSA mampu memberi guidelines dalam penyusunan peraturan yang mampu menurunkan resiko terjadinya kecelakaan kapal dan proses penanggulangannya, 3

namun metode ini hanya dapat membekali operator kapal yang merupakan subyek langsung dari kecelakaan kapal. Berdasarkan hal diatas, metode yang akan dikembangkan dalam penelitian ini dapat bersifat lebih aplikatif dalam membekali semua pihak yang terlibat dan terkena dampak akibat bencana di laut khususnya kecelakaan kapal. Ini dilakukan dengan mendisain sebuah perangkat simulasi komputer dimana didalamnya dimungkinkan membuat skenario kejadian kecelakaan kapal dan semua pihak yang terlibat dalam simulasi tersebut diberikan akses ke server melalui sebuah unit komputer dihadapannya dan akan berperan sebagai salah satu pihak yang terlibat langsung dalam penanggulangannya. 4

BAB II TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 2.1 Tujuan Khusus Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, antara lain: 1. mengembangkan serta mengevaluasi teknologi dan engineering hardware-software yang bisa dipergunakan untuk mengatasi kecelakaan kapal dan dampak yang diakibatkannya (marine hazard) 2. melakukan evaluasi terhadap risk management system yang meliputi sistem prosedur penanganan marine hazard maupun pihakpihak yang berkepentingan didalamnya (human resources). 3. mencari metode alternative yang optimum untuk melatih pihakpihak yang terlibat dalam penanganan marine hazard termasuk didalamnya masyarakat umum dan dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan serta ketrampilan dan pengalaman dalam penanganannya. 2.2 Pentingya Atau Keutamaan Penelitian Kecelakaan kapal tidak hanya berakibat fatal pada kapal, muatan dan awak kapal saja. Pada beberapa kondisi, hal ini juga memberi akibat langsung pada lingkungan, baik laut maupun pesisir, serta juga mempengaruhi kinerja industri pantai dan pesisir. Begitu pula halnya dengan kerugian yang diakibatkan oleh kecelakaan kapal tidak hanya mencakup kerugian nominal akibat tidak mampu beroperasinya kapal dan hilangnya nilai muatan yang di angkut, namun lebih jauh dari itu, kerugian akan meliputi biaya penanggulangan pencemaran, kompensasi terhadap industri perairan laut dan pesisir yang terganggu, serta kerugian akibat hilangnya kesempatan berusaha akibat 5

pencemaran yang diakibatkannya. Hal ini dibuktikan oleh kecelakaan yang menimpa kapal tanker MV NAHKODKA di laut Jepang pada Januari 1997 [5]serta kapal tanker MV PRESTIGE di perairan barat laut Spanyol pada November 2002[6]. Dari dua kasus diatas, ada 4 masalah umum yang dihadapi dan harus dipecahkan, yakni: 1. Penemuan dan pengaplikasian teknologi dan hardware untuk penyelamatan dan pengumpulan tumpahan bahan bakar serta polutan lainnya. 2. Kompensasi terhadap kerusakan lingkungan 3. Pembenahan dan penerapan peraturan internasional terhadap kapal-kapal substandard dan Port State Control 4. Standar prosedur penanggulangan dan pelokalisiran wilayah yang terkena dampak Poin (1) dan (2) diatas dapat digolongkan sebagai upaya untuk memaksimalkan langkah korektif yang dapat dilakukan pasca kecelakaan. Tanpa mengesampingkan peran kedua poin tersebut, pada penelitian ini titik berat akan diberikan terhadap 2 poin terakhir, yang merupakan upaya preventif terhadap meningkatnya kecenderungan kecelakaan kapal serta upaya pro-aktif dalam menyiapkan langkah penanggulagan optimal jika seandainya kecelakaan kapal yang berakibat fatal terhadap lingkungan terjadi. Berkaitan dengan poin (3) hingga saat ini International Maritime Organization (IMO) [7] telah menghasilkan beberapa konvensi yang bertujuan untuk menjamin keselamatan pengoperasian kapal dan pencegahan polusi seperti MARPOL, SOLAS, ISM CODE dan lainnya. Namun pada pelaksanaannya masih banyak sekali terdapat bias yang 6

utamanya disebabkan karena ketidaksiapan dari beberapa negara anggota yang telah menandatangani konvensi tersebut dengan alasan keterbatasan biaya dan sumber daya manusia [4]. Hal ini diperparah lagi dengan kecenderungan perusahan pemilik kapal untuk membeli kapal-kapal bekas, dan kemudian melakukan modofikasi secukupnya hanya untuk memenuhi peraturan internasional modern, dan terkadang mereka memperlakukan kapal bekas tersebut seperti layaknya kapal baru. Hal ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap kelayakan kapal untuk beroperasi. Selanjutnya, berkaitan dengan poin (4), hingga saat ini Indonesia belum memiliki standar prosedur penanggulangan dan pelokalisiran wilayah yang terkena dampak akibat kecelakaan kapal. Jika pun ada, prosedur tersebut sangat parsial dan hanya mengatur prosedur penanggulangan masing-masing pihak saja. Hal ini mungkin disebabkan karena ketidakjelasan langkah antisipatif yang harus diambil, serta ketidaktahuan pihak terkait yang mesti dilibatkan dalam penanggulangannya. Sebagai salah satu antisipasi dari kondisi ini, maka pemahaman terhadap perlunya menjamin keselamatan pengoperasian kapal dan pencegahan polusi hendaknya ditunjang dengan usaha-usaha memberikan pengalaman terlibat langsung dalam upaya penanggulangan kecelakaan kapal kepada semua pihak yang berkaitan dan terkena dampak langsung. Hal ini bisa dilakukan dengan menyiapkan sebuah perangkat simulasi komputer dimana didalamnya dimungkinkan membuat skenario kejadian kecelakaan kapal dan semua pihak yang terlibat dalam simulasi tersebut diberikan akses ke server melalui sebuah unit komputer dihadapannya dan akan berperan sebagai salah satu pihak yang terlibat langsung dalam penanggulangannya. Simulasi komputer ini dibuat sedemikian rupa sehingga semua pihak yang terlibat 7

memahami benar tugasnya serta mudah menjalankan tugasnya dengan bantuan komputer. Dengan fasilitas internet, simulasi dengan skala internasional (kecelakaan kapal asing dan kapal indonesia diperankan oleh masing-masing pihak di negara yang berlainan) bisa dilakukan sehingga pengalaman menghadapi permasalahan hukum laut internasional yang berkaitan dengan kecelakaan kapal ini bisa didapatkan. Program simulasi komputer ini serta pelaksanaan simulasinya akan menjadi program utama dalam penelitian ini. Dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan mampu: 1. memberikan pengetahuan dan pemahaman yang komprehensif terhadap upaya optimal dalam penanggulangan kecelakaan kapal maupun marine hazard lainnya untuk pihak-pihak yang terkait dalam penanggulangannya maupun untuk masyarakat pada umumnya. 2. Menekan biaya pelatihan secara langsung (simulasi phisik) terhadap penanganan marine hazard melalui pemanfaatan software simulasi. Melalui simulasi ini juga dimungkinkan melibatkan lebih banyak pihak yang berkaitan langung atau tidak langsung terhadap penanganan marine hazard. Dari produk yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan mampu: 1. memberikan fasilitas alternatif bagi berbagai pihak (pengelola pelabuhan, SAR, Angkatan Laut RI, Pemerintah Daerah, dan lainnya) berupa software marine hazard simulation yang bisa dimanfaatkan untuk melatih kesiapan penanganan kecelakaan kapal dan marine hazard di wilayahnya masing-masing. 8