BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Perhitungan value..., Eko Wisnu Warsitosunu, FE UI, 2009.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Unit Analisis dan Ruang Lingkup Penelitian. yang berupa data deret waktu harga saham, yaitu data harian harga saham

BAB III METODA PENELITIAN

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

Data return 7 mata uang asing diuji dengan beberapa pengujian yang meliputi tes stasionaritasitas, tes normal dan tes heteroskedastik.

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE (EWMA) DAN SEMI VARIANS (SV)

BAB IV METODE PENELITIAN

PERHITUNGAN VALUE AT RISK UNTUK INDEKS BURSA SAHAM MENGGUNAKAN EWMA DAN ARCH/GARCH (STUDI PADA 15 INDEKS PERIODE JUNI ) KARYA AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah indeks harga saham gabungan

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dipertimbangkan industri keuangan. Seperti yang dikemukakan oleh Jorion

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC),

BAB IV METODELOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

III. METODELOGI PENELITIAN. Dalam penelitian yang berjudul Analisis Determinan Nilai Aktiva Bersih Reksa

Lampiran 1. Jumlah Deposito, Suku Bunga Deposito, dan Inflasi di Indonesia Tahun

BAB III NONLINEAR GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTICITY (N-GARCH)

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman Online di:

RISET ITU MUDAH. Salah satu contoh pertanyaan yang mungkin muncul di benak kita adalah:

PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK.

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017, Halaman Online di:

METODOLOGI PENELITIAN. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (timeseries) yang

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERHITUNGAN VALUE AT RISK HARGA SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN VOLATILITAS ARCH-GARCH DALAM KELOMPOK SAHAM LQ 45 ABSTRACT

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini

Sonia Agustin Waruwu. Kata kunci : Manajemen Risiko, Kontrak Berjangka, Value at Risk, Volatilitas, ARCH/GARCH

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah data sekunder yang

BAB III METODE PENELITIAN. data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000 sampai Januari 2013.

INTEGRATED GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (IGARCH) (Studi Kasus pada Return Kurs Rupiah terhadap Dollar Australia)

BAB 2 TELAAH PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data time series

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

PEMODELAN DAN PERAMALAN PENUTUPAN HARGA SAHAM PT. TELKOM DENGAN METODE ARCH - GARCH

UNNES Journal of Mathematics

III. METODE PENELITIAN. bentuk runtut waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam

Analisis Regresi Linier ( Lanjutan )

Perhitungan Value at Risk (VaR) Berdasarkan Model Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (ARCH)

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat

PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK)

Pemodelan dan Peramalan Penutupan Harga Saham Harian Jakarta Islamic Index Model Garch

Disusun oleh : Nur Musrifah Rohmaningsih Skripsi. Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN:

OPTIMALISASI PORTOFOLIO MENGGUNAKAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN MEAN VARIANCE EFFICIENT PORTFOLIO (MVEP) (Studi Kasus: Saham-Saham LQ45)

III. METODE PENELITIAN

Analisis Harga Saham Properti di Indonesia menggunakan metode GARCH

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

PEMODELAN RETURN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN THRESHOLD GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (TGARCH)

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan atau coumpouding. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian 4.2. Data dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN. minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak

IV. METODE PENELITIAN

MASALAH-MASALAH DALAM MODEL REGRESI LINIER

PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH)

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. A. Data dan Sumber Data Penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian arsip yaitu suatu penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi membuka gerbang untuk masuknya teknologi informasi dan

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan

Analisis Risiko Investasi Saham Syariah Dengan Model Value AT Risk-Asymmetric Power Autoregressive Conditional Heterocedasticity (VaR-APARCH)

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III PEMODELAN DATA IHSG DAN LAJU INFLASI INDONESIA MENGGUNAKAN VECTOR AUTOREGRESSIVE WITH EXOGENOUS VARIABLE (VARX)

PERAMALAN VOLATILITAS MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY IN MEAN (GARCH-M)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penilitian ini meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi return saham

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi tentang rata-rata bersyarat pada Y

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

Transkripsi:

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Data Penelitian ini menggunakan data indeks dari 15 bursa saham di 14 negara yang terdiri dari IHSG (Indonesia), IBOVESPA (Brazil), CAC-40 (Perancis), DJIA dan NASDAQ (Amerika Serikat), FTSE-100 (Inggris), DAX (Jerman), HANGSENG (Hong Kong), KOSPI (Korea Selatan), KLSE (Malaysia), NIKKEI-225 (Jepang), NZX-50 (Selandia Baru), PSEI (Filipina), SPI (Swiss), dan STI (Singapura). Indeks-indeks tersebut dipilih karena dianggap cukup mewakili indeks-indeks dari berbagai kawasan utama di dunia yaitu Asia Tenggara (IHSG, KLSE, PSEI, dan STI), Asia-Pasifik (HANGSENG, KOSPI, NIKKEI-225, dan NZX-50), Amerika (IBOVESPA, DJIA, dan NASDAQ), serta Eropa (FTSE-100, DAX, CAC-40, dan SPI). Data diunduh (download) dari Yahoo Finance pada tanggal 1 Juli 2009. Periode yang dipilih untuk pengambilan data adalah sekitar Juni 2007 Juni 2009 karena dianggap sebagai periode yang lebih mencerminkan kondisi pasar masa kini. Pertimbangan lainnya adalah karena data tahun kedua lebih fluktuatif dibandingkan data tahun pertama. Hal ini disebabkan karena pengaruh krisis subprime mortgage yang berawal dari Amerika Serikat namun ikut mempengaruhi hampir semua bursa saham global pada akhir 2008 hingga awal 2009. Horison perdagangan yang dipilih adalah 10 hari perdagangan (trading days) dan tingkat keyakinan (level of confidence) yang digunakan adalah 99%, sementara periode obeservasi yang digunakan adalah dua tahun (510 data historis harian) dimana ketiga hal tersebut dipilih agar dapat memenuhi ketentuan minimum dalam Basel II Accord yang dikeluarkan oleh Bank for International Settlement (BIS). 3.2 Perhitungan Returns Langkah pertama dalam penelitian ini adalah menghitung returns dari setiap indeks bursa saham menggunakan continuous compounding (Persamaan 2.2). Perhitungan returns, dan banyak perhitungan lain dalam penelitian ini, dibantu oleh software yaitu Microsoft Excel 2007. 28 Universitas Indonesia

29 3.3 Pengujian Sifat Data Returns Langkah kedua setelah menghitung returns adalah menguji sifat data returns. Sifat data yang diuji berkaitan dengan stasioneritas, normalitas, dan heteroskedastisitas dari data. Pada prinsipnya, pengujian dilakukan dengan membuat dua hipotesis yaitu null hypothesis (H 0 ) dan alternative hypothesis (H 1 ). Hipotesis H 0 dapat ditolak (yang berarti menerima H 1 ) jika probabilita nilai hitung kurang dari probabilita nilai kritis (Spiegel, Schiller, & Srinivasan, 2000, p. 225). 3.3.1 Uji Stasioneritas Sekumpulan data dinyatakan stasioner jika nilai rata-rata dan variance dari data time series tersebut tidak mengalami perubahan sistematik sepanjang waktu. Dengan kata lain, rata-rata dan variance-nya bersifat konstan. Data time series yang tidak stasioner hanya dapat dipelajari prilakunya pada suatu periode tertentu saja berdasarkan berbagai pertimbangan yang tentu akan subjektif. Jadi sekumpulan data time series harus dibagi dalam beberapa interval waktu, sehingga tidak memungkinkan untuk menganalisis secara umum (general). Sebagai contohnya adalah pembentukan model regresi berdasarkan hubungan struktura. Parameter yang dibangun berdasarkan hubungan struktural dapat diestimasi dengan baik bila hubungan struktural ini tidak berubah meskipun waktunya berubah. Akan tetapi bila hubungan struktural tersebut berubah dengan berubahnya waktu, parameternya perlu diestimasi dengan pendekatan lain (Nachrowi & Usman, 2006, pp. 340-341). Stasioneritas dapat dilihat dengan menggunakan uji formal yang dikenal dengan sebutan uji unit root. Uji ini merupakan metode pengujian yang sangat populer dan diperkenalkan oleh David Dickey dan Wayne Fuller sehingga disebut juga Uji Augmented Dickey-Fuller (ADF). Penelitian ini menggunakan Uji ADF dengan formulasi: ΔY t m 1 + β 2t + δyt 1 + α i ΔYt 1 + ε t i= 1 = β (3.1) m = panjang lag yang digunakan 29

30 Dari persamaan tersebut dapat dibuat hipotesis: H 0 H 1 : δ = 0 (Data return bersifat tidak stasioner) : δ 0 (Data return bersifat stasioner) Jika null hypothesis H 0 tidak dapat ditolak, berarti terdapat korelasi ρ = 1. Artinya, dalam data terdapat unit root, dimana data time series Y t tidak stasioner (Nachrowi & Usman, 2006, pp. 354-355). Transformasi data tidak stasioner menjadi stasioner dapat dilakukan melalui proses pembedaan (differencing) yaitu dengan menggunakan variabel baru u t sedemikian hingga u t = Y t Y t-1. Biasanya, setelah dilakukan pembedaan sampai paling banyak dua kali, bila variabel u t diuji kembali maka data sudah bersifat stasioner (Nachrowi & Usman, 2006, pp. 360-361). 3.3.2 Uji Normalitas Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan Uji Jarque-Bera. Nilai statistik Jarque-Bera dapat dihitung dengan formula: ( ˆ δ 3) 2 2 ˆ γ JB = T + (3.2) 6 24 JB = nilai statistik Jarque-Bera γˆ = skewness dari data dalam sampel δˆ = kurtosis dari data dalam sampel Hipotesis pengujian normalitas dirumuskan dengan: H 0 H 1 : μ = 0 (Data return bersifat mengikuti distribusi normal) : μ 0 (Data return bersifat tidak mengikuti distribusi normal) Nilai statistik Jarque-Bera mengikuti distribusi chi-square (χ 2 ) dengan dua degrees of freedom (df). Nilai kritis untuk tingkat keyakinan 95% dan 99% adalah 5,99 dan 9,21, artinya jika nilai JB lebih besar dari nilai kritis maka hipotesis bahwa persebaran data mengikuti distribusi normal dapat ditolak (Jorion, 2007a, p. 97). 30

31 Jika persebaran data tidak mengikuti distribusi normal, maka tingkat keyakinan yang digunakan dalam perhitungan VaR harus disesuaikan dengan Cornish-Fisher expansion (Jorion, 2007a, p. 273): 1 α ' = α ( α 2 1) γ (3.3) 6 α' = nilai tingkat keyakinan yang telah disesuaikan α = nilai tingkat keyakinan dalam distribusi normal Untuk distribusi normal, nilai tingkat keyakinan 95% dan 99% adalah 1,65 dan 2,33. 3.3.3 Uji Heteroskedastisitas Salah satu asumsi yang harus dipenuhi dalam penaksiran parameter model regresi yang baik adalah bahwa variance dari error harus sama dengan σ 2 (bersifat konstan). Dengan kata lain, semua residual atau error mempunyai variance yang sama. Kondisi seperti itu disebut dengan homoskedastis. Sedangkan bila variance dari residual tidak konstan atau berubah-ubah maka hal itu disebut heteroskedastis (Nachrowi & Usman, 2006, p. 109). Secara teoritis, keberadaan heteroskedastisitas dalam data akan menyebabkan variance koefisien regresi yang lebih besar. Dampaknya, interval kepercayaan semakin lebar sehingga uji hipotesis baik Uji t maupun Uji F tidak akurat. Pada akhirnya, kesimpulan yang dihasilkan pun tidak akurat (Nachrowi & Usman, 2006, p. 112). Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Uji White s Heteroskedasticity. Pengujian ini dilakukan dengan membuat model regresi yang mengasumsikan bahwa variance dari error merupakan fungsi yang mempunyai hubungan dengan variabel bebas, kuadrat masing-masing variabel bebas, dan interaksi antar-variabel bebas. Pengujian ini menggunakan hipotesis: 2 H 0 : σ i = γ 0 (Data return bersifat tidak heteroskedastis) 2 H 1 : σ i γ 0 (Data return bersifat heteroskedastis) 31

32 Koefisien determinasi (adj. R 2 ) yang didapat dari model regresi mengikuti distribusi chi-square (χ 2 ) dengan dua derajat bebas (df) sejumlah variabel bebas atau sejumlah koefisien regresi di luar intercept. Jika nilai perhitungan melebihi nilai kritis dengan tingkat keyakinan α yang dipilih, maka dapat disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas, atau dengan kata lain menerima H 0 bahwa data bersifat homoskedastis. Sebaliknya, jika probabilitanya kurang dari probabilita nilai kritis, maka data bersifat heteroskedastis (Nachrowi & Usman, 2006, pp. 118-119). Terdapat beberapa teknik untuk mengatasi heteroskedastisitas diantaranya dengan metode Generalized Least Square (GLS), melakukan transformasi dengan 1/X j, transformasi dengan 1 X j, transformasi dengan E (Y i ), dan transformasi dengan logaritma (Nachrowi & Usman, 2006, p.119). Namun dalam penelitian ini, heteroskedastisitas justru dijadikan dasar untuk penggunaan exponentialweighted moving average (EWMA) maupun auto-regressive conditional heteroscedasticity / generalized auto-regressive conditional heteroskedasticity (ARCH/GARCH). 3.4 Pengukuran Volatilitas Langkah ketiga adalah pengukuran volatilitas. Model yang digunakan untuk mengukur volatilitas bergantung pada hasil pengujian data, khususnya uji heteroskedastisitas. Bila data bersifat homoskedastis maka pengukuran volatilitas dapat dilakukan dengan simple standard deviation (Persamaan 2.6). Sedangkan bila data bersifat heteroskedastis maka pengukuran volatilitas dapat dilakukan dengan EWMA (Persamaan 2.7) maupun ARCH/GARCH (Persamaan 2.8). Khusus untuk pengukuran volatilitas dengan ARCH/GARCH, terdapat beberapa langkah untuk memilih model yang hendak digunakan. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menguji signifikansi koefisien ARCH atau koefisien error (α) dan koefisien GARCH atau koefisien variance (β). Hipotesis (H 0 ) yang hendak ditolak dalam uji signifikansi ini adalah bahwa koefisien tidak signifikan. Hipotesis ini akan ditolak atau koefisien dalam model dapat dianggap signifikan bila probabilita nilai z-statistic lebih kecil dari probabilita nilai kritis. 32

33 Selanjutnya dilakukan penjumlahan koefisien ARCH/GARCH. Biasanya, nilai yang dijadikan patokan (cut-off) adalah 0,98. Jika jumlah koefisien ARCH/GARCH lebih besar dari nilai ini maka model dapat dikatakan memiliki masalah yang berhubungan dengan persistence. Hal ini menyebabkan variance dari model ARCH/GARCH menjadi tidak kembali (reverting) ke nilai jangka panjangnya. Oleh sebab itu, model ARCH/GARCH tersebut harus dimodifikasi menggunakan model integrated GARCH (IGARCH). Model IGARCH (1,1) merupakan varian dari model ARCH/GARCH (1.1) tanpa intercept sehingga dirumuskan: h 2 t = 1rt 1 + βht 1 α (3.4) α 1 + β = 1 Selanjutnya, model IGARCH yang hendak dipertimbangkan diuji kembali signifikansi koefisiennya. Setelah diperoleh model ARCH/GARCH dan IGARCH yang koefisiennya signifikan, berikutnya dilihat nilai Akaike Information Criterion (AIC) maupun Schwarz Information Criterion (SIC). Model yang dipilih adalah model yang memiliki nilai AIC maupun SIC lebih kecil (Nachrowi & Usman, 2006, pp. 129-131). 3.5 Perhitungan Value at Risk Setelah mengukur volatilitas, langkah keempat baru dapat dilakukan yang perhitungan VaR. Untuk menghitung VaR digunakan Persamaan 2.10. Penelitian ini menggunakan asumsi nilai exposure sebesar 100.000.000 (untuk masingmasing indeks bursa saham). Volatilitas harian dihitung dengan simple standard deviation, atau EWMA, maupun ARCH/GARCH dan variannya (IGARCH). Tingkat keyakinan yang digunakan adalah 99%. Holding period yang digunakan dalam penelitian ini untuk perhitungan VaR adalah 10 hari. 3.6 Uji Validitas Langkah kelima adalah melakukan uji validitas. Pengujian ini akan dilakukan dengan Uji Kupiec. Uji ini dilakukan dengan menghitung likelihood ratio : 33

34 T V [( V 1 ) ] T V V V V LR = 2ln α α + 2ln 1 (3.5) T T α = tingkat keyakinan yang digunakan T = jumlah data yang digunakan dalam uji validasi V = angka kegagalan Hipotesis pengujian validitas dirumuskan dengan: H 0 H 1 : α = ρ (Model perhitungan VaR valid) : α ρ (Model perhitungan VaR tidak valid) Nilai LR hasil Uji Kupiec dibandingkan dengan nilai kritis dari distribusi χ 2 dengan degree of freedom df = 1. Untuk tingkat keyakinan 99% maka nilai kritis dari distribusi χ 2 yang digunakan adalah 6,635. Bila nilai LR model lebih kecil dari 6,635 maka model dapat disimpulkan sebagai model yang valid (Muslich, 2007, p. 165). Secara matematis, jumlah angka kegagalan yang dapat ditoleransi dalam Uji Kupiec agar model tetap dapat disimpulkan sebagai model yang valid bergantung pada jumlah data yang digunakan untuk uji validitas. Untuk tingkat keyakinan 99%, jumlah maksimal angka kegagalan yang dapat ditoleransi adalah 7 (untuk jumlah data 252), 11 (untuk jumlah data 510), dan 17 (untuk jumlah data 1.000). Untuk tingkat keyakinan 95%, jumlah maksimal angka kegagalan yang dapat ditoleransi adalah 20 (untuk jumlah data 252), 36 (untuk jumlah data 510), dan 65 (untuk jumlah data 1.000). Masalah dalam uji validitas ini terjadi bila sama sekali tidak ditemukan angka kegagalan, karena dengan demikian tidak dapat diambil kesimpulan apakah memang angka kegagalannya terlalu kecil secara abnormal atau modelnya terlalu konservatif (Jorion, 2007a, pp. 146-147). Penelitian ini akan menggunakan uji validitas mengikuti prosedur dari Basel Committee on Banking Supervision (1996) dalam Supervisory Framework for the Use of Backtesting in Conjunction with the Internal Models Approach to Market Risk Capital Requirements. Prosedur verifikasi yang dilakukan adalah dengan mencatat jumlah kegagalan harian dari nilai VaR pada tingkat keyakinan 34

35 99% selama setahun terakhir (Jorion, 2007a, p. 148). Dengan kata lain, penelitian ini akan menggunakan uji validitas dalam sampel (in-the-sample). 35

36 Flowchart Metodologi Penelitian 36