BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah Lanjutan Atas (SMA) atau sederajatnya, merupakan suatu tingkatan pendidikan yang harus dilewati bagi setiap orang di Indonesia untuk dapat melanjutkan ke perguruan atau mencari pekerjaan. Terkait dengan itu, mata pelajaran yang dapat pada pendidikan SMA sangat banyak, bahkan sampai 13 mata pelajaran untuk masing-masing jurusan. Selain dengan mata pelajaran yang banyak, setiap siswa diperhadapkan dengan ujian akhir nasional (UAN) sebanyak 6 mata pelajaran untuk masing-masing jurusan (Haris, 2012). Keberhasilan dari semua mata pelajaran yang dihadapi oleh siswa merupakan buah dari belajar masing masing siswa. Sudah tentu dalam kualitas dan kuantitas belajar diperlukan disiplin belajar terkait dengan kapan harus belajar, seberapa banyak waktu yang diperlukan, dan yang lainnya. Untuk dapat mewujudkan keberhasilan belajar siswa sudah pasti juga punya keterkaitan dengan keberhasilan sekolah dalam proses belajar mengajar, maka diperlukan seorang guru bimbingan konseling (BK) yang dapat mengisi kekosongan terkait dengan pemahaman masalah yang dialami setiap siswa dan lebih terpenting dapat memberikan layanan bimbingan belajar pada setiap siswa. 1
Pelayanan BK di sekolah sangat penting dilakukan yang sebenarnya mempunyai tujuan yang sama dengan pendidikan yaitu ingin memandirikan individu yaitu siswa itu sendiri. Berbagai layanan konseling yang diselenggarakan di sekolah, dimaksudkan agar para siswa mampu mengatasi masalah yang dihadapinya secara mandiri, terutama masalah dalam belajar. Dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling tidak bisa lepas dari sebuah masalah-masalah program layanan yang direncanakan sebelumnya. Selain itu juga, layanan BK dilakukan untuk memenuhi salah satu guna atau fungsi dari berbagai layanan yang ada. Sedangkan menurut Sudrajat (dalam Depdiknas, 2009) Guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik. Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor terkait dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah. Layanan BK juga dilakukan di SMAN 2 Salatiga yang sebagai suatu sekolah yang menghasilkan prestasi gemilang, baik dari bidang akademik maupun non akademik. Prestasi yang diperoleh tentu saja akan berpengaruh bagi siswa-siswi dalam disiplin belajar. Penulisan Mardia (2011), tentang meningkatkan disiplin belajar siswa melalui bimbingan belajar dengan menggunakan metode Self modelling, menerangkan bahwa metode self modelling dapat meningkatkan disiplin belajar siswa kelas X SMAN 1 Atinggola, Gorontalo Utara. Setelah dilakukannya uji normalitas selanjutnya 2
dilakukan uji t dan dari hasil perhitungan diperoleh harga sebesar 57.5. sedang dari daftar distribusi t pada taraf nyata 1% diperoleh (28) = 2.05. Ternyata harga lebih besar dari, atau harga telah berada diluar daerah penerimaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa ditolak dan menerima. Penulisan Wulandari (2009), tentang penerapan bimbingan kelompok dengan teknik self modelling untuk meningkatkan disiplin belajar siswa, menyimpulkan bahwa penerapan bimbingan kelompok dengan teknik self modelling dapat meningkatkan disiplin belajar siswa kelas X SMK Negeri 1 Kota Mojokerto. Sesuai hasil analisis data dengan menggunakan uji t dapat diketahui N=6 dan r=0 p table =0,016 berada dalam daerah penolakan atau lebih kecil dari α=0,05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini membuktikan bahwa ada perbedaan tingkat disiplin belajar siswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan bimbingan belajar dengan teknik Self Modelling pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Kota Mojokerto. Pada awal bulan Juni 2013, penulis pernah melakukan pengamatan dengan subjek siswa SMAN 2 Salatiga dan juga wawancara dengan salah satu guru bimbingan konseling di SMAN 2 Salatiga (Rohmad). Guru BK menjelaskan bahwa masih ada siswa kelas X yang melanggar tata tertib sekolah, seperti; membolos, keterlambatan siswa dalam masuk kelas, terlambat dalam masuk sekolah dan sering sekali siswa kelur pada jam pelajaran. Ada berbagai alasan yang dikemukakan oleh 3
siswa yang tidak disiplin antara lain, diajak teman, tidak suka dengan guru bidang studi, malas, dan lain sebagainya. Perilaku siswa yang demikian disebabkan karena kurangnya kesadaran siswa akan pentingnya belajar, siswa kurang mengarahkan dan mengendalikan perilaku yang menyimpang dari kegiatan belajar. Hal ini menunjukkan bahwa dalam diri siswa tersebut disiplin belajarnya kurang karena siswa yang disiplin belajar akan menunjukkan ketaatan dan keteraturan terhadap kegiatan belajarnya serta taat terhadap peraturan yang ada di sekolah Sebelum dilakukanya penulisan tentang peningkatan disiplin belajar siswa melalui layanan bimbingan belajar dengan teknik self modelling, penulis sempat melakukan penulisan tentang kedisiplinan belajar siswa di SMAN 2 guna untuk mengetahui seberapa kedisiplinan belajar siswa kelas X di SMAN 2 Salatiga. Pengklasifikasian disiplin belajar iswa didasarkan pada skala penilaian yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut : 4
Tabel 1.1. Disiplin Belajar Siswa Kelas Kelas X1 Sangat 27 31 11 32 36 7 Sedang 37 41 4 Tinggi 42 46 4 Sangat 47 49 6 Total 32 Kelas X3 Sangat 25 29 8 30 34 10 Sedang 35 39 4 Tinggi 40 44 6 Sangat 45 48 5 Total 33 Kelas X5 Sangat 25 29 19 30 34 1 Sedang 35 39 2 Tinggi 40 44 6 Sangat 45 50 5 Total 32 Kelas X2 Sangat 25 29 7 30 34 12 Sedang 35 39 5 Tinggi 40 44 3 Sangat 45 50 3 Total 30 Kelas X4 Sangat 27 31 14 32 36 5 Sedang 37 41 3 Tinggi 42 46 7 Sangat 47 49 3 Total 32 Kelas X6 Sangat 26 31 9 31 35 10 Sedang 36 40 5 Tinggi 41 45 6 Sangat 46 49 5 Total 35 5
Kelas X7 Sangat 27 31 15 32 36 5 Sedang 37 41 7 Tinggi 42 46 8 Sangat 47 49 1 Total 35 Kelas X9 Kelas X8 Sangat 27 31 14 32 36 4 Sedang 37 41 7 Tinggi 42 46 7 Sangat 47 49 3 Total 35 Sangat 28 41 12 42 35 7 Sedang 36 40 4 Tinggi 41 45 7 Sangat 46 49 3 Total 33 Dari data yang didapat pada tabel 1.1 diatas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan belajar siswa kelas X5 SMAN 2 Salatiga sebagian besar termasuk dalam katagori sangat rendah dengan jumlah frekuensi 20 siswa. Sehingga dapat disimpulkan kedisiplinan siswa X5 diyatakan sangat rendah dibandingkan kelas lainnya. Dengan berbagai permasalahan kedisiplinan yang terjadi di SMAN 2 Salatiga, maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan di SMAN 2 Salatiga dengan judul peningkatan disiplin belajar siswa melalui layanan bimbingan belajar dengan teknik self-modelling. Dengan dasar pertimbangan penerapan bimbingan belajar dengan teknik self-modelling bahwa teknik self-modelling dapat meningkatkan disiplin 6
belajar pada siswa. Seperti yang dijelaskan oleh Cormier (dalam Wulandari, 2009) bahwa self modelling 1) dapat membentuk perilaku pada klien siswa yang kurang disiplin tingkah lakunya menjadi lebih disiplin, 2) menampilkan perilaku yang sudah diperoleh dengan cara yang tepat atau pada saat yang diharapkan, 3) mengurangi rasa takut dan cemas, 4) memperoleh ketrampilan sosial adalah siswa dapat mematuhi aturan dalam sekolah sehingga dia dapat menyesuaikan diri dengan peraturan baru dalam sekolah. 5) mengubah perilaku verbal adalah membentuk tingkah laku baru pada siswa agar lebih baik. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah dalam penulisan ini adalah apakah ada peningkatan yang signifikan disiplin belajar siswa melalui bimbingan belajar dengan menggunakan teknik self modelling pada siswa kelas X5 SMAN 2 Salatiga. 1.3. Tujuan Penulisan Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini untuk mengetahui signifikansi peningkatan disiplin belajar siswa melalui bimbingan belajar dengan menggunakan teknik self modelling pada siswa kelas X5 SMAN 2 Salatiga. 1.4. Manfaat Penulisan a. Manfaat teoritis Hasil penulisan dapat menjadi sumbangan pengetahuan dalam bimbingan dan konseling mengenai peningkatan disiplin belajar siswa melalui layanan bimbingan 7
belajar dengan teknik self-modelling, sehingga dapat memperkaya teori bimbingan dan konseling kususnya tentang peningkatan disiplin belajar siswa melalui layanan bimbingan belajar dengan teknik self-modelling. b. Manfaat Praktis Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan sebagai bahan masukan bagi pihak Sekolah (guru BK, guru mata peajaran, kepala sekolah) agar lebih memperhatikan peningkatan disiplin belajar siswa melalui layanan bimbingan belajar dengan teknik self-modelling bagi tumbuh kembang siswa. Sedangkan untuk siswa, dengan adanya informasi itu dapat memotifasi mereka untuk lebih disiplin lagi dalam belajar, sehingga mereka memiliki prestasi yang memuaskan 8