TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Singkong. prasejarah. Potensi singkong menjadikannya sebagai bahan makanan pokok

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA A.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) tanaman kelapa sawit diantaranya Divisi Embryophyta Siphonagama, Sub-devisio

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. hubungannya dengan tanah dan pembentukkannya.

Karakteristik dan Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai & Bawang Merah Dr. Dedi Nursyamsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.) dpl. (Nurbani, 2012). Adapun klasifikasi tanaman durian yaitu Kingdom

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) ialah tumbuhan tropika dan subtropika dari

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

TATA CARA PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Desa Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal

Lampiran 1. Peta/ luas areal statement kebun helvetia. Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah dan Lahan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) DI KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Kesesuian lahan untuk tanaman papaya dan durian dipolitani

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah dan Lahan. bumi, yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik, serta mempunyai sifat

Kesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Kesesuaian Lahan Kayu Manis di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

KESESUAIAN LAHAN DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH UNTUK BUDIDAYA KEDELAI

II. TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi

Mela Febrianti * 1. Pendahuluan. Abstrak KESESUAIAN LAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Geofisik Wilayah. genetik tanaman juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berupa nutrisi

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

Lampiran 1. Deskripsi Profil

11. TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. oleh konsumen Indonesia karena memiliki rasa yang enak dan jumlah biji yang

Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa di Lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, class Monocotyledoneae, family

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Kesesuaian LahanTanaman Kelapa Sawit Di lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Lailatul Husna *

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api,

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA

PENINGKATAN EFEKTIVITAS PUPUK DI LAHAN MARGINAL UNTUK KELAPA SAWIT. Research & Development of Fertilizer Division SARASWANTI GROUP

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. informasi dari sumber-sumber lain yang relevan (Rayes, 2007).

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan,

BAB III METODE PENELITIAN

Sub Kelas : Commelinidae. Famili : Poaceae Genus : Triticum Spesies : Triticum aestivum L.

Lahan dapat diartikan bermacam-macam tergantung dari sudut pandang. (landscape) yang mencangkup pengertian lingkungan fisik termasuk tanah, iklim,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. 8 desa merupakan daerah daratan dengan total luas 2.466,70 hektar.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY mulai

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L var Kartika Ateng ) Di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. ketinggian 15 m.dpl. Wilayah Desa Petangkuran berupa lahan kering dengan luas

8/19/2015 SENAWI SNHB-FKT-UGM

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kualitas dan Karakteristik Lahan Sawah. wilayahnya, sehingga kondisi iklim pada masing-masing penggunaan lahan adalah

Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. PERANCANGAN 4.1 Kerangka Sistem Yang Dirancang

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kopi Arabika (Coffea Arabica) Afrika. Di habitat asalnya, tanaman ini tumbuh di bawah kanopi hutan tropis yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. langsung kelapangan. Data yang diperoleh berupa data fisik, kimia, biologi,

Panduan Fieldtrip. MK. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. Christanti Agustina, SP. Nama : NIM : Program Studi :

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan 2.2 Penggunaan Lahan

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Pisang. Pertumbuhan tanaman pisang sangat dipengaruhi faktor-faktor yang

338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Singkong ( Manihot utilissima

Evaluation Of Land Suitability For Rainfed Paddy Fields (Oryza sativa L.) In Muara Sub District North Tapanuli Regency

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identifikasi Potensi. dengan kemiringan 2-15%. Letaknya yang berada di kaki Gunung Sumbing

Kesesuaian Padi Sawah di Lahan Gambut Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah Irigasi (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut:

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Metode Penelitian. diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. pasir di semua wilayah penelitian sehingga cukup baik untuk meloloskan air.

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan

KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Gambut. memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN APEL DI DESA SIHIONG KECAMATAN BONATUA LUNASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Kesesuaian Lahan tanaman kopi di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Singkong 1. Karakteristik Tanaman Singkong Singkong atau cassava (Manihot esculenta) pertama kali dikenal di Amerika Selatan yang dikembangkan di Brasil dan Paraguay pada masa prasejarah. Potensi singkong menjadikannya sebagai bahan makanan pokok penduduk asli Amerika Selatan bagian utara, selatan Mesoamerika, dan Karibia sebelum Columbus datang ke Benua Amerika. Ketika bangsa Spanyol menaklukan daerah-daerah itu, budidaya tanaman singkong pun dilanjutkan oleh kolonial Portugis dan Spanyol (Bargumono, 2012). Di Indonesia, singkong dari Brasil diperkenalkan oleh orang Portugis pada abad ke-16. Selanjutnya singkong ditanam secara komersial di wilayah Indonesia sekitar tahun 1810. Kini saat sejarah tersebut terabaikan, singkong menjadi bahan makanan yang merakyat dan tersebar diseluruh pelosok Indonesia. Adapun klasifikasi tanaman singkong yaitu Kingdom Plantae (Tumbuhan), Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh), Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Ordo Euphorbiales Famili Euphorbiaceae, Genus Manihot dan Spesies Manihot esculenta Crantz (Bargumono, 2012). Tanaman singkong memiliki sistem perakaran tunggang atau dikotil. Batang pada singkong (Manihot esculenta) bulat dan bergerigi yang terjadi dari bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergabus dan termasuk tumbuhan tinggi. Daun singkong memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya menyerupai 7

8 telapak tangan, dan tiap tangkai mempunyai daun sekitar 3-8 lembar. Selain itu daun singkong juga bersifat cepat luruh yang berumur paling lama hanya beberapa bulan. Tepi daun rata, dan susunan tulang daunnya yaitu menjari. Tanaman singkong merupakan tanaman yang bunganya berumah satu (monoecus). Bentuk singkong bermacam-macam, dan meskipun kebanyakan berbentuk silinder dan meruncing, beberapa diantaranya bercabang. Singkong yang terbentuk merupakan akar yang berubah bentuk dan fungsinya sebagai tempat penyimpanan makanan cadangan. Selain itu bentuk singkong biasanya bulat memanjang. Daging singkong mengandung zat pati berwarna putih gelap dan tiap tanaman menghasilkan 5-10 buah. Di dalam singkong terkotak-kotak berisi 3 butir biji (Bargumono, 2012). 2. Syarat Tumbuh Tanaman singkong Menurut Bargumono (2012) syarat tumbuh tanaman singkong adalah sebagai berikut : a. Iklim Curah hujan yang sesuai untuk tanaman singkong antara 1.500-2.500 mm/tahun. Suhu udara minimal bagi tumbuhnya singkong sekitar 10 o C suhu di bawah 10 o C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna. Kelembaban udara optimal untuk tanaman singkong antara 60-65%. Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman singkong sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.

9 b. Media Tanam Tanah yang paling sesuai untuk singkong adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan tanaman singkong yang lebih baik, tanah harus subur dan kaya bahan organik baik unsur makro maupun mikronya. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman singkong adalah jenis aluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol. Derajat keasaman (ph) tanah yang sesuai untuk budidaya singkong berkisar antara 4,5-8,0 dengan ph ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-ph rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman singkong. c. Ketinggian Tempat Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman singkong antara 10-700 m.dpl, sedangkan toleransinya antara 10-500 m.dpl. Jenis singkong tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal. B. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Singkong Evaluasi kesesuaian lahan merupakan proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaannya (Sitorus, 1985). Dalam arti evaluasi lahan merupakan proses penilaian sumberdaya lahan untuk pertanian ataupun non pertanian, meliputi pelaksanaan dan interpretasi penelitian sumberdaya lahan dalam rangka mengidentifikasikan dan membandingkan

10 macam kemungkinan penggunaan dan pengaruhnya, sesuai dengan tujuan evaluasi (Sitorus, 1985). Menurut Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011) kesesuaian lahan dibagi menjadi 2 antara lain : 1. Kesesuaian Lahan Aktual Kesesuaian lahan aktual atau kesesuaian lahan pada saat ini (current suitability) atau kelas kesesuaian lahan dalam keadaan alami, belum mempertimbangkan usaha perbaikan dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala atau faktor-faktor pembatas yang ada disetiap satuan peta. Faktor pembatas dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu : (1) faktor pembatas yang sifatnya permanen dan tidak mungkin atau tidak ekonomis diperbaiki dan (2) faktor pembatas yang dapat diperbaiki dan secara ekonomis masih menguntungkan dengan memasukkan teknologi yang tepat. 2. Kesesuaian Lahan Potensial Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan yang akan dicapai setelah dilakukan usaha-usaha perbaikan lahan. Kesesuaian lahan potensial merupakan kondisi yang diharapkan sesudah diberikan masukan sesuai dengan produktivitas dari suatu lahan serta hasil produksi per satuan luasnya. Dalam menilai kesesuaian lahan ada beberapa cara salah satunya adalah dengan membandingkan antara kualitas dan karakteristik lahan sebagai parameter dengan kriteria kelas kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan penggunaan lahan. Penilaian kesesuaian tersebut dibedakan menurut tingkatnya yaitu sebagai berikut :

11 1. Ordo Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan antara lahan tergolong sesuai (S) dan yang tergolong tidak sesuai (N). a. Ordo S (Sesuai) : Lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang tidak terbatas untuk suatu tujuan yang telah dipertimbangkan. Keuntungan dari hasil pengelolaan lahan itu akan memuaskan setelah dihitung dengan masukan yang diberikan tanpa atau sedikit resiko kerusakan terhadap sumberdaya lahannya. b. Ordo N (Tidak Sesuai) : Lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang mempunyai kesulitan sedemikian rupa, sehingga mencegah penggunaannya untuk suatu tujuan yang telah direncanakan. Lahan dapat digolongkan dalam lahan yang tidak sesuai untuk usaha pertanian, baik secara fisik maupun secara ekonomi. 2. Kelas Menggambarkan tingkat kesesuaian lahan dalam ordo. Pada tingkat kelas, lahan yang tergolong sesuai (S) dibedakan antara sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak dibedakan. a. Kelas sangat sesuai (S1) Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti terhadap penggunaan lahan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas yang bersifat minor tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan.

12 b. Kelas cukup sesuai (S2) Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini berpengaruh terhadap produktivitasnya, dan memerlukan tambahan input (masukan). Pada dasarnya pembatas yang ada di kelas ini dapat diatasi sendiri oleh pengguna lahan. c. Kelas sesuai marginal (S3) Lahan ini mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor ini berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan input yang lebih banyak daripada lahan yang kesesuaian kelasnya tergolong kelas S2, untuk mengatasinya memerlukan modal yang tingi, sehingga perlu adanya bantuan campur tangan pemerintah atau pihak swasta sehingga penggunaan lahan tersebut dapat digunakan dengan baik. d. Kelas tidak sesuai (N) Lahan yang tidak sesuai (N) karena faktor pembatas yang sangat berat dan sulit diatasi, dan pada umum nya lahan yang termasuk kelas tidak sesuai (N) lebih banyak terdapat pada lahan yang kelerengannya curam. 3. Sub kelas Kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan karakteristik lahan yang merupakan faktor pembatas terberat. Bergantung peranan faktor pembatas pada masing-masing sub kelas, kemungkinan kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan dapat diperbaiki dan ditingkatkan kelasnya sesuai dengan input atau masukan yang diperlukan (Hardjowigeno, 2001).

13 4. Unit Menggambarkan tingkat kesesuaian lahan dalam subkelas yang didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh terhadap pengelolaannya. Semua unit yang berada dalam satu subkelas mempunyai tingkatan yang sama dalam kelas dan mempunyai jenis pembatas yang sama pada tingkatan subkelas. Unit yang satu berbeda dari unit yang lainnya dalam sifat-sifat atau aspek tambahan dari pengelolaan yang diperlukan dan merupakan pembeda dari faktor pembatasnya. Dengan diketahui faktor pembatas tingkat unit, maka akan memudahkan penafsiran secara detil dalam perencanaan usaha tani. Dalam proses perencanaan tataguna lahan, evaluasi lahan merupakan salah satu komponen yang harus dilakukan dengan baik, sebab dengan dilakukan evaluasi lahan maka dapat diketahui kelas kesesuaian lahan, kemampuan lahan atau potensi lahan serta tipe penggunaan lahan tersebut, sehingga perencanaan tataguna lahan dapat sesuai atau memiliki kecocokan dengan kondisi lahan tertentu. Evaluasi lahan memiliki beberapa parameter yang ditentukan oleh kualitas lahan yang didalamnya juga terdapat karakteristik lahan. Kualitas lahan adalah sifat-sifat lahan yang dapat diukur langsung karena merupakan interaksi dari beberapa karakteristik lahan yang mempunyai pengaruh nyata terhadap kesesuaian lahan untuk penggunaan-penggunaan tertentu (Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011). Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu. Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di

14 lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan dari pengertian karakteristik lahan (Sofyan dkk., 2007). Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi, contohnya lereng, curah hujan, tekstur tanah, kedalaman efektif, kapasitas air tersedia, oksigen dan sebagainya. Setiap satuan peta lahan yang dihasilkan dari kegiatan survei atau pemetaan sumberdaya lahan, karakteristik lahan dirinci dan diuraikan yang mencakup keadaan fisik lingkungan dan tanah. Data tersebut digunakan untuk keperluan interpretasi dan evaluasi lahan bagi komoditas tertentu (Djaenudin dkk., 2000). Menurut BBSDLP (2011), terdapat beberapa karakteristik lahan yang digunakan dalam evaluasi lahan untuk komoditas pertanian yang dijelaskan pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Lahan Yang Digunakan Dalam Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian. No Karakteristik Uraian Lahan 1 Temperatur ratarata Suhu udara rata-rata tahunan ( o C) tahunan 2 Curah hujan Jumlah curah hujan tahunan atau curah hujan pada masa pertumbuhan (mm) 3 Kelembaban udara Merupakan tingkat kebasahan udara atau jumlah uap air yang di udara (%) 4 Drainase Merupakan pengaruh laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara dalam tanah 5 Tekstur Perbandingan butir-butir pasir (0,05 2,0 mm), debu (0,002 0,05 mm) dan liat (<0,002 mm) 6 Bahan kasar Bahan yang berukuran > 2 mm (%) 7 Kedalaman efektif Kedalaman lapisan tanah yang dapat dimanfaatkan untuk perkembangan perakaran tanaman (cm) 8 Kematangan gambut Tingkat kandungan serat, dimana semakin tinggi kandungan serat, maka semakin rendah tingkat kematangan gambut. Tingkat kematangan gambut dibedakan atas : saprik (matang), setengah matang (hemik), dan belum matang (fibrik) 9 Ketebalan gambut Tebal lapisan gambut (cm) 10 KTK tanah Kemampuan tanah mempertukarkan kation (me/100 gram tanah)

15 No Karakteristik Lahan Uraian 11 Kejenuhan Basa Jumlah basa-basa terekstrak NH 4 OAC pada setiap 100 gram (KB) contoh tanah 12 ph tanah Merupakan [H + ] di dalam larutan tanah, semakin tinggi [H + ], maka nilai ph semakin masam, sebaliknya semakin rendah [H + ], maka ph semakin basis 13 C-Organik Kandungan karbon organik di dalam tanah (%) 14 Total N Total kandungan N dalam tanah (%) 15 P 2 O 5 Kandungan P 2 O 5 terekstrak HCl 25% dalam tanah (mg/100 gram tanah) 16 K 2 O Kandungan K2O terekstrak HCl 25% dalam tanah (mg/100 gram tanah) 17 Salinitas Besarnya kandungan garam mudah larut dalam tanah yang dicerminkan oleh daya hantar listrik (mmhos/cm) 18 Alkalinitas Besarnya kandungan sodium (Na) dapat tukar (%) 19 Kedalaman sulfidik Kedalaman bahan sulfidik diukur dari permukaan tanah sampai batas atas lapisan sulfidik (cm) 20 Lereng Kemiringan lahan (%) 21 Batuan di Volume batuan yang dijumpai di permukaan tanah (%) permukaan 22 Singkapan batuan Volume batuan yang muncul ke permukaan tanah (%) 23 Bahaya longsor Merupakan pergerakan masa batuan atau tanah 24 Bahaya erosi Jumlah tanah hilang dari suatu lahan 25 Genangan Menyatakan tinggi dan lama genangan (cm/bulan) Sumber : BBSDLP, 2011 Lahan sangat mempengaruhi terhadap hasil suatu tanaman sebab dalam proses produksi tanaman, tanaman dapat memperoleh unsur hara dan kebutuhan lainnya dari lahan dan lingkungan sekitar, namun kondisi lahan yang dibutuhkan oleh setiap tanaman berbeda-beda, sebab kondisi fisiologi setiap tanaman tidak selalu sama sehingga setiap tanaman menghendaki kondisi lingkungan yang berbeda begitupula dengan tanaman singkong yang menghendaki kondisi lahan tertentu. Menurut BBSDLP, 2011 kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman singkong disajikan pada Tabel 2.

16 Tabel 2. Kriteria Kesesuaian Tanaman Singkong Persyaratan penggunaan/karakteristik lahan Kelas kesesuaian lahan S1 S2 S3 N Temperatur (tc) Temperatur rata-rata ( o C) 22-28 28-30 18-20 < 18 30-35 > 35 Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) 1.000 2.000 600-1.000 500-600 < 500 2.000 3.000 3.000 4.000 > 4.000 Lama bulan kering (bulan) 3,5-5 5-6 6-7 > 7 Ketersediaan oksigen (oa) Drainase baik, sedang agak cepat, agak terhambat Media perakaran (rc) Tekstur terhambat Sangat terhambat, cepat agak halus, halus, agak sangat halus kasar sedang kasar Bahan kasar (%) < 15 15-35 35-55 > 55 Kedalaman tanah (cm) > 100 75-100 50-75 < 50 Gambut: Ketebalan (cm) < 50 50-100 100-150 > 150 Kematangan saprik saprik, hemik saprik, hemik fibrik Retensi hara (nr) KTK tanah (cmol) > 16 5-16 < 5 - Kejenuhan basa (%) > 20 20 < 20 - ph H 2 O 5,2 7,0 4,8 5,2 < 4,8-7,0 7,6 > 7,6 C-organik (%) > 1,2 0,8 1,2 < 0,8 - Hara tersedia (na) N total (%) sedang-tinggi rendah sangat rendah P 2 O 5 (mg/100 g) sedang-tinggi rendah sangat rendah K 2 O (mg/100 g) sedang-tinggi rendah sangat rendah Toksisitas (xc) Salinitas (ds/m) < 2 2-3 3-4 > 4 Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) - - - - Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) > 100 75-100 40-75 < 40 Bahaya erosi (eh) Lereng (%) < 3 3-8 8-15 > 15 Bahaya erosi sangat ringan ringan - sedang Bahaya banjir (fh) beratsangat berat Tinggi (cm) - 25 25-50 > 50 Lama (hari) - < 7 7-14 > 14 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%) < 5 5-15 15-40 > 40 Singkapan batuan (%) < 5 5-15 15-25 > 25

17 C. Sistem Informasi Geografis (SIG) Sistem informasi geografis (SIG) didefinisikan sebagai suatu media/alat untuk memasukan, menyimpan, mengambil, memanipulasi, menganalisa dan menampilkan data-data beratribut geografis (data geospasial) yang berguna untuk mendukung proses pengambilan keputusan dalam perencanaan dan manajemen sumberdaya alam, lingkungan, transportasi, masalah perkotaan dan administrative (Borrough, 1986). Dalam mengevaluasi lahan dapat menggunakan aplikasi SIG, teknologi SIG biasanya telah terintegrasi dengan teknologi database seperti query dan analisa statistik dengan tampilan yang unik, serta analisis geografis yang menguntungkan dengan peta. Kemampuan ini yang membuat SIG berbeda dengan sistem informasi lainnya. (ESRI, 1990) D. Sistem Penilaian Kesesuaian Lahan Sistem penilaian kesesuaian lahan (SPKL) merupakan aplikasi perangkat lunak (Software) yang telah telah dikembangkan oleh Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian pada tahun 2013. Aplikasi ini dikembangkan untuk membantu pengguna dalam melakukan penilaian dan evaluasi kesesuaian lahan untuk berbagai komoditas pertanian dalam pembuatan nya dibuat dengan pendekatan user friendly (mudah digunakan dan dimengerti) dan fleksibel yakni bersifat terbuka dan luwes dalam penentuan kriteria syarat tumbuh tanaman maupun proses pemasukan data (Bachri et al, 2016). SPKL melakukan komputerisasi terhadap metodologi dan prosedur evaluasi kesesuaian lahan yang telah dikembangkan oleh para peneliti Balai Besar

18 Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Kementerian Pertanian. Dalam aplikasi ini sudah memiliki database kriteria syarat tumbuh tanaman untuk 113 komoditas dimana teknis pelaksanaan nya dapat dilihat pada buku Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian (BBSDLP, 2011).