BAB II. KOTA MEDAN dan EKONOMI KREATIF

dokumen-dokumen yang mirip
Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 12: Industri kreatif

1.1 LATAR BELAKANG. Periklanan. Arsitektur BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak

BAB 2 KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

PENDAHULUAN Latar Belakang

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai industri gelombang ke-4 setelah pertanian, industri dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun masehi, berkembang melalui penemuan mesin-mesin

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Ekonomi Kreatif

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

Industri Kreatif Jawa Barat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan

BAB I PENDAHULUAN. pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI KREATIF SEBAGAI PENGGERAK INDOSTRI PARIWISATA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mata Kuliah - Advertising Project Management-

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pembangunan Industri Kreatif dalam Mendukung Pariwisata Aceh 1

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO EKONOMI KREATIF KOTA DEPOK 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia sampai saat ini adalah salah satu

minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo.

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan perekonomian Indonesia pada dekade 70-an hingga 80-an mengalami

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG EKONOMI KREATIF

Strategi Pemasaran Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bisa mengurangi tingkat pengangguran. Selain UMKM ada juga Industri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat serta pengaruh perekonomian global. pemerintah yaitu Indonesia Desain Power yang bertujuan menggali

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di Provinsi Sumatera Utara,

Perkembangan Industri Kreatif

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dengan cara menghasilkan dan memberdayakan kemampuan berkreasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia menyadari bahwa ekonomi kreatif memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. Industri Kecil Menengah (IKM). Sektor industri di Indonesia merupakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. keempat, yaitu industri ekonomi kreatif (creative economic industry). Di

Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Pemberdayaan Pemuda Indonesia Ahmad Buchori Kepala Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga miskin dan kemiskinan pada umumnya

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN

LANDASAN AKTIVITAS PEMIMPIN BISNIS

mutualisme begitupun dengan para pelaku industri marmer dan onix di Tulungagung, Jawa Timur. Tentunya dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

Sumatra Barat: Propinsi Augmented Reality

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin sulitnya keadaan perekonomian dunia saat ini yang diakibatkan krisis

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

BAB I Pendahuluan. Gambar 1.1 Gelombang Perekonomian Dunia. (sumber:

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Pada awalnya seperti diketahui, kegiatan perekonomian hanya

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

BAB I PENDAHULUAN. Setidaknya sejak beberapa dekade terakhir, perekonomian dunia bergerak

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, industri kreatif dibagi menjadi 15 subsektor, diantaranya: mode,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan bisnis di era globalisasi ini mendorong banyak individu

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pemerataan distribusi hasil-hasil pembangunan, UMKM juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. persebaran penduduk yang tidak merata, dan sebagainya. Pada Maret 2016,

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

D. Dinamika Kependudukan Indonesia

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ekonomi Industri merupakan suatu keahlian khusus dalam ilmu ekonomi. Ilmu

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

[DOCUMENT TITLE] [Document subtitle] [DATE] [COMPANY NAME] [Company address]

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. No Jenis/Series Arsip Retensi Keterangan

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Pekan Raya Jakarta ke-43, 10 Juni 2010 Kamis, 10 Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia terlahir dengan karunia berupa kecerdasan. Kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi kreativitas menurut Suryana (2003:2) adalah kemampuan untuk

Transkripsi:

BAB II KOTA MEDAN dan EKONOMI KREATIF 2.1. Gambaran Umum Kota Medan 2.1.1. Secara Geografis Secara geografis Kota Medan terletak pada 3,30 o - 3,43 o Lintang Utara dan 98,35 o - 98,44 o Bujur Timur dengan luas 26.510 hektare (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota atau kabupaten lainn ya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil. Di bagian barat dan timur, Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang yang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya alam (SDA) k hususnya di bidang perkebunan dan kehutanan, dan di bagian utara Medan berbatasan langsung dengan Selat Malaka yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Letak geografis Kota medan ini sangat strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor- impor). Faktor ini memungkinkan Medan untuk berhubungan secara langsung dengan wilayahwilayah di propinsi Sumatera Utara, Pulau Sumatera, wilayah nasional Indonesia, bahkan dengan negara- negara tetangga yang menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah- daerah sekitarnya. Hal ini pula yang mendorong perkembangan Medan sebagai pusat kegiatan ekonomi, perdagangan, transportasi laut, darat dan udara, pendidikan, perindustrian, pelayanan kesehatan, dan lainlain.

Foto 1 Peta Kota medan 7 2.1.2. Secara Demografis Penduduk Kota Medan memiliki ciri yaitu yang meliputi unsur agama, suku/ etnis, budaya dan keragaman (plural) adat istiadat. Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah masjid, gereja dan vihara yang banyak tersebar di seluruh kota. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai dinamika social yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan. 7 http://www.republika.co.id/peta_mudik/photos/04- K OTA- METROPOLITAN- MEDAN.jpg (akses 2 Juni 2014)

Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan Golongan Laki-laki Perempuan Jumlah Umur 0-4 96.545 91.044 187.598 5-9 99.946 93.487 193.433 10-14 97.101 91.411 188.512 15-19 102.913 107.751 210.664 20-24 115.983 126.476 242.459 25-29 98.368 100.788 199.156 30-34 87.666 89.331 176.997 35-39 78.091 81.543 159.634 40-44 70.080 72.575 142.655 45-49 59.180 61.495 120.675 50-54 49.206 50.291 99.497 55-59 36.707 36.411 73.118 60-64 22.310 24.687 46.997 65+ 32.464 43.374 75.838 Jumlah 1.046.560 1.070.664 2.117.224 Berdasarkan data kependudukan tahun 2011, penduduk Medan mencapai 2.117.224 jiwa, dengan kepadatan penduduk 7.987 jiwa/km 2, di mana jumlah wanita lebih besar dari pria (1.070. 664 jiwa > 1.046.560 jiwa). 8 Usia 15-64 tahun merupakan kelompok usia produktif atau kelompok usia aktif secara ekonomis yang mencapai 1.471.852 jiwa. 2.1.3. Secara Sosial Provinsi Sumatera Utara memiliki beragam etnis yakni etnis Karo, Toba, Simalungun, Pakpak, Melayu, Nias, Mandailing dan Angkola, Jawa, Minang, Aceh, Tionghoa dan lainnya. Setiap etnis memiliki bahasa daerahnya masing-masing. Setiap etnis memiliki aneka budaya sendiri, hingga membentuk Sumut menjadi daerah yang memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Namun semuanya menyatu menjadi penduduk Sumatera Utara dan identik dengan warga Sumatera Utara. 8 Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, http://sumut.bps.go.id/?opt=1&qw=tstasek&kd=2412 (akses 2 Juni 2014)

Dari segi agama, Sumut juga sangat beragam. Semua a gama formal yang diakui secara nasional ada di daerah ini. Di luar itu ada juga agama non formal yang juga berkembang seperti Parmalin. Gambaran ini cukup menunjukkan betapa beragamnya kehidupan budaya dan kehidupan keberagamaan di daerah ini. Dan Medan sebagai ibu kota provinsi adalah tempat berkumpulnya semua keragaman ini, baik dari sisi budaya dan keberagamaan. Sebagai kota besar di provinsi ini, Medan menjadi tujuan warga dari daerah, baik untuk bekerja mencari nafkah, menetap ataupun sekedar singgah. Oleh karenanya bisa kita bayangkan, kompleksnya kehidupan sosial dalam masyarakat yang sangat heterogen seperti ini. Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks dan multi dimensional yang penomenanya di pengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, gender dan kondisi lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak- hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Berdasarkan data BPS tahun 2012 jumlah penduduk miskin di Kota Medan mencapai angka 198.030 jiwa. Salah satu yang menyebabkan kemiskinan adalah pengangguran yang mencapai 143.366 orang pada tahun 2010. Kelompok usia produktif yang besar berkonsekuensi kepada semakin besarnya jumlah tenaga kerja yang membutuhkan lapangan kerja. 2.1.4. Secara Ekonomi S ecara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional/nasional. pada tahun 2011, sektor

tertier mendominasi perekonomian Kota Medan, yaitu sebesar 70,92 persen, subsektor sekunder sebesar 26,57 persen dan perolehan dari sektor primer hanya sebesar 2,50 persen. 9 Hal ini dikarenakan memang Kota Medan memang bukan daerah pertanian sehingga struktur PDRB Kota Medan didominasi oleh subsektor tersier.kualitas perekonomian daerah terkait erat dengan aspek ketenagakerjaan dan kemiskinan. Peningkatan kualitas perekonomian daerah seyogyanya dapat meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan menyerap angkatan kerja sehingga tingkat pengangguran dan kemiskinan semakin berkurang, karena ketersediaan kesempatan kerja yang menjamin perolehan pendapatan. 2.2. Ekonomi Kreatif 2.2.1. Sejarah Perkembangan Istilah Ekonomi Kreatif mulai dikenal secara global sejak munculnya buku The Creative Economy oleh Howkins (2001) yang menemukan kehadiran gelombang ekonomi kreatif setelah menyadari pertama kali pada tahun 1996 ekspor karya hak cipta Amerika Serikat mempunyai nilai penjualan sebesar US$ 60,18 miliar yang jauh melampaui ekspor sektor lainnya seperti otomotif, pertanian, dan pesawat. Menurut Howkins ekonomi baru telah muncul seputar industri kreatif yang dikendalikan oleh hukum kekayaan intelektual seperti paten, hak cipta, merek, royalti dan desain. Konsep e konomi k reatif ini semakin mendapat perhatian utama di banyak negara karena ternyata dapat memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian. Di Indonesia, gaung e konomi k reatif semakin mendapatkan momentum pada masa pemerintahan SBY, yang menyadari betapa pentingnya mencari cara untuk meningkatkan daya saing produk nasional dalam menghadapi pasar global. Pentingnya era kreatif telah dikumandangkan oleh Presiden SBY saat memberikan kata sambutan pada pembukaan Pekan Produk Budaya Indonesia yang 9 Pemerintah Kota Medan, Peraturan Walikota Medan Nomor 40 Tahun 2012 Tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Medan Tahun Anggaran 2013, http://pemkomedan.go.id/radppk/rkpd%20kota%20medan.pdf (akses 2 Juni 2014)

berlangsung tanggal 11-15 Juli 2007 di Jakarta. Keseriusan Pemerintah Indonesia dalam mengembangkan ekonomi kreatif ditandai pula dengan keluarnya Inpres No. 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif. Disamping itu, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 pada 21 Desember 2011, telah dibentuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan visi untuk mewujudkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat Indonesia dengan menggerakkan kepariwisataan dan ekonomi kreatif. Laju pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia terus menggeliat, bahkan, perkembangannya lebih tinggi dari laju pertumbuhan nasional. Berdasarkan data statistik ekonomi kreatif yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), laju pertumbuhan ekonomi kreatif pada 2013 mencapai sebesar 5,76 persen dan laju pertumbuhan nasional sekitar 5,74 persen. Sektor ini juga mampu menyedot tenaga kerja mencapai 11,872 persen dari total lapangan kerja nasional atau sebesar 110.801.648 orang. Berikut ini merupakan detail kontribusi pencapaian PDB negara Indonesia pada rentang tahun 2010 s.d. 2013 beserta uraian 10 sektor ekonomi. Tabel 2

Badan Pusat Statistik juga menjelaskan lebih lanjut tentang Sektor ekonomi kreatif yang terdiri atas 15 subsektor sehingga dapat diperoleh perolehan kontribusi NTB (Nilai Tambah Bruto) dari kelimabelasnya. Subsektor kuliner meraih peringkat pertama dari 15 subsektor dengan capaian kontribusi mencapai 208.632,75 miliar atau 33%. Di bawah subsektor kuliner, terdapat subsektor mode (fesyen) yang memberikan pengaruh NTB sebesar 181.570,3 miliar atau 27%. Berikut ini merupakan detail pencapaian NTB negara Indonesia pada rentang tahun 2010 s/d 2013 beserta uraian 15 subsektor ekonomi kreatif. Tabel 3 Sumber : BPS 10 Merujuk pada angka- angka tersebut di atas, ekonomi kreatif sangat potensial dan penting untuk dikembangkan di Indonesia. Dr. Mari Elka Pangestu dalam Konvensi 10 Badan Pusat Statistik, Kontribusi Ekonomi Kreatif terhadap PDB Indonesia 2010-2013, http://gov.indonesiakreatif.net/research/kontribusi- ekonomikreatif- terhadap- pdb- indonesia/ (akses 3 Juni 2014)

Pengembangan Ekonomi Kreatif 2009-2015 menyebutkan beberapa alasan mengapa industri kreatif perlu dikembangkan di Indonesia, antara lain 11 : 1. Memberikan kontibusi ekonomi yang signifikan a. PDB b. Menciptakan lapangan pekerjaan c. Ekspor 2. Menciptakan iklim bisnis yang positif a. Penciptaan lapangan usaha b. Dampak bagi sector lain c. Pemasaran 3. Membangun citra dan identitas bangsa a. Turisme b. Ikon nasional c. Membangun budaya, warisan budaya dan nilai lokal 4. Berbasis kepada sumber daya yang terbarukan a. Berbasis pengetahuan, kreatifitas b. Green community 5. Menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa a. Ide dan gagasan b. Penciptaan nilai 6. Memberikan dampak sosial yang positif a. Kualitas hidup b. Pemerataan kesejahteraan c. Peningkatan toleransi social Sampai saat ini, ada empat kota yang dikukuhkan sebagai kota kreatif di Indonesia, yakni Yogyakarta, Solo, Bandung, dan Pekalongan. Creative City versi UNESCO ada 2 hal. Pertama adalah berbasis design, kedua adalah berbasis kerajinan alias arts & crafts. Bandung dan Solo masuk dalam kota kreatif berbasis design. Sementara Pekalongan dan Yogya masuk dalam kota berbasis kerajinan. Empat kota ini dipilih karena dinilai maju 11 Pengembangan Ekonomi Kreatif Sebagai Penggerak Industry Pariwisata Bali, http://ardana45.wordpress.com/2013/05/15/pengembanganekonomi-kreatif-sebagai-penggerak-industry-pariwisata-bali/ (akses 3 Juni 2014)

dalam seni, industri kreatif dan desain. Contoh, Solo dinilai layak sebagai kota kreatif, karena setiap akhir pekan, jalan-jalan ditutup untuk menciptakan ruang kreatif bagi masyarakat. Yakni, menggelar performing art, pameran dan memberi kesempatan UKM pameran bahkan sampai izin usaha gratis. Bandung sebagai kota kreatif karena dinilai memiliki sisi visioner dalam bidang pariwisata dan kuliner. Sedangkan Pekalongan memiliki museum batik serta industri batik dan Yogyakarta dinilai memiliki ragam budaya dan seni, serta menjadi tujuan wisata Indonesia. 2.2.2. Subsektor Ekonomi Kreatif I ndustri kreatif dapat dikelompokkan menjadi 15 subsektor. Menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia dalam buku Pengembangan Industri Kreatif Menuju Visi Ekonomi Kreatif 2025, ke 15 subsektor industri kreatif Indonesia adalah : 1. Periklanan (advertising) Definisi periklanan menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut: a. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan. b. S egala bentuk pesan tentang suatu produk disampaikan melalui suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat.

c. D eskripsi atau presentasi dari produk, ide ataupun organisasi untuk membujuk individu untuk membeli, mendukung atau sepakat atas suatu hal. 2. Arsitektur Definisi jasa arsitektur menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2005 adalah jasa konsultasi arsitek, yaitu mencakup usaha seperti: desain bangunan, pengawasan konstruksi, perencanaan kota, dan sebagainya. Selain itu subsektor a rsitektur y aitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan desain bangunan secara menyeluruh baik dari level makro (town planning, urban design, landscape architecture) sampai level mikro (detail konstruksi). Misalnya arsitektur taman, perencanaan kota, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi, perencanaan kota, konsultasi kegiatan teknik dan rekayasa seperti bangunan sipil dan rekayasa mekanika dan elektrikal. 3. Pasar Barang Seni Yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang- barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, pasar tradisional dan internet, meliputi barang- barang musik, percetakan, kerajinan, automobile, dan film. 4. Kerajinan (craft) Industri k reatif subsektor kerajinan adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dan dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, kapur, dan lain- lain.

5. Desain Yaitu kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan. Contohnya : kerajinan perak 6. Fesyen (fashion) Industri k reatif s ubsektor fesyen/mode adalah kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, serta distribusi produk fesyen. 7. Video, Film dan Fotografi Industri k reatif s ubsektor film, video, dan fotografi adalah kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi, produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video, film dan hasil fotografi. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film. 8. Permainan Interaktif (game) Industri k reatif subsektor permainan interaktif adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata- mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi. Menurut beberapa sumber, industri permainan interaktif didefinisikan sebagai permainan yang memiliki kriteria sebagai berikut: a. Berbasis elektronik seperti berupa aplikasi software pada komputer (online maupun stand alone), Playstation, dan lain- lain. b. Bersifat menyenangkan (fun) dan memiliki unsur kompetisi (competition) c. Memberikan feedback/interaksi kepada pemain, baik antar pemain atau pemain dengan alat

d. Memiliki tujuan atau dapat membawa satu atau lebih konten atau muatan. Pesan yang disampaikan bervariasi misalnya unsur edukasi, entertainment, promosi produk (advertisement) sampai kepada pesan yang destruktif. 9. Musik Industri k reatif subsektor musik adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan musik, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara. 10. Seni Pertunjukan (showbiz) Industri k reatif kelompok seni pertunjukan meliputi kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha yang berkaitan dengan pengembangan konten, produksi pertunjukan, pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik- tradisional, musik- teater, opera, termasuk tur musik etnik, desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan. 11. Penerbitan dan Percetakan Industri Kreatif subsektor penerbitan dan percetakan meliputi kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita. 12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak ( software) Industri k reatif subsektor layanan komputer dan piranti lunak meliputi kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal.

13. Televisi & Radio (broadcasting) Industri k reatif kelompok televisi dan radio meliputi kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan, penyiaran, dan transmisi televisi dan radio. 14. Riset dan Pengembangan (R&D) Industri k reatif subsektor riset dan pengembangan meliputi kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar. Definisi riset dan pengembangan menurut UU No. 18/2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah: Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru. 15. Kuliner Kuliner tidak lepas dari kegiatan pariwisata. Kegiatan makan- makan, saat ini menjadi daya tarik tersendiri untuk pariwisata di Indonesia. Selain telah berkembang pesat, ribuan masyarakat juga masuk hidup di dalamnya. Setiap ada lokasi wisata, di sana juga pasti ada kuliner dan ini akan menjadi pendorong ekonomi bagi masyarakat. Bila dilihat luasan cakupan ekonomi kreatif tersebut, sebagian besar merupakan sektor ekonomi yang tidak membutuhkan skala produksi dalam jumlah besar. Tidak

seperti industri manufaktur yang berorientasi pada kuantitas produk, industri kreatif lebih bertumpu pada kualitas sumber daya manusia. Industri kreatif justru lebih banyak muncul dari kelompok industri kecil menengah. Sebagai contoh, adalah industri kreatif berupa distro yang sengaja memproduksi desain produk dalam jumlah kecil. Hal tersebut lebih memunculkan kesan eksklusifitas bagi konsumen sehingga produk distro menjadi layak untuk dibeli dan bahkan dikoleksi. Walaupun tidak menghasilkan produk dalam jumlah banyak, industri kreatif mampu memberikan kontribusi positif yang cukup signifikan terhadap perekonomian nasional. Pencantuman industri kreatif bukan berarti hanya kementrian perindustrian yang bertanggung jawab dalam perkembangan industri kreatif. Beberapa kementrian lainnya yang sudah menunjukkan perhatian pada industri kreatif adalah Koordinator Perekonomian, Kebudayaan dan Pariwisata, Komunikasi dan Informasi, Pendidikan Nasional, Koperasi dan UKM, serta Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2.2.3. Koperasi dan UMKM Koperasi adalah institusi (lembaga) yang tumbuh atas dasar solidaritas tradisional dan kerjasama antar individu, yang pernah berkembang sejak awal sejarah manusia sampai pada awal Revolusi Industrial di Eropa pada akhir abad 18, dan selama abad 19 sering disebut sebagai Koperasi Historis atau Koperasi Pra- Industri. Koperasi Modern didirikan pada akhir abad 18, terutama sebagai jawaban atas masalah- masalah sosial yang timbul selama tahap awal Revolusi Industri. Di Indonesia, ideide perkoperasian diperkenalkan pertama kali oleh Patih di Purwokerto, Jawa Tengah, R. Aria Wiraatmadja yang pada tahun 1896 mendirikan sebuah Bank untuk Pegawai Negeri. Cita- cita semangat tersebut selanjutnya diteruskan oleh De Wolffvan Westerrode. Kemudian pada tahun 1908, Budi Utomo yang didirikan oleh Dr. Sutomo memberikan peranan bagi gerakan koperasi untuk memperbaiki kehidupan rakyat. Koperasi di Indonesia, menurut UU tahun 1992, didefinisikan sebagai badan usaha yang beranggotakan orang- seorang atau badan hukum koperasi dengan

melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip- prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Di Indonesia, prinsip koperasi telah dicantumkan dalam UU No. 12 Tahun 1967 dan UU No. 25 Tahun 1992. Di Sumut sendiri, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sumut mengatakan bahwa selalu ada upaya untuk meningkatkan kualitas koperasi Sumut, seperti dengan cara mendirikan Gedung UKM Center yang salah satunya berada di depan kantor Diskop dan UKM Sumut Jl. Gatot Subroto. UKM Center ini membantu usaha kecil, khususnya dalam bidang pemasaran. S elanjutnya, untuk memacu pemasaran produk UKM Sumut dengan menggelar pameran rutin. Dinas Koperasi Kota Medan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan yang memiliki tugas melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang pengkoperasian pengusaha kecil dan menengah serta melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan bidang tugasnya. Dengan demikian pengembangan terhadap usaha kecil dan menengah sudah menjadi salah satu tugas pokok dalam program kerja dinas koperasi. Program pengembangan UKM itu meliputi kegiatan bimbingan dan pengarahaan, pengadaan atau bantuan permodalan, pengembangan jaringan pemasaran, pengembangan program kemitraan, dan juga melakukan evaluasi terhadap hasil dari program tersebut. Salah satu sektor yang menjadi binaan koperasi adalah UMKM. Di Medan sendiri koperasi dan UMKM selaku pelaku industri kreatif, pada tahun 2014, koperasi berjumlah sekitar 2.000 dan 1.200 merupakan koperasi aktif, sedangkan jumlah UMKM sekitar 212.142 pelaku usaha dengan jenis usaha perdagangan jasa, industri kerajinan dan aneka usaha. Jumlah ini mencapai 99,8% dari total Usaha Ekonomi yang ada di kota Medan. K ekuatan Koperasi dan UMKM, mampu menekan 8,3 persen inflasi di Sumut. Keberadaan Koperasi dan UMKM ini sendiri ada di dalam salah satu misi Kota Medan yang berbunyi, Mewujudkan percepatan pembangunan wilayah lingkar luar, dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi (UKMK), untuk kemajuan dan kemakmuran yang berkeadilan bagi seluruh masyarakat

kota. Salah satu bentuk keseriusan pengembangan industri kreaif dari kalangan pelaku bisnis adalah inisiatif Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sumatera Utara (Sumut) berupaya melakukan terobosan untuk memunculkan produk industri kreatif yang tidak berpaku kepada hasil alam di tingkat global.