ANALISIS FENOMENA PERUBAHAN IKLIM DAN KARAKTERISTIK CURAH HUJAN EKSTRIM DI KOTA MAKASSAR

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS POLA DAN INTENSITAS CURAH HUJAN BERDASAKAN DATA OBSERVASI DAN SATELIT TROPICAL RAINFALL MEASURING MISSIONS (TRMM) 3B42 V7 DI MAKASSAR

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

ANALISIS UNSUR CUACA BULAN JANUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI KLAS I SULTAN AJI MUHAMMAD SULAIMAN SEPINGGAN BALIKPAPAN

VARIASI SPASIAL DAN TEMPORAL HUJAN KONVEKTIF DI PULAU JAWA BERDASARKAN CITRA SATELIT GMS-6 (MTSAT-1R) YETTI KUSUMAYANTI

Analisis Hujan Ekstrim Berdasarkan Parameter Angin dan Uap Air di Kototabang Sumatera Barat Tia Nuraya a, Andi Ihwan a*,apriansyah b

PERUBAHAN KLIMATOLOGIS CURAH HUJAN DI YOGJAKARTA, SEMARANG, SURABAYA, PROBOLINGGO DAN MALANG

Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana?

ANALISIS STATISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI INDONESIA UNTUK EVALUASI PERUBAHAN IKLIM

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang mana secara geografis terletak pada Lintang Utara

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI

ESTIMASI NILAI TPW (TOTAL PRECIPITABLE WATER) DI ATAS DAERAH PADANG DAN BIAK BERDASARKAN HASIL ANALISIS DATA RADIOSONDE IRE PRATIWI

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

I. INFORMASI METEOROLOGI

Analisis Variasi Cuaca di Daerah Jawa Barat dan Banten

seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KARAKTERISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI KOTA BENGKULU

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS PENGARUH MADDEN JULIAN OSCILLATION (MJO) TERHADAP CURAH HUJAN DI KOTA MAKASSAR

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

TINJAUAN PUSTAKA. udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit pada jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH FENOMENA GLOBAL DIPOLE MODE POSITIF DAN EL NINO TERHADAP KEKERINGAN DI PROVINSI BALI

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

I. INFORMASI METEOROLOGI

Buletin Analisis Hujan Bulan Januari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 KATA PENGANTAR

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

Buletin Analisis Hujan Bulan Februari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 KATA PENGANTAR

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

SKRIPSI. Disusun Oleh : TYAS ESTININGRUM

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Juli 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan September, Oktober dan November 2012 KATA PENGANTAR

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan April 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 KATA PENGANTAR

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Anomali Curah Hujan 2010 di Benua Maritim Indonesia Berdasarkan Satelit TRMM Terkait ITCZ

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

DAMPAK EL NINO DAN LA NINA TERHADAP PELAYARAN DI INDONESIA M. CHAERAN. Staf Pengajar Stimart AMNI Semarang. Abstrak

PENGARUH SEBARAN SUHU UDARA DARI AUSTRALIA TERHADAP SUHU UDARA DI BALI. Oleh, Erasmus Kayadu

Gambar 1. Peta Prakiraan Cuaca Hujan Mei 2018 (Sumber : Stasiun Klimatologi Karangploso Malang)

Pengukuran Variabilitas Co 2 dan Analisis Dampak Perubahan Iklim (Studi Kasus: Semarang)

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Oktober 2012 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru. Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Oktober 2012

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan sumber daya air (Haile et al., 2009).

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Desember 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Februari, Maret dan April 2013 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini.

PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA

ANALISIS KEJADIAN BANJIR BANDANG

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

Gbr1. Lokasi kejadian Banjir dan sebaran Pos Hujan di Kabupaten Sidrap

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

INDIKASI PERUBAHAN IKLIM DARI PERGESERAN BULAN BASAH, KERING, DAN LEMBAB

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

Luas Luas. Luas (Ha) (Ha) Luas. (Ha) (Ha) Kalimantan Barat

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan

PEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

LAPORAN POTENSI HUJAN AKHIR JANUARI HINGGA AWAL FEBRUARI 2016 DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Hubungan Suhu Muka Laut Perairan Sebelah Barat Sumatera Terhadap Variabilitas Musim Di Wilayah Zona Musim Sumatera Barat

Gambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber :

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

Variasi Iklim Musiman dan Non Musiman di Indonesia *)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DKI JAKARTA DENGAN METODE EMPIRICAL ORTHOGONAL FUNCTION (EOF)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA

Iklim / Climate BAB II IKLIM. Climate. Berau Dalam Angka 2013 Page 11

lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang.

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

Transkripsi:

JURNAL SAINS DAN PENDIDIKAN FISIKA (JSPF) Jilid 11 Nomor 1, April 2015 ISSN 1858-330X ANALISIS FENOMENA PERUBAHAN IKLIM DAN KARAKTERISTIK CURAH HUJAN EKSTRIM DI KOTA MAKASSAR 1) Intan Pabalik, Nasrul Ihsan, Muhammad Arsyad Program Studi Fisika (KBK Fisika Bumi) - Universitas Negeri Makassar Jl. Daeng Tata Raya, Makassar, 90224 1) e-mail : pabalikintan@gmail.com Abstract: Analysis of Climate Change Phenomenon and Characteristics of Extreme Rainfall in Makassar City. This study examines the phenomenon of climate change and the analysis of the characteristics of extreme rainfall in the city of Makassar. The purpose of this study 1). to analyze the phenomenon of changes in precipitation in the city of Makassar and 2). to analyze changes in temperature Makassar. The data used are daily precipitation data obtained from PSDA, the data of monthly rainfall and temperature from years 1993-2012 obtained from BMKG region IV Makassar. Daily rainfall data is used to see the extreme rainfall whereas monthly rainfall and temperature to see the phenomenon peruban respectively. From the analysis of the data showed that rainfall Makassar including monsoonal type. For 20 years (1993-2012) the city of Makassar extreme rainfall occurred at the January, February, March and December around adari 101-376 mm / day. Climate change in Makassar especially rainfall is influenced by the occurrence of La Nina and El Nino.Suhu monthly average Makassar most low occurred in January, February, March and December, the lowest temperature while the house terjadipada months from May to October. The higher intensity of rainfall, the lower the air temperature and vice versa. Abstrak: Analisis Fenomena Perubahan Iklim dan Karakteristik Curah Hujan Ekstrim di Kota Makassar. Penelitian ini mengkaji tentang analisis fenomena perubahan iklim dan karakteristik curah hujan ekstrim di kota Makassar. Tujuan dari penelitian ini 1). untuk menganalisis fenomena perubahan curah hujan di kota Makassar dan 2). untuk menganalisis perubahan suhu kota Makassar. Data yang digunakan yaitu data curah hujan harian diperoleh dari Dinas PSDA, data curah hujan bulanan dan suhu dari tahun 1993-2012 diperoleh dari BMKG wilayah IV Makassar. Data curah hujan harian digunakan untuk melihat terjadinya hujan ekstrim sedangkan curah hujan bulanan dan suhu untuk melihat fenomena peruban curah hujan dan suhu di setiap bulan selama 20 tahun. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa curah hujan kota Makassar termasuk pola monsunal. Selama 20 tahun (1993-2012) curah hujan ekstrim kota Makassar banyak terjadi pada bulan Januari, Februari, Maret dan Desember. Curah hujan ekstrim yang paling tinggi terjadi pada tahun 2000 sebesar 376 mm/hari. Curah hujan tahunan paling tinggi terjadi pada tahun 1999 sebesar 4722 mm dan curah hujan paling rendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 1991 mm. Suhu rata-rata bulanan kota Makassar paling rendah terjadi pada bulan Januari, Februari, Maret dan Desember sedankan suhu tertinggi terjadi pada bulan Mei-Oktober. Kata Kunci: curah hujan, hujan ekstrim, suhu Kepulauan maritim Indonesia yang berada di wilayah tropik memiliki curah hujan tahunan yang tinggi, curah hujan semakin tinggi di daerah pegunungan. Curah hujan yang tinggi di wilayah tropik pada umumnya dihasilkan dari proses konveksi dan pembentukan awan hujan panas. Kondisi tidak stabil terjadi jika udara yang naik lembab dan lapse rate udara lingkungannya berada antara lapse rate adiabatik kering dan lapse rate adiabatik jenuh. Jadi kestabilan udara ditentukan oleh kondisi kelembaban. Karena itu jumlah hujan tahunan, intensitas, durasi, frekuensi dan distribusinya terhadap ruang dan waktu sangat bervariasi. Studi perubahan iklim melibatkan analisis iklim masa lalu, kondisi iklim saat ini, dan estimasi kemungkinan iklim di masa yang akan datang (beberapa dekade atau abad kedepan). Akibatnya, studi mengenai perubahan iklim dibutuhkan penilaian yang terintegrasi terhadap sistem iklim atau sistem bumi. Konsekuensi masa depan terhadap perubahan iklim juga diprediksi 88

Intan Pabalik, dkk., Analisis Fenomena Perubahan Iklim dan Karakteristik Curah Hujan, 89 akan lebih dramatis lagi dan menganggu kehidupan umat manusia, seperti terancamnya distribusi vegetasi alam dan keanekaragaman hayati, erosi dan badai (Susandi, 2006). Perubahan iklim ini disebabkan oleh meningkatnya gas rumah kaca yang dominan ditimbulkan oleh industri-industri. Gas rumah kaca yang meningkat ini menimbulkan efek akan mempercepat proses pemanasan global dan meningkatkan frekuensi peristiwa cuaca eksrim. Berbagai data parameter atmosfer seperti temperatur, curah hujan, tekanan, kelembaban, ozon, polusi udara dan lain-lain memerlukan suatu alat bantu agar dapat dianalisis lebih lanjut. Variasi curah hujan di wilayah Indonesia sangat besar baik secara spasial maupun temporal. Pola cujan di Indonesia umumnya didominasi oleh monsun yang dicirikan dengan adanya perbedaan yang tegas antara musim hujan dan kemarau. Sifat hujan dikategorikan dengan diatas normal, normal dan dibawah normal. Sifat hujan normal diartikan senagai akumulasi curah hujan yang terjadi disuatu daerah prakiraan musim selama musim hujan berada pada sekitar nilai rata-rata selama 30 tahun. Sedangkan diatas normal artinya bahwa curah hujan lebih tinggi dari batas atas nilai normalnya, dan sifat hujan bawah normal artinya akumulasi curah hujan selama musim hujan lebih rendah dari batas normalnya (BMG, 2006). Udara secara umum adalah atmosfer yang merupakan campuran dari gas yang menyelimuti bumi dan terikat pada bumi oleh gas grafitasi bumi. Lapisan udara yang paling bawah dan bersentuhan langsung dengan permukaan bumi dinamakan lapisan troposfer. Karakteristik lapisan ini adalah sifatnya yang basah dan mengandung sekitar 80% dari atmosfer termasuk aerosol. Karena sifat-sifat inilah sehingga lapisan troposfer dikenal sebagai lapisan pembentuk cuaca. Pada lapisan ini terjadi gejala cuaca seperti: hujan, panas, dingin, kelembaban, kecepatan dan arah angin, serta tekanan udara yang varatif terhadaap perubahan waktu, ketinggian, lintang, serta patologi wilayah. Suhu udara akan berflukturasi secara nyata selama setiap 24 jam. Fluktuasi suhu udara berkaitan erat dengan proses pertukaran energi yang berlangsung di atmosfer. Pada siang hari sebagian dari radasi matahari akan diserap oleh gas-gas dan partikel-partikel yang melanyang dalam atmosfer sehingga mengakibatkan suhu udara meningkat. Suhu udara maksimum akan tercapai beberapa saat setelah intensitas cahaya maksimum tercapai. Intensitas cahaya maksimum tercapai pada saat berkas caha jatuh tegak lurus, yakni pada waktu tengah hari (Lakitan,1994). METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif analistis, yaitu suatu kegiatan yang mendeskripsikan suatu kegiatan dengan mengacu kepada referensi dan data yang diperoleh di lapangan. Semua data yang digunakan diperoleh dari stasiun BMKG dan Dinas PSDA kota Makassar, yaitu data curah hujan harian, data curah hujan bulanan dan data suhu. Dari data ini akan ditentukan gambaran fenomena perubahan iklim dan karakteristik curah hujan ekstrim kota Makassar. Data curah hujan yang digunakan yaitu data curah hujan dari tahun 1993-2012 dan data suhu di ambil dari tahun 1993-2012. Data curah hujan dan suhu diolah dengan menggunakan program Excel untuk memperoleh gambaran statistik yang diteliti dalam bentuk grafik dan dari hasil itu kita dapat menganalisis kapan curah hujan ekstrim terjadi. Untuk melihat lebih jelas dari hasil yang diperoleh maka untuk kedua parameter ini akan disajikan dalam bentuk grafik. Gambar diagram berikut menunjukkan alur pelaksanaan penelitian ini.

90 Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Jilid 11, Nomor 1, April 2015, hal. 88-92 Curah hujan 1993-2012 Pengumpulan data Curah hujan ekstrim >100 mm/hari Temperatur tahun 1993-2012 Gambar 2 di atas menunjukkan bahwa kota Makassar memiliki tipe curah hujan monsunal yang dicirikan dengan tingginya curah hujan pada awal dan akhir tahun. Grafik dalam gambar juga menunjukkan bahwa bulan basah terjadi pada bulan November Maret, bulan lembab terjadi pada bulan April dan bulan kering terjadi pada bulan Mei-Oktober. Hasil analisis jumlah curah hujan tahunan kota Makassar periode 1993-2012, dapat dilihat pada gambar 3 berikut. Perubahan iklim Interpretasi data simpulan Gambar 3. Grafik curah hujan tahunan kota Makassar 1993-2012 Gambar 1. Bagan alur pelaksanaan penelitian HASIL DAN DISKUSI A. Karakteristik Curah Hujan Hasil analisis curah hujan kota Makassar periode 1993-2012, dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini: Gambar 3 di atas memperlihatkan curah hujan tahunan selama 20 tahun (1993-2012). Berdasarkan gambar tersebut, tampak bahwa selama 20 tahun curah hujan mengalami perubahan setiap tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 1999 sebesar 4722 mm dan curah hujan paling rendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 1991 mm. B. Suhu Hasil analisis grafik suhu kota Makassar setiap bulan selama 1993-2012 ditunjukkan pada gambar 4 berikut. Gambar 2. Grafik curah hujan kota Makassar 1993-2012

Intan Pabalik, dkk., Analisis Fenomena Perubahan Iklim dan Karakteristik Curah Hujan, 91 Gambar 4. Grafik suhu bulanan kota Makassar dari tahun 1993-2012 Pada gambar 4 di atas diperlihatkan suhu setiap bulan selama 20 tahun (1993-2012). Berdasarkan grafik, diperoleh bahwa suhu selama udara rentang 20 tahun mempunyai 2 puncak suhu paling tinggi pada bulan Mey sebesar 28,10 0 C dan Oktober sebesar 28,39 0 C. Sedangkan suhu paling rendah terjadi pada bulan Januari, Februari, Juli, Agustus, dan Desember. Berdasarkan grafik pada gambar 4 tersebut, juga diperoleh informasi bahwa suhu pada bulan Juli dan Agustus tidak menggambarkan adanya hubungan antara suhu dan curah hujan. Dimana pada bulan tersebut curah hujan rendah namun pada grafik suhu terlihat suhu mengalami penurunan. Ini karena adanya anomali cuaca yang disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah pemanasan global yang disebabkan oleh kenaikan gas-gas rumah kaca terutama karbondioksida (CO 2) dan metana (CH 4) yang dominan ditimbulkan oleh industriindustri. C. Hujan Ekstrim Curah hujan dengan intensitas >50 mm/ hari menjadi parameter tejadinya hujan dengan intensitas lebat. Sedangkan curah hujan ekstrim memiliki curah hujan >100 mm/hari. Di kota Makassar terjadi hujan yang sangat ekstrim yaitu >200 mm. Tabel 1. Curah Hujan Ekstrim kota Makassar Curah Hujan Ektrim Tahun Tanggal Curah Hujan (mm)/hari 1999 3 Januari 235 4 Februari 204 2000 3 Februari 376 2001 2 Februari 200 2003 10 Januari 210 2011 4 Februari 217 Dari Tabel 1 di atas terlihat bahwa selama 20 tahun dari tahun 1993-2012 di kota Makassar terjadi beberapa kali hujan ekstrim. Namun curah hujan yang paling ekstrim (>200 mm/hari) terjadi hanya beberapa kali. Curah hujan paling ekstrim ini telah mengakibatkan terjadinya banjir bandang. Curah hujan ekstrim paling besar terjadi pada tahun 2000 sebesar 376 mm/hari. Pada tahun 1999 dan 2000 tercatat bahwa hampir seluruh daerah kota Makassar terendam banjir. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. a. Perubahan curah hujan selama 20 tahun di kota Makassar mengakibatkan terjadinya fenomena banjir bandang pada tahun 2000 dimana curah hujan mencapai 4722 mm. b. Suhu rata-rata bulanan kota Makassar mengalami perubahan. Suhu bualanan serlama 20 tahun mempunyai 2 puncak suhu paling tinggi yaitu pada bulan Mey (28,10 0 C) dan Oktober (28,39 0 C). Sedangkan suhu paling rendah terjadi pada bulan Januari, Februari, Juli, Agustus, dan Desember. c. Selama 20 tahun dari tahun 1993-2012, curah hujan yang sangat ekstrim yang terjadi di kota Makassar terjadi pada tanggal 3

92 Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Jilid 11, Nomor 1, April 2015, hal. 88-92 Februari 2000. Dimana curah hujan pada saat itu mencapai 376 mm/hari. DAFTAR RUJUKAN BMG. (2006). Prakiraan Musim Kemarau Tahun 2006 di Indonesia. Badan Meteorologi dan Geofisika, Makassar. Boer, Rizaldi. (2003). Penyimpangan Iklim di Indonesia. UGM. Yogyakarta Effendi, Sobri. (2001). Urgensi Prediksi Cuaca Dan Iklim Di Bursa Komuditas Unggulan Pertanian. IPB. Bogor Liong, T.L, dkk. (2004): Evaluasi Prediksi Banjir DKI dengan ANFIS, Prosiding TemuIlmiah Nasional, Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim, LAPAN. Susandi A, dkk. (2006): Perubahan Iklim Wilayah DKI Jakarta; Studi Masa Lalu Proyeksi Mendatang. Proseding PIT HAGI ke 31 Semarang.