Dampak Peliputan Traumatik pada Masyarakat Umum dan Wartawan

dokumen-dokumen yang mirip
OLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA

Kekerasan Seksual oleh Media dari Sudut Pandang Penyintas

TIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengalami trauma sekunder tidak mengalami langsung kejadian. korban trauma. (Figley, McCann & Pearlman, dalam Motta 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu

BERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari

Postraumatik stress bisa timbul akibat luka berat atau pengalaman yang menyebabkan organisme menderita kerusakan fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Adhyatman Prabowo, M.Psi

MANAJEMEN STRES PADA INDIVIDU YANG SELAMAT (SURVIVOR) DARI BENCANA ALAM. Kartika Adhyati Ningdiah

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

Laporan Hasil Assessmen Psikologis Penyintas Bencana Tanah Longsor Banjarnegara Tim Psikologi UNS 1. Minggu ke-1 (18 Desember 2014)

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan

Mengenal Gangguan Stress Pasca Trauma

Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena patah hati atau yang biasa dikenal dengan sebutan broken heart,

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan

Oleh Nandang Rusmana, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Makalah Analisis Kasus : Bencana Merapi. Disusun oleh : Carissa Erani

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada

Dampak. terhadap anak-anak Reaksi anak-anak terhadap situasi darurat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama beberapa tahun terakhir Bangsa Indonesia banyak menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. dengan tuntutan-tuntutan yang berlangsung. Tuntutan-tuntutan ini bisa jadi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V HASIL PENELITIAN. A. Rangkuman Penelitian Seluruh Subjek. dibuat table sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. dan diantaranya adalah tindak kekerasan dan pelecehan seksual yang mengarah

BAB II TINJAUAN TEORI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN WAWANCARA. 3. Pernahkah anda melakukan usaha untuk menggugurkan kandungan? tua/pasangan/orang-orang terdekat anda?

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

Subjek I T10 T11 T12

MATERI KEGIATAN PERAN AKTIVITAS FISIK SEBAGAI TRAUMA RELEASING EXERCISE PADA DAERAH TERDAMPAK BENCANA MERAPI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS KORBAN CYBER BULLYING. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi, M.Pd

Pengetahuan Dasar Mengenai Kegiatan Relawan Bencana

PEKERJA KEMANUSIAAN: SITUASI SULIT & TANTANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BULLYING DALAM PENDIDIKAN. Oleh Ehan Raehan Miskyah

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB III ASSESSMENT DAN DIAGNOSA PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Tsunami berasal dari bahasa Jepang, terbentuk dari kata tsu yang berarti. longsoran yang terjadi di dasar laut (BMKG, 2013).

EMOSI, STRES DAN KESEHATAN. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi

BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG SINDROM TRAUMA DAN COGNITIVE-BEHAVIOR THERAPY

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

STRATEGI KOPING PADA KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGALAMI AMPUTASI. Skripsi

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Tentang Perberdaan pengetahuan Responden Mengenai Emergency Preparedness Berdasarkan Masa Kerja...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

Bab 5. Ringkasan. Setelah melakukan analisis pada bab tiga, penulis mengambil kesimpulan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

2015 GAMBARAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA IBU NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH KOTA BANDUNG

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

Manfaat Hypnosis 3 JURUS JITU HYPNOLEARNING

Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja sama dengan ikatan saling berbagi dan kedekatan emosi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

PENDAHULUAN Latar Belakang

EMOSI, STRES DAN KESEHATAN. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengalaman Memaafkan. kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu

BAB II TINJAUAN TEORI

PROSES TERJADINYA MASALAH

BAB IV PEMBAHASAN DATA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah

DETEKSI DINI STRES DI TEMPAT KERJA DAN PENANGGULANGANNYA

1. PENDAHULUAN. (Wawancara dengan Bapak BR, 3 Maret 2008)

BULIMIA NERVOSA. 1. Frekuensi binge eating

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

Kecemasan Terhadap Kematian

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang mencakup fasilitas, peraturan yang diterapkan, hubungan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada

Rumah Sakit Jiwa. S uster Kometa memandang pilu ke arah luar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

PEDOMAN KUESIONER TERBUKA CYBER BULLYING. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

Menolong Anak2 Mengatasi Trauma di Pulau Jawa

BAB I PENDAHULUAN. dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. kecelakaan lalu lintas yang cukup parah, bisa mengakibatkan cedera

Transkripsi:

Dampak Peliputan Traumatik pada Masyarakat Umum dan Wartawan Oleh: Cinintya Dewi, YAYASAN PULIH Untuk Pemulihan dari Trauma dan Penguatan Psikososial Yayasan Pulih 2011

Sekilas program Jurnalisme dan Trauma (2003-2011) Merupakan pengembangan dari program pendampingan untuk korban bom Marriot dan Kantor Kedubes Australia di Kuningan Jakarta tahun 2003, 2004. Media sangat efektif dalam memberitakan peristiwa kepada masyarakat luas, sebaliknya Media yang tidak sensitif terhadap pemulihan memberikan dampak buruk bagi korban dan keluarga maupun masyarakat umum Tujuan dari program adalah untuk memberikan penyadaran awal mengenai dampak peliputan persitiwa traumatik kepada jurnalis, korban dan keluarga serta masyarakat luas.

Peristiwa Traumatik merupakan peristiwa yang terjadi secara tibatiba (mendadak), mengguncang (mengagetkan) dan mengerikan (menyakitkan) yang mengancam keutuhan fisik dan mental dan menimbulkan dampak fisik, pikiran, perasaan dan perilaku yang amat membekas bagi yang mengalami atau menyaksikan.

Mereka yang Mengalami Kesiagaan terus menerus Perasaan seperti mengalami kembali peristiwa Matirasa, kosong, spt tidak tersambung dg realitas Ingatan terus menerus ttg kejadian Gangguan2 fisik (termasuk gangguan makan, tidur dll) Emosi (sedih, marah, cemas) yang intens

Karateristik Konflik Bencana, bisa disebabkan oleh alam bisa juga oleh manusia Yang disebabkan oleh manusia seperti konflik biasanya lebih sulit diterima. Ada perasaan marah, dendam, tidak percaya, karena dilakukan oleh sesama manusia dan secara sengaja dilakukan untuk melukai pihak lain

Liputan Konflik, Adakah dampaknya bagi penyintas, masyarakat umum dan wartawan?

Akibat tayangan pemberitaan peristiwa bom di hotel J.W. Marriott 2009, seorang penyintas peledakan bom.w Marriott di tahun 2003 kembali kesulitan untuk memakan daging karena hal tersebut selalu mengingatkannya akan kejadian

Anak seorang penyintas bom Mega Kuningan yang baru berusia delapan tahun, menangis dengan sedihnya saat melihat ayahnya diliput di televisi dengan berbagai jahitan di kepala dan tubuhnya, dan minta diantar segera ke rumah sakit. Sebelumnya si anak tidak tahu jika ayahnya dirawat di rumah sakit dengan luka berat akibat peristiwa Marriott. Si ibu mengatakan ayahnya sedang bekerja.

Seorang perempuan bercerita bahwa sampai saat ini masih sedih jika mendengar lagu yang biasanya dikumandangkan bersama tayangan-tayangan dampak dari tsunami. Ketika ada liputan bencana lain seperti situ gintung, ledakan bom, atau gempa Sumatra Barat 2009, ia selalu menangis dan merasa tidak bisa mengendalikan kesedihannya.

Menurut anak saya, setelah pulang dari Aceh saya sudah kayak tentara, padahal saya tidak merasa demikian. Katanya Bapak kok sekarang begini sih, serem! Seperti tentara. Di Aceh saya memang setiap hari ketemu tentara

Bagaimana Peliputan dan Pemberitaan Peristiwa Traumatik Mempengaruhi Mereka?

Trauma Sekunder Reaksi stres paskatrauma juga bisa dialami oleh mereka yang tidak mengalami secara langsung peristiwa traumatik Wartawan, Polisi, Petugas kesehatan, Pekerja kemanusiaan Konsumen media (cetak, elektronik, multimedia)

Dampak dari Peristiwa Traumatik Fisik-biologis Mual, gangguan pencernaan, gemetar, keringat dingin, sakit kepala, merasa lelah Emosi marah, sedih, cemas, merasa bersalah Kognisi Gagasan balas dendam, dihantui peristiwa traumatik, mudah lupa, sulit konsentrasi

Tingkah Laku Mudah terkejut, mudah marah, sering melamun, menarik diri Moral-Spiritual Kehilangan kepercayaan terhadap Tuhan, berubahnya standar baik-buruk dalam kehidupan

Reaksi Normal terhadap Peristiwa yang Abnormal Berbagai macam reaksi yang disebutkan adalah reaksi yang normal setelah peristiwa yang mengguncang Sebagian besar orang mungkin dapat melewati situasi sulit dengan baik; meskipun ada pula yang menghadapi kesulitan. Namun setiap orang memiliki kekuatan alamiah untuk bangkit dari situasi sulit. Dukungan keluarga atau orang terdekat lainnya dapat membantu mengatasi proses adaptasi setelah peristiwa sulit.

Retraumatisasi yaitu ketika penyintas kembali terpapar dengan stimulus yang mengingatkan mereka dengan peristiwa traumatik (suara, benda, tayangan berulang tentang peristiwa yang sama atau serupa, pertanyaan yang sama dari wartawan dsb) dan menampilkan reaksi yang mungkin mirip dengan reaksi sebelumnya.

Teror seorang penyintas ledakan bom di Hotel J.W. Marriott, Jakarta. diwawancarai wartawan dalam keadaan belum sepenuhnya sadar. Ternyata kemudian hasil wawancara berbeda dengan apa yang dia sampaikan. Ia yang sebenarnya korban dikatakan sebagai saksi mata peristiwa yang melihat kendaraan dan pengemudi yang diduga membawa bom. Luka-luka yang dideritanya tidak seberapa, tetapi setelah pemberitaan itu dia merasa ketakutan. Takut dimintai keterangan oleh polisi dan takut jiwanya diancam oleh kelompok pelaku, sehingga ketika sebuah media elektronik mau mewawancarainya, dia langsung menolak. Bagaimana kalau kelompok pelaku melihat wajahnya di televisi? Ia pun sempat mempunyai rasa curiga yang kuat apabila ada orang-orang yang bertanya kepadanya.

Copycat Peristiwa kekerasan yang diduplikasi di tempat lain: motif, cara, sasaran dsb Copycat Suicide

Subyek berita sebagai korban bukan penyintas Mereka yang mengalami persitiwa traumatik memiliki dua sisi: ketidakberdayaan namun juga kekuatan Peliputan yang kurang sensitif terhadap kekuatan mendorong ke arah kontinum ketidakberdayaan menghambat pemulihan

Trauma akibat Viktimisasi Selalu ada dua pihak atau lebih dalam sebuah konflik Tidak proporsional mendorong salah satu pihak di korban /di persalahkan atas kejadian yang sebetulnya menempatkan dirinya pada posisi yang sulit sehingga menambah kesulitan hidup

Setiap orang merespon dengan caranya sendiri terhadap trauma. Tergantung pada kepribadian kita dan pengalaman kita di masa lalu. Banyak diantara kita mengalami saat-saat yang sulit segera setelah kejadian -khususnya ketika kita mulai meninggalkan situasi traumatis. Dalam jangka yang lebih panjang sebagian besar orang akan mampu menghadapinya dengan baik. Tetapi akan ada sekelompok orang, kesulitan untuk mengatasinya

Gangguan Stres PaskaTrauma (PTSD) Mereka yang selamat tetapi mengalami trauma seringkali menjadi depresi atau cemas dan mengalami masalah dengan pekerjaan dan hubungan keluarga. Orang mungkin tidak dapat memahami apa yang menimbulkan gejala-gejalanya dan tidak pernah di diagnosa. Akibatnya, mereka menderita dalam kesendirian, barangkali selama bertahun-tahun.

Gangguan Stres PaskaTrauma Flashbacks yang sulit dikendalikan Respon-respon fisik seperti dada berdebar, munculnya keringat dingin, lemas tubuh atau sesak nafas saat teringat atau berada dalam situasi yang mengingatkan pada kejadian Gangguan makan: mual dan muntah, kesulitan makan, atau justru kebutuhan sangat meningkat untuk mengkonsumsi makanan

Gangguan Stres PaskaTrauma Ketakutan, merasa kembali berada dalam bahaya Kesulitan mengendalikan emosi atau perasaan, misalnya menjadi sensitif, cepat marah, tidak sabar Kesulitan untuk berkonsentrasi atau berpikir jernih Kesulitan untuk melakukan kegiatan sehari-hari butuh bantuan profesional kesehatan mental

Apa yang bisa kita dilakukan?

Fokuskan gambar anda pada sisi manusianya. Jika memungkinkan, cobalah untuk tidak etrbatas pada sisi mengenai reruntuhan bangungan, kehanuran baik fisik maupun psikis dan temukan makna yang lebih dalam mengenai selutuh kehidupan kita Tom French dari The St. Petersburg Times (pointer.org)

Berita yang Mendorong Pemulihan Sensitifitas dan Empati sejak pencarian berita hingga pemberitaan Mencari sumber alternatif lain sebagai sumber berita (narsum lain atau observasi) Fokus pada sisi kemanusiaan, penyintas adalah manusia biasa yang menderita akibat situasi konflik namun juga memiliki kekuatan-kekuatan nilai jurnalistik dan eksploitasi adalah garis tipis. Tanyakan hati kecil anda

Industri media memerlukan waktu yang sangat lama untuk menyadari bahwa sangatlah alami bagi para wartawan, seperti halnya orang lain, untuk merasakan dampak/efek trauma Media perlu menyadari tekanan traumatis sebagai subyek yang perlu diperdebatkan. Para pemilik bisnis media harus menerima eksistensinya dan mengambil langkah-langkah untuk menyediakan konseling sukarela dan rahasia kepada staf di setiap tingkatan. Chris Cramer, President of CNN International Networks

Panduan untuk Pekerja media dan Manajemen Kenali dan Akui! (tahu batasan, pindah ke liputan lain, perubahan pada bawahan) Pentingnya dukungan rekan kerja, keluarga, manajemen Ekspresikan! (bercerita, menulis, menggambar, melukis bahkan menangis) Lakukan hal menyenangkan (hindari bepergian/libur sendirian dalam waktu yang lama) Hal-hal kecil membuat perbedaan besar Konselor/Psikolog Pengetahuan mengenai trauma

TERIMA KASIH YAYASAN PULIH Hotline: 021 782 30 21, 0888 181 68 60 Email: info@pulih.or.id E counseling:counseling@pulih.or.id