METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
METODE. Waktu dan Tempat

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

METODE. Materi. Rancangan

METODE PENELITIAN. A. Alat dan Bahan. B. Metode Penelitian. 1. Persiapan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pengolahan nugget dan pengujian organoleptik dilaksanakan di Laboratorium

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

III. BAHAN DAN METODE

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE. Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

III.MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Industri Rumah Tangga Produksi Kelanting MT,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan Penelitian

3 METODOLOGI Penelitian pendahuluan

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1

MATERI DAN METODE. Materi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI A.

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

A. WAKTU DAN TEMPAT B. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN. 1. Penelitian Tahap I

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014 di

III. METODE PENELITIAN. waktu penelitian ini dimulai pada bulan April 2016 sampai Desember 2016.

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

MATERI METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2014-Januari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. mengsel,larutan NaOH teknis 40%, larutan Na 2 SO 4 5%, petroleum benzen,

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai

III. METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

IV. METODOLOGI KEGIATAN MAGANG

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. laboraturium Nutrisi Peternakan, Fakultas Pertanian Peternakan, Universitas

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen di Bidang Teknologi Pangan

3. MATERI DAN METODE. Gambar 2. Alat Penggilingan Gabah Beras Merah. Gambar 3. Alat Penyosohan Beras Merah

METODOLOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013 di

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret - April 2015 bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

III. METODOLOGI PENELITIAN

: Methanol, DPPH, alumunium foil. antioksidan

Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap meliputi penentuan kesegaran ikan layaran dengan uji organoleptik, preparasi ik

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telahdilakukan dilaboratorium Teknologi Pasca Panen

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2012 Januari 2013.

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

3 METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2017 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Waktu dan tempat

Transkripsi:

III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kedelai dengan empat varietas yaitu: Kedelai A, kedelai komersial yang diperoleh dari Koperasi Pengrajin Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) Cilendek, Bogor; Kedelai B, H, dan G2, kedelai varietas baru yang sedang dikembangkan, diperoleh dari Forum Tempe Indonesia. Laru tempe yang digunakan dalam pembuatan tempe adalah laru tempe produksi Pusat Penelitian Kimia LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Bandung dengan starter murni Rhizopus oligosporus. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan nuget tempe adalah tepung tapioka, maizena, terigu, tepung sagu, tepung roti (bread crumb), bawang putih, bawang bombay, garam, lada, dan putih telur yang diperoleh dari pasar dan pertokoan di Darmaga, Bogor. Selain itu digunakan air destilata K 2 SO 4, HgO, Na 2 S 2 O 3, H 2 SO 4, H 3 BO 3, NaOH, HCl, heksana, campuran multi-enzim yang terdiri dari campuran 1.6 mg tripsin, 3.1 mg kimotripsin, dan 1.3 mg peptidase. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan nuget antara lain pisau, timbangan, baskom, loyang, food processor Panasonic MK5087 M, penggorengan, kompor, dan panci. Alat analisis yang digunakan adalah buret, tanur listrik, pembakar bunsen, cawan alumunium, cawan porselin, labu Erlenmeyer, neraca analitik, oven pengering, alat destilasi yang dilengkapi kondensor, labu lemak, labu Kjeldahl, desikator, gegep, pinset, termometer, gelas ukur, gelas piala, gelas pengaduk, ph meter, micrometer Mitutoyo 0.05 mm, penetrometer, texture analyzer TA-XT2i Stable Micro Systems serta alat gelas lain. B. METODE Penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap penentuan formula, karakteristik tempe, dan nuget tempe. Secara umum tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4. 1. Penentuan Formula Penentuan formula nuget dengan menggunakan tempe komersial yang diperoleh di Darmaga, Bogor, dilakukan pada penelitian tahap pertama. Proses pembuatan nuget tempe dimodifikasi dari proses pembuatan nuget oleh Syamsir et al. (2010) dan Silvia (2008). Pembuatan nuget dimulai dengan pemotongan tempe, pengukusan, pencampuran, pencetakan, pembekuan, battering dan breading, pre-frying, dan pembekuan. Proses pembuatan nuget tempe hasil modifikasi dapat dilihat pada Gambar 5. Pada penelitian ini ditetapkan empat formula nuget tempe menggunakan bahan baku, yaitu tempe sebanyak 73 dan 79%. Penentuan empat formula nuget tempe tersebut dilakukan melalui proses trial-error dan mengacu pada formula yang digunakan oleh Miftakhurohmah (2011) dan Abdillah (2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Miftakhurohmah (2011), nuget yang dibuat menggunakan 70% bahan baku dapat menghasilkan tekstur yang baik sedangkan menurut penelitian Abdillah (2006) untuk menghasilkan tekstur yang baik digunakan 80% bahan baku. Adapun keempat formula nuget tempe yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3. Keempat formula tersebut kemudian dianalisis secara sensori menggunakan uji penerimaan (acceptance) dan uji preferensi (preference) untuk menentukan formula yang terpilih. Uji penerimaan konsumen terhadap produk nuget tempe dilakukan dengan memberi pertanyaan tentang seberapa suka panelis terhadap produk nuget tempe.

Tempe Tempe Tempe Tempe varietas A varietas B varietas H varietas G2 Tahap Ke-1 Tahap Ke-2 Formulasi nuget tempe Formula terpilih Analisis Sensori (warna, aroma, rasa, tekstur, dan overall) 1. Analisis Fisik (bulir kedelai dan kekerasan) 2. Analisis Proksimat (kadar air, lemak, protein, abu, dan karbohidrat) 3. Perhitungan Rendemen Pembuatan nuget Nuget tempe Nuget tempe Nuget tempe Nuget tempe varietas A varietas B varietas H varietas G2 Tahap Ke-3 1. Analisis Sensori (warna, aroma, rasa, kekenyalan, juiciness, tekstur, dan overall) 2. Analisis Fisik (Analisis profil tekstur) 3. Analisis Proksimat (kadar air, lemak, protein, abu, dan karbohidrat) 4. Analisis Daya Cerna Protein 5. Perhitungan pick up, rendemen, dan susut 1. Karakteristik fisikokimia dan sensori tempe 2. Karakteristik fisikokimia, biokimia (daya cerna protein), dan sensori nuget tempe 3. Varietas kedelai yang menghasilkan kualitas tempe dan nuget tempe yang baik berdasarkan parameter sensori. Gambar 4. Tahapan penelitian 12

Skala yang digunakan adalah tujuh skala, mulai dari sangat suka (1) sampai dengan sangat tidak suka (7). Untuk menentukan formula yang paling disukai menurut panelis dilakukan uji preferensi ranking hedonik terhadap keempat formula. Panelis diminta mengurutkan dari yang paling disukai (1) hingga paling tidak disukai (4). Formula terpilih ini menjadi acuan pada pembuatan nuget tempe dengan perlakuan berbedaan varietas kedelai. Bahan Tabel 3. Formula nuget tempe (basis 100 g bahan baku) Jumlah bahan untuk setiap perlakuan (gram) Formula I Formula II Formula III Formula IV Tempe 73 73 79 79 Tapioka 4 - - 3 Maizena - 4 3 - Terigu 4 4 3 3 Sagu 4 4 3 3 Putih telur 8 8 5 5 Bawang putih 2 2 2 2 Bawang bombay 2 2 2 2 Lada 1 1 1 1 Garam 1 1 1 1 Penyedap rasa 1 1 1 1 Total (gram) 100 100 100 100 Miftakhurohmah (2011), Abdillah (2006) dengan modifikasi 2. Penentuan Karakteristik Tempe Penentuan karakteristik tempe dilakukan pada penelitian tahap kedua. Penelitian tahap kedua ini dilakukan dengan memberikan perlakuan jenis varietas kedelai yang digunakan untuk membuat tempe. Kedelai yang digunakan adalah kedelai varietas A, B, H, dan G2. Varietas A (komersial) merupakan kacang kedelai yang sudah eksis digunakan oleh pengrajin tempe di daerah Leuwiliang, diperoleh dari Koperasi Pengrajin Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) Cilendek, Bogor. Sedangkan varietas B, H, dan G2 merupakan kedelai varietas baru yang sedang dikembangkan, diperoleh dari Forum Tempe Indonesia. Pada penelitian kedua dilakukan pengujian kualitas mutu dan karakteristik tempe yang dihasilkan. Parameter yang diamati meliputi parameter sifat sensori, fisik, kimia dan perhirungan rendemen. Pembuatan tempe pada penelitian kali ini dilakukan di salah satu pengrajin tempe yang berada di Warnasari, desa Cibeber, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pembuatan tempe dilakukan dengan memberi perlakuan yang sama pada keempat kedelai tanpa mencampur keempat varietas kedelai. Pembuatan tempe dimulai dengan membersihkan kedelai dari kotoran kemudian direbus selama kurang lebih 30-60 menit. Kacang kedelai yang telah direbus direndam selama kurang lebih 24 jam. Setelah perendaman, kulit kedelai dikupas dan dicuci hingga bersih. Kedelai yang telah direbus ditiriskan dan didinginkan. Setelah dingin, laru tempe dicampurkan dalam kacang kedelai dengan takaran yang digunakan sebesar 2 g/kg. Kedelai yang telah dicampur dengan laru tempe kemudian dibungkus dengan kantong plastik. Kantong plastik dilubangi dengan jarak 2 cm untuk mengatur suhu dan kelembapan yang diperlukan bagi pertumbuhan kapang. Selanjutnya, produk diperam pada suhu ruang selama 36-48 jam hingga diperoleh tempe segar. 13

Tempe Pemotongan Pengukusan (10 menit) Pembuatan adonan (pencampuran dengan bumbu, putih telur dan tepung) dalam food processor Pencetakan Pembekuan (30-60 menit) Pencelupan dalam batter Pencelupan dalam breader Pre-frying 160-170 C selama 60 detik Pembekuan Nuget tempe Gambar 5. Proses pembuatan nuget tempe, dimodifikasi dari Syamsir et al. (2010) 3. Penentuan Karakteristik Nuget Tempe Penentuan karakteristik nuget tempe dilakukan pada penelitian tahap ketiga. Pada penelitian ketiga dilakukan pengujian kualitas mutu dan karakteristik nuget tempe yang dihasilkan dari empat jenis tempe. Parameter yang diamati meliputi parameter sifat sensori, fisik, kimia, biokimia, perhitungan pick up, rendemen, dan susut masak. C. METODE ANALISIS 1. Analisis Sensori Analisis Sensori yang dilakukan meliputi uji penerimaan (rating) untuk tempe, yang menunjukkan posisi tingkat kesukaan terhadap suatu produk, dan uji preferensi (ranking) untuk nuget tempe, yaitu mengurutkan tingkat kesukaan terhadap produk. Uji rating hedonik dilakukan pada keempat tempe yang dihasilkan dari kedelai varietas A, B, G2, dan H. Pada uji ini panelis diminta mengurutkan sampel dari yang paling disuka sampai sampel yang paling tidak disuka. Skala yang digunakan 1 sampai dengan 7, dengan 1 merupakan nilai yang paling disuka dan 7 untuk nilai yang paling tidak disuka. Atribut sensori yang diuji berupa warna, aroma, rasa, tekstur, dan penerimaan 14

umum (overall). Analisis data dilakukan menggunakan Analysis of Variance dengan uji lanjut Duncan pada program SPSS 16. Uji ranking hedonik dilakukan pada keempat nuget yang dihasilkan dari tempe A, B, G2, dan H. Pada uji ini panelis diminta mengurutkan sampel dari yang paling disuka (1) sampai sampel yang paling tidak disuka (4). Atribut sensori yang diuji lainnya adalah warna, aroma, kekenyalan, juiciness, tekstur, rasa, dan penerimaan umum (overall). Analisis data dilakukan menggunakan Analysis of Variance dengan uji lanjut Duncan pada program SPSS 16. 2. Analisis Proksimat Analisis proksimat dilakukan pada tempe dan nuget tempe yang dihasilkan dengan dua kali ulangan. Analisis yang dilakukan meliputi kadar air, lemak, protein, abu dan karbohidrat. Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Kadar air dihitung berdasarkan bobot yang hilang selama pemanasan dalam oven pada suhu (100 ± 5)º C dengan persamaan (1.1). Kadar Air (%) = 100 % (1.1) w 0 = bobot cawan kosong dan tutupnya (g) w 1 = bobot cawan, tutup, dan contoh sebelum dikeringkan (g) w 2 = bobot cawan, tutup, dan contoh setelah dikeringkan (g) Kadar Abu (SNI 01-2891-1992) Kadar abu dihitung berdasarkan bobot abu yang terbentuk selama pembakaran dalam tanur pada suhu 525º C sampai abu berwarna putih dengan persamaan (1.2). Kadar Abu (%) = 100 % (1.2) w 0 = bobot cawan kosong dan tutupnya (g) w 1 = bobot cawan, tutup, dan contoh sebelum dikeringkan (g) w 2 = bobot cawan, tutup, dan contoh setelah dikeringkan (g) Kadar Lemak (SNI 01-2891-1992) Hidrolisis lemak dalam contoh uji menggunakan HCl kemudian diekstraksi menggunakan pelarut organik non-polar. Ekstrak yang diperoleh kemudian diuapkan sampai kering dan kadar lemak dihitung secara gravimetri dengan persamaan (1.3). w = bobot contoh (g) w 0 = bobot labu lemak kosong (g) w 1 = bobot labu lemak kosong dan lemak (g) Kadar Lemak (%) = 100 % (1.3) 15

Kadar Protein (AOAC 1995) Contoh uji didestruksi dengan H 2 SO 4, kemudian digunakan katalis dan K 2 SO 4 untuk meningkatkan titik didihnya yang bertujuan untuk melepaskan nitrogen dari protein sebagai garam ammonium. Garam ammonium tersebut diuraikan menjadi NH 3 pada saat destilasi menggunakan NaOH. NH 3 yang dibebaskan dan diikat dengan asam borat menghasilkan ammonium borat yang secara kuantitatif dititrasi dengan larutan baku asam sehingga diperoleh total nitrogen dengan persamaan (1.4). Kadar Protein (%) = ( ), % (1.4) V1 = volume HCl 0.1000 N untuk titrasi contoh (ml) V2 = volume HCl 0.1000 N untuk titrasi blanko (ml) N = normalitas larutan HCl W = bobot contoh, dinyatakan dalam (mg) 14.007 = bobot atom Nitrogen FK = faktor konversi protein: 6.25 (SNI 3144-2009; SNI 01-2891-1992) Kadar Kabohidrat (by difference) Kadar karbohidrat dihitung secara by difference dengan persamaan (1.5). P = Kadar Protein (%) KA = Kadar Air (%) A = Kadar Abu (%) L = Kadar Lemak (%) Kadar Karbohidrat (%) = 100% ( P + KA + A + L) (1.5) 3. Perhitungan Rendemen Perhitungan rendemen dilakukan pada sampel tempe dan nuget tempe yang dihasilkan dengan dua kali ulangan dan dihitung dengan persamaan (1.6). Rendemen = 100% (1.6) a = Bobot bahan baku (g) b = Bobot produk yang dihasilkan (g) 4. Analisis Fisik Analisis fisik dilakukan pada sampel kedelai, tempe, dan nuget tempe yang dihasilkan. Analisis yang dilakukan pada sampel kedelai meliputi pengukuran bulir dan massa kedelai. Pada tempe, analisis fisik yang dilakukan meliputi pengukuran bulir kedelai menggunakan micrometer dan pengukuran kekerasan menggunakan penetrometer. Analisis fisik pada produk nuget dilakukan menggunakan instrument texture analyzer dengan pengujian berupa Teksture Profile Analysis (TPA). Parameter yang diamati adalah kekerasan, elastisitas, daya kohesif, kelengketan, dan daya kunyah. 16

5. Pick Up Batter Mengetahui jumlah batter yang mampu menempel pada adonan. Pick batter akan mempengaruhi breader yang akan menempel pada adonan. Pick batter dihitung dengan persamaan (1.7). Wa = bobot nuget sebelum battering (g) Wb = bobot nuget sesudah battering (g) 6. Pick Up Breader pick up batter = 100% (1.7) Mengetahui jumlah breader yang mampu menempel pada adonan yang sudah melalui proses battering. Pick breader dihitung dengan persamaan (1.8). Wb = bobot nuget sesudah battering (g) Wc = bobot nuget sesudah breading (g) 7. Penentuan Susut Masak pick up breader = 100% (1.8) Sampel ditimbang sebelum dan sesudah digoreng pada suhu 170-180 o C selama 3 menit. Susut masak dapat dihitung dengan persamaan (1.9). Susut masak = 100% (1.9) a = Bobot sampel sebelum dimasak (g) b = Bobot sampel sesudah dimasak (g) 8. Analisis Daya Cerna Protein Metode Hsu et al. (1977) Analisis diawali dengan membuat larutan multi-enzim dalam air destilata. Larutan multienzim terdiri dari campuran 1.6 mg tripsin, 3.1 mg kimotripsin, dan 1.3 mg peptidase per ml aquades. Sejumlah sampel kemudian disuspensikan dalam aquades sampai konsentrasi nitrogen 6.25 mg/ml. Sebanyak 25 ml suspensi sampel ditaruh dalam gelas piala kecil, kemudian diatur ph-nya menjadi ph 8.00 dengan menambah NaOH 0.1 N atau HCl 0.1 N. Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam penangas air 37ºC selama 5 menit sambil diaduk. Sebanyak 2.5 ml larutan multienzim ditambahkan (saat penambahan enzim dicatat sebagai waktu ke nol) ke dalam suspensi sampel sambil tetap diaduk dalam penangas air 37ºC. Nilai ph suspensi sampel dicatat pada tepat menit ke-10. Daya cerna protein dinyatakan dengan persamaan (2.0). Y = 210.464 18.103x (2.0) Y= daya cerna protein x = ph pada menit ke-10 17

9. Rancangan Percobaan dan Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua kali ulangan. Faktor yang digunakan adalah perlakuan empat varietas kedelai A, B, H, dan G2. Model rancangan percobaan dapat dilihat pada persamaan (2.1). Hasil data yang diperoleh diolah secara statistik menggunakan uji ragam (Analysis of Variance) dan bila berbeda nyata dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan pada pada program SPSS 16 Y = µ + ρ + ε (2.1) Y i = Nilai pengamatan respon karena pengaruh penggunaan varietas kedelai pada ulangan ke-i i = banyaknya ulangan µ = pengaruh rerata ρ = pengaruh perlakuan penggunaan varietas kedelai = pengaruh error (galat) pada ulangan ke-i ε i 18