Sistem yang digunakan di RSUD Simo Boyolali berbeda antara dokter spesialis, dokter umum dan perawat. Untuk insentif dokter spesialis berdasarkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REMUNERASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepuasan kerja merupakan kepuasan yang dirasakan seorang pekerja secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut memiliki tingkat kepuasan kerja yang tinggi, dan seseorang yang

2. STRUKTUR ORGANISASI RSUD INDRASARI RENGAT, KAB.INDRAGIRI HULU

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Hasibuan (2003), sumber daya manusia adalah. Pelaku dan sifatnya dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan

BAB 1 : PENDAHULUAN (1, 2)

BAB I PENDAHULUAN. bermutu, pihak pimpinan rumah sakit juga perlu mengembangkan kepemimpinan. partisipasi aktif dan sistem jaringan kerja yang saling

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG SISTIM REMUNERASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang - Undang No 44 tahun 2009). Rumah sakit didirikan

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, merupakan kegiatan yang padat moral serta padat karya

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

PEDOMAN ORGANISASI UNIT REKAM MEDIS DISUSUN OLEH : UNIT REKAM MEDIS RSUD KOTA DEPOK

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

BAB I PENDAHULUAN. tajam dari waktu ke waktu. Berdasarkan Indonesian Policy Health yang

PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 2 TAHUN 2012 T E N T A N G POLA TARIF BLUD RSUD PROF.DR.M.A HANAFIAH SM BATUSANGKAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Pada dasarnya kesehatan merupakan suatu hal yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.

Tin Herniyani, SE, MM

BAB I PENDAHULUAN. lainnya baik pemerintah maupun swasta. Puskesmas merupakan upaya pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa perawat merupakan back bone untuk mencapai targettarget

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 6.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG SISTIM REMUNERASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan bagian integral dari seluruh sistem pelayanan kesehatan,

TESIS Untuk memenuhi persyaratan Mencapai derajat Sarjana S 2. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk seluruh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. diolah sebagai bahan pembuat laporan pelayanan rumah sakit. Rumah sakit

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Soeselo Slawi

Pelayanan Antidiskriminasi

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu hal penting, apabila pengelolaan penggajian belum baik

BAB I PENDAHULUAN. adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kesehatan bersifat holistik atau menyeluruh. Dalam mengupayakan

PROSEDUR PENERIMAAN PASIEN RAWAT JALAN

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang memiliki fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk agar dapat terwujudnya derajat kesehatan yang optimal. Untuk itu perlu

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor pada bulan Juni 2009.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VII PENUTUP. disesuaikan dengan tujuan khusus pada penelitian. Berikut penjelasannya: 1. Karakteristik Perawat di RSUD Petala Bumi Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan masyarakat. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) termaktub dalam UUD 1945 (Depkes RI, 1993).

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LANDAK

BAB I PENDAHULUAN. setiap kecamatan, adanya balai-balai pengobatan dan kegiatan-kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG BESARNYA BIAYA JASA SARANA DAN BIAYA JASA PELAYANAN PADA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. (motivasi), karakteristik pekerjaan (beban kerja), kinerja perawat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingginya pendidikan masyarakat, maka orientasi sistem nilai dalam masyarakat pun

Perbedaan jenis pelayanan pada:

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah pasien yang datang untuk

dasar yang paling penting dalam prinsip manajemen mutu (Hidayat dkk, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MATERI ORIENTASI PEGAWAI BARU DOKTER UMUM

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 51 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, akan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu RS Umum dan RS Khusus (jiwa, mata, paru-paru, jantung, kanker, tulang, dsb)

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan jasa yang sama secara berulang dan membuat komitmen untuk. merekomendasikannya secara positif kepada orang terdekatnya.

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI INTRINSIK DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Tenaga perawat yang merupakan The Caring Profession

BUPATI ACEH BARAT DAYA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat melakukan hal tersebut banyak hal yang perlu dilakukan, salah satu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I 1 PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya status perekonomian masyarakat, kemudahan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN. A. ULatar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan, dan pengawasan (Suarli dan Bahtiar, 2009). untuk mencapai tujuan organisasi (Hasibuan, 2014).

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Tuntutan persaingan dalam pengelolalan kegiatan usaha dari lingkup organisasi

NASKAH PUBLIKASI EVALUASI IMPLEMENTASI INSENTIF JASA PELAYANAN KEPERAWATAN DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terjadi di rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam pasal. 46 UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesehatan merupakan hal yang paling berharga dan telah. menjadi kebutuhan pokok. Semakin tinggi tingkat pendidikan, ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu organisasi masalah kompensasi merupakan hal yang penting

No. Dokumen : 005/KMD/ADMIN/II/2013. Tanggal terbit : 12 Februari 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem remunerasi adalah suatu sistem pengupahan yang mengatur gaji, insentif, merit dan bonus pegawai pada suatu perusahaan. Sistem ini berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lain, sangat bergantung kepada kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam memberikan upah terhadap karyawan. Tujuan dari pengupahan itu adalah untuk membangun image yang baik dari organisasi, menjamin kesejahteraan karyawan, memberikan motivasi terhadap kinerja karyawan serta mempertahankan karyawan dalam organisasi (Subanegara, 2010). Secara umum karyawan bekerja karena didorong untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga mereka akan bekerja lebih baik untuk memperoleh imbalan yang berupa insentif yang diberikan oleh perusahaan. Dengan pemberian insentif karyawan merasa mendapat perhatian dan pengakuan terhadap prestasi yang dicapainya sehingga semangat kerja dan sikap loyal menjadi lebih baik. Rumah sakit adalah salah satu institusi yang mempunyai sumber daya manusia yang komplek. Ada dua jenis kelompok karyawan yaitu karyawan yang bekerja pada pelayanan langsung terhadap pasien (misalnya dokter, perawat, analis, asisten apoteker dan sejenisnya), kelompok kedua adalah karyawan yang menunjang pekerjaan para pemberi pelayanan langsung (misalnya kepala bidang, customer service, laundry dan sejenisnya). Dengan kompleksitas sumber daya manusia tersebut sistem pembagian insentif yang dilakukan di rumah sakit menimbulkan kesulitan dalam menentukan besaran yang layak bagi karyawannya. Hal ini dapat menyebabkan konflik yang berkepanjangan serta menurunnya komitmen karyawan terhadap rumah sakit. Hal ini disebabkan karena setiap karyawan dan staf medis di rumah sakit memiliki tanggungjawab dan beban kerja yang berbeda. Untuk itulah, perlu adanya pemahaman mengenai sistem yang mengatur pengupahan secara adil dan transparan serta mampu mendorong peningkatan kinerja. 1

2 Semakin tinggi motivasi kerja karyawan akan semakin besar pula prestasi kerjanya. Salah satu cara untuk meningkatkan prestasi kerja adalah dengan memberikan upah berdasar sistem insentif yang baik yang akan berefek pada peningkatan kinerja, motivasi dan produktivitas karyawan. Semua itu akan membuat karyawan termotivasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit dengan kata lain memberikan dampak yang positif bagi rumah sakit (Subanegara,2010). Untuk mewujudkannya diperlukan karyawan yang terampil, berprestasi, profesional dan tanggap akan tugasnya. Dieleman et al.(2006) dalam penelitiannya menyatakan motivasi akan memberikan konstribusi pada karyawan untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang dapat dicapai dengan perbaikan kinerja. Secara umum sistem pembagian jasa pelayanan bertujuan meningkatkan motivasi kerja sehingga terjadi peningkatan prestasi kerja. Jasa pelayanan yang langsung terikat dengan kinerja dapat memotivasi karyawan untuk menjadi lebih baik kinerjanya, mengembangkan keterampilan dan kemampuan mereka, akan tetapi juga mengakibatkan rusaknya motivasi kerja apabila sistem penilaian kinerja tidak adil atau tidak jelas. Hasil wawancara dengan beberapa perawat di ruang rawat inap RSUD Simo Boyolali, mereka merasakan adanya ketidakpuasan terhadap jasa pelayanan yang mereka terima. Beberapa perawat merasa mempunyai beban kerja yang tinggi, tetapi jasa pelayanan yang mereka terima tidak sesuai dengan beban kerja. Beberapa dari mereka merasa adanya kesenjangan dengan sistem yang diterapkan RSUD Simo Boyolali dengan alasan tidak adanya penghargaan terhadap beban kerja dan kompetensi. Mereka berharap sistem pemberian jasa pelayanan dikaitkan dengan prestasi kerja masingmasing. Persepsi dan harapan dari para perawat mengenai sistem pembagian jasa pelayanan adalah apabila mereka mendapatkan jasa pelayanan yang kurang memadai maka mereka akan meningkatkan produktivitasnya atau akan mengurangi produktivitasnya. Dengan demikian persepsi dan harapan mereka mengenai insentif akan mempengaruhi kinerjanya (Siagian,2004).

3 Sistem yang digunakan di RSUD Simo Boyolali berbeda antara dokter spesialis, dokter umum dan perawat. Untuk insentif dokter spesialis berdasarkan aktifitas individual (individual activity base), untuk insentif dokter umum berdasarkan aktifitas grup (group activity base) dan indeks masa kerja. Insentif perawat berdasarkan aktifitas grup perawat dan tingkat beban kerja unit. Seluruh perawat mendapat standar insentif yang sama (basic pay) yang berasal dari bagian yang dikumpulkan secara bersama (kantong A). Selanjutnya berdasarkan aktivitas tindakan keperawatan (variable pay) yang dilakukan oleh masingmasing unit kerja yang dikumpulkan melalui kantong B. Desain sistem insentif perawat menggunakan sistem insentif kelompok yang didasarkan pada kinerja keseluruhan perawat RS dan kelompok kerja dalam satu unit kerja. Kelly (2010) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa insentif berbasis individu mencerminkan kinerja individu, insentif berbasis kelompok sangat tergantung pada individuindividu dalam kelompoknya, sehingga terjadi saling ketergantungan antara individuindividu dalam kelompok dan sulitnya ditentukan individu mana yang bertanggung jawab terhadap tingkat pencapaian kinerja yang ada. Kelebihan sistem ini adalah menggalang kerjasama di antara perawat dan karyawan lain sehingga menghindari kompetisi negatif. Kelemahan sistem ini individu kurang termotivasi dan karyawan produktif merasa kecewa karena mendapatkan imbalan yang sama dengan karyawan kurang produktif. Berdasarkan SK Direktur RSUD Simo Boyolali No 07.06/III/124 tahun 2010 tentang pembagian jasa pelayanan pada RSUD Simo Boyolali disebutkan bahwa jasa pelayanan yang berasal dari asuhan keperawatan sebagai berikut: 10% untuk operasional RSUD, 10% untuk biaya umum, 0% dibagi untuk pelaksana dan pembantu pelaksana. Jasa pelayanan yang berasal dari jasa tindakan keperawatan adalah 10% untuk operasional RSUD, 10% untuk biaya umum, 70% untuk pelaksana dan 10% untuk pembantu pelaksana. Sistem pembagian jasa pelayanan keperawatan yang diterapkan RSUD Simo Boyolali dirasakan belum sesuai dengan apa yang mereka

4 harapkan, hal ini disebabkan sistem yang digunakan belum berdasarkan kinerja dari masing masing karyawan sehingga muncul kecemburuan diantara karyawan. Di samping perlu mengembangkan sistem pembagian jasa pelayanan untuk perawat perlu dilakukan sosialisasi mengenai bagaimana mekanisme sistem pembagian jasa pelayanan tersebut, karena sebagian besar dari perawat merasa tidak mengetahui mekanisme pembagian jasa tersebut. Hal ini terjadi pada saat rapat di ruangan dan sering ditemukan pertanyaan mengenai sistem pembagian jasa pelayanan, sehingga meskipun sudah diberikan informasi mengenai hal tersebut namun kenyataannya mereka masih selalu menanyakan. Menurut analisa peneliti hal tersebut mungkin disebabkan karena kurang keterbukaan dan kurangnya sosialisasi kepada karyawan mengenai sistem pembagian jasa pelayanan yang diterapkan di RSUD Simo Boyolali. Sistem pembagian jasa pelayanan yang diterapkan di RSUD Simo Boyolali memicu berbagai keluhan dari karyawan, mereka merasakan ketidakpuasan dengan insentif yang diterima, selain rasa ketidakpuasan masalah yang lain adalah mereka merasakan tidak adanya keterbukaan dalam proses pembagian jasa pelayanan tersebut. Distribusi penempatan tenaga perawat/bidan RSUD Simo Boyolali dapat dilihat dari Tabel 1:

5 Tabel 1. Distribusi tenaga perawat/bidan RSUD Simo Boyolali menurut tingkat pendidikan tahun 2012 Nama ruang S1 Kep DIII Kep Jumlah Non Non PNS PNS PNS PNS Anggrek Bougenvile 3 5 Cendana 6 14 Dahlia Edelwis 6 5 11 IGD 1 6 7 Poliklinik Kamar Operasi 2 7 4 5 6 12 Total 27 47 74 Sumber : Bagian Umum dan Kepegawaian RSUD Simo Boyolali tahun 2012. Dari Tabel 1 diketahui jumlah tenaga perawat menurut pendidikan yang terbanyak adalah tenaga perawat yang berpendidikan DIII Keperawatan : 47 orang ( 63,51 %), sedang untuk S1 Kep 27 orang (36,49 %),, sedangkan menurut status kepegawaian semua perawat adalah PNS : 74 orang ( 100 %). Data ratarata jasa pelayanan yang diterima oleh perawat /bidan adalah sebagai berikut : Tabel 2. Rata rata jasa pelayanan keperawatan yang diterima seorang perawat perbulan tahun 2009 Desember 2012 Nama Ruang Ratarata jasa yang diterima perawat( dalam rupiah ) Th 2009 Th 2010 Th 2011 Th 2012 Anggrek 36.253 411.542 412.103 433.215 Bougenvile 330.524 37.32 406.250 37.760 Cendana 493.332 532.175 50.22 517.670 Dahlia 354.532 34.256 346.372 371.307 Edeilweis 327.36 423.501 416.425 424.142 IGD 554.253 564.32 571.5 636.44 Poliklinik 261.675 21.332 264.225 244.45 Sumber: Seksi Pelayanan RSUD Simo Boyolali Dari Tabel 2 diketahui bahwa jasa pelayanan yang diterima oleh seorang perawat masingmasing ruang tidak ada perbedaan yang menyolok kecuali poliklinik dan Instalasi Gawat Darurat. Yang menjadi permasalahan

6 disini adalah bahwa jasa pelayanan yang diterima masingmasing perawat dalam suatu ruang adalah sama sehingga menimbulkan rasa kecewa bagi perawat yang produktif. Adapun jumlah tempat tidur ruang rawat inap pada RSUD Simo Boyolali adalah sebagai berikut. Tabel 3. Jumlah tempat tidur Ruang Ruang rawat Inap RSUD Simo Boyolali bulan Desember 2012. Kelas perawatan Nama Ruang Teladan I II III Jumlah Anggrek 7 7 Bougenvile Cendana 4 6 1 2 Dahlia 5 2 5 12 Edelweis Total 10 10 9 3 10 65 Sumber: Seksi Pelayanan RSUD Simo Boyolali Dari Tabel 3 diketahui bahwa jumlah total tempat tidur adalah 65 buah, yang terbanyak tempat tidur untuk kelas 3. Berdasarkan SK Menkes No. 446/ Menkes/SK/VI/1993 tentang berlakunya penerapan standar asuhan keperawatan di rumah sakit, diperkuat dengan SK Dirjen Yanmed No. YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993, maka seluruh perawat wajib melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarganya. Hasil evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan di Rumah Sakit Simo Boyolali dilakukan pada tahun 2010 didapatkan 0,3% pada instrumen A( studi dokumentasi standar asuhan ). Penerapan standar asuhan keperawatan dilaksanakan di RSUD Simo Boyolali baru berdasarkan instrumen A dan belum dilaksanakan secara rutin. Menurut Simamora (2004), penilaian yang baik dilakukan sekali atau dua kali setahun. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang ada di latar belakang, bahwa jasa pelayanan yang diterima masingmasing perawat dalam satu ruang adalah sama, maka

7 dapat kami rumuskan permasalahannya adalah Bagaimanakah persepsi perawat tentang sistem insentif terhadap kinerja perawat di RSUD Simo Boyolali? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan persepsi perawat tentang sistem insentif di RSUD Simo Boyolali. 2. Mendeskripsikan kinerja perawat di RSUD Simo Boyolali. 3. Mendeskripsikan hubungan antara sistem insentif dengan kinerja perawat di RSUD Simo Boyolali. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk perbaikan sistem insentif yang mampu memenuhi harapan perawat serta mampu meningkatkan motivasi kerja mereka. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan sistem insentif dan kinerja perawat telah dilakukan sebelumnya antara lain : 1. Nofrinaldi (2005) melakukan penelitian tentang persepsi dan pengaruh sistem pembagian jasa pelayanan terhadap kinerja karyawan di Rumah Sakit Jiwa Madani Propinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak revisi sistem pembagian jasa pelayanan di Rumah Sakit Jiwa Madani, serta hubungan persepsi dan kinerja karyawan. Sasaran penelitian adalah dokter dan paramedis. Hasil penelitian terdapat korelasi antara persepsi dengan kinerja pada dokter sangat kuat sedang pada kelompok paramedis korelasi antara persepsi dengan kinerja cukup kuat, Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dan cek dokumen, sedangkan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah mengenai subyek penelitiannya yaitu perawat di RSUD Simo Boyolali, alat yang digunakan adalah kuesioner, check list. 2. Subhan (200) melakukan penelitian tentang evaluasi sistem remunerasi insentif jasa pelayanan keperawatan di seluruh ruang rawat inap Rumah

Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin. Tujuan penelitian ini adalah secara umum adalah mengevaluasi dan menganalisis sistem remunerasi insentif jasa pelayanan keperawatan pada Ruang Rawat Inap di RSUD Ulin Banjarmasin menggunakan rancangan kualitatif. Untuk tujuan khususnya adalah untuk mengevaluasi sistem remunerasi insentif jasa pelayanan keperawatan pada Ruang Rawat Inap di RSUD Ulin Banjarmasin dari aspek ketepatan waktu pemberian, dari aspek keadilan dan aspek transparansi, alat ukur yang digunakan wawancara mendalam (indepth interview) dan cek dokumen, sedangkan penulis ingin menguraikan persepsi perawat mengenai sistem jasa pelayanan di RSUD Simo Boyolali dan mengembangkan kinerja perawat, alat ukur yang digunakan kuesioner, check list.